Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

METODE DAKWAH NAHDLATUL ULAMA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Dakwah
Dosen Pengampu :Dr. Asyhari Masduki, S.H.I, MA

Disusun Oleh:

Farkhan Al Sidiq Amdi

FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI ( IAIFA )
SUMBERSARI KENCONG KEPUNG KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang selalu kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Metode Dakwah NU“ ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
oleh dosen. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang
penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran

Sumbersari, 07 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
A. Sejarah Nahdlatul Ulama ..................................................................................... 4
B. Metode Dakwah Nahdlatul Ulama ...................................................................... 6
BAB III............................................................................................................................... 9
KESIMPULAN ................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah, pada dasarnya disampaikan tidak hanya dalam bentuk ceramah,
khutbah yang bersifat formal dengan berdiri diatas mimbar, seperti yang sebagian
besar masyarakat pahami. Melainkan, dakwah dapat berbentuk apapun bisa lisan,
tulisan dan perbuatan, bisa langsung atau tidak langsung. Guna kelancaran
kegiatan berdakwah, perlu adanya peran media di dalamnya. Media sendiri
merupakan sarana yang dipergunakan oleh seseorang guna memudahkan
penyampaian sebuah informasi. Adapun beberapa bentuk media dakwah tersebut
antara lain: media cetak yang meliputi koran, buku, bulletin, dan majalah. Media
elektronik yang meliputi telepon seluler, laptop dan komputer..
Nahdlatul Ulama mempunyai cara pandang dakwah yang berbeda dengan
organisasi-organisasi islam lainnya. Dalam hal ini, dakwah Nahdlatul Ulama
nantinya dalam ini akan dipaparkan.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana Sejarah Nahdlatul Ulama?
2) Bagaimana Metode Dakwah Nahdlatul Ulama?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama, disingkat NU, yang artinya kebangkitan ulama. Sebuah
organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal 31 Januari 1926/16 Rajab
1344 H di kampung Kertopaten Surabaya. Untuk memahami NU sebagai
organisasi keagamaan secara tepat, belumlah cukup jika hanya melihat dari sudut
formal semenjak ia lahir. Sebab jauh sebelum NU lahir dalam bentuk jam’iyyah,
ia terlebih dulu ada dan berwujud jama’ah (community) yang terikat kuat oleh
aktivitas sosial keagamaan yang mempunyai karakteristik sendiri.1
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa
Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui
jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal
dengan “Kebangkitan Nasional”. Semangat kebangkitan memang terus menyebar
ke mana-mana setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan
ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai
organisasi pendidikan dan pembebasan2
Kalanganpesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon
kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti
Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudianpada tahun
1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan “Nahdlatul Fikri”
(kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan
keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar,
(pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki
perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar,

1
Fahrudin, Fuad, Agama dan Pendidikan Demokrasi Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama, (Jakarta Pustaka Alvabet 2009).50
2
Tim Redaksi Pengurus Besar Nahdatul Ulama, Buletin Rissalah Ulama, (Jakarta:Edisi 7dan 9
Tahun Kedua, 2008), 14

4
selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang
berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.3
Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab
Wahabi di Mekkah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah
Islam maupun pra Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bidah.
Gagasan kaum Wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis
di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan
maupun PSII di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan
pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan
bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.4
Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari
anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan
pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu‟tamar „Alam Islami
(Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan
tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy‟ari, K.H. Wahab
Hasbullah dan sesepuh Nahdatul Ulamalainnya melakukan walk out.5
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab
serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren
terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai
oleh K.H. Wahab Hasbullah
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan
tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud
mengurungkan niatnya.Hasilnya, hingga saat ini di Makkah bebas dilaksanakan
ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional
kalanganpesantren pertama,yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab
dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat
berharga.

3
Tim Redaksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Buletin Rissalah Ulama....., 14
4
Asmuni Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 32.
5
Abdul Muchith Muzadi, Mengenal Nahdatul Ulama, (Surabaya: Cetakan ke-4, Khalista, 2006),
hal. 78

5
Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad
hoc, makasetelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih
mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka
setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama)
pada 16 Rajab 1344 H (13 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H.
Hasyim Asy‟ari sebagai Rais Akbar.6
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka K.H. Hasyim Asy‟ari
merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab
I‟tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan
dalam khittah Nahdlatul Ulama, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga
Nahdlatul Ulamadalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan
dan politik.7
B. Metode Dakwah Nahdlatul Ulama
Dalam metodenya Nahdlatul Ulama menggunakan metode yang digunakan
Wali Songo dulu. Nahdlatul Ulama berkomitmen memperkuat pendekatan budaya
sebagai salah satu elemen penting dakwah Islam di Tanah Air. Sebab, dengan
budaya lah agama Islam dapat diterima baik oleh penduduk pribumi awal
kedatangan Islam. Kebudayaan Islam lokal saat ini kian terancam oleh beragam
budaya dan ideologi baik yang muncul dari kalangan barat ataupun timur.
Akibatnya, upaya memperkenalkan Islam sebagai agama yang damai dan cinta
keindahan justru semakin buram oleh pertarungan budaya tersebut.8
Dakwah Nahdlatul Ulama mengedepankan cara-cara yang ma'ruf dan bijak
(bi al hikmah). Ciri khas dakwah Nahdlatul Ulama disampaikan dengan diksi dan
paparan yang mudah dimengerti semua kalangan.
Dakwah Islam ala NU, dengan isi dan pesan-pesan keislaman, dengan
beberapa metode; antara lain, metode Fardiyah (orang per orang), metode Ammah

6
Tim Redaksi Pengurus Nahdatul Ulama, Profil Nahdatul Ulama, (Jakarta: Pengurus Besar
Nahdatul Ulama, 2001), hal. 29
7
Tim Redaksi Pengurus Nahdlatul Ulama, Profil Nahdlatul Ulama..........., hal. 34.
8
Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah, Pendekatan Personal dalam Dakwah, (Solo: Era
Internasional, 2000), hal. 23

6
(kepada khalayak umum), metode bil Lisan (ceramah, taushiyah); metode bil hal
(mengedepankan perbuatan nyata), dan metode dakwah bit-Tadwin (tulisan,
penerbitan).
1. Gerakan Dakwah Nahdlatul Ulama di Masyarakat
1) Lewat Pesantren dan Masjid
Hubungan pesantren dan organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama
tidak bisa dipisahkan, begitu juga sebaliknya pesantren dan NU posisinya
tidak bisa dihadap-perhadapkan, sebab NU lahir dari pesantren. Nahdlatul
ulama‟ adalah suatu organisasi besar yang amat identik dengan dunia
kepesantrenan. Tak bisa dipunkiri jika pelopornya pun berasal dari
pesantren di antaranya , KH. Hasyim Asy‟ari, KH. Wahab Hasbullah dan
KH. Bisri Syansuri. Dilihat dari asal muasalnya, meraka hidup di dunia
pesantren, sudah barang tentu mereka sangat unggul di bidang
keagamaannya.9
Kegiatan-kegiatan didalam pesantren menuntut santri untuk menguasai
berbagai disiplin ilmu keagamaan, untuk itu mereka diwajibkan untuk
mengaji kitab-kitab kepada para kyai ataupun ustadz.
Belajar kitab kuning dalam pesantren ini melalu tingkatan-
tingkatanya, mulai tingkat awal kemudian sampai tingkat lanjutan sesuai
dengan keberadaan mereka lamanya belajar di pondok itu. Cara mereka
belajar menggunakan model sorogan yaitu santri perindividu dan
juga melalui cara bandongan yaitu santri belajar ke kyai secara berkelompok
dengan cara mencatat di sisi kitabnya atau memberi arti di bawah kitab teks
tertentu.10
2) Pengajian
Adapun gerakan dakwah lewat pengajian yang dilakukan oleh Nahdlatul
ulama di lakukan dalam rangka memberi pemahaman sekaligus untuk
mentransfer tentang materi ajaran dengan paham ahlusunnah wal jama‟ah

9
Choirul Anam, op.cit.,192-194
10
Hasbi Indra, Pendidikan Pesantren dan Perkembangan Sosial-Kemasyarakatan (Studi Atas
Pemikiran K.H. Abdullah Syafi‟ie), Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2018, hlm: 90.

7
an nahdliyah kepada masyarakat. Bentuk-bentuk faham ahlussunah sebagai
berikut:
a. Dalam bidang fiqih, Nahdlatul Ulama menggunakan pendekatan (al-
madzhab)
NU sendiri dalam bidang fikih menganut ajaran –ajaran salah satu
dari madzhab empat. Hal ini dikuatkan dalam muqaddimah Qanus
Asasi, pendiri jam‟iyyah NU KHM. Hasyim Asy‟ari menegaskan, “Hai
para ulama dan pemimpin yang takut kepada Allah dari kalangan ahlu
sunnah wal jama‟ah dan pengikut mazhab imam empat, kalian sudah
menuntut ilmu agama dari orang-orang yang hidup sebelum kalian,
begitu pula generasi sebelumnya dengan bersambung sanadnya sampai
pada kalian, dan kalian harus melihat dari siapa kalian mencari atau
menuntut ilmu agama islam”.11
Dengan kata lain, wujud NU sebagai organisasi
keagamaan itu, hanyalah sekedar penegasan formal dari mekanisme
informal para ulama sepaham, pemegang teguh salah satu dari empat
madzhab: Syafi‟i, Maliki, Hanafi, dan Hambali yang sudah berjalan dan
sudah ada jauh sebelum lahirnya jam‟iyyah NU.
b. Faham Tasawuf
Mengingat peranan sufi yang begitu penting dan terbukti sukses
dalam penyebaran islam di Nusantara khususnya Indonesia, NU sebagai
organisasi keagamaan turut andil dalam mengembangkan islam lewat
ajaran tasawuf dengan wadah Thoriqoh Mu‟tabaroh. Thoriqoh
Mu‟tabaroh Nahdliyah ini adalah salah satu niven dari Jam‟iyyah
Nahdlatul Ulama (Keputusan Muktamar NU yang ke 26 di Semarang
pada bulan Rajab 1399 H. Bertepatan pada bulan Juni 1979 M. Dan
dikukuhkan dengan Surat Keputusan PB. Syuriyah NU. Nomor:
137/Syur.PB/V/1980).12

11
NU Team, op.cit., 30.
12
A. Aziz Masyhuri, Pemahaman Thariqah Hasil Kesepakatan Muktamar Dan Musyawarah
Besar Jam‟iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu‟tabarah Nahdlatul Ulama (1957-2005), 2006, Surabaya
Khalista, Jombang: Pesantren Al-Aziziyah, 166.

8
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Nahdlatul Ulama, disingkat NU didirikan oleh para ulama pada tanggal 31
Januari 1926/16 Rajab 1344 H2 di kampung Kertopaten Surabaya.
Dalam metodenya NU menggunakan metode yang digunakan Wali Songo
dulu. Nahdlatul Ulama berkomitmen memperkuat pendekatan budaya sebagai
salah satu elemen penting dakwah Islam di Tanah Air. Sebab, dengan budaya lah
agama Islam dapat diterima baik oleh penduduk pribumi awal kedatangan Islam
Dakwah Islam ala NU, dengan isi dan pesan-pesan keislaman, dengan
beberapa metode; antara lain, metode Fardiyah (orang per orang), metode Ammah
(kepada khalayak umum), metode bil Lisan (ceramah, taushiyah); metode bil hal
(mengedepankan perbuatan nyata), dan metode dakwah bit-Tadwin (tulisan,
penerbitan).

Anda mungkin juga menyukai