Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

STUDI TAFSIR INSTITUSI ORMAS DI INONESIA

tentang

Persatuan Tarbiyah Islamiyah [Perti] dan Persatuan Islam [Persis]

Kelompok 3

Al Hasan 2015050075

Neri Yufliana 2015050118

Agusman Efendri 2115050072

Dosen Pengampu

Sefri Auliya, S. Th.I., M. Ud

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

2023 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Persatuan Tarbiyah Islamiya (Perti) dan Persatuan Islam (Persis) . Tugas ini diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Studi Tafsir Institusi Ormas di Indonesia yang
bertujuan untuk menjelaskan materi terkait Perti dan Persis.

Maka dari itu, kami sebagai pemakalah mencoba untuk menyajikan sebuah
makalah yang membahas . tentang latar belakang, tujuan, pro-kontra, tokoh atau kitab
rujukan dan contoh penafsirannya. Dan kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Studi Tafsir Institusi Ormas di Indonesia atas materi
yang sudah diamanahkan kepada kami pada kesempatan kali ini. Serta ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan serta kurangnya materi yang kami sajikan,
kami meminta maaf dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya.

Padang, 26 Maret 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. LatarBelakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Latar Belakang Perti dan Persis .......................................................................... 3


B. Tujuan Perti dan Persis di Dirikan ..................................................................... 7
C. Pro-Kontra Perti dan Persis................................................................................. 8
D. Tokoh atau Kitab Tafsir Rujukan Perti dan Persis........................................... 12
E. Contoh Penafsiran Ayat oleh Perti dan Persis ................................................... 13

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 16

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
B. Kritik dan Saran .................................................................................................. 17

DAFTARPUSTAKA ......................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia, disusul secara berturut-turut


oleh Pakistan, India, Bangladesh dan Turki. Sebagai negara muslim terbesar,
Indonesia memiliki peranan penting di dunia Islam sehingga posisinya cukup
diperhitungkan. Munculnya Indonesia sebagai kekuatan baru di dunia Internasional
juga didukung oleh realitas sejarah yang dibuktikan dengan munculnya ormas-ormas
Islam di Indonesia yang sebagian besar telah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Sejarah ormas Islam sangat panjang. Mereka hadir melintasi berbagai zaman sejak
masa kolonialisme Belanda, penjajahan Jepang, pasca-kemerdekaan Orde Lama, era
pembangunan Orde Baru, dan masa demokrasi Reformasi sekarang ini.

Dalam lintasan zaman yang terus berubah itu, satu hal yang pasti, ormas-
ormas Islam telah memberikan kontribusi besar bagi kejayaan Islam di Indonesia.
Dinamika hukum Islam di Indonesia tidak lepas dari peran dan kontribusi ormas-
ormas Islam dalam mendorong pengembangan dan penerapannya. Hukum Islam telah
mengalami perkembangan yang pesat berkat peran ormas Islam yang diaktualisasikan
melalui kegiatan di berbagi bidang, seperti bidang pendidikan, kesehatan hingga
politik. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut
mengenai peran organisasi-organisasi Islam dalam pengembangan dan penerapan
hukum Islam di Indonesia.

Organisasi masyarakat atau disingkat ormas adalah suatu istilah yang


digunakan di Indonesia terhadap organisasi berbasis massa yang dibentuk dengan
tujuan tertentu berdasarkan kesepakatan bersama. Ormas dapat dibentuk berdasarkan
beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya: agama, pendidikan dan sosial. Dengan
demikian, ormas Islam dapat diartikan sebagai organisasi berbasis massa yang
disatukan oleh tujuan untuk memperjuangkan tegaknya agama Islam sesuai Al-
Qur‟an dan Sunnah serta memajukan umat Islam dalam berbagai bidang baik dalam
bidang agama, pendidikan, sosial maupun budaya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Perti dan Persis?
2. Apa tujuan didirikannya Perti dan Persis?
3. Apa saja pro-kontra Perti dan Persis?
4. Siapa tokoh atau tafsir rujukan Perti dan Persis?
5. Bagaimana contoh penafsiran ayat oleh Perti dan Persis?

C. Tujuan

1. Mengetahui latar belakang berdirinya Perti dan Persis.


2. Mengetahui tujuan didirikannya Perti dan Persis.
3. Mengetahui pro-kontra Perti dan Persis.
4. Mengetahui tokoh atau tafsir rujukan Perti dan Persis.
5. Mengetahui contoh penafsiran ayat oleh Perti dan Persis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Perti dan Persis

1. Persatuan Tarbiyah Islamiyah [Perti]

Menurut sejarah, dulu di daerah Minang banyak terjadi praktik-praktik


keagamaan yang di campuradukkan dengan aspek-aspek tradisi animis sebelum Islam,
sehingga berwajah sinkretis (aliran baru yang lahir dari perpaduan beberapa paham
atau aliran berbeda). Kenyataan-kenyataan seperti itu menggelisahkan beberapa tokoh
ulama Minangkabau yang menginginkan bersihnya Islam dari unsur-unsur luar yang
bertentangan dengan ajaran-ajarannya sendiri. Ulama-ulama itu, terutama sekali,
adalah Haji Miskin, Haji Sumanik, Dan Haji Piobang yang baru pulang dari Makkah
pada permulaan abad ke-19.1 Mereka segera melakukan gerakan menentang tradisi
atau adat istiadat yang bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Hanya
saja, karena gerakan mereka dijalankan secara keras, dan didukung oleh beberapa
tokoh muda yang beraliran radikal, seperti Tuanku Nan Renceh usaha tersebut
melahirkan apa yang kita kenal dengan “Perang Pader".

Pada hakikatnya kaum tua adalah kelompok kaum muslimin Minangkabau


yang dalam bidang akidah mengikatkan diri kepada paham Ahl Al-Sunnah Wa Al-
Jama‟ah ajaran Abu Al-Hasan Al-Asy‟ari dan Abu Muslim Al-Maturidi, sedangkan
dalam bidang ibadah bersandar diri kepada Mazhab Syafi‟i. Sekalipun tidak
semuanya menganut dan mengamalkan ajaran tarekat, namun pada prinsipnya mereka
mengakui kebenaran tarekat, yang di pandang mu‟tarabah, dan oleh karena itu
mereka merasa terpanggil untuk mempertahankannya.2 Pada bulan April 1916 kaum
muda membentuk organisasi “perkumpulan guru agama Hindia Belanda” sehingga
menimbulkan reaksi yang sama di kalangan kaum tua.

Untuk menyaingi kaum muda Pada bulan Juni 1921 kaum tua mendirikan
organisasi “tandingan” dengan nama “ijtihad ulama Minangkabau” organisasi ini
didirikan atas prakarsa Syekh Abbas Padang Lawas, Syekh Sulaiman Arrasuli, dan
1
Alaiddin Koto, Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sejarah, Paham Keagamaan, Dan Pemikiran
Politik 194-1970, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 16
2
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1980), hlm. 38-
47.

3
lain-lain sebagainya. Pada tahun 1926 Syekh Sulaiman Arrasuli mengubah sistem
pendidikan halaqah di Pesantren Candung menjadi madrasah sebagaimana dilakukan
kaum muda. Nama madrasah yang didirikannya pada awalnya di usulkan bernama
Tarbiyatul-u al-hullab, tetapi karena menggunakan nama yang akar kata-kata dalam
bahasa Arabnya sama dengan Sumatra Thawallib, akhirnya diganti namanya menjadi
“Tarbiyah Islamiyah”.Selanjutnya, sejak tahun 1926 Syekh Sulaiman Arrasuli telah
mengambil langkah penting untuk memperbarui sistem pendidikan di Surau Baru,
Candung yang didirikan tahun 1327 H. (1908 M). Cara berhalaqah di surau
diubahnya menjadi kelas madrasah. 3

Di samping itu, ia juga melengkapi madrasahnya dengan berbagai sarana


pendidikan modern, seperti meja, kursi, papan tulis, dan sebagainya. Melihat
pertumbuhan dan perkembangan madrasah-madrasah Tarbiyah Islamiyah di
Minangkabau sekitar tahun 1926, seperti tersebut di atas, timbullah hasrat Syekh
Sulaiman Arrasuli untuk menyatukan ulama-ulama kaum tua, terutama para pengelola
madrasah, dalam suatu wadah organisasi. Untuk itu, ia memprakasai sebuah
pertemuan besar di Candung pada tanggal 5 Mei 1928. Di samping untuk membentuk
sebuah organisasi, pertemuan itu dimaksudkan pula untuk merumuskan kesatuan pola
dari madrasah-madrasah yang ada, baik nama maupun sistem pengajaran dan
kurikulumnya.

Pertemuan inilah yang malahirkan organisasi Persatuan Madrasah Tarbiyah


Islamiyah, sebagai organisasi yang bertanggung jawab untuk membina, bernama
Persatuan Tarbiyah Islamiyah dalam sebuah rapat di Candung pada tanggal 20 Mei
memperjuangkan, dan mengembangkan madrasah-madrasah Tarbiyah Islamiyah yang
ada. Keinginan ini diwujudkan dengan melahirkan organisasi baru yang 1930 dan
disingkat PTI. Dan pada rapat selanjutnya 11-16 Februari 1935 di Bukittinggi,
Sirajuddin Abbas terpilih menjadi ketua PTI, dalam masa kepengurusan ini berhasil
diterbitkan majalah Soerati dan disusunnya anggaran dasar dan aggaran rumah tangga
Persatuan Tarbiyah Islamiyah.

Jika sebelumnya organisasi ini disingkat dengan PTI, maka dalam anggaran
dasar yang baru singkatan PTI diubah dan diganti dengan singkatan PERTI. Pada

3
Alaiddin Koto, Op.Cit., hlm. 21.

4
tanggal 5 November 1945 Wakil Presiden Republik Indonesia Muhammad Hatta,
mengeluarkan maklumat tentang pemberian kesempatan bagi seluruh bangsa
Indonesia untuk mendirikan partai-partai politik.4 Maklumat ini segera disambut oleh
PERTI dengan mengadakan rapat pleno pengurus besarnya pada tanggal 22
November 1945. Pada tanggal 5 Januari 1973 P.I. PERTI difusi ke PPP bersama
partai Islam lainnya seperti: Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII), dan Partai muslimin Indonesia (PARMUSI).

Hal ini bertujuan untuk penyederhanaan sistem kepartaian di Indonesia dalam


menghadapi Pemilihan Umum pertama pada masa Orde Baru tahun 1973. Pada tahun
1988 P.I. PERTI tidak sejalan lagi dengan kebijaksanaan pimpinan PPP dan
menanggalkan “baju politik “ nya kembali lagi ke status organisasi sosial keagamaan
Persatuan Tarbiyah Islamiyah dengan sebutan nama organisasi PERTI.

2. Persatuan Islam [Persis]

Persatuan Islam (disingkat Persis) adalah sebuah organisasi Islam diIndonesia.


Lahirnya Persis diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan (penalaahan
agama Islam di kota Bandung yang dipimpin oleh H.Zamzam dan H. Muhammad
Yunus, dan kesadaran akan kehidupan berjamaah,berimamah, berimarah dalam
menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk
mendirikan sebuah organisasi baru dengan ciri dan karateristik yang khas, yang
berbeda dengan organisasi-organisasi lain yang berdiri pada awal abad ke-20.5 Ciri
Persatuan Islam menurut Federspiel yang dikutip oleh Hanun Asrohah yaitu
kegiatannya dititik beratkan pada pembentukan faham keislaman.Gagasan pendirian
organisasi ini berasal dari pertemuan yang bersifat kenduri yang diadakan secara
berkala di rumah salah satu anggota kelompok yangberasal dari Sumatera, tetapi telah
lama tinggal di Bandung.

Pada saat itu, diantara yang hadir adalah Haji Zamzam, Haji Muhammad
Junus dan Pakih Hasjimdari Surabaya selaku penceramah agama. Setelah selesai
berkenduri, biasanyadilanjutkan dengan berbincang-bincang tentang persoalan-
persoalan agama dangerakan-gerakan keagamaan, baik di Indonesia maupun di
negara-negaralain. Dalam perbincangan inilah, terutama Haji Zamzam dan Haji

4
Hamka, Muhammadiyah Di Minangkabau, (Jakarta: Yayasan Nurul Islam 1974),
5
Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm.167.

5
Muhaammad Yunus dari lingkungan ketiga family tadi banyak mengemukakan
pikiran-pikirankarena mereka memang mempunyai pengetahuan yang agak luas.6

Pada tanggal 17 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342H,


kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama“Persatuan
Islam” (Persis), oleh sekelompok orang Islam yang berminat dalam studi dan aktivitas
keagamaan. Persatuan Islam didirikan di Bandung yang dipelopori oleh Haji Zamzam
(1894-1952) dan Haji Muhammad Junus. Persatuan Islam pada awal berdirinya
dipimpin oleh Zamzam, ia adalahseorang alumnus Dâr al-„Ulûm Mekkah yang sejak
tahun 1910-1912 menjadi guru agama di sekolah agama Dâr al-Muta'alimîn.Ia
bersama teman dekatnya, H.Muhammad Yunus, seorang pedagang sukses yang sama-
sama kelahiranPalembang, yang di masa mudanya memperoleh pendidikan agama
secaratradisional dan menguasai bahasa Arab, sehingga ia mampu autodidak melalui
kitab-kitab yang jadi perhatiannya.

Persis didirikan atas dasar Islam.Persis didirikan dengan tujuan


untukmemberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh
Rasulullah Saw. dan memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam
tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan budaya lokal,
sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan
membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih. Oleh karena itu, lewat para ulamanya
seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan Hassan Bandung atau Hassan
Bangil, Persis mengenalkan Islam yang hanya bersumber dari Al- Quran dan Hadits
(sabda Nabi).

Organisasi Persatuan Islam telah tersebar di banyak provinsi antara lainJawa


Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu, Riau, Jambi,
Gorontalo, dan masih banyak provinsi lain yang sedang dalam proses perintisan.Persis
bukan organisasi keagamaan yang berorientasi politik namun lebih focus terhadap
Pendidikan Islam dan Dakwah dan berusaha menegakkan ajaran Islam secara utuh
tanpa dicampuri khurafat, syirik, dan bid'ah yang telah banyakmenyebar di kalangan
awwam orang Islam.

6
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan
Perkembangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 201.

6
Pada masa kini, Persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan
umatpada masanya yang lebih realistis dan kritis. Gerak perjuangan Persis
tidakterbatas pada persoalan-persoalan ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas
kepadapersoalan-persoalan strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam terutama pada
urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran keislaman.7

B. Tujuan di dirikan Perti dan Persis

1. Persatuan Tarbiyah Islamiyah [Perti]

tujuan organisasi pun lebih dipaparkan sebagai berikut:

a. Berusaha memajukan pengajaran agama Islam dan memperluas sekolah-


sekolah agama bagi bumi putra seluruhnya.
b. Memperkuat dan memperkokoh adat nan kawi, syara‟ dan lazim dalam setiap
negeri.
c. Memperhatikan kepentingan ulama-ulama, guru-guru sekolah agama
seluruhnya, terutama sekolah Tarbiyah Islamiyah.8
d. Memperkukuh silaturahim antara sesama anggota.
e. Mempertahankan agama Islam yang suci dari segala serangan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Perti melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a) Mengadakan sekolah-sekolah agama dengan nama Tarbiyah Islamiyah.


b) Mengadakan penyiaran agama Islam dengan tabligh dan buku-buku.
c) Menerbitkan atau membantu terbit dan tersiarnya buku agama, buku
pengetahuan umum, dan majalah-majalah.
d) Mengadakan rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan.
e) Mengemukakan keperluan-keperluan itu kepada umum, jika dirasa perlu
kepada yang berwajib juga.
f) Mengadakan atau memelihara suatu ikhtiar yang berguna bagi kehidupan
secara Islam.
g) Melakukan perusahaan berdasar keuangan unuk keselamatan anggota dan
perserikatannya.
7
Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran: Perkembangan Modern Dalam Islam. (Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada, 1998), hlm. 222.
8
Djamaluddin & Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia,
1999), hlm. 78

7
2. Persatuan Islam [Persis]

Tujuan dan cita-cita Persis diwujudkan dalam Rencana Jihad sebagaimana tercantum
dalam Qanun Asasi (Anggaran Dasar) Persis 18 Bab II Pasal 1 tentang rencana jihad
umum sebagai berikut:

a. Mengembalikan kaum muslimin kepada pimpinan Al-Qur‟an dan As-Sunnah.


b. Menghidupkan ruhul jihad dalam kalangan umat Islam.
c. Membasmi bid‟ah, khurafat, takhayul, taqlid dan syrik dalam kalangan umat
Islam.
d. Memperluas tersiarnya tabligh dan dakwah Islamiyah kepada segenap
lapangan masyarakat.
e. Mengadakan, memelihara, dan memakmurkan mesjid, surau, dan langgar
serta tempat ibadah lainnya untuk memimpin peribadatan umat Islam menurut
sunnah nabi yang sebenarnya menuju kehidupan taqwa.
f. Mendirikan pesantren atau madrasah untuk mendidik putera-putera Islam
dengan dasar Al-Qur‟an dan Sunnah
g. Menerbitkan kitab, buku, majalah dan siaran-siaran lainnya guna
mempertinggi kecerdasan kaum muslimin dalam segala lapangan ilmu
pengetahuan.
h. Mengadakan dan memelihara hubungan yang baik dengan segenap organisasi
dan gerakan Islam di Indonesia dan seluruh dunia Islam, menuju terwujudnya
persatuan alam Islami.

C. Pro kontra Perti dan Persis

1. Persatuan Tarbiyah Islamiyah [Perti]

Pada awal adab ke-20, terdapat dua golongan di Minangkabau. Golongan


pertama adalah kaum tua. Mereka adalah kelompok kaum muslim Minangkabau yang
dalam bidang akidah mengikatkan diri kepada pama Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah
ajaran Abu al-Hasan al-Ast‟ari dan Abu Muslim al-Maturidi, sedangkan dalam bidang
ibadah berpatokan kepada mazhab Syaf‟i.9 Di tengah gencarnya pembaharuan yang
dilakukan kaum muda, golongan tua pun juga ikut tergerak mempertahankan aliran
dan mazhab yang mereka amalkan. Kelompok kedua adalah kaum muda. Kaum muda

9
Dadan Wildan dkk, Anatomi Gerakan Dakwah (Bandung:2010) hlm. 36.

8
adalah mereka yang gencar melakukan usaha pemurnian kembali ajaran Islam,
mereka banyak dipengaruhi oleh ulama besar Minangkabau seperti Haji Miskin, Haji
Somanik, Haji Siobang, dan Ahmad Khatib, Mereka menginginkan agama ini bersih
dari unsur-unsur yang tidak termasuk dalam ajaran Islam.

Perbedaan cara pandang di antara kedua kelompok tersebut, menyebabkan


pertetangan tidak dapat terhindarkan. Sekitar tahun 1906 M, pembicaraan tentang
tarekat menjadi isu hangat di Minangkabau. Pada masa tersebut tarekat telah
menyebar luas Minangkabau, dan banyak anggota masyarakat merasa tenang
mempraktikannya. Sehingga menimbulkan pro-kontra antara ulama tua dengan ulama
muda.10

 Pro ulama muda

Ulama tua merasa perlu mempertahankan suasana tersebut. Mereka tidak ingin
masyarakat resah, jika praktik-praktik keagamaan mereka dikecam. Mereka adalah
kelompok kaum muslim Minangkabau yang dalam bidang akidah mengikatkan diri
kepada pama Ahl al-Sunnah wa al-Jama‟ah ajaran Abu al-Hasan al-Ast‟ari dan
Abu Muslim al-Maturidi, sedangkan dalam bidang ibadah berpatokan kepada
mazhab Syafi‟i.

 Kontra ulama muda

Ulama-ulama muda seperti Djamil Djambek dan kawan-kawannya tidak


menginginkan pakem tersebut dipertahankan. Menurut mereka, praktik-praktik
tarekat membuat umat Islam beku, stagnan, dan kehilangan dinamika. Di samping
itu, mereka melihat amalan-amalan tarekat sebagai bid‟ah yang perlu diberantas.
Selanjutnya, para kaum muda mulai secara gencar menyerang kaum ulama tua,
dengan menggunakan jalur media massa, tabligh, dan bahkan debat.

Dalam perkembangannya, pertentangan antara Kaum Tua dan Muda berikutnya, tidak
hanya mencangkup masalah tarekat, tetapi merambat ke praktik keagamaan lain yang
umumnya diamalkan oleh masyarakat Minangkabau, seperti masalah-masalah tentang
ushalli, taqlid, ijtihad, bid‟ah dan sebagainya. Polemik yang terjadi antara kedua
kelompok ini berlangsung dalam masa cukup panjang melibatkan banyak tokoh, dan

10
Artikel dalam Pikiran Rakyat, Dedy Djamaluddin Malik, “Persis Terdesak Akhirnya Defensif”,
(Bandung, 1990), hlm. 8

9
menggunakan banyak dalil. Pada tahun 1909, Haji Abdullah Ahmad dari kalangan
muda melakukan terobosan dengan membuka sekolah Adabiyah di Padang. Sekolah
dasar ini memiliki sistem yang sama dengan Hollads Inladse School, kecuali bahwa di
dalamnya agama dan al-Qur‟an diajarkan secara wajib.

Selanjutnya, pada tahun 1911 dan 1913, ia menerbitkan majalah al-Manar,


dan al-Akbar di kota yang sama. Terbitnya dua majalah tersebut, diikuti terbitnya
majalah suara pembaharuan lainnya yang tersebar di beberapa daerah Minangkabau,
seperti al-Ittiqan di Maninjau, al-Bayan di Parabek, al-Basur di Sungayang, al-Imam
di Padang panjang, dan al-Munirul manar di Padang Panjang. Selain media cetak,
kaum muda juga mendirikan beberapa lembaga-lembaga pendidikan. Salah satu
lembaga pendidikannya yang paling berpengaruh adalah Sekolah Thawalib di Padang
Panjang. Sekolah ini mempunyai karekteristik tersendiri dibanding sekolah
tradisional, di sekolah Thawalib lebih ditekankan pada upaya untuk memahami Islam
dari sumber aslinya, al-Qur‟an dan Hadis. Sementara di sekolah kaum tradisional
pada umumnya lebih menekankan pelajaran fikih dengan bermacam fatwa dari
berbagai mazhab.

Di lain pihak, posisi Kaum Tua semakin tersudut dengan segala upaya yang
dilakukan kaum muda. Meskipun demikian, Kaum Tua tidak lantas menyerah, mereka
mencoba melakukan serangan balasan dengan cara yang sama. Untuk itu, mereka
menerbitkan majalah Suluh Melayu, sebagai tandingan majaah al-Munir. Suluh
Melayu digunakan Kaum Tua untuk mempertahankan paham mereka, dan menangkis
semua serangan yang dilakukan Kaum Muda melalu media massa.

2. Persatuan Islam [Persis]

Persatuan Islam memiliki pemikiran yang khas dengan menempatkan dirinya


sebagai paham keagamaan Islam yang puritandi Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan
setiap doktrin yang diterapkan pada berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam di
Indonesia. Pedoman pokok yang dianut Persatuan Islam mengandung prinsip-prinsip
ini secara konkret tertulis dalam Qanun Asasi atau Qanun Dakhili Persatuan Islam.11
Persatuan Islam memiliki orientasi pemikiran yang bersifat puritan,
maksudnya ialah paham pemurnian Islam. Pemahaman keislaman yang bercorak

11
Fachry Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran Islam
Indonesia Masa Orde Baru, (Bandung: Mizan, 1986), hlm. 67

10
puritan ini merupakan respon terhadap kecenderungan pemikiran yang dianut oleh
kaum muslimin di Indonesia, yakni pemahaman keislaman yang bercorak kultural,
yang lebih dikenal dengan Islam tradisionalis. Dalam meyakinkan pemahaman
keislaman para masyarakat menerima dengan adanya Persatuan islam.

 Pro dengan kehadiran persis

kaum muslimin Indonesia telah mempertahankan tradisi-tradisi yang diwariskan


ulama terdahulu baik berupa pandangan-pandangan maupun metode berpikir. Para
ulama klasik yang terdapat dalam kitab-kitab fiqih praktek yang berdasarkan al-
Qur‟an-Sunnah seperti pelaksanaan shalat „Id dan khutbah, akhirnya diterima oleh
seluruh umat Islam, baik itu kaum pembaru maupun kaum tradisionalis, setelah
menjadi kontroversial untuk jangka waktu yang cukup lama. Persis menekankan
Islam sebagai suatu pandangan hidup (nizham, worldview): sistem sosial, politik,
dan budaya. Dan Islam sejati itu adalah yang berdasarkan al-Qur‟an dan Sunnah
(nash-nash yang utama). Singkatnya, ulama Persis membawa arus pembaruan ke
dalam dinamika Islam Indonesia sejak awal abad ke-20. Aktivitas Persis di bawah
bendera kembali kepada al-Qur‟an dan as-Sunnah telah membawa perubahan-
perubahan yang fundamental dalam kehidupan praktis Islam.

 Kontra dengan kehadiran Persis

ulama-ulama tradisional berdebat dengan Perti mengenai masalah-masalah ushalli


(talafudz binniyah), talqin, pemindahan pahala kepada orangyang telah meninggal
dunia, tahlilan setelah kematian, Shalat ‟Ied di lapangan terbuka, bukan di dalam
masjid, perbedaan antara hisab dan rukyat, khutbah Jum‟at dengan menggunakan
bahasa daerah atau bahasa Melayu (tidak menggunakan bahasa Arab) dan berbagai
permasalahan keagamaan yang mendasar dalam praktik keseharian ibadat kaum
muslimin.12

12
Dadan Wildan, Sejarah Perjuangan Persis 1923-1983, (Bandung: Gema Syahida, 1995), hlm.
57

11
D. Tokoh atau kitab Tafsir Rujukan Perti dan Persis

1. Persatuan Tarbiyah Islamiyah [Perti]

Persatuan Tarbiyah Islamiyah berawal dari berdirinya Madrasah Tarbiyah


Islamiyah (MTI) di Candung, Agam, Sumatra Barat pada 5 Mei 1928. MTI Canduang
didirikan oleh Syekh Sulaiman ar-Rasuli gelar Inyiak Canduang. Pada hari yang sama
didirikan juga MTI Jaho oleh Syekh Muhammad Jamil Jaho al-Djamili gelar Inyiak
Jaho. Pendirian MTI ini dimaksudkan sebagai upaya modernisasi lembaga pendidikan
Kaum Tua (tradisionalis). Upaya tersebut sebelumnya telah dimulai oleh Syekh
Abbas al-Qadhi dengan mendirikan Arabiyah School di Ladang Lawas pada 1918 dan
Islamiyah School di Aur Tajungkang, Bukittinggi pada 1924 untuk menandingi
gencarnya gerakan pengembangan lembaga pendidikan milik Kaum Muda (modernis)
di Sumatra Barat.

Pendirian MTI Candung dan MTI Jaho mendorong pendirian MTI-MTI di


tempat lainnya, seperti MTI Tabek Gadang oleh Syekh Abdul Wahid ash-Shalihi,
MTI Batu Hampar milik Syekh Muhammad Arifin al-Arsyadi. Kitab-kitab PERTI
banyak dijadikan rujukan oleh para ulama dan santri di Indonesia seperti I‟itiqad
Ahlus Sunnah wal Jama‟ah, 40 Masalah Agama yang terdiri dari empat jilid, Fiqh –
Sirajul Munir, Bayan – Bidayatul Balaghah, Ilmul Insya, Sirajul Bayan fi Fihrasati
Ayatil Qur‟an, dan Ilmun Nafs, dll) terlebih lagi hampir 55 % pola pendidikan Islam
yang ada di Indonesia mengadopsi system Diniyah, Madrasah atau Boarding School.

2. Persatuan Islam [Persis]

Organisasi ini didirikan bermula dari kenduri-kenduri yang rutin diadakan


oleh jama‟ah pengajian dengan cara bergiliran dari rumah-rumah anggota jama‟ahnya
dengan tokoh-tokoh utama Haji Zamzam dan Haji Muhammad Junus. Setelah selesai
makan, biasa dilanjutkan dengan pembahasan masalah-masalah keagamaan yang
dilontarkan majalah Al-Munir dari Padang dan Al-Manar dari Mesir, yang senantiasa
memperoleh tempat dalam pengajian mereka, dan bahkan dilanjutkan dengan
membahas masalah-masalah aktual seperti polemik antara al-Irsyad dan Jami‟at al-
Khair, serta perpecahan Sarekat Islam (SI), antara mereka yang mendukung
komunisme dengan yang tetap konsisten dalam citra ke-Islamannya.

12
Adapun kitab hadis rujukan orams PERSIS atau para ulama PERSIS
diantaranya adalah kitab hadis kutub al-tis‟ah (ditulis oleh 9 ulama hadis terkemuka),
Siyar al-Alam al-Nubala, karya al-Dzahabi, Fathu al-Bari karya Ibnu Hajar al-
Atsqalani, Nailul al-Authar karya as-Syaukani, buku-bukunya Ahmad Hasan dan
seluruh kitab hadis yang beraliran sunni.

E. Contoh Penafsiran Ayat oleh Perti dan Persis

1. Persatuan Tarbiyah Islamiyah [Perti]

Adapun contoh penafsiran ayat yang di digunakan oleh ulama-ulama PERTI


untuk mempertahakan paham keagamaannya yaitu tentang Do‟a melalui tawasul.
Tawasul artinya mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kepada
tuhan, banyak dalil yang digunakan oleh kalangan ulama PERTI untuk mendukung
paham mereka tentang tawasul ini. Diantara dalil itu adalah:

Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah Ayat 35:

َ ‫س ْييَتَ َوجَا ِهد ُْوا فِ ْي‬


َ‫س ِب ْي ِي ٖه ىَعَيَّ ُن ْم ت ُ ْف ِي ُح ْىن‬ ‫ٰ ٰٓياَيُّهَا ا َّى ِر ْيهَ ٰا َمىُىا اتَّقُىا ه‬
ِ ‫ّٰللاَ َوا ْبتَغُ ْٰٓىا اِىَ ْي ِه ا ْى َى‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan
carilah al-wasilah (jalan yang mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah pada
jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS.5:35 )

Dalam ayat ini ada 3 hukum dapat dikeluarkan:

1) kita wajib patuh (tha‟at) kepada allah.


2) Kita disuruh mencari “jalan” yang bisa mendekatkan diri kepada Allah.
3) Kita disuruh berjuang (perang) di jalan allah. Kalau yang tiga ini dikerjakan
maka kita ada jaminan mendapat kemenangan dunia akhirat.13

Pengertian al-wasilah dalam ayat di atas, menurut PERTI ialah segala jalan atau cara
yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka mencontohkan
dengan seseorang yang ingin mencari pekerjaan di sebuah instansi. Karena seseorang
itu kurang dikenal oleh pihak instansi yang bersangkutan, maka ia mencari jalan, yaitu
meminta bantuan seoran temannya yang dikenal secara baik oleh pimpinan instansi
itu. Diharapkan, dengan bantuan teman itu, permohonannya akan di terima, dan ia pun

13
Sirajuddin Abbas, 40 masalah agama, 4 jilid, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah 1987), hlm. 138
145

13
dapat bekerja di tempat yang diinginkannya tadi. Jalan seperti ini, oleh kalangan
PERTI, disebut al-wasilah. Dalam ayat yang lain pada surah an-nisa ayat 64 allah
berfirman:

‫ستَ ْغفَ َس ىَ ُه ُم‬ ْ ‫س ُه ْم ج َۤا ُء ْوكَ فَا‬


‫ستَ ْغ َف ُسوا ه‬
ْ ‫ّٰللاَ َوا‬ َ ُ‫ّٰللاِ َۗوىَ ْى اَوَّ ُه ْم اِ ْذ َّظيَ ُم ْٰٓىا ا َ ْوف‬
‫ع ِب ِا ْذ ِن ه‬
َ ‫س ْى ٍه ا ََِّّل ِىيُ َطا‬ ُ ‫س ْيىَا ِم ْه َّز‬
َ ‫َو َما ٰٓ ا َ ْز‬
‫س ْى ُه َى َى َجدُوا ه‬
‫ّٰللاَ ت َ َّىا ًبا َّز ِح ْي ًما‬ ُ ‫اىس‬ َّ

Artinya:“sekiranya mereka setelah menzalimi dirinyadatang kepadamu (Muhammad)


lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk
mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang”.

Diriwayatkan dari Anas, bahwa ketika musim kemarau tiba, Umar Bin Khattab
berdoa meminta hujan bersama Abbas Bin „Abd Al-Mutahalib. Umar Bin Khattab
berdoa

َ‫سقَ ْىن‬ ْ ‫س ُو إىَ ْيلَ بعَ ِ ّم وَبِيِّ َىا َفا‬


ْ ُ‫س ِقىَا ََا َه في‬ ْ َ ‫صيَّى هللاُ عييه وسيَّ َم فَت‬
َّ ‫ وإوَّا وَت َ َى‬،‫س ِقيىَا‬ َ ‫س ُو إىَ ْيلَ بىَبِيِّ َىا‬
َّ ‫اىيَّ ُه َّم إوَّا ُم َّىا وَت َ َى‬

“Ya allah, dulu kami bertawassul kepada engkau dengan Nabi engkau, maka engku
turunkan hujan. Maka, kini kami bertawasul kepada engkau dengan paman nabi kami
(„Abbas), maka turunlah hujan untuk kam”. (HR. Bukhari 2/27).

Dan hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim, yang artinya sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Ibn „Umar, bahwa nabi pernah bercerita sebagai berikut: ada tiga
orang yang berjalan ke kota. Tiba-tiba hujan turun, dan mereka berteduh di sabuah
goa pada suatu bukit. Ketika itu jatuh sebuah batu besar dan menutup pintu goa
tersebut.

2. Persatuan Islam [Persis]

Ciri umum metode ijmali adalah

a. Cara seorang mufassir melakukan penafsiran, di mana seorang mufassir


langsug menafsirkan ayat Alquran dari awal sampai akhir tanpa perbandingan
dan penetapan judul.14
b. Mufassir tidak banyak mengemukakan pendapat dan idenya.

14
Mohammad Nor Ichwan, Tafsir ilmiy; Memahami al Qur‟an Melalui Pendekatan Sains
Modern, Yogyakarta: Menara Kudus, 2004,

14
c. Mufassir tidak banyak memberikan penafsiran secara rinci tetapi ringkas dan
umum, meskipun pada beberapa ayat tertentu memberikan penafsiran yang
agak luas, namun tidak pada wilayah analitis.15

Hal ini dapat dilihat ketika Ahmad Hassan menafsirkan ayat 65 dari surat al-Baqarah:

ِ ‫ت فَقُ ْيىَا ىَ ُه ْم م ُْىوُ ْىا َِ َس َدةً ٰخ‬


َ‫سـِٕ ْيه‬ َّ ‫ع ِي ْمت ُ ُم اىَّ ِر ْيهَ ا ْعتَد َْوا ِم ْى ُن ْم فِى اى‬
ِ ‫س ْب‬ َ ‫َوىَقَ ْد‬

“Dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggardiantaramu


pada hari kelapangan, Kami berfirman kepada mereka: "Jadilahkamu kera yang
hina".

Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yahudi yang melakukan suatu


pelanggaran di hari kelapangan. Ahmad Hassan dalam menafsirkan hari kelapangan
dalam ayat ini ialah hari sabtu. Dan karena mereka melakukanpelanggaran di hari
kelapangan maka mereka menjadi kera.

15
Muhammad al-Razi, Mukhtar al Shihah, (Kairo: al-Saktah al-Jadid, 1329H) hlm. 411.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Organisasi Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah, sebagai organisasi yang


bertanggung jawab untuk membina, bernama Persatuan Tarbiyah Islamiyah dalam
sebuah rapat di Candung pada tanggal 20 Mei memperjuangkan, dan mengembangkan
madrasah-madrasah Tarbiyah Islamiyah yang ada. Keinginan ini diwujudkan dengan
melahirkan organisasi baru yang 1930 dan disingkat PTI. Dan pada rapat selanjutnya
11-16 Februari 1935 di Bukittinggi, Sirajuddin Abbas terpilih menjadi ketua PTI,
dalam masa kepengurusan ini berhasil diterbitkan majalah Soerati dan disusunnya
anggaran dasar dan aggaran rumah tangga Persatuan Tarbiyah Islamiyah.

Jika sebelumnya organisasi ini disingkat dengan PTI, maka dalam anggaran
dasar yang baru singkatan PTI diubah dan diganti dengan singkatan PERTI. Pada
tanggal 5 November 1945 Wakil Presiden Republik Indonesia Muhammad Hatta,
mengeluarkan maklumat tentang pemberian kesempatan bagi seluruh bangsa
Indonesia untuk mendirikan partai-partai politik. Maklumat ini segera disambut oleh
PERTI dengan mengadakan rapat pleno pengurus besarnya pada tanggal 22
November 1945. Pada tanggal 5 Januari 1973 P.I. PERTI difusi ke PPP bersama
partai Islam lainnya seperti: Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Syarikat Islam
Indonesia (PSII), dan Partai muslimin Indonesia (PARMUSI).

Hal ini bertujuan untuk penyederhanaan sistem kepartaian di Indonesia dalam


menghadapi Pemilihan Umum pertama pada masa Orde Baru tahun 1973. Pada tahun
1988 P.I. PERTI tidak sejalan lagi dengan kebijaksanaan pimpinan PPP dan
menanggalkan “baju politik “ nya kembali lagi ke status organisasi sosial keagamaan
Persatuan Tarbiyah Islamiyah dengan sebutan nama organisasi PERTI. Persatuan
Islam (disingkat Persis) adalah sebuah organisasi Islam diIndonesia. Lahirnya Persis
diawali dengan terbentuknya suatu kelompoktadarusan (penalaahan agama Islam di
kota Bandung yang dipimpin oleh H.Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan
kesadaran akan kehidupan berjamaah,berimamah, berimarah dalam menyebarkan
syiar Islam, menumbuhkan semangatkelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah
organisasi baru dengan ciri dankarateristik yang khas, yang berbeda dengan

16
organisasi-organisasi lain yang berdiri pada awal abad ke-20. Ciri Persatuan Islam
menurut Federspiel yang dikutip oleh Hanun Asrohah yaitu kegiatannya
dititikberatkan pada pembentukan faham keislaman.Gagasan pendirian organisasi ini
berasal dari pertemuan yang bersifat kenduri yang diadakan secara berkala di rumah
salah satu anggota kelompok yang berasal dari Sumatera, tetapi telah lama tinggal di
Bandung. Pada saat itu, diantara yang hadir adalah Haji Zamzam, Haji Muhammad
Junus dan Pakih Hasjimdari Surabaya selaku penceramah agama.

Tujuan Perti berusaha memajukan pengajaran agama Islam dan memperluas


sekolah-sekolah agama bagi bumi putra seluruhnya, memperkuat dan memperkokoh
adat nan kawi, syara‟ dan lazim dalam setiap negeri, memperhatikan kepentingan
ulama-ulama, guru-guru sekolah agama seluruhnya, terutama sekolah Tarbiyah
Islamiyah. Tujuan dan cita-cita Persis diwujudkan dalam Rencana Jihad sebagaimana
tercantum dalam Qanun Asasi (Anggaran Dasar) Persis 18 Bab II Pasal 1 tentang
rencana jihad umum sebagai mengembalikan kaum muslimin kepada pimpinan Al-
Qur‟an dan As-Sunnah, menghidupkan ruhul jihad dalam kalangan umat Islam,
membasmi bid‟ah, khurafat, takhayul, taqlid dan syrik dalam kalangan umat Islam.

B. Saran

Pemahaman materi tentang Perti dan Persis perlu dipahami oleh kita bersama.
Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada para pembaca agar membaca,
mengulas, dan memahami lebih baik tentang materi ini. Makalah ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
menjadikan makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.

17
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abbas, Sirajuddin 40 masalah agama, 4 jilid, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah 1987),

Al-Razi, Muhammad Mukhtar al Shihah, (Kairo: al-Saktah al-Jadid, 1329H)

Artikel dalam jurnal Temali: jurnal pembangunan Sosial,Taufiq Rohman dan Beni,
“Membangun Gerakan Inklusivisme Model Jamaah Persatuan Islam”, vol 1
no1(19 Januari 2020),

Artikel dalam Pikiran Rakyat, Dedy Djamaluddin Malik, “Persis Terdesak Akhirnya
Defensif”, (Bandung, 1990),

Asrahah, Hanun Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999),

Djamaluddin & Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: CV


Pustaka Setia, 1999),

Fachry Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi
Pemikiran Islam Indonesia Masa Orde Baru, (Bandung: Mizan, 1986),

Hamka, Muhammadiyah Di Minangkabau, (Jakarta: Yayasan Nurul Islam 1974),

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan


Dan Perkembangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),

Koto, Alaiddin Persatuan Tarbiyah Islamiyah Sejarah, Paham Keagamaan, Dan


Pemikiran Politik 194-1970, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012),

Nor Ichwan, Mohammad Tafsir Ilmiy; Memahami al Qur‟an Melalui Pendekatan


Sains Modern, Yogyakarta: Menara Kudus, 2004,

Noer, Deliar Partai Islam Di Pentas Nasional, Hlm. 250-25.

Sani, Abdul Lintasan Sejarah Pemikiran: Perkembangan Modern Dalam Islam.


(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1998),

Wildan, Dadan Sejarah Perjuangan Persis 1923-1983, (Bandung: Gema Syahida,


1995),

18

Anda mungkin juga menyukai