Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AL-FIRAQ AL-ISLAMIYAH
BAHAIYAH

NAMA KELOMPOK
ABI MUFTI
GALIH BAYU AJI
RYAN

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur kita selalu ucapkan kepada Allah SWT. Karena nikmat, hidayah,
serta karunianya yang tiada henti-henti selalu diberikan kepada setiap mahluk yang hidup.
Supaya kita bisa saling bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT, yang tidak
bisa dihitung dengan akal manusia berapa banyaknya nikmat yang telah kita dapatkan.
Sholawat serta salam selalu kita curahkan kepada Rasulullah s.a.w, yang telah mewariskan
panji-panji islam kepada pengikutnya yang selalu setia hingga akhir zaman.
Dengan ini kami persembahkan kepada seluruh Mahasiswa maupun Dosen, sebuah
makalah yang telah kami kerjakan dengan rasa semangat akan pentingnya menuntut ilmu.
Seperti perkataan Edward W.Said didalam bukunya orientalisme: Tidak ada kata menyerah
untuk melaksanakan panggilan intelektual dalam memperjuangkan emansipasi dan
pencerahan umat manusia.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Firaq alIslamiyah Aliran Teologi Islam Klasik dan Modern, dengan judul makalah yaitu, Bahaiyah
yang dibimbing langsung oleh bapak Ahmad Hermawan, Lc.,M.A. Memberi kami banyak
pengetahuan tentang aliran bahaiyah. Pada makalah ini, kami akan mengutarakan asal-muasal
munculnya paham Bahaisme dan paham Baabisme, akidah dan pemikirannya, yang tentunya
dengan merujuk pada sumber-sumber yang tersedia. Selanjutnya di akhir pembahasan, kami
akan mengutarakan kritikan-kritikan dan menyampaikan beberapa poin penting terkait
dengan paham ini.
Makalah ini diusahakan dapat memenuhi kebutuhan pembaca pada tingkat
pengenalan akan paham Bahaisme dan paham Baabiisme serta pada posisi yang
memungkinkan membawa kita pada rujukan-rujukan yang ada dan secara sadar dapat
memilih persoalan-persoalan yang ada, baik pada masalah pemikiran yang berkaitan dengan
keyakinan yang hanya bersandar pada naluri semata, ataukah berdasarkan pilihan sadar dari
pengetahuan manusia.
Kami sangat berharap makalah ini dapat dibaca oleh para mahasiswa atau dosen,
untuk sedikit menambah pengetahuan dalam disiplin ilmu Al-Firaq al-Islamiyah. Dan kami
mengharapkan adanya masukan, kritik atas kekurangan didalam isi makalah. Supaya
kedepannya dapat menghasilkan makalah ilmiah yang lebih baik lagi, serta meningkatkan
kreatifitas berfikir untuk kedepan. Terimah Kasih.

DAFTAR ISI

PRAKATA .

A.
B.
C.
D.
E.
F.

BAHAIYAH
SEJARAH
PERKEMBANGAN AJARAN BAHAIYAH.
PENDIRI DAN TOKOH-TOKOHNYA
PEMIKIRANNYA..
PANDANGAN ULAMA TERHADAP BAHAIYAH.....

PENUTUP/KESIMPULAN..

A. BAHAIYAH
Al-Babiyah dan al-Bahaiyah adalah sebuah gerakan yang lahir dari aliran Syiah pada
tahun 1260 H-1844 M dibawah pengayoman penjajah Rusia, Yahudi internasional dan
penjajah Inggris dengan tujuan merusak akidah Islam dan memecah belah barisan kaum
muslimin.

Berdasarkan sumber Wikipedia, bahwa Agama Bah (bahasa Arab: ;


Bahaiyyah) adalah agama monoteistik yang menekankan pada kesatuan spiritual bagi
seluruh umat manusia. Agama Bahai lahir di Persia (sekarang Iran) pada abad 19. Pendirinya
bernama Bahullh. Pada awal abad kedua puluh satu, jumlah penganut Bah sekitar enam
juta orang yang berdiam di lebih dari dua ratus negeri di seluruh dunia.
Pada posisi ini kita menemukan orang-orang yang tidak memiliki sandaran kebenaran,
telah mengambil posisi mereka dengan kecurangan dan kebohongan yang dikarang semata,
sementara mereka mengambil alih peran para nabi dan menisbahkan kepada diri mereka
ataukah mereka beralih memiliki kemampuan dan keahlian tersebut.
Hal-hal seperti ini kita temukan dengan mudah dalam alam pemikiran masyarakat.
Namun, satu hal yang disayangkan sepanjang sejarah peradaban manusia, akan kita temukan
orang-orang yang dalam lingkaran kehidupan spiritual manusia memiliki peranan yang baik
dari para nabi telah menipu dengan muslihat tanpa alasan. Sebuah permasalahan yang
menurut pandangan masyarakat awam adalah satu hal yang sulit dan tidak mudah untuk
dicerna, apalagi menafikan itu sebagai sebuah peristiwa yang pahit dan kita pun akhirnya
tidak menemukan jalan keraguan di dalamnya. Untuk orang-orang yang paham akan
informasi, orang-orang dalam sejarah seperti Aswad Anasi, Musailamah Kadzdzab,
Thalaihah, Sajaah, adalah orang-orang yang mengaku sebagai nabi seperti Nabi Besar Islam
saw dan tak dipungkiri sebagian orang ini telah merusak dan menghilangkan keseimbangan
dalam agama Islam. Dalam sejarah Mazhab Ahlulbait atau Syi'ah kita akan menemukan
orang-orang yang pada zaman para maksumin mengaku sebagai wakil mereka. Bahkan
mereka telah dipilih oleh para imam tadi. Akan tetapi, Imam sendiri tidak mengakui
keberadaan mereka, bahkan mengutuk mereka. Dalam sejarah, orang-orang seperti ini kita
temukan dalam pribadi seperti Abu Khaththab, Abu Harun Makfuf, Muhammad bin Basyir,
Muhammad bin Fira, dll. Dari orang-orang yang seperti inilah yang kemudian memunculkan
paham Bahaisme dan Baabiisme.
Persoalan ini tidak hanya menjadi penggerak, tetapi juga sebuah hal yang
mengejutkan bahkan mendapat sambutan di masyarakat dunia. Keyakinan akan paham ini
tiba pada sebuah tahapan yang di dalamnya penjelasan akan kondisi yang ada sekarang
adalah satu hal yang sangat penting karena menyangkut akan ontologi keislaman, kepribadian
Islam itu sendiri bahkan terkait dengan hakikat dan kebenaran dan layak mendapat
jawabannya. Kondisi budaya yang terbuka dari satu sisi, kemudian faktor media informasi

dari sisi lainnya, sementara sosial kemasyarakatan dari sisi yang lain telah menjadi penyebab
dimana kecenderungan budaya yang cenderung dicermati tanpa dibarengi dengan
pengetahuan yang benar.

B. SEJARAH
Kepercayaan bahaiyah timbul dalam kalangan kaum syiah imamiyah di iran pada
abad XIX. Ada seorang syiah namanya Mirza Ali Muhammad mendakwakan dirinya al
Bab. Arti al Bab ialah pintu. Dalam istilah kaum syiah, pintu ialah pintu yang
menghubungkan manusia dengan imam yang lenyap yang akan keluar akhir zaman. Jadi,
Mirza Ali Muhammad mendakwakan dirinya bahwa ialah yang menjadi pintu bagi kaum
syiah atau bagi seluruh umat islam yang akan menghubungkan mereka dengan imam yang
lenyap yang ditunggu kedatangannya pada akhir zaman.
Bahaiyah atau bahaisme ini menyatukan atau menggabungkan agama-agama Yahudi,
Nasrani, Islam dan lainnya menjadi satu. Hingga aliran ini jelas-jelas dinyatakan sebagai nonIslam. Aliran ini berasal dari Syiah Itsna Asyariyah yang Pendirinya adalah Mirza Ali
Muhammad al-Syairazi (sang Bab) lahir di Iran 1252H/ 1820M. Dia menyerukan bahwa
dirinya adalah potret dari nabi-nabi terdahulu. Tuhan pun menyatu dalam dirinya (hulul),
risalah Nabi Muhammad SAW bukan risalah terakhir.
Mirza Ali dijatuhkan hukuman bunuh pemerintah Iran tahun 1853M. Yang pada
akhirnya dimakamkan di Haifa, Israel. Sebelum mati, Mirza memilih dua muridnya, Subuh
Azal dan Bahaullah. Keduanya diusir dari Iran. Subuh Azal ke Cyprus, sedang Bahaullah ke
Turki. Pengikut Bahaullah lebih banyak, hingga disebut Bahaiyah atau Bahaisme, dan
kadang masih disebut aliran Babiyah, nama yang dipilih pendirinya, Mirza Ali. Kemudian
kedua tokoh itu bertikai, Subuh Azal diusir dari Turki. Bahaullah diusir ke Akka Palestina.
Di sana ia memasukkan unsur syirik dan menentang Al-Quran dengan mengarang Al-Kitab
Al-Aqdas (yang lebih suci) diakui sebagai wahyu, Ia menganggap agamanya universal,
semua agama dan ras bersatu di dalamnya.

C. PERKEMBANGAN AJARAN BAHAIYAH

Pendiri atau pencetus ajaran Bahaiyah adalah Husein Ali yang dikenal dengan alBaha. Ia lahir di Desa Nur di Propinsi Mazandran, Iran, pada 11 November 1817.
Ayahnya bernama al-Mirzah Abbas Basrak an-Nuri merupakan seorang pegawai di
departemen keuangan di Kerajaan Iran (sebelum Republik Syiah Iran). Sang ayah memiliki
hubungan dekat dengan duta besar Iran untuk Rusia dikarenakan saudaranya seorang juru
tulis kepercayaan di kedutaan negeri beruang merah tersebut. Adapun ibu dari Husein Ali
adalah Hanim Jani atau Khatim Jani yang merupakan istri pertama dari Abbas, ayah Husein
Ali.
Husein merupakan anak ke-3 dari 15 bersaudara. Di masa kecilnya Husein tidak
bersekolah di sekolah resmi atau madrasah keagamaan tertentu, ia dididik ayahnya di rumah
mereka. Setelah itu ia berusaha sendiri mengkaji buku-buku untuk menambah khazanah
pengetahuannya. Husein sering membaca buku-buku Sufiyah dan Syiah, terutama buku Syiah
Ismailiyah dan filsafat Yunani klasik. Ia juga terpengaruh dengan pemikiran Budha dan
Zoroaster.
Di masa mudanya, Husein bergabung dengan aliran Babiyah. Sebuah aliran pemikiran
(sekte) yang didirikan oleh Ali Muhammad asy-Syirazi yang mengklaim dirinya sebagai
seorang nabi dan pembawa risalah. Setelah Ali Muhammad asy-Syirazi tewas dieksekusi mati
di tahun 1868, Husein mengklaim dirinya adalah orang yang diwarisi kepemimpinan oleh
pendiri ajaran Babiyah ini. Mulailah orang-orang mengikuti Husein, lalu ia menggelari
dirinya dengan Baha-ullah () .
Saat dakwah Bahai-yah mulai tersebar, kekhalifahan Utsmani pun mengambil
tindakan. Akibatnya pada tahun 1868 Husein diasingkan ke Kota Acre. Tidak disangka,
malah di kota ini Husein mendapat dukungan dari masyarakat Yahudi Acre. Orang-orang
Yahudi menyambutnya dengan hangat, membekalinya dengan harta, dan menjamin
keamanannya. Sejak saat itulah Kota Acre menjadi basis utama ajaran Baha-iyah.
Mendapat angin surga, kesesatan Husein Ali kian menjadi. Dari mengaku sebagai
pembawa risalah, ia meningkatkan maqomnya menjadi pemilik sifat-sifat ilahi. Ia katakan
bahwa dirinya adalah al-Qayyum yang mengurusi para makhluk, ia sematkan sifat kekal
untuk dirinya, ruh Allah menyatu bersamanya, ia mengutus para nabi dan rasul, dan
mewahyukan agama-agama.

Syariat shalat yang lima, Husein kurangi hanya cukup tiga waktu saja, masing-masing
hanya tiga rakaat. Ia menghilangkan syariat shalat Jumat. Wudhu diringkas dengan cukup
membasuh muka dan kedua tangan. Haji bukanlah menuju Mekah, tapi menuju Acre, hanya
wajib bagi laki-laki, dan tidak ada cara dan waktu tertentu, dll. Namun, seruan utama mereka
adalah menggugurkan syariat jihad. Perang sama sekali diharamkan dalam ajaran Bahai-yah.
Di akhir hayatnya, Husein Ali menderita kegilaan, kemudian wafat pada 29 Mei 1892.
Setelah itu, keimaman Baha-iyah diwariskan ke anaknya yang bernama Abbas yang dikenal
dengan Abdul Baha.

D. PENDIRI DAN TOKOH-TOKOHNYA


Pendirinya adalah Mirza Ali Muhammad Ridha asy-Syirazi, 1235-1266/ 1819-1850
M, belajar dari para syaikh aliran Syaikhiyah, sebuah sekte Syiah, pada saat berusia enam
tahun, lalu dia berhenti dan menyibukkan diri dengan berdagang.
Dalam umur enam belas dia kembali belajar, menyibukkan diri mempelajari kitabkitab aliran sufi sambil melakukan latihan-latihan rohani serta amalan-amalan kebatinan yang
melelahkan.
Pada tahun 1259 H, dia pergi ke Baghdad dan dia mulai rajin menghadiri majlis
seorang imam aliran Syaikhiyah di zamannya seperti Kazhim ar-Rasyati, dia mempelajari
pemikiran-pemikirannya dan pemikiran-pemikiran aliran Syaikhiyah. Di majlis ar-Rasyati,
seorang intelejen Rusia Keynazd Ghorky mengenalnya, orang ini berpura-pura masuk Islam
dengan nama Isa an-Nukarani, selanjutnya orang ini mulai mempengaruhi hadirin di majlis
ar-Rasyati bahwa Mirza Ali Muhammad asy-Syirazi ini adalah Imam Mahdi yang ditunggtunggu dan dia merupakan Bab (pintu) dari sini maka aliran ini disebut dengan Babiyahyang menghubungkan kepada hakikat ilahiyah, sang intelejen ini berbuat demikian karena dia
melihat bahwa Mirza asy-Syirazi ini mempunyai kapasitas untuk mewujudkan strateginya
yaitu memecah belah kaum muslimin.
Akhirnya pada malam Kamis, 5 Jumadil Ula 1260, Maret 1844 M, Mirza asy-Syirazi
ini mengumumkan dirinya sebagai Bab, pintu penghubung dengan Tuhan seperti apa yang
diyakini oleh Syiah Syaikhiyah bahwa dia memang akan lahir setelah wafatnya ar-Rasyati,

dia juga mengumukan dirinya sebagai seorang rasul seperti Musa dan Isa bahkan lebih
unggul dari keduanya.
Maka murid-muris ar-Rasyati beriman kepadanya, orang-orang awam tertipu
dengannya, lalu dia mengangkat delapan belas pembawa berita gembira yang bertugas
menyebarkan dakwahnya. Namun pada tahun 1261 H dia tertangkap dan dia mengaku
bertaubat di masjid al-Wakil setelah sebelumnya dia dan para pengikutnya membuat
kerusakan besar di muka bumi berupa pembunuhan terhadap kaum muslimin.
Pada tahun 1266 Mirza asy-Syirazi ini mengaku bahwa Tuhan bersemayam pada
dirinya, namun akhirnya dia berpura-pura bertaubat setelah para ulama mengecamnya dan
membuka kedoknya, namun para ulama tersebut tidak mempercayai taubatnya, karena dia
terkenal penakut dan tidak berani berhadapan langsung, akhirnya dia dihukum mati pada 27
Syaban tahun 1266 H.
Tokoh kedua adalah Qurratul Ain, nama aslinya adalah Ummu Salma, lahir di Qazwin
tahun 1233 H dari bapak bernama Mulla Muhammad Shalih al-Qazwini, salah seorang ulama
Syiah di masanya. Qurratul Ain ini belajar ilmu-ilmu kepada bapaknya dan dia cenderung
kepada akidah Syaikhiyah karena pengaruh pamannya Mulla Ali asy-Syaikhi, sehingga dia
menjadi pengagum akidah dan pemikirannya. Wanita ini berkawan dengan Mirza asy-Syirazi
selama belajar kepada Kazhim ar-Rasyati di Karbala, sampai ada yang berkata bahwa wanita
ini adalah perancang pemikiran-pemikiran Mirza, karena dia adalah wanita orator yang
berpengaruh, dia seorang satrawan dan berlisan fasih di samping dia memang sangat cantik
dan menarik, namun dia seorang wanita fajir, pengagum kehidupan seks bebas, sehingga
suaminya berlepas diri darinya termasuk anak-anaknya.
Dia berperan besar dalam persekutuan rahasia untuk membunuh Syah Nashiruddin alQajari, maka dia ditangkap dan pengadilan menetapkan hukuman bakar hidup-hidup atasnya,
akan tetapi para algojo terlanjur mencekiknya sebelum dibakar pada awal Dzul Qadah tahun
1268 H.
Mirza Yahya Ali, saudara Mirza yang bergelar Shubh Azal, Mirza menyerahkan
kepemimpinan setelahnya kepadanya, kawan-kawannya disebut dengan Azaliyin, tetapi
saudaranya yang lain Mirza Husain al-Baha tidak menerima hal itu, dia berusaha merebut
kepemimpinan, kerasulan dan ketuhanan darinya, sehingga kedua orang ini berusaha untuk
meracuni yang lain. Pertengkaran antara para pengikut Azal dengan al-Baha terus

berlangsung, sehingga pemerintah Khilafah Usmaniyah membuang al-Baha dengan para


pengikutnya ke Akka, sedangkan Shubh Azal bersama para pengikutnya dibuang ke Qubrus,
di sanalah dia mati dalam usia delapan dua tahun pada 28 April 1012 M, sebelum dia telah
mengangkat anaknya untuk menggantikannya, namun anaknya ini masuk Kristen sehingga
para pengikutnya meninggalkannya.
Mirza Husain Ali yang berjuluk Bahaullah, lahir tahun 1817 M, orang ini bersaing
dengan saudaranya Shubh Azal memperebutkan kepemimpinan aliran. Dia mengumukan di
Baghdad di depan para pengikutnya bahwa dia adalah utusan Allah di mana ruh ilahi
bersemayam pada dirinya.
Mirza Husain ini berusaha membunuh saudaranya, Shubh Azal, dia mempunyai
jalinan erat dengan orang-orang Yahudi di Turki. Pada tahun 1892 M, sebagian Azaliyin
membunuhnya dan dia dikubur di Akka, dia meninggalkan buku berjudul al-Aqdas yang
menyerukan agar kaum Yahudi Zionis bersatu di Palestina.
Abbas Afandi yang bergelar Abdul Baha, lahir tahun 1844 H, bapaknya al-Baha
mewasiatkannya sebagai penerusnya, Abbas ini adalah orang yang berkepribadian gigih,
sehingga sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa kalau bukan karena Abbas ini niscaya
Babiyah tidak akan tegak dan bertahan. Para pengikut aliran ini mengakuinya mashum
(terjaga dari dosa), dia memberikan gelar rububiyah kepada bapaknya sehingga dia mampu
mencipta.
Dia menjalin hubungan akrab dengan Zionis, dia hadir dalam muktamar Yahudi tahun
1911 M, dia berusaha membentuk kekuatan baru di tengah-tengah bangsa Arab untuk
mendukung kaum Zionis, karena upaya-upayanya dalam mendukung Yahudi di Palestina,
pemerintah Inggris memberinya gelar Sir di samping gelar-gelar kehormatan lainnya.
Orang ini aktif berkeliling, dia mengunjungi London, Amerika, Jerman, Iskandariyah
dan kota-kota lainnya untuk berdakwah, dia mendirikan pusat terbesar bagi aliran ini di
Chicago, sebelum akhirnya dia mati di Kairo Mesir pada tahun 1340 H atau 1921 M.
Syauqi Afandi, dia penerus kakeknya Abdul Baha dalam usia dua puluh empat tahun
pada tahun 1340 H/1921 M. Dia meneruskan perjuangan kakeknya dalam menyusun kembali
para pengikut di seluruh dunia, dia mati di London karena serangan jantung dan dia
dimakamkan di sebuah wilayah khusus hadiah dari pemerintah Inggris kepada aliran
Bahaiyah ini.

E. PEMIKIRAN AJARAN BAHAIYAH


Baha-iyah bahwasanya Allah menyatu dalam diri Baha-ullah, Husein Ali. Karena itu,
dalam ajaran ini diyakini Baha-ullah lah yang menciptakan segala sesuatu. Dalam ajaran ini,
angka 19 adalah angka suci sehingga tidak heran mereka menjadikan bulan ada 19 bulan dan
terdiri dari 19 hari. Mereka menjadikan Zoroaster, Konfusius, dan tokoh-tokoh besar lainnya
di kalangan India dan Cina sebagai nabi. Mereka mengharamkan hijab bagi wanita dan
menghalalkan mutah.
Ajaran ini cukup diakui oleh orang-orang Eropa dan Amerika lantaran eksistensi
Abbas Abdul Baha yang senantiasa turut serta dalam berbagai konfrensi orang-orang Eropa
dan Amerika, baik konfrensi itu mengenai komunisme atau tentang sekulerisme. Sebagai
pengakuan eksistensi Baha-iyah, di Chicago, Baha-iyah, pernah diadakan konfrensi Bahaiyah
terbesar sepanjang sejarah aliran ini.
Populasi terbesar orang-orang Baha-iyah berada di Iran, kemudian sebagian kecil
berada di Irak, Suriah, Libanon, dan Palestina. Berikut adalah pemikiran bahaiyah;
1. Pengikut aliran ini meyakini bahwa Mirza Ali Muhammad Ridha asy-Syirazi yang
berjuluk al-Bab adalah pencipta segala sesuatu dengan kalimatnya, dialah awal dari
segala sesuatu.
2. Mereka meyakini akidah hulul, ittihad dan reinkarnasi, bahwa azab hanya berlaku
untuk arwah mirip dengan khayalan.
3. Meyakini Budha adalah yang benar, Konghucu adalah agama langit, Zeroaster adalah
agama yang lurus, para tokoh India, Cina dan Persia adalah para nabi.
4. Meyakini bahwa Isa al-Masih disalib.
5. Mentakwilkan al-Qur`an dengan takwil-takwil kebatinan agar sejalan dengan hawa
nafsu mereka.
6. Mengingkari mukjizat para nabi, para malaikat, jin, surga dan neraka.
7. Mengharamkan hijab atas wanita, menghalalkan nikah mutah, meyakini bahwa harta
dan wanita adalah milik bersama.
8. Agama Mirza Ali Muhammad menasakh agama Muhammad saw.
9. Shalat dengan sembilan rakaat sebanyak tiga kali, wudhu dengan air kembang, jika
tidak ada maka bismilahnya dengan mengucapkan, Bismillah al-Athhar al-Athar lima
kali. Tidak ada shalat jamaah selain shalat janazah dengan enam takbir, setiap takbir
mengucapkan Allah Abha.

10. Jihad dan mengangkat senjata haram hukumnya, hal ini karena aliran ini merupakan
pelayan penjajah barat.
11. Tidak mengakui bahwa Muhammad saw adalah nabi penutup, meyakini bahwa wahyu
belum terputus, mereka menulis kitab-kitab yang menentang al-Qur`an yang penuh
dengan kekeliruan dan bahasa yang rendah dan menggelikan.
12. Haji bukan ke Makkah akan tetapi ke kuburan Bahaullah di Akka Palestina.

F. PANDANGAN ULAMA TERHADAP BAHAIYAH


Pada tahun 2003, Lajnah Fatwa bil Majma al-Buhuts al-Islamiyah al-Azhar
menetapkan bahwa Islam tidak mengenal dan sama sekali tidak menjadi bagian dari Bahaiyah. Syaikh Jad al-Haq Ali Jad al-Haq Syaikh al-Azhar- menyatakan bahwa Bahaiyah
adalah pemikiran non-Islam, tidak boleh seorang muslim meyakini, dan berafiliasi pada
gerakan ini. Alasannya adalah karena Baha-iyah menyerukan bersatunya Allah dalam wujud
makhluknya, membuat syariat yang sama sekali tidak berasal dari tuntunan Alquran dan
sunnah, mengklaim kenabian bahkan ketuhanan.
Bahaiyah merupakan pemikiran ekstrim yang menggabungkan keyakinan beberapa
agama, filsafat, dan tidak memiliki cita-cita untuk perbaikan umat Islam.

G. PENUTUP/KESIMPULAN
Jadi pada dasarnya penganut Bahaiyah menerima segala aspek dalam seluruh agama.
Mirza Ali Muhammad adalah pemimpin sekaligus pendiri aliran Bahaiyah, dia menganggap
bahwa dirinya adalah penyempurna dari ajaran Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad.
Mirza Ali Muhammad meyakini bahwa seluruh agama adalah sama, sama-sama menyembah
dan beribadah kepada satu Tuhan yang Maha Esa, hanya saja cara beribadahnya yang

berbeda. Dari situlah muncul pemikiran Mirza Ali bahwa seluruh agama pada dasarnya sama,
dan dia membentuk golongan Bahaiyah untuk keselarasan seluruh umat manusia.
Kitab yang dianut oleh Bahaiyah adalah Al-Kitab Al-Aqdas. Kitab ini memansukhkan
atau menggabungkan ajaran-ajaran dari kitab agama lain, seperti Al-Quran, Injil, Taurat, &
Zabur. Rumah ibadah Bahaiyah adalah Mashriqul-Adhkar, yang secara harifah berarti
tempat terbit pujian kepada Tuhan. Rumah ibadah Bahaiyah terbuka untuk seluruh
penganut agama yang ingin berdoa atau sembayang.
Mereka menyebut aliran Bahaiyah sebagai agama yang Independent yang bersifat
universal dan diterima oleh semua orang, semua suku, dan semua agama. Mereka
menyebutnya sebagai agama Internasional.
Mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbarui
lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keesaan Tuhan, kesatuan agama,
dan persatuan seluruh umat manusia. Hal tersebut adalah tujuan utama aliran Bahaiyah.

BAHAN BACAAN
website resmi., www.bahaiindonesia.org

Kristeva, Nur Sayyid Santoso., Sejarah Teologi Islam dan Akar Pemikiran
Ahlusunnah Wal Jamah, Cet 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/beliefs_library/religious_and_
sects/paham_bahaiyah_babiyah/001.html
http://hamzahjohan.blogspot.co.id/2015/06/bahai-pengertian-ajaran-dan.html
https://abangdani.wordpress.com/2014/07/25/mengenal-sekte-bahaiyyah-albabiyahal-bahaiyah/

Anda mungkin juga menyukai