Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN PADA MASA BILAL BIN RABAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah: Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Mufatihatut Taubah, S.Ag, M.Pd.I

Oleh:

Kelompok 1

Shoimatun Niswah 1710110332

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah Islam mulai lahir di Jazirah Arab, dimulai dengan turunnya wahyu
pertama kali yaitu pada suatu malam tanggal 29 Ramadhan tahun 611 Masehi
itu ditanda dengan diturunkannya surat Al-Alaq ayat 1-5 dan Muhammad
telah terpilih sebagai Nabi. Perbudakan pada awal Islam sangat melembaga
dalam artian perbudaka di Jazirah Arab sangat banyak, salah satu budak ketika
awal Islam masuk adalah Bilal bin Rabah. Yaitu seorang yang berkuit hitam
dari Habasyah (sekarang Ethiopia)
Bilal bin Rabah adalah termasuk rang pertama yang memeluk Islam.
Kegigihan dan ketabahan seorang budak yang bernama Bilal bin Rabah sangat
memberika sebuah pelajaran bagi manusia khususnya bagi kaum Muslimin
diseluruh dunia bahwa sosok budak yang terus disiksa dengan kegigihannya
dia menjadi seorang muslim yang taat dan selalu berada di samping
Rasulullah SAW. sampai Rasulullah wafat yang kemudian menjadi
kepercayaan Rasulullah daam menumandangkan adzan, sehingga cikal bakal
pengumandang adzan yang selalu dikumandangkan oleh kaum yang beragama
Islam diseluruh alam semesta sampai hari kiamat setiap lima kali dalam sehari
itu adalah Bilal bin Rabah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Bilal bin Rabah?
2. Bagaimana Proses Bilal bin Rabah Memeluk Agama Islam?
3. Bagaimana Konsep Pendidikan Bilal bin Rabah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Bilal Bin Rabah
Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi, ia berasal dari negeri
Habasyah yang sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan di
gelari Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun
sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah al-Habsy. Sementara ibunya
bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di
Mekkah. Sebagian Orang memanggil Bilal dengan sebutan Ibnus Sauda’
(putra wanita hitam). Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura’ (Mekkah) sebagai
seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meninggal,
Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum
kafir.1
Sebagai keturunan Afrika, Bilal mewarisi warna kulit hitam, rambut
keriting lebat, dan postur tubuh yang sangat tinggi. Bilal adalah seorang yang
teguh pendiriannya, berwibawa, cerdas, kuat daya ingatnya dan orang yang
bagus akhlaknya. Salah satu terpenting adalah perkataannya yang jujur,
bahkan juga pada seluruh perbuatannya, baik saat beraktifitas maupun ketika
diam tenang.2
Suatu ketika Bilal meminang dua wanita untuk dirinya dan saudaranya
dalam Islam yaitu Abu Ruwaihah. Dia ingin meminang seorang perempuan
dari kalangan warga Yaman dengan mengajak Bilal karena berharap mau
menerimanya sebagai suami dari anak perempuan mereka. Karena siapa saja
yang menjadi saudaranya Bilal, maka akan dinikahkannya. Setelah urusannya
selesai dan diterima lamaran saudaranya, Bilal mulai memikirkan
kehidupannya akhirnya beliau meminang seorang bernama Hind.
Bilal menetap di Syam sebagai muslim yang tekun beribadah dan zuhud
terhadap dunia. Dia sabar menunggu waktu bertemu lagi dengan kekasihnya,
Rasulullah Muhammad dan para Sahabat yang mendahuluinya. Selang
1
Ahmad Zacky El-Syafa, Ia Hidup Kembali Setelah Mati 100 Tahun: Kisah-kisah Haru yang
Mempertebal Iman, 2013, Media Pressindo.
2
Muhammad Ihsan, Kisah Sahabat Nabi For Kids, Bekasi: Sukses Publishing, 2012, hlm. 283
beberapa tahun, Muadzin pertama dan terbesar pada masa itupun menderita
sakit yang sangat serius. Wajahnya memucat dan matanya tertutupi cairan.
Bilalpun menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 20 Hijriyah, di
Damaskus, Syiria. Waktu itu istrinya sekitar 60 tahun, pada zaman
kekhalifahan Umar bin Khatab.3
B. Proses Bilal bin Rabah Memeluk Agama Islam
Ketia Makkah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung, Bilal
adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Beliau menerima
ajakan dari Abu Bakar untuk masuk ke dalam Agama Islam setelah
mendengar beberapa kebenaran yang di bawa oleh Rasulullah. Ketika itu Bilal
berusia tiga puluh tahun. Berita rahasia keislaman Bilalpun tercium dan
beredar sampai ke telinga majikannya yaitu Umayyah bin Khalaf, yang
menganggap keislaman seorang hambanya sebagai tamparan pahit yang
menghina dan menjatuhkan kehormatannya.4
Demi keyakinan yang dipeluknya, ia mendapat siksaan pedih dari
majikannya yang kafir. Leher Bilal diikat dan diseret seperti binatang sehingga
sekujur tubuhnya berdarah. Bilalpun juga ditelentangkan di padang pasir yang
sangat panas kemudian dadanya ditaruh batu besar dan berat sehingga sulit
bergerak. Siksaan kejam itu dilakukan berhari-hari. Tujuan Umayyah
menyiksa Bilal seperti itu untuk meninggalkan ajaran Muhammad. Tetapi
Bilal tetap pada pendiriannya untuk memeluk agama Islam dan memberikan
jawaban yang mantap dari hati yaitu “Ahad, Ahad” yang artinya (Allah Maha
Esa).
Hingga suatu hari, Abu Bakar melihat Bilal yang sedang disiksa hingga
menimbulkan rasa kasihan. Dengan marahnya, Abu Bakar berkata, “Hai
Umayyah! Tidak takutkah kamu akan pengadilan Allah yang maha agung dan
maha mulia. Sungguh demikian kejamnya kau menyiksa orang!. Ambillah
tebusan yang lebih besar daripada harganya dariku, lalu bebaskan dia.”

3
Yusni A. Ghazali, Terbakar Kumandang Azan, Mizan Pustaka, 2008.
4
Sri Pajriah dan Andi Mulyadi, Peranan Bilal bin Rabah dalam Perkembangan Islam di Jazirah
Arab Tahun 611 M-641 M, Jurnal Artefak Vol. 2 No. 1, Maret 2014.
Hingga akhirnya Abu bakar membelinya dengan harga 100 uqiyah emas dan
telah berhasil memerdekakan Bilal bin Rabah.5
C. Konsep Pendidikan Bilal bin Rabah
1. Dingkatnya Bilal bin Rabah Menjadi Muadzin Pertama
Sahabat Bilal adalah orang pertama yang mengumandangkan
adzan. Beliau ditunjuk langsung oleh Rasulullah sebagai muadzin ketika
Rasulullah telah selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan
menetapkan adzan. Saat sholat dzuhur tiba, ribuan orang berkumpul di
sekitar Rasulullah termasuk orang-orang Quraish yang baru masuk Islam.
Pada saat yang bersejarah itu, Rasulullah saw. memanggil Bilal agar naik
ke atap Ka’bah untuk mengumandangkan adzan. Bilalpun melaksanakan
perintah Rasulullah dengan senang hati, lalu mengumandangkan adzan
dengan suara yang lantang.
Bilal menjadi muadzin tetap selama Rasulullah saw. hidup. Sejak
kepergian Rasulullah, Bilal memohon kepada Abu Bakar agar
diperkenankan tidak mengumandangkan adzan lagi, karena beliau tidak
sanggup mengenang kepergian Rasulullah. Selain itu Bilal juga meminta
izin untuk berperang ke wilayah Syam. Kemudian beliau tinggal di daerah
Darayya yang tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau
mengumandangkan adzan hingga kedatangan Umar bin Khattab ke
wilayah Syam. Dalam kesempatan tersebut, Khalifah Abu Bakar
memintanya untuk jadi muadzi lagi. Tetapi Bilal menolak dan berkata “
Biarkan aku menjadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan
muadzin siapa-siapa lagi.
Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi
hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya, “Hai Bilal, kenapa engkau tak
mengunjungiku? Kenapa sampai begini?.” Spontan Bilal terbangun dan
bergegas menuju Madinah. Sesampai di makam Rasulullah, ia meneteskan
air mata. Ia bolak-balikkan wajahnya diatas pusara kekasihnya (Nabi
SAW). Dua pemuda datang menghampiri dan meminta Bilal untuk

5
Abdul Latip Talib, Bilal bin Rabah, PTS Litera, 1990, hlm. 2.
mengumandangkan adzan lagi serta menegenang kakeknya. Yaitu cucu
Nabi, Hasan dan Husein. Dan Bilalpun memenuhi permintaan itu.
Hari itu Madinah mengenang masa saat masih ada Nabi. Tak ada
pribadi yang agung yang begitu dicintai seperti Nabi. Dan adzan itu, adzan
yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama dan terakhir Bilal
semenjak Nabi wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan
adzan sebab kesedihan yang terlalu mendalam mengenang sseorang yang
karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi.
2. Konsep Pemikiran Pendidikan Bilal bin Rabah
a. Pendidikan ketauhidan yang dipertahankan dan diperjuangkan Bilal
bin Rabah ketika mendapat siksaan dari tuannya. Beliau tetap
memeluk agama Allah meskipun siksaan yang kejam selalu
diterimanya. karena konsep keesaan tuhan adalah hal yang wajib dan
mutlak.6
b. Mimpi bertemu Rasulullah adalah hak. “Dan siapa saja yang melihat
Rasulullah dalam tidurnya maka dia benar-benar telah melihat
Rasulullah saw., karena setan tidak bisa menyerupainya.” (HR.
Bukhari Muslim). Dan seorang yang pernah bermimpi bertemu
Rasulullah maka insya Allah ia akan meninggal husnul khatimah.
(Abdullah Al-Harari, ahli Hadis abad ke-21 dari Lebanon)
c. Ziarah ke pusara Rasulullah merupakan amalan yang baik.
d. Menangis dan mencium pusara Rasulullah sebagai ekspresi cinta dan
kerinduan adalah hal yang wajar. Rasulullah bersabda, “Seseorang
akan dikumpulkan kelak dengan orang yang ia cintai.” (HR Al-
Bukhari)
e. Adzan hendaknya dikumandangkan dengan suara yang nyaring.
Sebagaimana Bilal yang bersuara lantang ketika naik keatap masjid
Nabawi.

6
Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny, Pendidikan Agama Islam, Edu Publisher, 2018, hlm. 12.
f. Ziarah kubur dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang,
dan mengingatkan akan akhirat. (HR. Al-Hakim).7

7
Teguh Pramono, 100 Muslim Paling Berpengaruh dan Terhebat Sepanjang Sejarah, Yogyakarta:
Diva Press, 2015.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bilal bin Rabah Al-Habasyi berasal dari negeri Habasyah yang sekarang
Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah dan di gelari Muadzdzin Ar-Rasul.
Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya
bernama Rabah al-Habsy. Sementara ibunya bernama Hamamah, seorang
budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekkah. Bilal mewarisi warna
kulit hitam, rambut keriting lebat, dan postur tubuh yang sangat tinggi. Bilal
adalah seorang yang teguh pendiriannya, berwibawa, cerdas, kuat daya
ingatnya dan orang yang bagus akhlaknya. Ia menikah dengan seoang wanita
dari bangsa Yaman yang bernama Hind. Bilal menghembuskan nafas
terakhirnya pada tahun 20 Hijriyah, di Damaskus, Syiria.
Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Beliau
menerima ajakan dari Abu Bakar untuk masuk ke dalam Agama Islam setelah
mendengar beberapa kebenaran yang di bawa oleh Rasulullah. Demi
keyakinan yang dipeluknya, ia mendapat siksaan pedih dari majikannya yang
kafir. Bilal ditelentangkan di padang pasir yang sangat panas kemudian
dadanya ditaruh batu besar dan berat sehingga sulit bergerak. Kemudian Abu
Bakar datang menolong Bilal dengan membelinya dari majikannya yang
bernama Umayyah bin Khalaf untuk kemudian di merdekakan.
Sahabat Bilal adalah orang pertama yang mengumandangkan adzan.
Beliau ditunjuk langsung oleh Rasulullah sebagai muadzin ketika Rasulullah
telah selesai membangun Masjid Nabawi di Madinah dan menetapkan adzan.
Konsep pendidikan pada masa Bilal yaitu tentang ketauhidan yang
dipertahankan dan diperjuangkan Bilal bin Rabah ketika mendapat siksaan
dari tuannya. Beliau tetap memeluk agama Allah meskipun siksaan yang
kejam selalu diterimanya.
DAFTAR PUSTAKA

El-Syafa, Ahmad Zacky. 2013. Ia Hidup Kembali Setelah Mati 100 Tahun:
Kisah-kisah Haru yang Mempertebal Iman. Media Pressindo.

Ihsan, Muhammad. 20112. Kisah Sahabat Nabi For Kids. Bekasi: Sukses
Publishing.

Ghazali, Yusni A. 2008. Terbakar Kumandang Azan. Mizan Pustaka.

Sri Pajriah dan Andi Mulyadi. 2014. Peranan Bilal bin Rabah dalam
Perkembangan Islam di Jazirah Arab Tahun 611 M-641 M. Jurnal
Artefak Vol. 2 No. 1.

Khomaeny, Elfan Fanhas.2018. Fatwa Pendidikan Agama Islam. Edu Publisher.

Talib, Abdul Latip. 1990. Bilal bin Rabah. PTS Litera.

Pramono,Teguh. 2015. 100 Muslim Paling Berpengaruh dan Terhebat Sepanjang


Sejarah. Yogyakarta: Diva Press.

Anda mungkin juga menyukai