Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
PAI 3/SEM 4
PONISEH (1920100094)
LASMI HSB (1920100020)

DOSEN PENGAMPU:
SANTI MARITO HASIBUAN M,Ag

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANG SIDIMPUAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat-Nya sehongga
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Ma’ruf Nahi
Munkar” dengan lancar.

Selama melakukan penyusunan dan penulisan makalah ini penulis banyak


menghadapi tantangan dan hambatan. Kesemuanya itu dapat teratasi berkat bantuan dan
dukungan kedua orang tua , bapak dan ibu dosen , teman – teman dan terutama ridho Allah
SWT. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada semua pihak yang telah turut memberikan andil dan membantu penulis hingga
selesianya penyusunan dan penulisan karya tulis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak menampilkan


kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak bagi
perbaikan makalah ini dan menjadi masukan yang sangat berguna dalam penyusunan
makalah berikutnya.

Dan akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
menjadi sumber informasi yang berguna.

1 Mei 2021

Penulis

 
 
 
 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...…ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………....………………...1

B. Rumusan masalah……………………………………………………………….1

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian amar ma`ruf nahi mungkar…………………………………………

B. Manfaat Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar…………………….…….

C. Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar……………...

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN…………………………………………………………………….

SARAN…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan
Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang
mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat
penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan
melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan
yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada
kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir (memberikan
peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang dapat
menimbulkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, serta yang menjauhkan dari rahmat-
Nya.Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar (menyuruh berbuat yang ma’ruf dan
melarang kemungkaran) menempati kedudukan yang agung.

Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri utama


masyarakat orang-orang yang beriman‫و‬ setiap kali Al Qur’an memaparkan ayat yang berisi
sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini,
kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman untuk
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat
muslim menjadi masyarakat yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran;
karena kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali dengannya.

Al Qur’an al karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat Islam
istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan
beriman kepada Allah: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
(QS. Ali Imran: 110)
B.Rumusan Masalah

1.Penegak Kebenaran adalah?


2.Apakah yang dimaksud dengan Perintah Amar Ma’ruf Nahi Munkar?
3. Apa sajakah Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar?

C.Tujuan Penulisan

1.Mengetahui Makna Amar Ma’ruf Nahi Munkar


2.Mengetahui Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar
3. Mengetahui Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penegak Kebenaran

‫ ال يزال ناس من امتي ظاهرين حتي ياءتهم امر هللا وهمظاهرون‬:‫عن المغيرة بن شعبة عن النبي صلي هللا عليه وسلم قال‬.

“Dari Al-Mughairah bin Syu’bah dari Nabi saw, ia berkata : sekelompok dari umatku selalu
memperjuangkan (kebenaran) sehingga datang kepada mereka keterangan Allah, sedang
mereka menempuh jalan yang benar”.

Nabi Saw mengungkapkan kelebihan untuk sekelompok ummatnya yang senantiasa


bersikap dan berperilaku di atas garis kebenaran. Mereka merupakan segolongan ummatnya
yang berusaha memelihara dan memperjuangkan kebenaran agama Allah, menganjurkan
kepada manusia berbuat yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar. Diantara
sekalian banyak ummat Nabi Saw. Merekalah sekelompok manusia yang mendapat pujian
Allah Swt. Allah Swt kemudian berfirman :

‫كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون باهلل ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم‬
‫المؤمنون وأكثرهم الفاسقون‬

Kuntum khayra ummatin ukhrijat li an-naasi ta'muruuna bi al-ma'ruuf wa tanhawna 'an al-
munkari wa tu'minuuna bi Allahi wa hukum aamana ahlu al-kitaabi lakaana khayran lahum
minhum al-mu'minuuna wa aktsaruhum al- faasiquun.

Artinya:“Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, memerintahkan


kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah Swt.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada
yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. ” (Surat Ali Imran ayat
110)

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Jarir At-Thabari menghimpun paling tidak setuju
mengenai siapa yang dimaksud dengan umat. Pendapat pertama menerangkan bahwa yang
dimaksud dengan umat adalah orang-orang yang hijrah bersama Nabi saw dari Mekah ke
Madinah (muhajirin). Keterangan ini didapat dari jalur riwayat Ibnu Abbas dari Sa'id bin
Jubair, al-Suddi, dan Ikrimah. Pendapat kedua berasal dari riwayat Abu Hurairah dan
Mujahid mengatakan bahwa ayat yang dimaksud adalah siapa pun yang memenuhi tiga
kriteria utama: a) amar makruf, b) nahi munkar, dan c) beriman kepada Allah SWT aturan di
dalam ayat.

Ibnu 'Asyur dalam tafsirnya menjelaskan maksud dari kedua penafsiran di atas.
Menurutnya keutamaan para sahabat dibanding umat sebelumnya adalah karena mereka
hidup ketika Nabi saw telah diutus. Dibandingkan dengan masa sebelum Rasul diutus, maka
sahabat merupakan umat di masa yang terbaik. Sedangkan keutamaan umat Nabi saw setelah
beliau wafat adalah ketika mereka melaksanakan tiga kriteria tadi: beriman, amar makruf, dan
nahi munkar. Keutamaan ini terletak pada perilaku dan tidak lepas dari ketentuan ayat
sebelumnya: dengan tetap menjunjung tinggi al-khayr / kebajikan universal (Ali Imran ayat
104) dan menjaga persatuan (Ali Imran Ayat 105).

Menurut M. Quraish Shihab kata ummat secara semantik digunakan untuk menunjuk
semua kelompok yang dihimpun oleh sesuautu berupa agama yang sama, maupun waktu atau
tempat yang sama. Bahkan kata Quraisy, al-Quran dan hadis tidak membatasi kata umat
hanya pada kelompok manusia, burung seperti dalam Surat al-An'am ayat 38 dan semut
dalam hadis, juga disebut sebagai umat.

Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah -nya bahwa menambahkan umat adalah persamaan
persamaan dalam apa pun: bangsa, suku, agama, ideologi dan sebagainya. Ikatan itu telah
melahirkan satu umat, dengan demikian seluruh anggotanya adalah saudara. Dengan banyak
dan lenturnya makna umat ini, kata Shihab, dalam persamaan dan kebersamaannya dapat
memasukkan aneka perbedaan.

Bila menggunakan makna umat manusia dituliskan Quraish Shihab di atas, maka
masyarakat Indonesia merupakan suatu umat karena memiliki ikatan persamaa. Ikatan ini
dideklarasikan pada tahun 1928 dalam momentum Sumpah Pemuda. Pada puncaknya sebagai
sebuah bangsa, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan menjadi sebuah negara yang
bersatu dan bebas.

Menarik penjelasan dari Hamka terkait dengan kebebasan ketika menafsirkan ayat ini.
Menurutnya suatu masyarakat dapat mencapai martabat ketinggian ketika ketika dia
mempunyai kebebasan. Kebebasan dalam tiga intisari: kebebasan kemauan atau karsa;
kebebasan berekspresi pikiran dan pendapat (praksa); dan kebebasan jiwa dari keraguan
(rasa). Ketiga intisari ini juga berkaitan dengan tiga syarat: amar makruf, nahi munkar, dan
iman.

Ketika seseorang memiliki kebebasan kehendak atau karsa dia akan berani menjadi
penyuruh dan pelaksana perbuatan makruf. Kebebasan yang pertama ini, kata Hamka,
mendorong masyarakat agar tidak statis, yang mempunyai dinamika untuk mencapai sesuatu
yang lebih sempurna. Inilah hakikat dari yang makruf, berkaitan dengan makrifat.

Kemudian kebebasan berpikir dan berpendapat dapat menimbulkan keberanian yang


munkar, yang salah. Mungkar itu sendiri berarti ditolak, tidak diterima oleh peri-
kemanusiaan. Bebas berani mengatakan: itu yang salah! Ini yang benar! Juga berani
risikonya. Kebebasan yang berkeberanian ini memandu kepada yang makruf.

Kedua kebebasan tersebut bersumber dari kebebasan jiwa. Jiwa yang telah terlepas
dari segala belenggu bendawi. Iman adalah sumber dari jiwa yang bebas, karena percaya
kepada Allah Swt menghilangkan rasa takut dan ragu.

Dalam ayat lain Allah menjelaskan :


َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۚ َوُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.(Qs.Ali Imran :104)

(Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan) ajaran
Islam (dan menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah)
yakni orang-orang yang menyeru, yang menyuruh dan yang melarang tadi (orang-orang yang
beruntung) atau berbahagia. 'Min' di sini untuk menunjukkan 'sebagian' karena apa yang
diperintahkan itu merupakan fardu kifayah yang tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula
layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh.

B.Perintah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

،‫ َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكراً فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬:ُ‫ْت َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُوْ ل‬ ِ ‫ع َْن َأبِي َس ِعيْد ْال ُخ ْد ِري َر‬
ُ ‫ َس ِمع‬: ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
‫رواه مسلم‬. ‫ان‬ ْ
ِ ‫ك ضْ َعفُ اِإل ْي َم‬ ‫َأ‬ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
َ ِ‫ فِإن ل ْم يَ ْستَ ِط ْع فبِقلبِ ِه َوذل‬،‫فِإن ل ْم يَ ْستَ ِط ْع فبِلِ َسانِ ِه‬

Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Siapa
yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut
adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)

Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar berasal dari kata bahasa Arab ‫ أمر‬/ ‫األمر‬ merupakan
mashdar atau kata dasar dari fi’il atau kata kerja ‫أمر‬ yang artinya memerintah atau menyuruh.
Jadi ‫ أمر‬/ ‫األمر‬ artinya perintah. ‫معروف‬           artinya yang baik atau kebaikan / kebajikan.
Sedangkan ‫المنكر = األمر القبيح‬     yaitu perkara yang keji. Yang dimaksud amar ma’ruf adalah
ketika engkau memerintahkan orang lain untuk bertahuid kepada Allah, menaati-Nya,
bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia, sesuai dengan jalan fitrah dan
kemaslahatan. Atau makruf adalah setiap pekerjaan (urusan yang diketahui dan dimaklumi
berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Termasuk segala yang wajib yang mandub. Makruf
juga diartikan kesadaran, keakraban, persahabatan, lemah lembut terhadap keluarga dan lain-
lainnya.

Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan
syara’-Nya. Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh syara’, termasuk segala yang haram,
segala yang makruh, dan segala yang dibenci oleh Allah SWT. Allah berfirman:

‫وتعاونواعلى البروالتقوى والتعاونواعلى االثم والعدوان‬

“Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan bertaqwalah, serta jangan tolong
menolong dalam hal dosa dan kejahatan”.  (QS. 5 Al Maidah: 2)

Termasuk tolong menolong ialah menyerukan kebajikan dan memudahkan jalan


untuk kesana , menutup jalan kejahatan dan permusuhan dengan tetap mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan
Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi
agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan
tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya.
Bahkan Allah swt beserta RasulNya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.

‫ َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكر ا‬  Menurut beberapa ulama maksud dari hadis ini adalah ketika ada
kemungkaran maka harus diubah dengan beberapa cara, yaitu :

 Kekuasaan bagi para penguasa


 Nasihat atau ceramah bagi para Ulama, kaum cerdik pandai, juru penerang, para
wakil rakyat, dan lain-lain.
 Membencinya di dalam hati bagi masyarakat umum.

Setiap orang memiliki kedudukan dan kekuatan sendiri-sendiri untuk mencegah


kemungkaran. Dengan kata lain, hadis tersebut menunjukkan bahwa umat Islam harus
berusaha melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar menurut kemampuannya, sekalipun hanya
melalui hati. Ada beberapa karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar.
Antara lain :

1. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter
orang mukmin.
2. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter
orang munafik.
3. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar, dan melarang sebagian yang
ma’ruf dan munkar. Ini adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.

Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa tugas beramar
ma’ruf nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang da’i, mubaligh, ataupun ustadz saja,
namun merupakan kewajiban setiap muslim. Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting
yang diamanahkan Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Rasulullah mengingatkan, agar siapa pun jika melihat
kemunkaran, maka ia harus mengubah dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai
dengan kapasitas dan kemampuannya.

Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau menekankan,
bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar dalam urusan agama.
Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika
aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar kenabian hilang, agama menjadi
rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga
umat secara keseluruhan.

C.Rukun Amar Makruf Nahi Munkar

Menurut imam ghazali Amar ma’ruf nahi munkar memiliki empat rukun, yaitu:
1. Al-Muhtasib (Pelaku amar ma’ruf nahi munkar)
2. Al-Muhtasab ‘alaihi (orang yang diseru)
3. Al-muhtasab fih (perbuatan yang diseruhkan)
4. Al-Ihtisab (Perbuatan amar ma’ruf nahi munkar itu sendiri.
Kaedah yang harus diperhatikan bagi Pelaku Amar Makruf Nahi Munkar, Pelaku amar
ma’ruf nahi munkar hendaknya menghiasi dirinya dengan sifat terpuji dan akhlak mulia. Di
antara sifat pelaku amar ma’ruf nahi munkar yang terpenting adalah:

1. Ikhlas
Hendaklah seorang pelaku amar ma’ruf nahi munkar manjadikan tujuannya keridhaan Allah
semata, tidak mengharapkan balasan dan syukur dari orang lain. Demikianlah yang dilakukan
para Nabi, Allah berfirman:

َ‫ي ِإالَّ َعلَى َربِّ ْال َعالَ ِمين‬


َ ‫َو َمآَأسَْئلُ ُك ْم َعلَ ْي ِه ِم ْن َأجْ ٍر ِإ ْن َأجْ ِر‬

Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah
dari Rabb semesta alam. QS.Asy-Syu’araa` :145

Karena masyarakat umumnya belum mengerti mana yang ma’ruf dan mana yang
mungkar.Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Niat terpuji yang diterima Allah dan
menghasilkan pahala adalah yang semata-mata untuk Allah. Sedangkan amal terpuji lagi
sholeh adalah itu yang diperintahkan Allah. Jika hal itu menjadi batasan seluruh amal sholih,
maka wajib bagi pelaku amar ma’ruf nahi munkar memiliki keriteria tersebut dalam dirinya,
dan tidak dikatakan amal sholih apabila dilakukan tanpa ilmu dan fiqih, sebagaiman
pernyataan Umar bin Abdil Aziz: “Orang yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka
kerusakan yang ditimbulkannya labih besar dari kemaslahatan yang dihasilkannya”. Ini
sangat jelas, karena niat dan amal tanpa ilmu merupakan kebodohan, kesesatan dan mengikuti
hawa nafsu. Maka dari itu ia harus mengetahui kema’rufan dan kemunkaran dan dapat
membedakan keduanya serta harus memiliki ilmu tentang keadaan yang diperintah dan
dilarang.

1.Rifq
Rifq (lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan serta selalu mangambil yang
mudah).  Dalam kisah Nabi Musa Allah Swt berfirman :

ْ
{‫}اذهَبَا ِإلَى فِرْ عَوْ نَ ِإنَّهُ طَغَى‬

Artinya:Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas.
(Thaha: 43)

Yaitu membangkang, berlaku sewenang-wenang, dan melampaui batas terhadap Allah


serta durhaka kepada-Nya.

{‫}فَقُوال لَهُ قَوْ ال لَيِّنًا لَ َعلَّهُ يَتَ َذ َّك ُر َأوْ يَ ْخ َشى‬

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)
Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir'aun adalah orang
yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan
Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada
Fir'aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.

2.Sabar
Kesabaran merupakan perkara yang sangat penting dalam seluruh perkara manusia,
apalagi dalam amar ma’ruf nahi munkar, karena pelaku amar ma’ruf nahi munkar bergerak di
medan perbaikan jiwanya dan jiwa orang lain. Sehingga Luqman mewasiati anaknya untuk
bersabar dalam amar ma’ruf nahi munkar :

‫ُأْل‬ َ ِ‫ك ۖ ِإ َّن ٰ َذل‬


ِ ‫ك ِم ْن ع َْز ِم ا ُم‬
‫ور‬ َ َ‫صاب‬ ِ ‫صاَل ةَ َوْأ ُمرْ بِ ْال َم ْعر‬
َ ‫ُوف َوا ْنهَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َواصْ بِرْ َعلَ ٰى َما َأ‬ َّ ‫ي َأقِ ِم ال‬
َّ َ‫يَا بُن‬

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

(Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu) disebabkan amar makruf dan nahi mungkarmu itu. (Sesungguhnya yang demikian itu)
hal yang telah disebutkan itu (termasuk hal-hal yang ditekankan untuk diamalkan) karena
mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib.

D.Siksaan Bagi yang Tidak Mencegah Penganiayaan

‫عن ابى بكر الصد يق انه قال ايها الناس انكم تقرءون هذه االية (يا ايهاالذين امنوا عليكم انفسكم ال يضركم من ضل اذا‬
‫يقول ان الناس اذا راوا الظا لم فلم يا خذوا على يديه¶ او شك ان‬  ‫اهتديتم ) واني سمعت ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫يعمهم هللا بعقا ب منه‬.

“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia, hendaklah kalian membaca
ayat ini : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan
memberi mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya
saya mendengar Rasululllah SAW bersabda :” sesungguhnya apabila orang-orang melihat
orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar
Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.” Hadist ini
diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmizi, An-Nasa’i,Ahmad, Al-Baihaqi, dan At-Thahawi.

Di dalam hadis ini menerangkan bahwa orang-orang yang menyaksikan perbuatan


aniaya yang dilakukan orang lain sedang mereka tidak berusaha mencegahnya, maka Allah
akan memberikan siksaan yang sama dengan orang yang melalukan penganiayaan itu. Karena
menyaksikan orang yang berbuat maksiat seperti kedzaliman tanpa pencegahan, dihitung
seperti orang yang melakukan perbuatan tersebut.

Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar ma’ruf dan


nahi munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi
munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang
mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang
mengabaikan perintah amar ma’ruf dan nahi munkar kecuali Allah menimpakan berbagai
hukuman kepada umat itu. Ada beberapa siksaan bagi orang yang tidak mencegah
kemungkaran, yaitu :

1.Azab yang menyeluruh


Apabila manusia melihat kemunkaran  dan tidak bisa merubahnya,  dikawatirkan Allah
akan melimpahkan azab siksa-Nya secara merata. Apabila kemaksiatan telah merajalela di
tengah-tengah masyarakat, sedangkan orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari
dan membendung kerusakan tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada
mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang
shalih. Sebagaimana hadis Nabi Saw “sesungguhnya apabila orang-orang melihat orang yang
bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar Allah akan
meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.”Dan firman Allah Swt :

ِ ‫صةً ۖ َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬


‫ب‬ َ َ‫صيبَ َّن الَّ ِذين‬
َّ ‫ظلَ ُموا ِم ْن ُك ْم خَ ا‬ ِ ُ‫َواتَّقُوا فِ ْتنَةً اَل ت‬

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras .

(Dan peliharalah diri kalian daripada siksaan) jika siksaan menimpa kalian (ia tidak
khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kalian) bahkan siksaan itu merata
kepada mereka dan selain mereka. Dan cara untuk memelihara diri supaya jangan tertimpa
siksaan ialah membenci penyebabnya, yaitu perkara mungkar. (Dan ketahuilah bahwa Allah
sangat keras siksaan-Nya) terhadap orang-orang yang melanggar perintah dan larangan-Nya.

2.Tidak dikabulkannya do’anya


Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar serta tidak
mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa
kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a mereka. Sabda Rasulullah saw:

‫ والذي نفسي بيده لتاءمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر او‬: ‫عن حذيفة رضي هللا عنه عن النبي صلي هللا عليه وسلم قال‬
‫ليوشكن هللا ان يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فال يستجاب لكم‬.

“Dari Hudzaifah r.a dari Nabi Saw, ia berkata : Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya,
kamu harus menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau kalau tidak pasti Allah
akan menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdoa, maka tidak diterima doa dari
kamu”.(Riwayat Imam Tirmizi)

3.Berhak mendapatkan laknat


Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahi munkar adalah
berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa
Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar. Abu Daud meriwayatkan
dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata: Rasulullah
bersabda: “Pertama kerusakan yang terjadi pada Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu
kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur: wahai fulan, bertaqwalah pada Allah dan
tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu tidak halal bagimu, kemudian
pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga, tetapi ia tidak menegurnya, bahkan ia
telah menjadi teman makan minum dan duduk-duduknya. Maka ketika demikian keadaan
mereka, Allah berfirman :

ْ ُ‫وا َّو َكان‬


َ‫وا يَ ۡعتَ ُدون‬ َ ‫ُوا ِمن بَنِ ٓى ِإ ۡس ٰ َٓر ِءي َل َعلَ ٰى لِ َسا ِن دَا ُوۥ َد َو ِعي َسى ۡٱب ِن َم ۡريَ َم ۚ ٰ َذلِكَ بِ َما ع‬
ْ ‫َص‬ ْ ‫لُ ِعنَ ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬

Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.(Al-Ma'idah:
78)

Tafsir

(Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel melalui lisan Daud) yaitu Nabi
Daud mendoakan/menyerapah mereka hingga mereka berubah ujud menjadi kera-kera;
mereka adalah orang-orang dari kalangan Bani Israel yang menduduki tanah Ailah (dan Isa
putra Maryam) yaitu Nabi Isa mendoakan/menyerapah mereka sehingga mereka berubah ujud
menjadi babi-babi; mereka adalah orang-orang Bani Israel yang memiliki
Al-Maidah/hidangan yang didatangkan dari langit (yang demikian itu) adalah laknat
(disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas).

4.Timbulnya perpecahan

Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling
keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-
hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak
mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan
permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan
menumpahkan darah.

E.Keutamaan Mengajak Kepada Kebaikan

‫ من دعا الى هدى كان له من االجر مثل اجور من‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫تبعه ال ينقص ذالك من اجورهم شيئا ومن دعا الى ضاللة كان عليه من االثم مثل اثام من تبعه ال ينقض ذالك من اثامهم‬
‫شىيئا‬.

“Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah saw bersabda ; Barang siapa yang mengajak kepada
kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa
dikurangi dari mereka sedikitpun dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka
baginya dosa sebagaimana dosanya orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari
mereka sedikitpun.

Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang mengajak kepada kebaikan akan
mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakan ajakkannya tanpa dikurangi
sedikitpun. Begitu pula orang yang mengajak kepada kesesatan akan mendapat dosa sebesar
dosa orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikit pun. Tidak diragukan lagi bahwa
hadis ini merupakan berita gembira bagi mereka yang suka mengajak orang lain untuk
mengerjakan kebaikan, Allah Swt memberikan penghargaan tinggi bagi mereka yang suka
mengajak kepada kebaikan. Di antara keutamaan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar
adalah :

a)Penyeru agama Allah adalah orang yang terbaik perkataannya


Sebagai faktor yang membuat manusia bersungguh-sungguh melakukan dakwah
kepada agam Allah karena Allah mengangkat derajat ketempat yang paling tinggi. Yakni,
Allah menjadikan mereka sebagai manusia yang terbaik perkataannya

b)Allah Taala dan segala makhluk di langit dan dibumi bershalawat kepada penyeru kebaikan
kepada manusia.
‫ ان هللا ومالئكته واهل السموات واالرض حتى النملة فى جحرها وحتى الحوت‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ رواه الترمذي‬.‫ليصلون على معلم الناس الخير‬

“Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah, para Malaikat-Nya, dan penduduk langit dan
bumi bahkan semut di dalam lubangnya dan paus dilautan bershalawat kepada pengajar
kebaikan terhadap manusia. (Riwayat Tirmizi)

F.Menyuruh Orang Beramal Ma’ruf Tetapi Tidak Melaksanakannya Sendiri


Seseorang yang menyuruh orang lain agar mengerjakan kebaikan sedangkan ia sendiri
tidak melaksanakannya dan mencegah orang lain berbuat keji sedangkan ia malah
melakukannya, ia akan diazab oleh Allah Swt, dengan siksaan yang sangat amat berat.
Kedudukannya sama saja dengan orang melaksanakan perbuatan maksiat yang ingkar
terhadap perintah dan larangan Allah swt. Bahkan Allah lebih murka kepada orang yang
seperti ini karena kemunafikannya dan menipu ajaran agama Allah dengan dusta. Allah telah
berfirman :

{ َ‫}يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا لِ َم تَقُولُونَ َما اَل تَ ْف َعلُون‬

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan.
(Ash-Shaff: 2)

Ini pengingkaran terhadap orang yang menjanjikan sesuatu janji atau mengatakan
sesuatu, lalu ia tidak memenuhinya. Oleh karena itu sebagian dari ulama Salaf yang
berpendapat atas dalil ayat ini bahwa diwajibkan bagi seseorang menunaikan apa yang telah
dijanjikannya secara mutlak tanpa memandang apakah yang dijanjikannya berkaitan dengan
kewajiban ataukah tidak nya:

{ َ‫} َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْن تَقُولُوا َما اَل تَ ْف َعلُون‬

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu
kerjakan. (Ash-Shaff: 3)

Jumhur ulama berpendapat bahwa masalah tersebut di atas penunaiannya bersifat


tidak wajib secara mutlak. Dan mereka menakwilkan makna ayat pada pengertian bahwa ayat
ini diturunkan ketika mereka mengharapkan jihad difardukan atas diri mereka. Tetapi setelah
jihad diwajibkan atas mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka berpaling dari mereka yang
berpaling,

Dinyatakan pula dalam surah Al-Baqarah ayat 44, yang berbunyi ;

َ‫َاب ۚ َأفَاَل تَ ْعقِلُون‬ َ َّ‫َأتَْأ ُمرُونَ الن‬


َ ‫اس بِ ْالبِ ِّر َوتَ ْن َسوْ نَ َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم تَ ْتلُونَ ْال ِكت‬

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?

(Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat kebaikan), yaitu beriman pada
kerasulan Muhammad (sedang kamu melupakan dirimu sendiri) hingga kamu
mengabaikannya dan tak mau beriman kepadanya (padahal kamu membaca Kitab), yakni
Taurat, di dalamnya tercantum ancaman atau siksaan terhadap orang yang tidak sesuai
perkataan dengan perbuatannya! (Tidaklah kamu pikirkan?) akan akibat jelek perbuatanmu
agar kamu insaf? Yang menjadi bahan pertanyaan dan kecaman ialah kalimat "sedang kamu
melupakan..... dan seterusnya".

Kedua ayat di atas menunjukkan betapa besarnya kemurkaan Allah kepada orang
yang menganjurkan kebaikan tetapi tidak melaksanakan sendiri apa yang dikatakannya.
Kemurkaan Allah di dunia menyebabkan orang yang berperilaku tersebut makin jauh dari
rahmat Allah, dan sebagai konsekwensinya kemurkaan Allah itu adalah membalasnya dengan
azab yang sangat pedih dineraka.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Amar ma’ruf nahi munkar atau mengajak kebaikan dan mencegah terhadap keburukan
merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim yang baik. Siapa saja diantara kalian melihat
kemunkaran dilingkungan kita, maka kita sebagai muslim yang baik harus merubahnya
dengan tangan kita, apabila kita tidak mampu merubah dengan tangan kita, maka rubahlah
dengan lisan kita, bila kita tidak mampu juga, maka rubahlah dengan hati kita, dan ketika kita
hanya bisa merubahnya dengan hati kita,maka itu adalah paling lemah-lemahnya iman.

Dari uraian di atas juga dapat kita simpulkan sebagai berikut:

 Memerintahkan suatu kebajikan dan melarang suatu kemungkaran (Amar Ma’ruf


Nahi Mugkar) adalah perintah agama, karena itu ia wajib dilaksanakan oleh setiap
umat manusia sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya.
 Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum
memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri,
sebab cara Amar Ma’ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.
 Menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar disandarkan kepada keihklasan
karena mengharap ridho Allah semata.

2. SARAN
Makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sekalian sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Imam, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit Terang,
1990.
Iwudh, Ahmad Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006.
Qasyimi, Muhammad Jalaludin, Roudhlotul Mu’minin. Terj. Abu Ridho. Semarang: Assyifa.
Ash Shiddiqey, Muhammad Teungku Hasbi, Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2001.
Nawawi, Imam, Riyadhus Sholihin, Terj. Ahmad Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1990.
Dahlan, Ali Usman, Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim, Bandung: CV.
Diponegoro.
Tirmidhi, Imam, Sunan At Tirmidhi, Bairut: Darul Kutub Al- Ilmiyah.
 

Anda mungkin juga menyukai