Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH BERDIRINYA NAHDATUL ULAMA, PERSIS, PERSERIKATAN


ULAMA INDONESIA, DAN ORGANISASI KEAGAMAAN LAINNYA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Perjuangan Umat
Islam

Dosen Pengampu : Saridudin, S.Pd.I, M.Pd.

Kelompok 6 PAI 3A :

Ari Susanto (2101313)

Depih Dian Selasih (2101153)

Nitalia Fitriani (2101282)

Syauqi Rahman (2101073)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan segala
rahmat, taufiq, dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini tepat
pada waktunya.

Penyusunan Makalah ini, dilakukan dalam rangka Memenuhi Tugas Sejarah


Perjuangan Umat Islam. Di dalam penyusunan Makalah ini, kami menyadari bahwa
Makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Itu disebabkan karena dalam
pembuatan Makalah ini, kami banyak mengalami hambatan-hambatan mengingat
keterbatasan kemampuan kami. Namun, dengan kerja keras dan didorong oleh semangat
yang tinggi, maka kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Selain itu, kami
menyadari bahwa Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari pihak-pihak yang
terkait. Maka pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Saridudin, S.Pd.I, M.Pd. sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Sejarah
Perjuangan Umat Islam yang dengan tulus hati memberikan petunjuk hingga
laporan ini dapat terselesaikan.

2. Dosen IAI Tasikmalaya.


Demikan makalah ini kami susun semoga bermanfaat. Aamiin.

Tasikmalaya, 20 November 2023

i
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................2

C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Nahdatul Ulama.......................................................................................................3

B. Persis........................................................................................................................4

C. Perserikatan Ulama Indonesia.................................................................................6

D. Organisasi Keagamaan Lainnya..............................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................................12

B. Saran........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal abad ke-20, Indonesia masih berada di bawah pemerintahan


kolonial Belanda. Kondisi sosial-politik sangat dipengaruhi oleh penindasan
kolonial dan perubahan-perubahan modernisasi yang terjadi di dunia.

Dengan munculnya gerakan modernisasi, terutama melalui


Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912,
muncullah perbedaan pendekatan terhadap ajaran Islam. Gerakan ini
menekankan pada pendekatan yang lebih modern dan berorientasi pada
pendidikan serta sosial.

Seiring dengan itu, gerakan tradisionalis yang lebih menekankan pada


pemeliharaan ajaran Islam tradisional, termasuk praktik-praktik keagamaan
lokal, juga mulai mendapatkan momentum. Nahdlatul Ulama adalah hasil dari
gerakan ini.

Ulama-ulama Indonesia memainkan peran kunci dalam membentuk


identitas keagamaan. Pada saat yang sama, mereka turut terlibat dalam
pergerakan nasional melawan penjajahan Belanda.

Pemikiran keagamaan dan politik ulama-ulama ini mencerminkan


respons terhadap kondisi sosial-politik pada masanya. Beberapa di antaranya
lebih mendukung modernisasi dan reformasi, sementara yang lain lebih
cenderung mempertahankan tradisi keagamaan.

Kondisi politik dan sosial yang kompleks mendorong para ulama untuk
membentuk organisasi-organisasi keagamaan sebagai wadah untuk
menyampaikan pandangan mereka, serta untuk menjaga dan mengembangkan
keberagaman pemahaman Islam di masyarakat.

Persatuan Ulama Indonesia (PUI), sebagai contoh, didirikan untuk


menciptakan solidaritas di antara berbagai kelompok ulama di Indonesia,

1
sementara organisasi lain seperti Persis dan NU muncul dengan fokus dan
pendekatan yang berbeda.

Makalah ini akan membahas perkembangan gerakan keagamaan di


Indonesia, menggali perbedaan ideologi dan pendekatan di antara organisasi-
organisasi tersebut, serta menganalisis dampak mereka terhadap perkembangan
sosial dan politik di Indonesia pada masa itu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Organisasi Keagamaan Seperti Nahdatul


Ulama, Persis, Perserikatan Ulama Indonesia, Sekolah Thawalib, Jamiat
Khair, Al Irsyad, Nadhatul Wathan, Dan Matha’ul Anwar?

C. Tujuan

1. Mengetahui Sejarah Berdirinya Organisasi Keagamaan Seperti Nahdatul


Ulama, Persis, Perserikatan Ulama Indonesia, Sekolah Thawalib, Jamiat
Khair, Al Irsyad, Nadhatul Wathan, Dan Matha’ul Anwar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nahdatul Ulama (NU)

1. Sejarah Berdirinya NU

Dikalangan pesantren dalam merespon kebangkitan nasional,


membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdatul Wa an (Kebangkitan
Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 mendirikan Taswirul
Afkar atau dikenal juga dengan Nahdatul Fikri (kebangkitan pemikiran),
sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri.
Dari Nahdatul Fikri kemudian mendirikan Nahdatut Tujjar, (pergerakan
kaum saudagar). Serikat ini dijadikan basis untuk memperbaiki
perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdatut Tujjar, maka Taswirul
Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga
pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa
kota.

Perkembangan selanjutnya, untuk membentuk organisasi yang lebih


besar dan lebih sistematis, serta mengantisipasi perkembangan zaman, maka
setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan
untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdatul Ulama (Kebangkitan
Ulama).

Nahdatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).


Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy’ari
merumuskan kitab Qānμn Asāsi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan
kitab I’tiqād Ahlussunnah Wal Jamā’ah. Kedua kitab tersebut kemudian
diimplementasikan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan
rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial,
keagamaan dan politik.

3
2. Tujuan NU Dan Upayanya

Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham


kitab I’tiqād Ahlussunnah Wal Jamā’ah di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mencapai tujuannya tersebut, NU menempuh berbagai jenis usaha


di berbagai bidang, antara lain sebagai berikut.

a. Di bidang keagamaan, melaksanakan dakwah Islamiyah dan


meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat
persatuan dalam perbedaan.

b. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai


dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa,
berbudi luhur, berpengetahuan luas. Hal ini terbukti dengan lahirnya
Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar
di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa bahkan sudah memiliki
cabang di luar negeri.

c. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta


kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.

d. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk


menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya
ekonomi rakyat. Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan
Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.

e. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

B. Persatuan Islam

1. Sejarah Singkat

Persatuan Islam (Persis) berdiri pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya


tanggal 12 September 1923 di Bandung. Ide mulanya dari seorang alumnus

4
Dâr al-‘Ulûm Mekkah bernama H. Zamzam yang sejak tahun 1910-1912
menjadi guru agama di sekolah agama Dâr al-Muta’alimîn. Ia bersama
teman dekatnya, H. Muhammad Yunus, seorang pedagang sukses yang
sama-sama kelahiran Palembang, yang di masa mudanya memperoleh
pendidikan agama secara tradisional dan menguasai bahasa Arab, sehingga
ia mampu autodidak melalui kitab-kitab yang jadi perhatiannya. Latar
belakang pendidikan dan kultur yang sama ini, menyatukan mereka dalam
diskusi-diskusi tentang keislaman. Tema diskusi biasanya mengenai
beberapa masalah di sekitar gerakan keagamaan yang tengah berkembang
saat itu, atau masalah agama yang dimuat dalam majalah al-Munîr terbitan
Padang dan majalah al- Manâr terbitan Mesir, yang telah lama menjadi
bacaan dan perhatian mereka. Pada tahun 1924 A. Hassan mulai terlibat
dalam diskusi-diskusi agama dengan tokoh-tokoh agama di Indonesia sekitar
pertentangan antara kaum muda dan kaum tua, antara paham modernis dan
paham tradisional. Ayah A. Hassan memang termasuk orang yang
berpandangan modernis. Maka dapat dimengerti jika A. Hassan juga sejalan
dengan faham kaum muda. Tidak lama kemudian A. Hassan pindah ke
Bandung dan masuk lingkungan Persatuan Islam. Selanjutnya ia
memusatkan kegiatan hidupnya dalam pengembangan pemikiran Islam dan
menyediakan dirinya sebagai pembela Islam melalui Persis. Beliau dikenal
sebagai pendiri Persis.

2. Ciri Khas

Sebagai organisasi, Persis memiliki ciri khas dalam gerak dan


langkahnya, yaitu menitikberatkan pada pembentukan paham keagamaan
yang dilancarkan melalui pendidikan dan da’wah lainnya.

5
3. Tujuan

Persis bertujuan:

a. mengamalkan segala ajaran Islam dalam setiap segi kehidupan


anggotanya dalam masyarakat,

b. menempatkan kaum muslimin pada ajaran aqidah dan syari’ah


berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah.

C. Perserikatan Ulama Indonesia

Organisasi sosial kemasyarakatan ini semula bernama Hayatul Qulub,


didirikan di Majalengka, Jawa Barat, oleh K.H. Abdul Halim pada tahun 1911.
Kiai Halim adalah alumni Timur Tengah. Ia menyerap ide ide pembaruan yang
dihembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani, dua tokoh
pembaruan di Mesir.

Hayatul Qulub memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan, sosial


dan ekonomi. Sejak 1917 namanya diubah menjadi Persyarikatan Ulama.
Perubahan nama ini memiliki dua tujuan, yaitu menyatukan para ulama dan
mengajak mereka untuk menerapkan cara-cara modern dalam mengelola
pendidikan.

Ada dua sistem pendidikan yang diperkenalkan Kiai Halim: “sistem


madrasah” dengan “sistem asrama”. Lembaga pendidikan dengan sistem
madrasah dan sistem asrama diberi nama “Santri Asromo”. Dibagi ke dalam tiga
bagian: Tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan. Santri Asromo memiliki
kelebihan, yaitu kurikulumnya memadukan pengetahuan agama dan umum
seperti pada sistem madrasah sekarang. Para pelajar Santri Asromo juga dilatih
dalam pertanian, keterampilan besi dan kayu, menenun dan mengolah bahan
seperti membuat sabun. Mereka tinggal di asrama dengan disiplin yang ketat.

Persyarikatan Ulama memiliki ciri khas, mempertahankan tradisi


bermazhab dalam fiqih; tetapi menerapkan cara-cara modern dalam pendidikan.

6
Pada tahun 1952 Persyarikatan Ulama diubah menjadi Persatuan Umat Islam
(PUI) setelah difusikan dengan Al-Ittihad al- Islamiyah (AII) atau persatuan
Islam. AII didirikan dan dipimpin oleh K.H. Ahmad Sanusi yang berpusat di
Sukabumi, Jawa Barat.

D. Organisasi Keagamaan Lainnya

1. Sekolah Thawalib

Sekolah ini berasal dari surau jembatan besi. Surau berarti langgar atau
masjid. Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip
dengan pesantren di Jawa. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada tahun
1906 telah merintis perubahan “sistem surau” menjadi sistem sekolah. Pada
tahun 1919 Haji Jalaludin Hayib menerapkan sistem kelas dengan lebih
sempurna. Ia mengharuskan pemakaian bangku dan meja, kurikulum yang
lebih baik, dan kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah. Selain itu
kepada para pelajar pun diperkenalkan koperasi pelajar guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka. Koperasi ini berkembang menjadi organisasi
sosial yang menyantuni sekolah Thawalib dengan nama Sumatera Thawalib.
Sejak itu organisasi ini tidak lagi dipimpin oleh murid, tetapi oleh para guru.

Pada tahun 1929 organisasi Thawalib memperluas keanggotaannya.


Tidak hanya guru dan murid di sekolah itu, melainkan juga para alumni.
Selain itu, keanggotaan pun terbuka bagi mereka yang bukan murid, guru,
dan alumni atau mereka yang tidak memiliki hubungan apapun dengan
sekolah Thawalib. Organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi
sebuah organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan sosial. Akhirnya organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi
organisasi politik dengan nama Persatuan Muslimin Indonesia, disingkat
Permi. Permi merupakan partai Islam politik pertama di Indonesia. Asas
Permi tergolong modern. Bukan hanya Islam, tetapi juga Islam dan
Nasionalis.

7
2. Jamiat Khair

Organisasi ini didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada


tanggal 17 Juli 1905. Di antara pendirinya adalah Sayid Muhammad Al-
Fachir bin Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin
Syihab. Semuanya termasuk golongan sayyid, yaitu kaum ningrat atau
bangsawan Arab.

Ada dua program yang diperhatikan Jamiat Khair, mendirikan dan


membina sekolah dasar, serta menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk
mengikuti pendidikan di Turki. Jamiat Khair tidak hanya menerima murid
keturunan Arab, tetapi juga untuk umum.

Bahasa Belanda tidak diajarkan karena bahasa penjajah, tetapi diganti


dengan bahasa Inggris. Dengan menguasai bahasa Inggris, para alumni
lembaga pendidikan Jamiat Khair diharapkan dapat mengikuti kemajuan
zaman.

3. Al-Irsyad

Al Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jami’at Khoiriyyah, didirikan


pada tahun 1913 dan mendapat pengesahan dari belanda pada tanggal 11
Agustus 1915. menurut Steenbrink, organisasi ini lahir karena adanya
perpecahan dikalangan Jami’at Khoir mengenai hak istimewa golongan
Sayyid, mereka yang tidak setuju dengan kehormatan berlebihan dengan
sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis, kemudian mendirikan organisasi
Jam’iyyah Al Ishlah Wal Irsyad Al ‘Arabiyyah. Tujuan organisasi ini yaitu:

a. Merubah tradisi dan kebiasaan orang arab tentang kitab suci, bahasa
arab, bahasa belanda dan bahasa-bahasa lainya.

b. Membangun dan memelihara gedung-gedung pertemuan, sekolah dan


unit percetakan.

8
Al-Irsyad memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dengan
mendirikan sekolah dan perpustakaan. Sekolah Al-Irsyad banyak jenisnya.
Ada sekolah tingkat dasar, sekolah guru dan program takhassus
memperdalam agama dan bahasa asing. Cabang-cabang Al- Irsyad segera
dibuka di Cirebon, Pekalongan, Bumiayu, Tegal, Surabaya, dan Lawang.

Aktivitas organisasi ini lebih dinamis daripada Jamiat Khair, walaupun


keduanya sama-sama didirikan oleh masyarakat Arab. Jika Jamiat Khair
dikuasai oleh golongan sayyid atau ningrat. Al-Irsyad sebaliknya, menolak
adanya perbedaan atau diskriminasi antara kaum elite dengan golongan alit
(kecil).

Al-Irsyad tidak dapat dipisahkan dengan Syaikh Ahmad Syoorkatti. Ia


seorang Arab keturunan Sudan yang menghembuskan semangat pembaruan
dan persamaan dalam tubuh Al-Irsyad.

4. Nahdatul Wathan

Nahdlatul Wathan merupakan organisasi kemasyarakatan Islam terbesar


di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Nahdlwatul Wathan atau yang
disingkat NW didirikan pada 1 Maret 1953 oleh Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid. Tujuan didirikannya Nahdlatul Wathan adalah agar lebih
mudah dalam mengoordinasikan perkembangan madrasah-madrasah di
Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Latar belakang berdirinya NW karena pertumbuhan serta perkembangan


pesat cabang-cabang Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiah (NWDI)
dan Nahdlatul Banat Diniah Islamiah (NBDI) di Lombok. Pendiri dari
NWDI dan NBDI adalah Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Ia
mendirikan kedua madrasah tersebut usai menyelesaikan pendidikannya di
Madrasah As-Saulatiyyah Mekkah dan kembali ke Tanah Air tahun 1934.
Tiga tahun kemudian, tepatnya 22 Agustus 1937, Zainuddin mendirikan
Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiah (NWDI) yang khusus

9
menerima murid dari kalangan laki-laki. Lalu, pada 21 April 1943,
Zainuddin kembali mendirikan madrasah bernama Nahdlatul Banat Diniyah
Islamiah (NBDI) yang khusus menerima murid dari kalangan perempuan.
NWDI dan NBDI merupakan dua madrasah yang pertama kali berdiri di
Lombok. Seiring berjalannya waktu, cabang-cabang dari madrasah NWDI
dan NBDI pun berkembang dengan sangat pesat. Tahun 1952 tercatat sudah
ada 66 madrasah yang didirikan oleh para alumnus NWDI dan NBDI.
Supaya lebih mudah dalam mengoordinasikan madrasah-madrasah tersebut,
tanggal 1 Maret 1953, Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan
organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di bidang pendidikan, sosial,
dan dakwah Islamiah.

5. Mathla’ul Ulama

Mathla’ul Anwar merupakan organisasi yang bergerak di bidang da’wah,


pendidikan dan sosial yang berdiri pada tahun 1916 Masehi. Kelahiran
Mathla’ul Anwar, didorong oleh gerakan para ulama yang mempunyai
kepedulian dan dedikasi tinggi terhadap perkembangan pendidikan umat
islam di menes, yang ketika itu sangat memprihatinkan. Maka berawal dari
perkumpulan pengajian kecil Ustadz dan santri, secara bertahap mendapat
tempat di hati masyarakat dan para pemuka agama menes untuk diteruskan
dan dikembangkan. Selanjutnya untuk mengeksistensikan gerakan pengajian
tersebut, para ulama Menes berkumpul untuk mendirikan satu lembaga
pendidikan yang mempedulikan konsep ilmu dan agama dalam satu wadah
pendidikan formal, dan di setujuilah satu nama “Mathla’ul Anwar” yang
dideklarasikan pada 10 Syawal 1418 Hijriyah/1916 Masehi. Tokoh perintis
pendiri Mathla’ul Anwar diantaranya:

a. Moh. Yasin

b. Moh. Soleh

c. Mustagfiri

10
d. Kiyai Tegal

e. Mas Abdurahman

Di Mathla’ul Anwar inilah, para ustadz menularkan ilmu agama dan


pengetahuan umum ditularkan para santrinya. Sedikit demi sedikit Menes
bergeliat dengan kemajuan pendidikan ilmu agamanya, sehingga banyak
santri dari luar Menes ikut berlomba menimba ilmu. Proses yang cukup
panjang Mathla’ul Anwar di mata masyarakat umum dan pemerintah
kolonial lebih dikenal sebagai organisasi masa islam yang terbesar ketiga
setelah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Saat ini organisasi Mathla’ul Anwar memiliki lebih dari 6000 sekolah
mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, yang
tersebar di 33 Propinsi di seluruh Indonesia.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lahirnya Nahdatul Ulama, Persis, Perserikatan Ulama Indonesia,


Sekolah Thawalib, Jamiat Khair, Al Irsyad, Nadhatul Wathan, Dan Matha’ul
Anwar yang bergerak di bidang pembaharuan pendidikan dan dakwah tersebut
dipicu oleh perkembangan baru di bidang keagamaan. Agama harus fungsional
dalam kehidupan, bukan hanya sekedar tuntunan untuk kebahagiaan akhirat saja.
Karena itu, agama harus didukung oleh ilmu pengetahuan modern.

B. Saran

Demikianlah pokok bahasan makalah yang kami paparkan, besar harapan


kami makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

HA. Sholeh Dimyathi dan Feisal Ghozali.2018.Pendidikan Agama Islam Dan Budi
Pekerti Siswa Kelas XII.Jakarta: Kemendikbud RI

Mawaddah, Ilma Rif’atul dkk.2022.Pertumbuhan Dan Perkembangan Islam Di


Indonesia.Makalah

https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/26/100000679/sejarah-nahdlatul-wathan?
page=all#page2.

https://www.kompasiana.com/bant/56ce7761bc22bd8b0a3a13a9/sejarah-mathlaul-
anwar-ormas-ketiga-terbesar-di-indonesia?page=all

13

Anda mungkin juga menyukai