Anda di halaman 1dari 23

Sejarah Muhammadiyah

Yusmaniar Nur Aini, M.Pd


Materi Pembahasan
• a. faktor obyektif (kondisi sosial dan
keagamaan bangsa Indonesia pada
zaman kolonial)
• b. faktor subyektif (keprihatinan dan
keterpanggilan K.H.A. Dahlan terhadap
umat dan bangsa)
• c. profil K.H.A. Dahlan
• d. pemikiran –pemikiran K.H.A. Dahlan
tentang Islam dan umatnya
Keadaan Sosial
• Golongan Eropa
– Terdiri dari orang Belanda, Inggris, Amerika, Belgia, Swiss, dan
Perancis.
– Golongan Eropa merupakan golongan pendatang yang sangat
minoritas.
– Mereka memiliki kekuasaan yang besar di Indonesia.
– Status sosial mereka lebih tinggi dibandingkan dengan golongan-
golongan lain yang ada.
– Mereka adalah para pemilik modal yang menanamkan modalnya di
perusahaan perkebunan Indonesia.
• Golongan Asia dan Timar Asing
– Terdiri dari bangsa Cina, India, dan Arab.
– Mereka memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi dan istimewa
daripada kaum pribumi.
– Status ekonomi merekapun tinggi sehingga membuat pemerintah
Belanda memberikan banyak kemudahan bagi golongan tersebut dalam
sektor perdagangan.
• Golongan Pibumi
– Golongan Pribumi merupakan kelompok mayoritas dan
merupakan pemilik negeri ini.
– Mereka merupakan penduduk asli Indonesia.
– Tetapi merupakan orang yang tertindas dan terjajah.
– Kedudukannya adalah yang paling rendah (lapisan terbawah)
dan dibebankan banyak kewajiban tetapi hanya kurang
diperhatikan.
Stratifikasi Sosial / Pelapisan Sosial
• Golongan Raja dan keluarganya
– Memiliki pengaruh yang sangat besar dalam masyarakat pada suatu wilayah.
– Golongan ini sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya.
• Golongan Elite
– Golongan yang mempunyai kedudukan terkemuka di masyarakat maupun di
lingkungan kerajaan.
– Terdiri dari golongan bangsawan, tentara, kaum keagamaan, serta golongan
pedagang.
– Mereka hidup seperti keluarga kerajaan yang dilengkapi dengan pegawai dan
Hamba Sahaya.
• Golongan Non Elite
– Golongan adalah yang jumlahnya paling besar.
– Mereka memiliki berbagai keahlian seperti dalam bidang pertanian, pertukangan,
pedagang kecil/kelontong sebagian besar mereka tinggal di desa.
• Golongan Hamba Sahaya
– Masyarakat lapisan paling bawah.
– Mereka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling berat.
– Mereka dapat menjadi golongan Hamba Sahaya jika mereka tidak dapat
membayar hutang, tawanan perang, serta mereka yang diperoleh dengan
membeli (Budak Belian).
Mengapa Muhammadiyah Berdiri??
Keadaan masyarakat
• Masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim,
dipandang rendah kedudukannya, dari segi ekonomi
maupun sosial serta politik
• Hal ini juga karena kondisi masyarakat yang tidak mau
maju, baik dari ekonomi maupun sosial (mental budak)
Kondisi politik
• Pada kondisi terjajah, sebagian masyarakat Indonesia
menganggap dirinya warga “kelas dua” juga karena sikap
politik penjajah yang diskriminatif dan tidak menghendaki
adanya kemajuan bagi masyarakat Indonesia.
Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Faktor Obyektif :
• Faktor intern (kondisi umat Islam)
o Umat tidak berpegang pada Al Qur’an dan
Sunnah
o Sikap cuek dan masa bodoh terhadap urusan
dunia dan masyarakat
o Tidak efektifnya lembaga pendidikan
o Lemahnya ukhuwah dan fanatisme kelompok
Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

• Faktor Subyektif :
Faktor yang melekat pada diri pribadi KHA
Dahlan, yaitu adanya pemahaman dan
pendalaman terhadap ajaran Islam yang
bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah.
Didirikannya Muhammdiyah dg maksud untuk
mengembalikan umat yang yang telah
menyimpang dari ajaran Islam untuk kembali
pada ajaran Allah SWT dan Rasul Nya.
Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

• Faktor ekstern, situasi masyarakat (dalam dan


luar negeri)
o Politik (devide et impera) Belanda
o Kegiatan misionaris dan zending
o Sikap masyarakat “terpelajar” yang
menganggap Islam kolot dan ketinggalan jaman
o Pengaruh dari gerakan pembaharuan Islam di
berbagai negara
Profil KH Ahmad Dahlan
• Nama Asli Muhammad Darwis
• Lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 M
• Meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923
• Seorang Pahlawan Nasional Indonesia
• Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah
selama lima tahun dan pulangnya (1888) berganti nama
menjadi Ahmad Dahlan
• Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap
selama dua tahun.
• Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah
• Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi
Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan
Islam di bumi Nusantara.
• Beliau adalah orang alim, cerdas dan jiwa pembaharu
Sejarah Muhammadiyah
• Lahir tgl 18 Nop 1912M / 8 Dzulhijjah
1330H (diajukan tgl 20/12/1912)
• Alasan 8 Dzulhijjah adalah awal haji
• Muhammadiyah akar kata dr Muhammad-
iyyah
• Dalil Q.S Ali Imran 104
Tujuannya
• (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari
pengaruh dan kebiasaan yang bukan
Islam;
• (2) Reformulasi doktrin Islam dengan
pandangan alam pikiran modern;
• (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan
Islam; dan
• (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh
dan serangan luar
Pemikiran K. H. Ahmad Dahlan
• Pertama; Mengutip perkataan al-Ghazali,
K.H. Ahmad Dahlan mengatakan bahwa
manusia itu semuanya mati (perasaannya)
kecuali para ulama yaitu orang-orang yang
berilmu. Dan ulama itu senantiasa dalam
kebingungan kecuali mereka yang
beramal. Dan yang beramal pun
semuanya dalam kekhawatiran kecuali
mereka yang ikhlas dan bersih.
• Kedua, mengadakan permusyawaratan dengan
golongan lain di luar golongan masing-masing untuk
membicarakan manakah yang sesungguhnya yang
benar dan manakah sesungguhnya yang salah.
• Ketiga; Manusia kalau mengerjakan pekerjaan apapun,
sekali, dua kali, berulang-ulang, maka kemudian menjadi
biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang dicintai.
Kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk dirubah. Sudah
menjadi tabiat bahwa kebanyakan manusia membela
adat kebiasaan yang telah diterima, baik dari sudut
i’tiqat, perasaan kehendak maupun amal perbuatan.
Kalau ada yang akan merubah sanggup membela
dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena
anggapannya bahwa apa yang dimilikinya adalah benar
• Keempat; Manusia perlu digolongkan menjadi
satu dalam kebenaran, harus sama-sama
menggunakan akal pikirannya untuk memikirkan
bagaimana sebenarnya hakikat dan tujuan
manusia hidup di dunia. Manusia harus
mempergunakan pikirannya untuk mengoreksi
soal i‘tikad dan kepercayaannya, tujuan hidup
dan tingkah lakunya, mencari kebenaran yang
sejati.
• Kelima; Setelah manusia mendengarkan pelajaran-
pelajaran fatwa yang bermacam-macam membaca
beberapa tumpuk buku dan sudah
memperbincangkan, memikirkan, menimbang,
membanding-banding ke sana ke mari, barulah
mereka dapat memperoleh keputusan, memperoleh
barang benar yang sesungguhnya. Dengan akal
pikirannya sendiri dapat mengetahui dan menetapkan,
inilah perbuatan yang benar. Sekarang kebiasaan
manusia tidak berani memegang teguh pendirian dan
perbuatan yang benar karena khawatir, kalau barang
yang benar, akan terpisah dan apa-apa yang sudah
menjadi kesenangannya, khawatir akan terpisah
dengan teman-temannya.
• Keenam; Kebanyakan para pemimpin belum
berani mengorbankan harta benda dan jiwanya
untuk berusaha tergolongnya umat manusia
dalam kebenaran. Malah pemimpin-pemimpin itu
biasanya hanya mempermainkan, memperalat
manusia yang bodoh-bodoh dan lemah.
• Ketujuh; Ilmu terdiri atas pengetahuan teori dan
amal (praktek). Dalam mempelajari kedua ilmu itu
supaya dengan cara bertingkat. Kalau setingkat
saja belum bisa mengerjakan maka tidak perlu
ditambah.
Pembaharuan Lewat Politik
• Tahun 1909, Kiai Ahmad Dahlan bergabung
dengan Boedi Oetomo. Tujuannya selain
sebagai wadah semangat kebangsaan, juga
untuk memperlancar aktivitas dakwah dan
pendidikan Islam yang dilakukannya.
• Tahun 1922 Kiai membentuk Badan
Musyawarah Ulama. Tujuan badan itu ialah
mempersatukan ulama di seluruh Hindia
Belanda dan merumuskan berbagai kaidah
hukum Islam sebagai pedoman pengamalan
Islam
Pembaharuan Lewat Pendidikan
• Pada 18 Nopember 1912 berdirilah sekolah
Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Diniyah.
Sekolah tersebut mengambil tempat di ruang
tamu rumahnya sendiri ukuran 2,5 x 6 M di
Kauman.
• Madrasah tersebut merupakan sekolah
pertama yang dibangun dan dikelola oleh
pribumi secara mandiri yang dilengkapi
dengan perlengkapan belajar mengajar
modern seperti; bangku, papan tulis, kursi
dan sistem pengajaran secara klasikal.
Pembaharuan Pemikiran Budaya
• Ketika Grebeg Hari Raya dalam tradisi
Kraton Yogyakarta jatuh sehari sesudah hari
raya Islam, Kiai meminta menghadap Sri
Sultan Hamengku Buwono VIII. Tengah
malam, diantar Kanjeng Kiai Penghulu,
Dahlan diterima Sang Raja dalam sebuah
ruang tanpa lampu. Setelah Dahlan
menyampaikan usul agar Grebeg diundur
sehari, Raja bersabda bahwa Grebeg
dilaksanakan sesuai dengan tradisi Jawa,
Dahlan dipersilakan menyelenggarakan
shalat Hari Raya sehari lebih dahulu.
Pembaharuan Pemikiran Ekonomi
• Jiwa ekonomi terlihat dari profil kehidupan KH.
Ahmad Dahlan yang bekerja sebagai pedagang
batik (bussinessman) di samping kegiatan sehari-
harinya sebagai guru mengaji dan khatib. KH.
Ahmad Dahlan sering melakukan perjalan-an ke
berbagai kota untuk berdagang. Dalam perjalanan
bisnisnya, KH. Ahmad Dahlan selalu membawa
misi dakwah Islamiyah.
• Kepada para aktivis organisasi dan para
pendukung gerakannya, KH. Ahmad Dahlan
berwanti-wanti: “Hidup-hidupilah Muhammad-iyah,
dan jangan hidup dari Muhammadiyah”
Pembaharuan Bidang Sosial
• Aplikasi surah al Ma’un ini adalah
terealisirnya rumah-rumah yatim dan
menampung orang-orang miskin.
• mendirikan balai kesehatan masyarakat
atau rumah sakit-rumah sakit, PKU
(Penolong Kesengsaraan Umum)

Anda mungkin juga menyukai