Anda di halaman 1dari 14

MABADI KHOIRU UMMAH

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas

Pada Mata Kuliah Studi Islam Moderat

Dosen Pengampu:

Ahmad Hafiz Syafrudin, M.H.I

Disusun Oleh:

M.Yusuf Baidhowi

M.Ali Nurdin

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Untuk mengawali makalah ini syukur Alhamdulillah senantiasa kami


panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-
Nya kepada kita semua, dan tak lupa Sholawat serta salam kita haturkan kepada
nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya kelak di hari
kiamat,Terima kasih juga kepada bapak dosen serta teman teman yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini Kami akan menjelaskan tentang ‘‘Mabadi khoiru


ummah” yang kami buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah study islam
moderat. Terlepas dari segala kebaikan pasti ada kesalahan,kami masih mengakui
banyak sekali kesalahan yang kami lakukan saat pembuatan makalah ini oleh
karena itu bimbingan dari para dosen serta kritik dan saranlah yang terbaik bagi
kami agar bisa lebih baik dalam pembuatan makalah ini kedepanya.

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………...i
Daftar Isi……………………………………………………………………………….……ii
Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ………………………………………………………..………...1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………....…. 1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………..………………….. 1
Bab II Pembahasan
Sejarah Lahirnya Mabadi’u Khaira Umma………...…………………………2
Dasar-dasar Mabadi’u Khaira Ummah ………………………………………...4
Butir-butir Mabadi’u Khaira Ummah …………………..………………………..6
Bab III Penutup
Kesimpulan ……………………………………………………………………………..….9

Daftar Pustaka………………………………………………………………………….11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muktamar NU ke-13, tahun 1935, antara lain memutuskan sebuah

kesimpulan, bahwa kendala utama yang menghambat kemampuan umat

melaksanakan amar ma’ruf nahi al-Munkar dan menegakkan agama adalah karena

kemiskinan dan kelemahan di bidang ekonomi. Maka, muktamar mengamanatkan

PBNU untuk mengadakan gerakan penguatan ekonomi warga. Para pemimpin NU

waktu itu menyimpulkan bahwa kelemahan ekonomi ini bermula dari lemahnya

sumber daya manusianya (SDM). Mereka lupa meneladani sikap Rasulullah

sehingga kehilangan ketangguhan mental. Setelah diadakan pengkajian,

disimpulkan ada beberapa prinsip ajaran Islam yang perlu ditanamkan kepada

warga NU agar bermental kuat sebagai modal perbaikan sosial ekonomi yang

disebut Mabadi Khaira Ummah, atau langkah awal membangun umat yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah lahirnya Mabadi Khaira Ummah ?

2. Apa saja yang mendasari terbentuknya Mabadi Khaira Ummah ?

3. Apa saja butir-butir yang ada pada Mabadi Khaira Ummah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya Mabadi Khaira Ummah.

2. Untuk mengetahui dasar-dasar Mabadi Khaira Ummah.

3. Untuk mengetahui butir-butir Mabadi Khaira Ummah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Mabadi Khaira Ummah.

Munculnya gerakan Mabadi Khaira Ummah didorong oleh adanya

kesadaran di kalangan para pemimpin NU bahwa untuk mewujudkan cita-cita dan

tujuan NU maka harus ada dukungan dari umat yang memiliki sifat-sifat terpuji,

mental kejuangan yang tinggi, dan mampu mengemban tugas agama maupun

organisasi. Gagasan untuk membentuk karakter warga nahdliyyin melalui Mabadi

Khaira Ummah itu muncul pada saat Kongres PBNU ke-13 yang juga

mengamanatkan agar NU merintis pemberdayaan ekomoni umat. Untuk itu, perlu

adanya pembinaan umat lebih dulu sebagai basis dari usaha pembentukan Khaira

Ummah. Pada sisi yang lain gerakan memasyarakatkan Mabadi Khaira Ummah,

dilakukan bebarengan dengan gerakan pemasyarakatan NU ke luar pesantren,

sehingga upaya pembinaan dan penggalangan tersebut tidak hanya mempunyai

dampak ke dalam tetapi juga mempunyai dam pak ke luar, yaitu suatu umat yang

dapat dijadikan panutan (uswatun hasanah).

Upaya penanaman Mabadi Khaira Ummah dilakukan dengan memberikan

penjelasan secara teru menerus melalui berbagai temoat dan kesempatan,

khususnya pada malam pertemuan Lailatul Ijtima, yang diadakan di tiap-tiap

ranting. Dan melalui instruksi yang dilakukan oleh NU seperti tertuang dalam

INSTRUCTIE KE-11 tentang Program Membangun Umat Islam dan

Pendahulunya Langkah Membangunkan Masyarakat Islam dan Ekonominya serta

melalui usaha-usaha nyata seperti gerakan koperasi atau syirkah ta’awuniyah.

Buah yang dapat dipetik dari upaya tersebut sungguh membanggakan, meskipun

secara kuantitas jumlah warga NU tidak sebanyak saat ini. Hal ini dapat dilihat

dari berbagai hal antara lain : semangat berorganisasi semakin tumbuh dan

2
berkembang, kegiatan organisasi dalam berbagai bidang makin semarak, kesetiaan

warga semakin kuat dan para kyai pemimpin NU semakin solid. Jika ada selisih

pendapat di antara mereka, maka semata-mata didasarkan atas perbedaan

pendirian bukan perbedaan kepentingan. Semua ini membawa akibat yang sangat

baik bagi pembinaan internal (ke dalam) maupun dalam upaya pengembangan NU

secara eksternal (ke luar).

Langkah pembinaan umat yang sangat baik ini, tersendat-sendat karena

pecahnya Perang Dunia Kedua, dan sampai NU menjadi partai politik, gerakan ini

belum ada tanda-tanda diaktifkan kembali. Harapan untuk menghidupkan kembali

gerakan ini pernah terdengar disekitar tahun 1970-an bertepatan dengan

terdengarnya suara ajakan untuk kembali ke khittah, namun suara ini kembali tak

terdengar karena hiruk pikuknya aktivitas politik praktis. Baru setelah NU

bertekad bulat kembali ke khittah 1926 pada tahun 1985, keinginan untuk

meneruskan kembali gerakan Mabadi Khaira Ummah semakin kuat, terutama

setelah muktamar NU ke-28 yang mengamanatkan kepada pengurus besar NU

agar menangani masalah sosial dan ekonomi secara lebih bersungguh-sungguh.

Pada Musyawarah Nasional Alim Ulama NU di Lampung tahun 1992, gerakan

Mabadi Khaira Ummah kembali di munculkan ke permukaan dan bahkan lebih

dikembangkan lagi. Mabadi Khaira Ummah yang pada asalnya hanya terdiri atas

tiga asas, yaitu : Asshidqu, Al Amanah / Alwafa bil Ahdi, dan Atta’awun

sebagaimana yang dirumuskan oleh K.H. Mahfudz Shiddiq selaku Ketua NU pada

tahun 1935. Kemudian dalam Munas di Lampung tahun 1992. Tiga asas tersebut

ditambah dua pin lagi yakni Aladalah dan Alistiqamah, sehingga menjadi lima

butir dan disebut juga sebagai Mabadi’ul Khamsah.

3
Dasar pemikiran adanya penambahan tersebut adalah perbedaan tantangan

situasional yang berbeda antara tahun 1935 dan tahun-tahun mendatang. Selain itu

juga adanya perbedaan sasaran yang ingin dicapai. Sasaran pada waktu itu hanya

pembentukan jati diri dan watak warga, sedangkan sekarang ini diharapkan

sebagai modal dasar bagi pembentukan tata kehidupan baru yang lebih baik.

Dari latar belakang diatas, maka para ulama memandang perlunya

pembentukan terhadap watak, sikap dan perilaku umat dengan ciri khusus yang

menjadikan warga nahdliyyin mudah dikenali. Pembentukan watak, sikap, dan

perilaku yang khusus ini sangat penting untuk membedakan mana warga

nahdliyyin dan mana yang tidak. Pada sisi lain, mengingat kondisi Indonesia saat

itu belum merdeka dan setiap warga negara diharapkan perjuangan dan

partisipasinya untuk ikut membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan,

maka pembentukan watak yang spesifik Islam Ahlussunnah Waljamaah semakin

dipandang perlu.

Untuk itu, para ulama dan tokoh-tokoh panutan NU, berusaha untuk

merumuskan watak-watak dasar tersebut. Perumusan ini diharapkan dapat

dilaksanakan oleh warga nahdliyyin dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

perilaku ini menjadi ciri khas warga nahdliyyin. Perumusan konsep tentang watak

dasar ini kemudian dibahas oleh ulama NU, sehingga menghasilkan konsep yang

diberi nama Mabadi Khaira Ummah.

B. Dasar-dasar Mabadi Khaira Ummah

Mabadi khaira ummah, arti harfiahnya adalah dasar, asas atau prinsip-

prinsip umat yang terbaik. Istilah Mabadi Khaira Ummah digunakan oleh NU

untuk menggambarkan ciri ideal warga NU di mana pun berada dan dengan ciri-

4
ciri itulah warga NU diharapkan akan dikenal. Mabadi Khaira Ummah juga

mengandung makna adanya usaha sungguh-sungguh dan berkelanjutan untuk

mewujudkan citra ideal warga NU. Dengan kata lain, Mabadi Khaira Ummah

adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga NU, melalui

penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-prinsip dasar.

Gerakan tersebut juga merupakan langkah awal bagi pembentukan umat

terbaik (Khaira Ummah), suatu umat yang mampu melaksanakan tugas amar

makruf nahi munkar. Identitas dan karakter yang dimaksudkan dalam gerakan ini

adalah bagian terpenting dari sikap kemasyarakatan yang termuat dalam Khittah

NU, yang harus dimiliki oleh setiap warga Nu dan dijadikan landasan berfikir,

bersikap, dan bertindak.

Banyak sekali dasar yang digunakan untuk membentuk Mabadi Khaira

Ummah, yaitu :

1. Alquran (sebagai dasar utama)

Dasar Alqurannya adalah firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 110 yang

artinya : “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh

kepada yang makruf dan mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah”.

2. Sunnah Rasul
Sedangkan dasar sunnahnya adalah misi utama. Rasulullah yang berupaya
memperbaiki akhlaq manusia sebagaimana sabda Rasulullah saw yang
berbunyi : “Dan tidaklah aku diutus, kecuali untuk menyempurnakan
keutamaan akhlaq yang mulia”. (Al-Hadis)
3. Uswah Hasanah para Ulama Salaf

5
Sedangkan dasar meniru dan mencontoh perilaku mulia para ulama salaf adalah

dapat dilakukan dengan cara meniru akhlaq mulianya baik melalui buku cerita,

sejarah ulama, manaqib, atau meniru secara langsung dari kepribadian-

kepribadian para ulama salaf tersebut dengan melalui silaturrahim atau muhibah.

C. Butir-butir Mabadi Khaira Ummah

Adapun isi dan kandungan Mabadi Khaira Ummah atau Mabadiul Khamsah serta

uraiannya adalah sebagai berikut :

1. Asshidqu

Asshidqu bermakna jujur atau benar, bersungguh-sungguh, dan

terbuka. Kejujuran/kebenaran adalah kesesuaian antara perkataan dan

perbuatan. Apa yang dilahirkan sama dengan apa yang ada di dalam hati.

Jujur itu meliputi ucapan, perbuatan, dan sikap yang ada didalamnya.

Sebagaimana firman Allah dalam Surat Attaubah ayat 119, yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah

kamu bersama orang-orang yang benar”.

Bersungguh-sungguh dilakukan dalam berbagai tugas, baik yang

berhubungan dengan Allah swt maupun tugas-tugas kemasyarakatan.

Sedangkan terbuka merupakan sikap lahir dari kejujuran untuk

menghilangkan kecurigaan antara satu dengan yang lain, kecuali dalam

beberapa hal yang selayaknya harus dirahasiakan.

2. Al-Amanah walwafa bil Ahdi Al-amanah walwafa bil ahdi

Berasal dari dua kata, Al-amanah yang memiliki pengertian yang lebih
umum yakni meliputi semua beban yang harus dilaksanakan, baik ada

6
perjanjian maupun tidak, sedangkan alwafa bil ahdi hanya berkaitan
dengan sesuatu yang terdapat perjanjian. Namun, kedua istilah itu
digabungkan menjadi satu kesatuan. Yang pengertiannya meliputi dapat
dipercaya, setia, dan tepat janji.

Dapat dipercaya adalah sifat yang diletakkan pada seseorang yang

dapat melaksanakan tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniyah

maupun ijtimaiyah. Setia mengandung pengertian kepatuhan dan ketaatan

terhadap Allah dan pimpinan / penguasa sepanjang tidak memerintah

untuk berbuat maksiat. Sedangkan tepat janji mengandung arti

melaksanakan semua perjanjian baik perjanjian yang dibuat sendiri

maupun perjanjian yang melekat karena kedudukannya sebagai orang

mukallaf dan meliputi janji pemimpin terhadap yang dipimpinnya, janji

sesama anggota keluarga dan setiap individu. Allah SWT berfirman dalam

Surat An-Nisa ayat 58, yang artinya : “Sesungguhnya Allah

memerintahkan kamu sekalian untuk menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya”.

3. Al-adalah

Al-adalah mengandung pengertian bersikap adil dan memberikan

hak dan kewajiban secara proporsional. Bersikap adil dalam menempatkan

sesuatu yang pada tempatnya, berpihak kepada kebenaran, menyalahkan

yang salah dan membenarkan yang benar. Bersikap adil dituntut dari

semua pihak lebih-lebih dari penguasa, hakim, pemimpin, kepala keluarga,

orang alim dalam berfatwa, dan sebagainya.

Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Hak adalah sesuatu

yang mesti diperolehnya, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus

7
dikerjakannya. Pemberian hak dan pelaksanaan kewajiban bagi setiap

orang disesuaikan dengan kepatutan masing-masing. Allah berfirman

dalam Surat An-Nahl ayat 90, yang artinya : “Sesungguhnya Allah

memerintahkan kamu sekalian untuk berlaku adil dab berbuat kebajikan”.

4. Attaawun
Attaawun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat,
manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Pengertian
ta’awun meliputi tolong-menolong, setia kawan, dan gotong royong dalam
kebaikan dan ketakwaan. Ta’awun juga mengandung pengertian timbal
balik dari masing-masing pihak untuk memberi dan menerima. Oleh
kaerna itu, sifat ta’awun mendorong setiap orang untuk berusaha dan
bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat dikembangkan
kepada orang lain. Firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 2, yang
artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran”.
5. Al-istiqamah

Al-istiqamah mengandung pengertian konsisten, ajeg, berkesinambungan,

dan berkelanjutan. Keajegan adalah tetap dan tidak bergeser dari jalur

sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya serta

tuntutan yang diberikan oleh Salafus Shahih. Kesinambungan artinya

keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dan antara

periode satu dengan periode yang lain. Sehingga semuanya merupakan

satu mata rantai yang tak terpisahkan dan slaing menopang. Sedangkan

berkelanjutan adalah proses pelaksanaan secara terus-menerus dan idak

mengalami kemandegan (statis)

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mabadi Khaira Ummah merupakan gerakan pembentukan identitas dan

karakter warga NU, melalui penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-

prinsip dasar di dalam kehidupan warga NU baik sebagai masyarakat yang

berbangsa dan bernegara. Mabadi Khaira Ummah berdasar atas tiga pokok yaitu

Al-qur’an, Al-Hadits dan meniru perilaku baik ulama salafus shalikhin.

Prinsip-prinsip yang diajarkan dalam konsep Mabadi Khaira Ummah, terdiri atas :

1. Asshidqu (Sikap jujur, bersungguh-sungguh dan terbuka). Jujur ini


meliputi kejujuran dalam ucapan, perbuatan dan sikap prilaku sehari-hari.
Alamanah walwafa bilahdi (senantiasa menepati janji dan memegang
teguh kedisiplinan). Prinsip ini mempunyai arti tanggung jawab manusia
terhadap segala apa yang diamanahkan kepada mereka, baik amanah
dalam masalah duniawi atau amanah dalam masalah ukhirawi.

2. Aladlu (bersikap adil). Artinya akan senantiasa memberikan hak dan


kewajiban terhadap orang yang memilikinya secara proporsional. Mereka
bersikap adil dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya, berpihak
kepada kebenaran, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar.
3. Attaawun (mempunyai kepekaan sosial yang tinggi) terhadap
perkembangan lingkungan serta mempunyai kepedulian terhadap nasib-
nasib kaum lemah yang membutuhkan bantuan dan pembinaan secara
intensif, sehingga mereka menjadi manusia yang mempunyai derajat yang
sama, hak yang sama, serta kesempatan dalam meraih prestasi yang sama
pula.

9
4. Alistiqamah (memegang teguh terhadap prinsip-prinsip utama walau
dalam kondisi apapun). Konsistensi ini akan berjalan terus tidak
mengalami perubahan walaupun di goyahkan oleh godaan apapun yang
dapat merubah terhadap prinsip dasar Mabadi Khaira Ummah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Masyhudi Muchtar,dkk. 2009. Aswaja An-Nahdliyah (Ajaran

Ahlussunnah wa al-jamaah yang berlaku di lingkungan Nahdlatul Ulama).

Surabaya : Khalista.

Abdul Wahib,dkk. 2004. Materi Dasar Nahdlatul Ulama (Ahlussunnah

Waljamaah). Semarang : PW LP Ma’arif NU Jawa Tengah.

11

Anda mungkin juga menyukai