Anda di halaman 1dari 9

STUDY HADIS DI KUFAH

ADINDA ZIDNA ILMAN NAAFI’AH /E95217017


MOH BAIDHOWI /E95217030

Abstrak:
Berbicara tentang kajian hadis memang sudah tidak asing lagi, sebab itu adalah
cara umat Muhammad dalam memahami hadis Nabi dengan baik dan benar.
Perbedaan kajian hadis ini hanya terletak pada siapa yang mempelopori dan
bagaimana dia menyebarkan hadis itu. terkhususkan pada kota Kufah ini, sebagian
di antaranya yang mempeloporinya adalah sahabat ‘Ali> bin Abi> T{a>lib dan
Ibnu Mas’ud dengan bersamaannya kondisi kota Kufah yang tinggi akan
gejolaknya masa politik, sehingga menimbulkan beberapa peperangan yang
menjadi saksi terbunuhnya khalifah ‘Ali>.
A. Pendahuluan
Setiap permasalahan di dunia ini pasti ada manfaat dan tidaknya, karena
itu manusia diberi akal untuk memilih dan mengambil pelajaran dari suatu
permasalahan yang telah lewat. Begitu juga dengan historis atau sejarah awal
masuknya Islam di kota Kufah, di mana kota ini banyak ditempati para sahabat-
sahabat Nabi untuk menyebarkan agama Islam. kota Kufah juga disamakan
sebagai pusat militer karena pergolakan politik yang sangat memanas, sehingga
terjadi beberapa peperangan yang terjadi pada masa pemeritahan khalifah Ali.
Seiring waktu berjalan, ketika Islam telah benar-benar menyebar di kota Kufah.
Seperti sahabat Ibnu Mas’ud, beliau adalah seseorang yang sangat berpengaruh
dalam bidang ilmu. Ia mengajarkan Alquran beserta tafsirnya dan hadis-hadis
Nabi saw kepada penduduk Kufah. Tidak hanya itu, ia juga memberikan fatwa
kepada mereka, baik dengan jalan mengambil istinba>t dari Alquran, sunnah,
maupun dengan jalan berijtihad dengan pendapatnya sendiri.
B. Segi Historis
Kufah merupakan suatu kota di Irak yang terletak di sebelah kanan sungai
Kufah yang merupakan salah satu cabang dari sungai Eufrat. 1 Kufah merupakan
salah satu kota bersejarah di Irak yang dibangun oleh Sa’ad bin Abi Waqas pada
masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun 15 H.2 Pada
abad ke-7 Kota Kufah telah memainkan peranan politik yang sangat penting bagi
perkembangan Islam selanjutnya. Namun, pada abad ke-8, berdirinya Baghdad
dan meluasnya kekhalifahan Islam, Kufah telah dikesampingkan oleh politik dan
berbagai perjuangan untuk mencapai kekuatan. Di dalam sejarah, kota ini dikenal
sebagai pusat politik, pusat peradaban, dan pusat lahirnya doktrin Syi’ah.3
Sejak awal berdirinya, Kufah telah dibanjiri oleh para sahabat Rarulullah
saw. di antara mereka yang paling terkena dalam bidang ilmu adalah Ali bin Abi
Thalib dan ‘Abdullah bin Mas’ud (w. 33 H/ 652 M). Dikarenakan terlalu
disibukkan oleh urusan politik an peperangan, Ali bin Abi Thalib tidak memiliki
kesempatan untuk mengajar. Sebaliknya Ibnu Mas’ud merupakan orang yang
sangat banyak berpengaruh dalam bidang ilmu. Ia mengajarkan Alquran beserta
tafsirnya dan hadis-hadis Nabi saw kepada penduduk Kufah. Tidak hanya itu, ia
juga memberikan fatwa kepada mereka, baik dengan jalan mengambil istinba>t
dari Alquran, sunnah, maupun dengan jalan berijtihad dengan pendapatnya
sendiri.4
Karena urusan politik, Khalifah ‘Ali> bin Abi> T{a>lib (656-661)
memindahkan ibu kota pemerintahan dari Madinah ke Kufah. Sejak saat itu,
Kufah menjadi basis kekuatan pendukung Ali dan keluarganya. Dukungan tidak
hanya bersifat politik lagi, akan tetapi berubah menjadi suatu akidah dan ideologi

1
Ihsanudin, “Sejarah Perkembangan Nahwu Arab” (sebuah tinjauan historis), THAQAFIYYAT.
Vol. 18 No. 1 Juni 2017, 77
2
Madchan Jazuli dan Arif Mustofa, Implikasi Madrasah Basrah dan Kufah dalam Pembelajaran di
Indonesia, 210
3
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 3 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), 75
4
Ibid., 76
bahwa kepemimpinan umat harus dipegang oleh Ali dan keturunannya. Kelompok
mereka disebut dengan kelompok Syiah.5
Sebuah pergolakan politik di Kufah ini menjadikan Kufah lebih
menyerupai pusat militer untuk melawan para pemberontak yang memancing
untuk berperang. Seperti halnya perang jamal yang terjadi pada tahun 656, yaitu
perang antara Ali dan golongan yang menuntut bela terhadap kematian Usman bin
Affan, perang siffin pada tahun 657 yaitu peperangan antara khalifah Ali dan
Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Di situlah Kufah menjadi saksi atas terbunuhnya
khalifah Ali pada tahun 661.6
Pada masa Bani Umayyah (661-750), Kufah menjadi sumber
pemberontakan pro Syiah, di antaranya adalah pada masa kepemimpinan Muslim
bin Aqil yang mengakibatkan terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Thalib di
Karbala pada tahun 680. Bahkan pada tahun 749 menjelang runtuhnya dinasti ini,
Kufah menjadi penggerak dakwah dinasti Abbasiyah dan masjid raya Kufah
menjadi saksi atas pelantikan khalifah pertama.7
Pada masa dinasti Abbasiyah (750-1258), ini selain memunculkan
beberapa pemberontakan pro Syiah juga mampu untuk mengembangkan tradisi
dan peradaban Syiah. Kemudian kota ini mampu mengekspor kesadaran
kesyiahan ke Iran, utamanya kota Qum yang merupakan proyeksi Syiah Kufah.
Meskipun demikian Kufah tidak hanya melahirkan Syiah beserta peradaban-
peradabannya, akan tetapi Syiah juga melahirkan peradaban Arab-Islam.8
Sejak awal berdiri Kufah ini telah dibanjiri oleh sahabat Rasulullah. Di
antaranya yang masyhur pada bidang ilmu ialah sahabat Ali bin Abi Thalib dan
Abdullah bin Mas’ud. Sahabat Ali yang terlalu sibuknya dalam masalah
peperangan sehingga tidak ada kesempatan untuk mengajar, begitu juga dengan
sahabat Abdullah bin Mas’ud beliau seorang sahabat yang sangat banyak
berpengaruh di bidang ilmu. Beliau mengajarkan Alquran beserta tafsirannya dan
juga mengajarkan hadis-hadis Nabi Muhammad kepada para penduduk Kufah.

5
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, 76
6
Ibid
7
Ibid
8
Ibid
Beliau juga memberikan fatwa dengan cara mengambil istinbat hukum dari
Alquran maupun hadis maupun dengan cara berijtihad dengan pendatnya beliau
sendiri.9
Terdapat enam murid yang masyhur di antaranya adalah Aswad bin Yazid,
Alqamah, Ubaidah bin Amr As-Salmani, Masruq, Amr bin Syurahbayl dan Haris
bin Suwaid at-Taimi. Ulama-ulama Kufah tidak semuanya belajar pada Ibnu
Mas’ud, akan tetapi ada juga yang belajar sahabat Umar bin Khattab, Ibnu Abbas
dan Mu’az bin Haris (imam qiraah) di Madinah. Kufah menjadi sumber
pergerakan ilmiyah yang sangat besar, di antara ulama-ulama yang masyhur
adalah Syuraih bin Amir, an-Nakhai, asy-Sya’bi dan Sa’id bin Jubair. Pusat
pergererakan ini terus berkembang dan menjadi matang sehingga melahirkan
ulama besar yang menjadi imam madzhab seperti yang masyhur kita kenal, yaitu
Imam Hanafi (Abu Hanifah bin Nu’man al-Kufi). Kemudian kota Kufah ini
membuat aliran sendiri dalam bidang fiqh dan keilmuan bahasa Arab yang
menjadi saingan bagi Basrah. Tulisan Arab yang indah ini yang kemudian disebut
khatt kufi.10
C. Tokoh-tokoh Kunci
a. Imam Abu> Hanifah
Imam Abu Hanifah, memiliki nama asli Nu’ma>n bi Thabit bin Zut}a.
Beliau lahir di Kota Kufah pada tahun 702 M. Abu Hanifah mengawali karir
keilmuwannya dengan mempelajari ilmu filsafat dan dialektika, yang dalam
keilmuwan Islam disebut dengan ilmu kalam. Kemudian beliau beralih
mempelajari ilmu fiqih dan ilmu hadis secara mendalam. Dalam bidang ilmu
hadis, ia beguru kepada Syeikh Hammad bin Zaid (w. 738 M) yang dikenal
sebagai ulama ahli hadis termasyhur pada masa itu. Kepadanya Abu Hanifah
menimba ilmu hingga 18 tahun, hingga Syeikh Hammad bin Zaid meninggal
dunia pada usia 40 tahun. Sepeninggal Syeikh Hammad, Abu Hanifah
menggantikan posisinya sebagai guru besar dalam bidang hadis dan fiqih, dan
juga menjadi ulama yang paling disegani di Kota Kufah. Abu Hanifah disebut

9
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, 76
10
Ibid
sebagai the minnor of tabi’in (murid dari sahabat Nabi SAW), dikarenakan
beliau pernah bertemu dengan beberapa sahabat Nabi saw dan meriwayatkan
hadis dari mereka.11
Tidak hanya dengan Syeikh Hammad, Au Hanifah juga belajar hadis dan
fiqih dari At}a>’, Na>fi’, Ibnu H{urmuz, Amr bin Dinar, dan lain-lain.
Sedangkan yang meriwayatkan darinya ialah Abu> Yu>suf, Zuhfar, Abu>
Mut}i’ al-Balkhi, Ibnu al-Mubarak, al-Hasan bin Ziya>d, Dawud al-T{a>’i dan
Wa>ki’. Tak disangka bahwa Abu Hanifah lebih dari sebagai ahli hadis dari
pada ahli fiqih. Pengetahuannya tentang hadis tidaklah terbatas. Muhammad
bin Mahmud al-Khawarizmi mengumpulkan 15 hadis musnadnya. Dalam kitab
al-Athar karya muridnya yang bersama Muhammad al-Hasan banyak didapati
Hadis yang dikutip oleh Muhammad bersumber darinya.12
Dalam periwayatn hadisnya, dari Yah{ya bin Mu’in berkata: “Abu
Hanifah adalah orang yang dapat dipercaya, ia tidak meriwayatkan hadis
kecuali yang telah dihafal, dan dia juga tidak berbicara tentang hadis kecuali
yang telah dia hafal”.13
Abu Hanifah dikenal sebagai ulama Ahlu Ra’yi. Dalam menetapkan
hukum Islam, baik dari al-Qur’an atau pun hadis, beliau banyak menggunakan
ra’yi (nalar). Abu Hanifah mengutamakan ra’yi dari pada Khabar Ahad.
Apabila terdapat hadis yang mukhtalif, beliau menetapkan hukum dengan jalan
qiyas dan istihsan. Adapau metode istidlal, dalam menetapkan hukum dengan
metode tersebut, Abu Hanifah mengambil kitab suci al-Qur’an. Apabila tidak
menemukan, maka beliau mengambil sunnah Rasul saw yang shahih dan
tersiar di kalangan orang-orang terpercaya yang dikehendakinya. Apabila
masalah tersebut sampai pada Ibrahim al-Sha’bi>, Hasan bin Sirrin , dan Sa’id
Ibnu al-Musayyab, maka be;iau berijtihat sebagaimana mereka berijtihad.14

11
Chamim Tohari, Konsep Hak dalam Pemikiran Fiqh Hanafiyah Serta Transformasinya dalmam
Undang-Undang Hukum Perdata Turki Modern, Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vol 6, No. 1 Juli
2018, 57
12
Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis (Pustaka Firdaus, 2017), 354
13
Mohammad Badruzzaman bin Jusoh, Jumlah Rukun-Rukun shalat Fardhu (Studi Komperatif
Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i), Jurnal Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim, 2019, 20
14
Mohammad Badruzzaman bin Jusoh, Jumlah Rukun-Rukun shalat Fardhu, 22
b. Sufyan al-Thauri
Ia adalah al-H{a>fiz{ al-D{a>bit} (penghafal yang cermat) al-Ima>m al-
H{ujjah Abu> ‘Abd Allah Sufya>n bin Sa’i.d bin Masru>q al-Ku>fi>.
Ayahnya (Sa’i>d) merupakan seorang ulama di Kufah. Sedangkan Sufya>n al-
Thauri masyhur dalam periwayatan hadis dan kecermatannya. Sehingga
Shu’bah bin al-H{ajja>j, Sufya> bin ‘Uyainah, dan Yah{ya bin Ma’i>n
menjulukinya Ami>r al-Mu’mini>n fi al-H{adi>th, gelar tersebut merupakan
gelar yang sama dengan yang disandang oleh Ima>m Malik bin Anas.15
Khatib al-Baghdadi> mengungkapkan mengnai Sufya>n al-Thauri, ia
berkata: “Sufya>n merupakan salah seorang di antara para imam kaum Muslim
dan salah seorang di antara pemimpin agama. kepemimpinannya diseakati oleh
para ulama sehingga tidak perlu lagi pengukuhan terhadap ketelitian, hapalan,
kearifan, kewira’ian, dan kezuhudannya. Dalam periwayatan hadisnya, ia
meriwayatkan dari al-A’mash (Sulayma>n bin Mihra>n), ‘Abd Alla>h bin
Dina>r, As}im al-Ah{wal, Ibnu al-Mukandir dan lain-lain. Sedangkan yang
meriwayatan darinya ialah ‘Abd al-Rah{man al-Auza’i>, ‘Abd al-Rah{man bin
Mahdi, Mis’ar bin Kidam, dan Abba>n bin “Abd Alla>h al-Ah{masi. Orang
yang terakhir meriwayatkan darinya adalah ‘Ali bin al-Ja’di.16
D. Kajian Hadis di Kufah
Kufah merupakan ibukota pemerintahan pada masa khalifah ‘Ali bin Abi>
T{a>lib. Di Kufah terdapat sejumlah besar sahabat yang mempunyai peranan
dalam periwayatan hadis, bahkan penyebaran ajaran Islalm secara umumnya. Di
antara para sahabat yang memiliki kontribusi besar dalam periwayatan hadis
tersebut adalah ‘A<li> bin Abi> T{a>lib, Sa’id bin Abi> Waqa>s, Sa’i>d bin Zaid
in ‘Umar bin Nafil, ‘Abdullah bin Mas’ud, Salman al-Fa>risi>. Sedangkan dari
kalangan tabi’in yang mempunya peranan penting dalam periwayatan hadis antara
lain adalah Masruq bin al-Ajda’, Syuraikhah bin al-H{{aris, dan lain-lain.17
Abdullah bin Mas’ud merupakan sahabat nabi keenam yang paling dahulu
masuk Islam. Ketika menjadi Khalifah, Umar mengangkatnya menjadi hakim dan

15
Subhi al-Shalih, Membahas..., 360
16
Ibid
17
Idri, dkk. Studi Hadis (Surabaya: UINSA Press, 2018), 95
pengurus kas negara (Bait al-Mal) di Kufah. Dalam periwayatan hadis sanad
paling shahih yang bersumber darinya adalah yang diriwayatkan oleh Sufyan al-
Thauri, dari Mans}ur bin al-Mu’tamir, dari Ibrahim, dari Alqamah. Sedangkan
sanad d{a’i>f ialah yang diriwayatkan oleh Syuraik dari Abi Fazarah dari Abu>
Zaid.18
‘Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan hadis dari Umar dan Sa’ad biin
Mu’adz. Yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah al-Abadillah (Empat orang
yang bernama Abdullah), Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, Abu Musa al-
Ash’ari>, Alqamah, Masruq, Syuraih al-Qadli, dan beberapa yang lain. Jumlah
hadis yang diriwayatkan mencapai 848 buah.19
Ulama hadis yang masyhur di Kufah selain ‘Abdullah bin Mas’ud adalah
Sufyan bin ‘Uyainah. Memiliki nama lengkap Abu> Muh{ammad S}ufya>n bin
‘Uyainah bin maimun al-Hila>li al-Ku>fi>. Ia sempat bertemu dengan 87 tabi’in
dan mendengarkan hadis dari tujuh puluh orang di antara mereka. Yang paling
masyhur di antaranya ialah, Ja’far al-S}adiq, H{umaid al-T{awil, ‘Abd Alla>h
bin Di>na>r, Abu> al-Zanad, dan S{a>lih{ bin Kaisa>n. Kebanyakan gurunya
adalah orang yang sebaya dengannya. Seangkan yang meriwayatkan darinya
adalah al-A’mash, Mi’sar bin Kida>m, ‘Abd Alla>h bin al-Muba>rak al-Shafi’i>,
Ah}mad bin H}anbal, Yah}ya bin Ma’i>n, dan Ali> bin Al-Madini.20
Pada tahun 163 H, ia pindah dari Kufah ke Mekkah. Ia menetap di
Mekkah, ia menceritakan hadis dan mengajarkan al-Qur’an kepada oran-orang
Hijaz sampai hafalannya menjadi lemah dikarenakan usianya menua. Oleh sebab
itu, Ibnu H{ajar al-Asqala>ni mengatakan bahwa Sufyan bin Uyainah merupakan
seorang yang thiqah, h{a>fiz}, ahli fiqih, imam hujjah. Hanya saja hafalannya
berubah di akhir usianya. Bisa jadi ia melakukan tadlis, tetapi dari orang-orang
yang terpercaya. Dalam periwayatan hadis, ia meriwayatkan sekitar tujuh ribu
buah hadis. Shafi’imemberi kesaksian tentang keluasan ilmunya. Ia berkata:
“Andaikata tidak ada Malik dan Ibnu ‘Uyainah, niscaya hilang ilmu dari Hijaz”.

18
Subhi al-Shalih, Membahas..., 344
19
Ibid
20
Ibid., 361
Sedangkan al-Ajili berkata: “Ia adalah orang Kufah yang terpercaya lagi mantap
dalam hadis Imam.21
E. Kesimpulan
Mengkaji hadis Nabi adalah suatu keharusan bagi setiap umat Muhammad,
sebab tidak semua hadis bermakna haqiqi. Karena itu dibutuhkan suatu kajian,
agar tidak salah paham terhadap pesan yang terkandung dalam hadis Nabi itu
sendiri. Terdapat ibroh yang bisa kita ambil dalam kajian hadis di kota Kufah ini
dengan lebih fokus pada kajian hadis, baik secara sanad maupun matan. Seperti
Ibnu Mas’ud yang menyebarkan Islam secara menyeluruh, mulai mengajari
Alquran dan tafsirannya, Hadis, maupun fatwa-fatwa beliau yang melalui
Ijtihadnya sendiri.

Daftar Pustaka

Ihsanudin, “Sejarah Perkembangan Nahwu Arab” (sebuah tinjauan historis),


THAQAFIYYAT. Vol. 18 No. 1 Juni 2017
Madchan Jazuli dan Arif Mustofa, Implikasi Madrasah Basrah dan Kufah dalam
Pembelajaran di Indonesia
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam 3 (Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1994)
Chamim Tohari, Konsep Hak dalam Pemikiran Fiqh Hanafiyah Serta
Transformasinya dalmam Undang-Undang Hukum Perdata Turki Modern,
Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vol 6, No. 1 Juli 2018
Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis (Pustaka Firdaus, 2017)
Mohammad Badruzzaman bin Jusoh, Jumlah Rukun-Rukun shalat Fardhu (Studi
Komperatif Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i), Jurnal Skripsi UIN
Sultan Syarif Kasim, 2019
Idri, dkk. Studi Hadis (Surabaya: UINSA Press, 2018)

21
Ibid

Anda mungkin juga menyukai