UMMAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja An-Nahdiyah
Dosen pengampu : Rinwanto, S.Sy.M.H.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Muizzatul Khasanah (2331001)
2. Mohammad Gufron (2331010)
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................5
C. Tujuan ..............................................................................5
A. Kesimpulan ..............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
4
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Khaira Ummah
adalah mereka yang hijrah dari Mekah ke Madinah dan mereka yang ikut
perang Badar serta ikut rombongan Nabi ke Hudaibiyah, sebagaimana
dikemukakan oleh Ibnu Abbas. Dan sebagian lagi berpendapat bahwa mereka
yang dimaksud itu adalah umat Islam periode pertama dengan mendasarkan
pada hadis Riwayat Ahmad yang artinya Sebaik-baik umatku adalah abad
dimana Aku diutus kepada mereka, kemudian orang-orang yang berikutnya”
(H.R.Ahmad). 1
7
Dengan demikian, gerakan Mabadi Khaira Ummah tidak saja relevan
dengan program pengembangan ekonomi, tetapi juga pembinaan organisasi
pada umumnya. Kedua hal ini yang akan menjadi arah strategis pembangkitan
kembali gerakan Mabadi Khaira Ummah kita nantinya, di samping bahwa
sumber daya manusia yang dapat dikembangkan melalui gerakan ini pun akan
menjadi kader-kader unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiyarkan
kemashlahatan umat, bangsa dan negara pada umumnya.
8
1) Al-Sidqu
Al-sidqu artinya kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan
keterbukaan. Kejujuran adalah kesesuaian antara ucapan dan
perbuatan juga ucapan dan pikiran. Kejujuran juga berarti
keterbukaan dalam memberikan informasi kepada publik, tidak
menutup-nutupi sesuai yang semestinya diinformasikan. Ash-
shidqu adalah modal sekaligus Langkah terbaik dalam menggapai
ridha Allah., juga untuk membangun kepercayaan dengan sesama
manusia. Dengan sikap jujur inilah umat islam akan menggapai
kemajuan maju dalam keridhaan Allah SWT.
Setiap muslim hendaklah memliki sifat dan sikap jujur, yakni
adanya kesatuan antara ucapan dan perbuatannya, apa yang
dilahirkan senantiasa sama denga napa yang ada di dalam batinnya.
Dengan kata lain, tidak boleh bagi setiap muslim bertindak dan
berbuat sesuatu yang tidak sesuai denga napa yang diucapkannya.
Firman allah SWT :
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُك وُنوا َم َع الَّصاِدِقيَن
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah kamu Bersama orang-orang yang benar”. (QS. at-
Taubah/9:119)
َٰٓل َٰٓل
ُأ۟و ِئَك ٱَّلِذ يَن َص َد ُقو۟ا ۖ َو ُأ۟و ِئَك ُهُم ٱْلُم َّتُقوَن
“Mereka itulah orang yang bersungguh-sungguh dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa”. (QS. al-Baqoroh/2:177)
َك ُبَر َم ۡق ًتا ِع ۡن َد ِهّٰللا َاۡن َتُقۡو ُلۡو ا َم ا اَل َتۡف َع ُلۡو َن
“Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tiada kamu kerjakan”. (QS. ash-Shaf/61.3)
Dalam mu’amalah dan bertransaksi harus memegangi sifat ash-
shidqu ini sehingga lawan dan kawan kerjanya tidak kawatir
tertipu. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah saat menjalankan
bisnis Sayyidatina Khadijah. Dari sikap itu beliau memperoleh
sukse besar .Warga NU sebagai pengikut Kanjeng Nabi
9
Muhammad harus mengikuti jejaknya. Bila melupakan dan
meninggalkannya, pasti akan merugi dan menderita kegagaln.
Sikap ash-shidqu ini terbukti juga bagian penting dari kunci sukses
baginkegiatan perekonomian modern saat ini. 3
2) Al-Amanah wa al- Wafa’ bi al-‘Ahdi
Al-amanah adalah menjalankan tanggung jawab, baik yang
dijanjikan maupun tidak. Sementara al-wafa’ bi al-‘ahdi berarti
melaksanakan apa yang sudah dijanjikan. Al-amanah saja
sebenarnya sudah cukup untuk mengartikan melaksanakan apa-apa
yang dijanjikan. Namun, dengan penambahan al-wafa’ bi al-‘ahdi
menjadi semakin jelas dan tegas prinsip ini. Sebab setiap pribadi
adalah pemimpin, yang dibebankan tanggung jawab. Jika manusia
mau menerapkan prinsip ini, maka akan terhindar dari segala
bentuk manipulasi tugas atau jabatan. Sebenarnya kedua istilah
tersebut mengandung pengertian yang sama yaitu dapat
dipercaya,setia dan menepati janji. Namun Amanah memiliki
pengertian yang lebih umum meliputi semua beban yang harus
dilakanakan, baik ada perjanjian maupun tidak, sedangkan al-wafa’
bi al-‘ahdi hanya berkaitan dengan sesuatu yang didalamnya
terdapat perjanjian. Firman Allah SWT :
ِإَّن ٱَهَّلل َيْأُم ُر ُك ْم َأن ُتَؤ ُّد و۟ا ٱَأْلَٰم َٰن ِت ِإَلٰٓى َأْهِلَها
Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian untuk
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya (QS. an-
Nisa/4:58)
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاْو ُفْو ا ِباْلُع ُقْو ِد
Hai orang-orang yang beriman, tepatilah perjanjian-perjanjian itu
(QS. al-Maidah/5:1)
Dapat dipercaya memegang tanggung jawab dan memenuhi janji.
Sebelum di angkat menjadi Rasul,Nabi Muhammad mendapat
gelar al-Amin dari masyarakat karena diakui sebagi orang yang
3
Muchotob hamzah dkk, “Pengantar Study Aswaja An-nahdliyah” (Yogyakarta:2017) hal:171
10
dapat diserahi tanggung jawab. Satu diantara syarat warga NU agar
sukses dalam kehidupan harus terpercaya dan menepati janji serta
disiplin memenuhi agenda. Bila orang suka khianat dan ingkar
janji, pasti tidak dipercaya oleh kawan kerja dan relasi. Pelanggan
akan memutus hubungan, dan kawan kerja akan menjauh. Al-
Amanah dan al-Wafa bi al-‘Ahdi memang merupakan bagian
penting bagi keberhasilan perekonomian. Dan itulah sikap para
profesional modern yang berhasil pada masa kini.
3) Al-‘Adalah
Al-Adalah berarti adil, profesional, menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Adil juga berarti obyektif dalam memandang setiap
masalah, yang dengan ini kita,menjadi lebih rasional dalam
bersikap dan bertindak. Sikap adil bukan hanya untuk membela
satu golongan tertentu, tetapi menyangkut kepentingan umum.
Tinggi dan rendahnya peradaban sebuah bangsa bisa diukur dari
bagaimana keadian ditegakkan.
Al-Adalah juga berarti berpihak kepada kebenaran, menyalahkan
yang salah dan membenarkan yang benar. Bersikap adil dituntut
dari semua pihak terlebih-lebih dari penguasa, hakim, pimpinan,
kepala keluarga dan orang alim dalam berfatwa. Firman Allah
SWT:
ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل َو اِاْل ْح َس اِن
Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian untuk berbuat
adil dan kebaikan (QS. an-Nahl/16:90)
Setiap warga nahdliyin harus memegangi kebenaran obyektif
dalam pergaulan untuk mengembangkan kehidupan. Orang yang
bersikap adil meski kepada diri sendiri akan dipandang orang lain
sebagai tempat berlindung dan tidak menjadi ancaman. Warga
nahdliyin yang bisa menjadi pengayom bagi masyarakatnya
sekaligus memudahkan dan membuka jalan kehidupannya,. Sikap
adil juga merupakan ciri utama penganut sunni-nahdliyin dalam
11
kehidupan bermasyarakat. Dan bila ini benar-benar mampu
menjadi karakter nahdliyin, berarti juga wujud dari prinsip risalah
kenabian rahmah lil ‘alamin, yang berarti bukan hanya manfaat
bagi diri sendiri atau golongan, tapi penebar kasih buat semua
orang.
4) Al-Ta’awun
Pengertian ta’awun meliputi tolong menolong, setia kawan dan
gotong royong. Ta’awun juga mengandung pengertian adanya
timbal balik dari masing-masing pihak untuk memberi dan
menerima. Ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan
bermasyarakat, karena sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Oleh karena itu dengan
sifat ta’awun dapat , mendorong setiap orang untuk berusaha dan
bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat
dikembangkan dan diberikan kepada orang lain.
Tentu saja yang dimaksud adalah ta’awun dalam kebaikan,
sebagaiman sudah ditegaskan al-Qur’an surah al-Maidah/5:2,
َو َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اْلِب ِّر َو الَّتْق ٰو ۖى َو اَل َتَع اَو ُنْو ا َع َلى اِاْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن ۖ َو اَّتُق وا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد
اْلِع َقاِب
Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. (QS. al-Maidah/5:2)
Setiap warga nahdliyin harus menyadari posisinya ditengah sesame
makhluk, harus bisa menempatkan diri, bersedia menolong dan
butuh pertolongan. Dalam agama islam, tolong-menolong
merupakan prinsip bermuamalah. Karena itu dalam jual-beli
misalnya, kedua belah pihak harus mendapat keuntungan, tidak
boleh ada satu pihak yang dirugikan. Bila setiap bentuk muamalah
menyadari prinsip ini, muamalah akan terus berkembang dan
lestari. Jalan perekonomian pasti akan terus lancer bahkan
12
berkembang. Bila prinsip ta’awun ditinggalkan, satu pihak akan
menghentikan hubungan dan muamalah akan mengalami kendala.
5) Al-Istiqomah
Istiqomah artinya teguh pendirian, berkesinambungan dalam suatu
amal. Apabila menyangkut suatu kepercayaan, maka orang yang
istiqamah tetap kukuh dalam pendiriannya, tidak terombang-
ambing dan kebingungan dalam menentukan arah. Jika berkaitan
dengan amal, maka orang yang istiqomah akan konsisten dalam
menjalankannya.
Istiqomah juga mengandung arti konsisten, ajeg, kesinambungan
dan keberlanjutan. Keajegan berarti tetap dan tidak bergeser dari
jalur sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah SWT dan Rasul-
Nya serta tuntunan yang diberikan oleh as-Salafus Shalih.
Sedangkan kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan
dengan kegiatan yang lain, serta antara periode satu dengan periode
yang lain, sehinga semuanya merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan dan saling menopang. Adapun keberlanjutan adalah
proses pelaksanaan secara terus menerus dan tidak mengalami
kemandegan. Firman Allah SWT :
ٰۤل
ِاَّن اَّلِذ ْيَن َقاُلْو ا َر ُّبَنا ُهّٰللا ُثَّم اْسَتَقاُم ْو ا َتَتَن َّز ُل َع َلْيِهُم اْلَم ِٕىَك ُة َااَّل َتَخ اُفْو ا َو اَل َتْح َز ُن ْو ا َو َاْبِش ُرْو ا
ِباْلَج َّنِة اَّلِتْي ُكْنُتْم ُتْو َع ُد ْو َن
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan):"janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
meras sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan Allah kepadamu (QS. al-fushilat/ 41:30).
Didalam al-Qur’an dijanjikan kepada orang yang beriman dan
istiqomah, akan memperoleh kecerahan hidup, terhindar dari
ketakutan dan kesusahan, dan ujungnya mendapatkan kebahagiaan.
Untuk mendapatkan sukses hidup warga Nahdliyin juga harus
13
memegangi sifat konsisten itu, tahan godaan dan tidak tergiur
untuk melakukan penyimpangan yang hanya menjanjikan
kebahagiaan sesaat dan kesengsaraan jangka panjang. Sikap
konsisten akan membuat kehidupan tenang yang bisa
menumbuhkan inspirasi, inisiatif, dan kreasi mengatasi segala
halangan dan kesulitan. Istiqomah menghindarkan dari kesulitan
hidup atau mengalami jalan buntu. Istiqomah berarti berpegang
teguh pada prinsip-prinsip keyakinan dan merutinkan amaliyah
sesuai keyakinan tersebut.4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
4
Mashudy muchtar dkk, “Aswaja An-nahdliyah ajaran Ahlussunah Wa Al-jamaah yang berlaku di
lingkungan Nahdlatul Ulama” (surabaya:2007) hal:39-40
14
Mabadi’ Khaira Ummah (MKU) adalah prinsip-prinsip dasar yang
digunakan untuk mengupayakan terbentuknya tatanan kehidupan
masyarakat yang ideal atau terbaik, yaitu masyarakat yang mampu
melaksanakan tugas-tugas amar ma’ruf nahi munkar.
Tujuan Mabadi’ Khaira Ummah adalah mengembangkan sumber daya
manusia menjadi kader-kader unggul yang siap berkiprah aktif dalam
mengikhtiyarkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara pada umumnya.
Butir-butir Pancasila terbagi menjadi 5 yaitu ;
Al- sidqu yang artinya jujur, yakni adanya kesatuan antara ucapan
dan perbuatannya, apa yang dilahirkan senantiasa sama denga napa
yang ada di dalam batinnya. Dengan kata lain, tidak boleh bagi
setiap muslim bertindak dan berbuat sesuatu yang tidak sesuai
denga apa yang diucapkannya
Al-Amanah wa al- Wafa’ bi al-‘Ahdi adalah menjalankan tanggung
jawab, baik yang dijanjikan maupun tidak Jika manusia mau
menerapkan prinsip ini, maka akan terhindar dari segala bentuk
manipulasi tugas atau jabatan.
Al-Adalah berarti adil, profesional, menempatkan sesuatu pada
tempatnya . Sikap adil bukan hanya untuk membela satu golongan
tertentu, tetapi menyangkut kepentingan umum.
Al- Ta’awun meliputi tolong menolong, setia kawan dan gotong
royong. sifat ta’awun dapat mendorong setiap orang untuk
berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang
dapat dikembangkan dan diberikan kepada orang lain.
Istiqomah artinya teguh pendirian, berkesinambungan dalam suatu
amal. Apabila menyangkut suatu kepercayaan, maka orang yang
istiqamah tetap kukuh dalam pendiriannya, tidak terombang-
ambing dan kebingungan dalam menentukan arah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chamidi, Agus Salim, dkk. “MABADI KHAIRA UMMAH DAN URGENSINYA DI ERA
INDUSTRY 4.0 DAN SOCIETY 5,0”, Jurnal Kajian Pendidikan Dasar
Muchtar, Mashudy, dkk. 2007 “Aswaja An-nahdliyah ajaran Ahlussunah Wa Al-jamaah yang
berlaku di lingkungan Nahdlatul Ulama” surabaya:Khalista
16
PP. LAKPESDAM NU, “SERI BAHAN KADERISASI # 11 Mabadi’ Khoiro Ummah
KEPUTUSAN MUNAS ALIM ULAMA NU BANDAR LAMPUNG, 16—20 ROJAB 1412 H / 21—
25 JANUARI 1992 M” Jurnal Aswaja An-nahdliyah canter
17