Anda di halaman 1dari 20

LAMPIRAN 1.

NOTULEN KEPUTUSAN RAPAT PLENO


DEWAN PIMPINAN PUSAT AL-ITTIHADIYAH

Hari/tanggal : Jumat / 27 Januari 2017


PimpinanRapat : DR. Ir. H.LUKMANUL HAKIM, MSi.
Waktu : Pukul 10.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Aula Gedung C Universitas Djuanda Bogor
Jalan Tol Ciawi No 1 Bogor, Jawa Barat.

Perubahan Anggaran Dasar Al Ittihadiyah menidaklanjuti amanah


Muktamar XIX Al-Ittihadiyah tahun 2016.

8
ANGGARAN DASAR
AL – ITTIHADIYAH

MUKADIMAH

Bismillahirrahmaanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, kita panjatkan puji dan syukur kita kehadirat Allah SWT
karena dengan hidayat dan taufik-Nya organisasi Al-Ittihadiyah dapat menyumbangkan dharma
bhaktinya di tengah – tengah masyarakat dalam menggelindingkan roda Ukhuwah Islamiyah
membina umat dari awal, berkesinambungan dari generasi ke generasi berikutnya menegakkan
Amal Ma’ruf Nahi Munkar.
Organisasi ini, didirikan pada tanggal 27 Januari 1935, bertepatan 21 Syawal 1353 H, di
Medan, dengan Anggaran Dasar terdiri atas 17 pasal dan Anggaran Rumah Tangga terdiri atas 8
pasal, di akte Notariskan pada tanggal, 27 Mei 1953 dan 10 Agustus 1953 No.102 dan 27 pada
notaris H. Soetan Pane Paroehoem berkedudukan di Medan dan oleh karena itu diakui sebagai
badan hukum, sesuai dengan kutipan dari Daftar Penetapan Menteri Kehakiman tertanggal 28
Agustus 1953 No. J.A. 5/72/20, yang berbunyi sebagai berikut:

MENTERI KEHAKIMAN

Membaca :
I. Surat permohonan tertanggal 1 Juni 1953 dari Manggara Hutapea menjadi wakil
perkumpulan tersebut di bawah ini;
II. Surat Keterangan dari Bupati Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang tertanggal,
Medan, 10 Juli 1953 No. 1407/1953

Mengingat :
pasal 1, 2, dan 3 dari Firman Kerajaan tanggal 28 Maret 1870 No. 2 (Staatsblad Indonesia no.
64), sebagaimana terakhir diubah menurut Ordonasi tertanggal 4 Juni 1938 (Staatblad No. 276)
dan Penetapan Pemerintah tertanggal 18 Oktober 1937 No. 18 (Staatsblad No. 573).

Memutuskan :
Menyetujui dan mufakat atas Anggaran Dasar Perkumpulan Al-Ittihadiyah berkedudukan di
Medan, sebagaimana dimaksudkan dalam Akte yang dibuat dan dihadapan Notaris H. Soetan
Panen Paroehoen yang berkedudukan di Medan, pada tanggal 27 Mei 1953 dan 10 Agustus 1953
No. 102 dan 27 dan oleh karena itu mengakui perkumpulan tersebut sebagai badan hukum.

Kutipan dari penetapan ini dikirim kepada pemohon untuk diketahui dan dituruti.

Sesuai dengan Daftar tersebut:


KEPALA BAGIAN BADAN – BADAN HUKUM
u.b
Pegawai yang diperbantukan,

9
BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM
ANGGARAN DASAR AL-ITTIHADIYAH

BAB I
NAMA, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
1. Organisasi ini bernama Al-Ittihadiyah.
2. Al-Ittihadiyah didirikan di Medan pada tanggal 21 Syawal 1353 H bertepatan
dengan tanggal 27 Januari 1935 untuk jangka waktu yang tidak terbatas
3. Sejak Tahun 1994 Al-Ittihadiyah berkedudukan di Jakarta sebagai ibukota Negara
Republik Indonesia.

BAB II
AZAS, VISI, MISI DAN TUJUAN
Pasal 2
Al-Ittihadiyah berazaskan Islam yang berlandaskan Al-Quranul Karim dan Sunah Rasul.

Pasal 3
Visi Al-Ittihadiyah adalah menjadi ormas Islam yang berkualitas untuk menyatukan potensi
umat dan bangsa sebagai rahmatan lil ’alamin.

Pasal 4

Misi Al-Ittihadiyah adalah :


1. Mengembangkan pola pikir yang berbasis Islam, Iman dan Ihsan yang dijalankan
dengan Ikhlas.
2. Berperan aktif untuk menyatukan potensi keragaman ummat, baik dalam skala
lokal, regional, nasional maupun internasional.
3. Berperan aktif dalam memberdayakan ummat dalam segala aspek kehidupan
4. Mengembangkan peradaban Islam sebagai rahmatan lil ’alamin baik dalam ukhuwah
islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah basyariyah.

Pasal 5
Al-Ittihadiyah bertujuan :
1. Tercapainya kualitas umat Islam yang maju dan mandiri serta dapat mengamalkan
ajaran Islam Li-I’lai Kalimatillah
2. Terwujudnya persatuan dan kesatuan ummat Islam dalam berbangsa dan bernegara
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
3. Terwujudnya organisasi yang mandiri, modern dan independen
4. Terwujudnya ummat yang madani dan sejahtera

BAB III

10
USAHA
Pasal 6
Untuk mencapai tujuan Al-Ittihadiyah berusaha :
1. Mendirikan dan menyelenggarakan lembaga pendidikan formal, informal dan non
formal yang islami antara lain, akan tetapi tidak terbatas pada Pendidikan Anak Usia
Dini/Raudhatul Athfal, Taman Tahfidz dan Qiroa’h, Sekolah Dasar/Ibtidaiyah,
Sekolah Menengah Pertama/Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Aliyah, Sekolah
Menengah Kejuruan sampai Perguruan Tinggi untuk semua tingkatan/strata.
2. Menyelenggarakan Pendidikan kader dakwah guna mengahasilkan da’i-da’i yang
berkualitas, tangguh dan mandiri.
3. Mendirikan panti asuhan, mengasuh, mendidik dan membina anak yatim-piatu, fakir
miskin, anak disabilitas dan terlantar
4. Mendirikan panti jompo, mengasuh dan mengurus lansia
5. Menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab dan kepedulian sosial dalam rangka
meningkatkan harkat dan martabat umat
6. Memperdalam dan memperluas pengetahuan umat tentang ke-Tauhidan, ke-Islaman,
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui kegiatan dakwah dan kegiatan-kegiatan
syi’ar Islam lainnya.
7. Meningkatkan perkembangan ekonomi dan permodalan serta koperasi dan usaha kecil,
mikro dan menengah untuk kesejahteraan umat
8. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam segala bidang
keterampilan.
9. Menumbuhkan dan memupuk sikap percaya diri umat dalam budaya yang Islami
10. Membina kerjasama dan memelihara ukhuwah Islamiyah dengan sesama Ormas –
ormas Islam
11. Mengembangkan kreativitas anggota baik yang bersifat ideal maupun komersial yang
dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT

BAB IV
FUNGSI
Pasal 7
Al-Ittihadiyah berfungsi sebagai berikut :
1. Wadah pembinaan umat dalam menciptakan muslim yang kaffah.
2. Wadah kegiatan anggota dan umat untuk meraih cita-cita
3. Wadah pembinaan dan pengembangan kemampuan anggota dalam usaha mewujudkan
tujuan organisasi
4. Wadah untuk berperan serta dalam usaha mensukseskan Pembangunan Nasional
5. Sarana untuk menampung aspirasi anggota dan sarana komunikasi sosial timbal balik
antara anggota

BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 8
Organisasi Al-Ittihadiyah berhak dan berkewajiban :
1. Hak :
a. Mendapatkan perlindungan dan perlakuan yang adil dari Pemerintah
b. Menjalankan program-program organisasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku

11
2. Kewajiban :
a. Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Mengamalkan dan melaksanakan nilai – nilai Islam dalam segala bidang

BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 9
1. Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan memenuhi syarat serta
menyetujui Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan Program Al-Ittihadiyah
dapat diterima menjadi anggota.
2. Anggota Al-Ittihadiyah terdiri atas :
a. Anggota biasa
b. Anggota luar biasa
c. Anggota kehormatan

BAB VII
TINGKAT DAN SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 10
1. Organisasi Al-Ittihadiyah memiliki Majelis Pertimbagan, Majlis Syuro dan Majelis
Pakar berkedudukan di Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia
2. Dewan Pimpinan Pusat dan Pimpinan Pusat Badan Otonom berkedudukan di Jakarta
sebagai Ibukota Republik Indonesia
3. Dewan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Wilayah Badan Otonom berkedudukan di
Propinsi
4. Dewan Pimpinan Darerah dan Pimpinan Daerah Badan Otonom berkedudukan di
Kabupaten atau Kota
5. Dewan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Cabang Badan Otonom berkedudukan di
Kecamatan
6. Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Anak Cabang Badan Otonom
berkedudukan di Kelurahan atau Desa.
7. Di tempat lain yang dianggap baik dan dibutuhkan dapat dibentuk Komisariat.

BAB VIII
DEWAN PIMPINAN PUSAT
Pasal 11
1. Dewan Pimpinan Pusat dipilih oleh Muktamar untuk masa jabatan 5 tahun, Ketua
Umum dipilih secara aklamasi dan/atau formatur.
2. Dewan Pimpinan Pusat terdiri :
a. Ketua Umum, satu orang Wakil Ketua Umum dan beberapa orang Ketua
b. Sekretaris Jenderal dan beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal
c. Bendahara Umum dan beberapa orang Wakil Bendahara
d. Ketua, Sekretaris dan Anggota Lembaga
e. Ketua dan Anggota Komisi
3. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pimpinan Pusat membentuk Lembaga dan
Komisi yang terdiri dari :
a. Lembaga Fatwa
b. Lembaga Aset dan Ziswaf
c. Lembaga Kependidikan
d. Lembaga Kepesantrenan dan Panti Asuhan
e. Komisi Dakwah

12
f. Komisi Pendidikan dan Pelatihan
g. KomisiPengembangan Wilayah
h. Komisi Ekonomi
i. Komisi Hubungan Antar Lembaga
j. Komisi Riset dan Inovasi
k. Komisi Pengkajian
l. Komisi Pengembangan Usaha
m. Komisi Tani dan Nelayan
n. Komisi Hukum dan Perundangan
o. Komisi Organisasi
p. Komisi Kaderisasi
q. Komisi Hubungan Luar Negeri
r. Komisi Hubungan Masyarakat
s. Komisi Kesekretariatan
t. Komisi Informatika, Komunikasi, dan Teknologi (Inkomtel).

5. Badan Otonom Pusat adalah Pimpinan Pusat Muslimat Al-Ittihadiyah, Barisan


Muda Al-Ittihadiyah (terdiri dari Unsur Pemuda, Pelajar, Mahasiswa dan Angkatan
Puteri).

Pasal 12
Dewan Pimpinan Pusat berwenang:
1. Menentukan kebijakan sesuai dengan keputusan Muktamar, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta keputusan Dewan Pimpinan Pusat
2. Membentuk dan mengkoordinir badan-badan dan bidang – bidang di Dewan Pimpinan
Pusat
3. Mengesahkan susunan pengurus Pimpinan Pusat Muslimat Al – Ittihadiyah
4. Mengesahkan susunan Personalia Dewan Pimpinan Wilayah sesuai dengan hasil
keputusan musyawarah Wilayah
5. Memberikan garis kebijakan dan petunjuk kepada Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan
Pimpinan Daerah dan Pimpinan Pusat Badan Otonom
6. Membatalkan / meluruskan / memperbaiki suatu keputusan yang diambil oleh
musyawarah Pimpinan Badan Otonom, Pimpinan Wilayah / Daerah termasuk
Pimpinan Wilayah / Daerah / Badan Otonom apabila keputusan tersebut menurut
keputusan rapat pengurus harian Dewan Pimpinan Pusat bertentangan dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan bertentangan dengan keputusan
Dewan Pimpinan Pusat
7. Mengambil keputusan tentang pemberhentian sementara atau pemberhentian tetap
terhadap anggota
8. Mengambil keputusan tentang penggunaan zakat, infak, shadaqoh, derma – derma dan
wakaf lainnya
9. Mengurus dan mengambil keputusan tentang harta – harta kekayaan / asset Al –
Ittihadiyah di seluruh Indonesia
10. Ketua Umum dapat memberhentikan pengurus Dewan Pimpinan Pusat yang tidak
dapat bekerja sama dengan sesama Dewan Pimpinan Pusat atau melanggar Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah atau tindakannya merugikan nama baik organisasi setelah
mendengar hasil rapat Pengurus Harian, jika dianggap perlu setelah mendengar
pertimbangan Majelis Syuro dan Majelis Pertimnbangan
11. Setiap pendirian yayasan yang berkaitan dengan organisasi Al – Ittihadiyah, wakaf atas
nama Al – Ittihadiyah, tanah dan bantuan, baik barang maupun uang tunai yang
diperuntukan bagi Al – Ittihadiyah dan bentuk bantuan kerja sama lainnya yang
mengatasnamakan Al – Ittihadiyah, memerlukan persetujuan dan pengesahan
Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat;

13
12. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal bertindak mewakili Dewan Pimpinan Pusat, baik
di dalam maupun di luar Pengadilan; dalam hal berurusan dengan keuangan harus
didampingi oleh salah seorang Bendahara. Dalam hal Ketua Umum berhalangan,
Ketua Umum menunjuk salah seorang Wakil Ketua Umum didampingi Ketua Bidang
yang berhubungan.
13. Dalam hal Sekretaris Jenderal berhalangan, tanpa harus dibuktikan kepada
pihak ketiga, Sekretaris Jenderal diwakili oleh salah seorang Wakil Sekretaris
Jenderal.

BAB IX
PIMPINAN WILAYAH, DERAH, CABANG DAN ANAK CABANG

Pasal 13
1. Di Propinsi termasuk Daerah Istimewa atau Daerah Khusus organisasi Al – Ittihadiyah
dipimpin oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Wilayah Badan Otonom
2. Dewan Pimpinan Wilayah dipilih oleh Musyawarah Wilayah untuk masa jabatan 5
(lima) tahun
3. Dewan Pimpinan Wilayah disahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat, setelah terlebih
dahulu menerima dan mempertimbangkan laporan pembentukan Dewan Pimpinan
Wilayah yang bersangkutan
4. Ketentuan Pasal ini berlaku untuk Badan Otonom Wilayah

Pasal 14
1. Dewan Pimpinan Wilayah terdiri:
a. Ketua dan beberapa orang Ketua Bidang
b. Sekretaris dan beberapa orang Wakil Sekretaris
c. Bendahara dan beberapa orang Wakil Bendahara
2. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pimpinan Wilayah membentuk bidang - bidang
sesuai kebutuhan yang mengacu pada struktur Dewan Pimpinan Pusat
3. Badan Otonom Wilayah adalah Pimpinan Wilayah Badan Otonom

Pasal 15
Dewan Pimpinan Wilayah dan Badan Otonom Wilayah berwenang:
1. Melaksanakan kebijakan Organisasi di Wilayah dan memberi petunjuk kepada Dewan
Pimpinan Daerah dalam melaksanakan program sesuai dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan
Pusat dan Pimpinan Pusat Badan Otonom
2. Membentuk dan mengkoordinir bidang – bidang di Dewan Pimpinan Wilayah dan
Pimpinan Wilayah Badan Otonom
3. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Pusat dan Pimpinan Pusat
Badan Otonom atas hasil Musyawarah Daerah tentang susunan personalia Dewan
Pimpinan Daerah dan Pimpinan Daerah Badan Otonom
4. Mengesahkan susunan personalia Dewan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Daerah
Badan Otonom sesuai dengan hasil keputusan Musyawarah Daerah yang disertai
surat rekomendasi Dewan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Daerah Badan Otonom
5. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Wilayah Badan Otonom dapat
mengusulkan pemberhentian sementara kepada Dewan Pimpinan Pusat terhadap
Pengurus Pimpinan Wilayah dan anggota-anggota yang tidak dapat bekerjasama
dengan Pengurus Pimpinan Wilayah atau melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga atau tindakannya merugikan nama baik organisasi
6. Melaksanakan wewenang lainnya yang ditetapkan oleh Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga

14
Pasal 16
1. Di Kabupaten atau Kota, organisasi Al – Ittihadiyah dipimpin oleh Dewan Pimpinan
Daerah dan Pimpinan Daerah Badan Otonom
2. Dewan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Daerah Badan Otonom dipilih oleh
Musyawarah Daerah yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan Wilayah untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun
3. Dewan Pimpinan Daerah yang terbentuk, disahkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah
dan kemudian dilaporkan kepada Dewan Pimpinan Pusat yang pelantikannya
dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah yang bersangkutan.
4. Ketentuan pasal ini berlaku untuk Badan Otonom Daerah

Pasal 17
1. Dewan Pimpinan Daerah terdiri :
a. Ketua dan beberapa orang Ketua Bidang
b. Sekretaris dan beberapa orang Wakil Sekretaris
c. Bendahara dan beberapa orang Wakil Bendahara
2. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pimpinan Daerah membentuk bidang-
bidang sesuai kebutuhan yang mengacu pada struktur Dewan Pimpinan Pusat
3. Badan Otonom Daerah adalah Pimpinan Daerah Badan Otonom

Pasal 18
Dewan Pimpinan Daerah dan Badan Otonom Daerah berwenang :
1. Melaksanakan kebijakan Organisasi di Daerah dan memberi petunjuk kepada Dewan
Pimpinan Cabang dalam melaksanakan program sesuai dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan
Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Wilayah Badan Otonom
2. Membentuk dan mengkoordinir bidang – bidang di Dewan Pimpinan Daerah dan
Pimpinan Daerah Badan Otonom
3. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Wilayah
Badan Otonom atas hasil Musyawarah Cabang tentang susunan personalia Dewan
Pimpinan Cabang dan Pimpinan Cabang Badan Otonom
4. Mengesahkan susunan personalia Dewan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Cabang
Badan Otonom sesuai dengan hasil keputusan Musyawarah Cabang yang disertai
surat rekomendasi Dewan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Cabang Badan
Otonom
5. Ketua Dewan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Daerah Badan Otonom dapat
mengusulkan pemberhentian sementara kepada Dewan Pimpinan Wilayah terhadap
Pengurus Pimpinan Daerah dan anggota – anggota yang tidak dapat bekerjasama
dengan Pengurus Pimpinan Daerah atau melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga atau tindakannya merugikan nama baik organisasi
6. Melaksanakan wewenang lainnya yang ditetapkan oleh Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga

Pasal 19
1. Di Kecamatan, organisasi Al – Ittihadiyah dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang
dan Pimpinan Cabang Badan Otonom
2. Dewan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Cabang Badan Otonom dipilih oleh
Musyawarah Cabang yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan Daerah untuk masa
jabatan 5 (lima) tahun

15
3. Dewan Pimpinan Cabang yang terbentuk, disahkan oleh Dewan Pimpinan Daerah
dan kemudian dilaporkan kepada Dewan Pimpinan Wilayah yang pelantikannya
dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah yang bersangkutan.
4. Ketentuan pasal ini berlaku untuk Badan Otonom Cabang

Pasal 20
1. Dewan Pimpinan Cabang terdiri :
a. Ketua dan beberapa orang Ketua Bidang
b. Sekretaris dan beberapa orang Wakil Sekretaris
c. Bendahara dan beberapa orang Wakil Bendahara
2. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pimpinan Cabang membentuk bidang-bidang
sesuai kebutuhan yang mengacu pada struktur Dewan Pimpinan Pusat
3. Badan Otonom Cabang adalah Pimpinan Cabang Badan Otonom

Pasal 21
Dewan Pimpinan Cabang dan Badan Otonom Cabang berwenang :
1. Melaksanakan kebijakan Organisasi di Cabang dan memberi petunjuk kepada
Dewan Pimpinan Anak Cabang dalam melaksanakan program sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan yang dikeluarkan
oleh Dewan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Daerah Badan Otonom
2. Membentuk dan mengkoordinir bidang – bidang di Dewan Pimpinan Cabang dan
Pimpinan Cabang Badan Otonom
3. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Daerah
Badan Otonom atas hasil musyawarah Anak Cabang tentang susunan personalia
Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Anak Cabang Badan Otonom
4. Mengesahkan susunan personalia Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan
Anak Cabang Badan Otonom sesuai dengan hasil keputusan Musyawarah Anak
Cabang yang disertai surat rekomendasi Dewan Pimpinan Cabang dan Pimpinan
Cabang Badan Otonom
5. Ketua Dewan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Cabang Badan Otonom dapat
mengusulkan pemberhentian sementara kepada Dewan Pimpinan Daerah terhadap
Pengurus Pimpinan Cabang dan anggota – anggota yang tidak dapat bekerjasama
dengan Pengurus Pimpinan Cabang atau melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga atau tindakannya merugikan nama baik organisasi
6. Melaksanakan wewenang lainnya yang ditetapkan oleh Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga

Pasal 22
1. Di Kelurahan atau Desa, organisasi Al – Ittihadiyah dipimpin oleh Dewan Pimpinan
Anak Cabang dan Pimpinan Anak Cabang Badan Otonom
2. Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Anak Cabang Badan Otonom
dipilih oleh Musyawarah Anak Cabang yang dihadiri oleh Dewan Pimpinan
Cabang untuk masa jabatan 5 (lima) tahun
3. Dewan Pimpinan Anak Cabang yang terbentuk, disahkan oleh Dewan Pimpinan
Cabang dan kemudian dilaporkan kepada Dewan Pimpinan Daerah yang
pelantikannya dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang Daerah yang bersangkutan.
4. Ketentuan pasal ini berlaku untuk Badan Otonom Cabang

Pasal 23
1. Dewan Pimpinan Cabang terdiri :
16
a. Ketua dan beberapa orang Ketua Bidang
b. Sekretaris dan beberapa orang Wakil Sekretaris
c. Bendahara dan beberapa orang Wakil Bendahara
2. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pimpinan Cabang membentuk bidang-bidang
sesuai kebutuhan yang mengacu pada struktur Dewan Pimpinan Pusat
3. Badan Otonom Wilayah adalah Pimpinan Wilayah Badan Otonom

Pasal 24
Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Badan Otonom Anak Cabang berwenang :
1. Melaksanakan kebijakan Organisasi di Anak Cabang dan melaksanakan program
sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta ketentuan yang
dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Daerah Badan Otonom
2. Membentuk dan mengkoordinir bidang – bidang di Dewan Pimpinan Anak Cabang
dan Pimpinan Anak Cabang Badan Otonom
3. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Cabang dan Pimpinan Cabang
Badan Otonom atas hasil musyawarah Anak Cabang tentang susunan personalia
Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Anak Cabang Badan Otonom
4. Mengesahkan susunan personalia Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan
Anak Cabang Badan Otonom sesuai dengan hasil keputusan Musyawarah Anak
Cabang yang disertai surat rekomendasi Dewan Pimpinan Cabang dan Pimpinan
Cabang Badan Otonom
5. Ketua Dewan Pimpinan Anak Cabang dan Pimpinan Anak Cabang Badan Otonom
dapat mengusulkan pemberhentian sementara kepada Dewan Pimpinan Cabang
terhadap Pengurus Pimpinan Anak Cabang dan anggota – anggota yang tidak
dapat bekerjasama dengan Pengurus Pimpinan Anak Cabang atau melanggar
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga atau tindakannya merugikan nama
baik organisasi
6. Melaksanakan wewenang lainnya yang ditetapkan oleh Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga

BAB X
LEMBAGA PERMUSYAWARATAN
Pasal 25
1. Jenis – jenis Permusyawaratan :
a. Muktamar
b. Muktamar Luar Biasa
c. Musyawarah Kerja Nasional
d. Musyawarah Wilayah
e. Musyawarah Kerja Wilayah
f. Musyawarah Daerah
g. Musyawarah Kerja Daerah
h. Musyawarah Cabang
i. Musyawarah Anak Cabang
2. Jenis – jenis Musyawarah seperti tersebut pada ayat 1 Pasal ini berlaku untuk
Pimpinan Badan Otonom sesuai dengan tingkatan organisasi

Pasal 26
MUKTAMAR
1. Muktamar adalah musyawarah tingkat nasional yang merupakan kekuasaan tertinggi
organisasi di lingkungan Al – Ittihadiyah
2. Muktamar Al – Ittihadiyah diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali
17
3. Muktamar berwenang :
a. Menerima atau menolak laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan
Pusat
b. Menetapkan dan atau merubah Anggaran Dasar
c. Menetapkan garis-garis besar program kerja lima tahun mendatang
d. Memilih dan menetapkan Majelis-majelis, Dewan Pimpinan Pusat dan
Pimpinan Pusat Badan Otonom
e. Menetapkan keputusan-keputusan yang dianggap perlu
4. Muktamar diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat dibantu Pimpinan Pusat
Badan Otonom
5. Peraturan tata tertib Muktamar dibuat oleh Dewan Pimpinan Pusat, disahkan oleh
Muktamar
6. Peserta Muktamar terdiri atas :
a. Majelis Pertimbangan
b. Majelis Syuro
c. Majelis Pakar
d. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat
e. Pimpinan Pusat Badan Otonom
f. Utusan Dewan Pimpinan Wilayah minimal 1 orang (Ketua atau Sekretaris)
g. Utusan Pimpinan Wilayah Badan Otonom minimal 1 orang (Ketua atau
Sekretaris)
h. Utusan Pimpinan Daerah dan Badan Otonom minimal 1 orang (Ketua atau
sekretaris)
i. Peninjau

Pasal 27
MUKTAMAR LUAR BIASA
1. Muktamar Luar Biasa diadakan apabila :
a. Atas permintaan tertulis 2/3 jumlah Pimpinan Wilayah, atau
b. Atas kehendak lebih dari 1/3 jumlah Pimpinan Daerah, atau
c. Atas kehendak lebih dari ½ jumlah Majelis Syuro, Majelis Pertimbangan dan
Majelis Pakar
2. Ketentuan – ketentuan tentang Muktamar berlaku pula bagi Muktamar Luar Biasa

Pasal 28
MUSYAWARAH KERJA NASIONAL
1. Musyawarah kerja nasional diadakan untuk meninjau hasil – hasil Muktamar yang
telah dan atau belum dilaksanakan dan menetapkan kebijakan yang akan
dilaksanakan
2. Musyawarah kerja nasional dilaksanakan diantara dua Muktamar
3. Musyawarah kerja nasional dilaksanakan oleh Dewan Pimpinan Pusat
4. Tertib acara dan peraturan tata tertib musyawarah kerja nasional ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Pusat Al – Ittihadiyah
5. Peserta musyawarah keja nasional adalah majelis, majelis Dewan Pimpinan Pusat,
Pimpinan Wilayah, Pimpinan Pusat Badan Otonom.

Pasal 29
MUSYAWARAH WILAYAH
1. Musyawarah Wilayah adalah musyawarah di tingkat wilayah diadakan setiap 5 (lima)
tahun sekali
2. Musyawarah wilayah berwenang :
a. Menerima atau menolak laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan
Wilayah
18
b. Menetapkan program kerja 5 (lima) tahun mendatang dengan mempedomani
keputusan Mukatamar
c. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Wilayah
d. Menetapkan keputusan lainnya yang dianggap perlu
3. Musyawarah Wilayah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah
4. Tata Tertib dan acara Musyawarah Wilayah diatur dalam peraturan khusus dan
ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah
5. Dalam Musyawarah Wilayah mengikutsertakan Pimpinan Wilayah Badan Otonom

Pasal 30
MUSYAWARAH KERJA WILAYAH
1. Musyawarah Kerja Wilayah diadakan untuk meninjau hasil – hasil Musyawarah
Wilayah yang telah dan atau belum dilaksanakan, dan menetapkan kebijaksanaan –
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan
2. Musyawarah Kerja Wilayah diadakan diantara dua Musyawarah Wilayah
3. Musyawarah Kerja Wilayah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah
4. Tertib cara dan peraturan tata tertib Musyawarah Kerja Wilayah ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Wilayah
5. Dalam Musyawarah Kerja Wilayah mengikutsertakan Pimpinan Wilayah Badan
Otonom.

Pasal 31
MUSYAWARAH DAERAH
1. Musyawarah Daerah adalah Musyawarah di tingkat Daerah, diadakan setiap 5 (lima)
tahun sekali
2. Musyawarah Daerah berwenang :
a. Menerima atau menolak laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan
Daerah
b. Menetapkan program kerja 5 (lima) tahun mendatang dengan mempedomani
keputusan Muktamar dan keputusan Musyawarah Wilayah
c. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Daerah
d. Menetapkan keputusan lainnya yang dianggap perlu.
3. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah
4. Tertib acara dan tata tertib Musyawarah Daerah serta jumlah peserta diatur dalam
peraturan khusus dan ditetapkan oleh Musyawarah Daerah
5. Dalam Musyawarah Daerah mengikutsertakan Pimpinan Daerah Badan Otonom.

Pasal 32
MUSYAWARAH KERJA DAERAH
1. Musyawarah Kerja Daerah diadakan untuk meninjau hasil – hasil Musyawarah
Daerah yang telah dan atau belum dilaksanakan dan menetapkan kebijaksanaan –
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan
2. Musyawarah Kerja Daerah diadakan diantara dua Musyawarah Daerah
3. Musyawarah Kerja Daerah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah
4. Tertib acara dan peraturan tata tertib Musyawarah Kerja Daerah ditetapkan oleh
Dewan Pimpinan Daerah
5. Dalam Musyawarah Kerja Daerah mengikutsertakan Pimpinan Darah Badan Otonom

Pasal 33
MUSYAWARAH CABANG
1. Musyawarah Cabang adalah Musyawarah di tingkat Cabang diadakan 5 (lima) tahun
sekali
2. Musyawarah Cabang berwewenang :
19
a. Menerima laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Cabang
b. Menetapkan program kerja 3 (tiga) tahun mendatang dengan mempedomani
keputusan Mukatamar, Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Cabang
c. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Cabang
d. Menetapkan keputusan – keputusan lainnya yang dianggap perlu
3. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang
4. Tata Tertib dan tertib acara Musyawarah Cabang diatur dalam peraturan khusus yang
ditetapkan oleh Musyawarah Cabang
5. Dalam Musyawarah Cabang mengikutsertakan Pimpinan Cabang Badan Otonom

Pasal 34
MUSYAWARAH ANAK CABANG
1. Musyawarah Ranting adalah musyawarah di tingkat Ranting, diadakan 5 (lima) tahun
sekali
2. Musyawarah Anak Cabang berwenang :
a. Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Anak Cabang
b. Menetapkan program kerja 2 (dua) tahun mendatang dengan mempedomani
hasil keputusan Muktamar, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah,
Musyawarah Cabang
c. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Anak Cabang
d. Menetapkan keputusan – keputusan lainnya yang dianggap perlu
3. Musyawarah Anak Cabang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Anak Cabang
4. Tata tertib dan tertib acara Musyawraah Ranting diatur dalam peraturan khusus dan
ditetapkan oleh Musyawarah Ranting
5. Dalam Musyawarah Anak Cabang mengikutsertakan Pimpinan Anak Cabang Badan
Otonom

BAB XI
MAJELIS SYURO
Pasal 35
1. Mejalis Syuro merupakan lembaga yang bertugas memberikan nasehat dan saran,
baik diminta maupun tidak diminta kepada pengurus harian menurut tingkatannya
2. Majelis Syuro selain bertugas seperti dimaksud pada ayat 1 pasal ini juga berwenang
membatalkan dan memperbaiki suatu keputusan yang diambil oleh Dewan Pimpinan
Pusat yang nyata – nyata bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga
3. Majelis Syuro terdiri atas seorang Ketua,Wakil Ketua, Sekretaris dan sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang anggota
4. Majelis Syuro dapat memberikan pendapat, nasehat dan saran-saran dalam Muktamar
dan Musyawarah kerja lainnya.
5. Majelis Syuro adalah juga Majlis Syuro Dewan bagi Badan Otonom
6. Ketua Majelis Syuro Dewan Pimpinan Pusat dipilih/diangkat oleh Muktamar demikian
juga Ketua Dewan Syuro dari semua Dewan Pimpinan untuk semua tingkatan
dipilih/diangkat oleh Musyawarah menurut tingkatannya.
7. Ketua Majelis Syuro terpilih untuk semua tingkatan memiliki hak dan
wewenang untuk memilih Sekretaris dan anggota Majelis Syuro sesuai
tinggkatan.

20
BAB XII
MAJELIS PERTIMBANGAN
Pasal 36
1. Majelis Pertimbangan merupakan lembaga yang bertugas memberikan pertimbangan
baik diminta maupun tidak diminta kepada pengurus harian terkait keputusan teknis
yang dikeluarkan oleh pengurus harian sesuai tingkatan.
2. Majelis Pertimbangan terdiri atas seorang Ketua,Wakil Ketua, Sekretaris dan beberapa
orang anggota
3. Majelis Pertimbangan adalah juga Majelis Pertimbangan bagi Badan Otonom

BAB XIII
MAJELIS PAKAR
Pasal 37
1. Majelis Pakar adalah unit organisasi fungsional dalam Al-Ittihadiyah yang menangani
dan mengkaji bidang substansi tertentu;
2. Ketua dan Anggota Majelis Pakar diangkat oleh Dewan Pengurus Pusat dari orang-
orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat keahlian akadimik dan teknis
profesional di bidangnya.
3. Majelis Pakar terdiri atas seorang Ketua Umum,Wakil Ketua, Sekretaris dan beberapa
orang anggota
4. Majelis Pakar mempunyai wewenang dan tugas pokok sebagai berikut :
a. Mengkaji dan menangani permasalahan dalam bidang substansif tertentu yang
dihadapi oleh Anggota Al-Ittihadiyah
b. Memberikan pemikiran dan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Pusat baik
diminta maupun tidak diminta
c. Melaksanakan tugas-tugas tertentu sesuai dengan penugasan yang diberikan Dewan
Pimpinan Pusat;

BAB XIV
BADAN OTONOM
Pasal 38
1. Badan Otonom Al-Ittihadiyah adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari organisasi
Al–Ittihadiyah sehingga badan otonom tidak diizinkan untuk membuat Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga sendiri. Badan Otonom itu adalah Muslimat Al-
Ittihadiyah, Barisan Muda Al Ittihadiyah, Gerakan Mahasiswa Al-Ittihadiyah, Gerakan
Pelajar Al-Ittihadiyah dan Angkatan Puteri Al Ittihadiyah.
2. Guna meningkatkan kualitas kepemimpinan dan pengembangan organisasi di tengah –
tengah masyarakat maka Badan Otonom membentuk pengurus sendiri yang
berpedoman kepada Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga Al – Ittihadiyah dan
disahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat Al – Ittihadiyah.
3. Badan Otonom dalam melaksanakan kerja dapat membuat program kerja yang
berpedoman pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Al – Ittihadiyah dan
mendapat pengesahan dari Dewan Pimpinan Pusat Al – Ittihadiyah
4. Dalam melaksanakan kegiatannya Pimpinan Pusat Badan Otonom Al–Ittihadiyah
supaya membuat laporan tertulis kepada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Al –
Ittihadiyah
5. Badan otonom secara berkala dapat menyampaikan laporan kegiatannya kepada Dewan
Pimpinan Pusat Al – Ittihadiyah

Pasal 39
21
HUBUNGAN KERJA
1. Dewan Pimpinan Pusat Al – Ittihadiyah dapat menonaktifkan dan atau membubarkan
Dewan Pimpinan Pusat Badan Otonom, apabila melanggar Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Al – Ittihadiyah atau melanggar keputusan Dewan
Pimpinan Pusat Al – Ittihadiyah atau tidak dapat bekerja sama dengan DPP Al –
Ittihadiyah.
2. Dalam semua kegiatan Pimpinan Pusat Badan Otonom memberikan laporan baik
lisan maupun tertulis kepada Dewan Pimpinan Pusat Al – Ittihadiyah

Pasal 40
TINGKAT DAN SUSUNAN ORGANISASI
1. Pimpinan Pusat Badan Otonom berkedudukan di Jakarta sebagai ibukota Republik
Indonesia
2. Pimpinan Wilayah Badan Otonom di Propinsi
3. Pimpinan Daerah Badan Otonom di Kabupaten atau Kota
4. Pimpinan Cabang Badan Otonom Kecamatan
5. Pimpinan Anak Cabang di Kelurahan atau Desa

Pasal 41
SUSUNAN PENGURUS
Pimpinan Pusat Badan Otonom dipilih secara aklamasi atau formatur di dalam Muktamar
Al – Ittihadiyah secara terpisah, sesuai dengan tata tertib Muktamar dengan susunan
pengurus sebagai berikut :
1. Seorang Ketua
2. Beberapa orang Wakil Ketua
3. Seorang Sekretaris
4. Beberapa orang Wakil Sekretaris
5. Seorang Bendahara
6. Beberapa orang Pembantu Umum
7. Seorang Ketua Penasehat, beberapa orang Wakil Ketua dan beberapa orang anggota

Pasal 42
BIDANG – BIDANG
Dewan Pimpinan Pusat Badan Otonom yang menurut tingkatannya dapat membentuk dan
menetapkan bidang – bidang yang diperlukan guna kelancaran organisasi

BAB XV
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN
Pasal 43
1. Organisasi Al – Ittihadiyah ini dapat dibubarkan hanya oleh Muktamar Luar Biasa yang
diadakan untuk itu dan Badan Otonom Al – Ittihadiyah dibubarkan oleh Dewan
Pipinan Pusat
2. Muktamar yang dimaksud ayat 1 pasal ini dianggap sah apabila dihadiri oleh setengah
tambah 1 (satu) jumlah wilayah dan setengah tambah 1 (satu) dari jumlah cabang dan
keputusannya dianggap sah apabila disetujui oleh dua pertiga dari suara yang hadir
3. Jika organisasi ini dibubarkan, maka semua hutangnya akan dibayar dengan kekayaan
organisasi yang ada dan sisanya diserahkan kepada Badan – badan sosial Islam
lainnya, oleh Panitia Penyelesaian Pembubaran yang dibentuk oleh Mukatamar
4. Susunan dan tugas Panitia Penyelesaian Pembubaran diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga

22
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
1. Perubahan anggaran dasar ini hanya dapat dilakukan oleh Muktamar.
2. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut di
dalam Anggaran Rumah Tangga dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari Anggaran Dasar.
3. Anggaran Dasar ini ditetapkan dalam rapat pleno Dewan Pimpinan Pusat Al
– Ittihadiyah, tanggal 17 Oktober 2017 di Jakarta sebagai amanah Muktamar
XIX Al-Ittihadiyah tanggal 28-30 November 2016 di Jakarta.

Jakarta, 17 Oktober 2017,


Dewan Pimpinan Pusat Al-Itthadiyah

KetuaUmuum, Sekretaris Jenderal,

DR. Ir. H.LUKMANUL HAKIM, MSi. Ir. H. NURUZZAMAN

23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai