DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
PAI 3/SEM 4
PONISEH (1920100094)
LASMI HSB (1920100020)
DOSEN PENGAMPU:
SANTI MARITO HASIBUAN M,Ag
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat-Nya sehongga
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Ma’ruf Nahi
Munkar” dengan lancar.
Dan akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat
menjadi sumber informasi yang berguna.
1 Mei 2021
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...…ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………………………………....………………...1
B. Rumusan masalah……………………………………………………………….1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN…………………………………………………………………….
SARAN…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan
Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang
mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat
penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan
melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan
yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada
kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir (memberikan
peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang dapat
menimbulkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, serta yang menjauhkan dari rahmat-
Nya.Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar (menyuruh berbuat yang ma’ruf dan
melarang kemungkaran) menempati kedudukan yang agung.
Al Qur’an al karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat Islam
istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan
beriman kepada Allah: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
(QS. Ali Imran: 110)
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
A. Penegak Kebenaran
ال يزال ناس من امتي ظاهرين حتي ياءتهم امر هللا وهمظاهرون:عن المغيرة بن شعبة عن النبي صلي هللا عليه وسلم قال.
“Dari Al-Mughairah bin Syu’bah dari Nabi saw, ia berkata : sekelompok dari umatku selalu
memperjuangkan (kebenaran) sehingga datang kepada mereka keterangan Allah, sedang
mereka menempuh jalan yang benar”.
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون باهلل ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم
المؤمنون وأكثرهم الفاسقون
Kuntum khayra ummatin ukhrijat li an-naasi ta'muruuna bi al-ma'ruuf wa tanhawna 'an al-
munkari wa tu'minuuna bi Allahi wa hukum aamana ahlu al-kitaabi lakaana khayran lahum
minhum al-mu'minuuna wa aktsaruhum al- faasiquun.
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Jarir At-Thabari menghimpun paling tidak setuju
mengenai siapa yang dimaksud dengan umat. Pendapat pertama menerangkan bahwa yang
dimaksud dengan umat adalah orang-orang yang hijrah bersama Nabi saw dari Mekah ke
Madinah (muhajirin). Keterangan ini didapat dari jalur riwayat Ibnu Abbas dari Sa'id bin
Jubair, al-Suddi, dan Ikrimah. Pendapat kedua berasal dari riwayat Abu Hurairah dan
Mujahid mengatakan bahwa ayat yang dimaksud adalah siapa pun yang memenuhi tiga
kriteria utama: a) amar makruf, b) nahi munkar, dan c) beriman kepada Allah SWT aturan di
dalam ayat.
Ibnu 'Asyur dalam tafsirnya menjelaskan maksud dari kedua penafsiran di atas.
Menurutnya keutamaan para sahabat dibanding umat sebelumnya adalah karena mereka
hidup ketika Nabi saw telah diutus. Dibandingkan dengan masa sebelum Rasul diutus, maka
sahabat merupakan umat di masa yang terbaik. Sedangkan keutamaan umat Nabi saw setelah
beliau wafat adalah ketika mereka melaksanakan tiga kriteria tadi: beriman, amar makruf, dan
nahi munkar. Keutamaan ini terletak pada perilaku dan tidak lepas dari ketentuan ayat
sebelumnya: dengan tetap menjunjung tinggi al-khayr / kebajikan universal (Ali Imran ayat
104) dan menjaga persatuan (Ali Imran Ayat 105).
Menurut M. Quraish Shihab kata ummat secara semantik digunakan untuk menunjuk
semua kelompok yang dihimpun oleh sesuautu berupa agama yang sama, maupun waktu atau
tempat yang sama. Bahkan kata Quraisy, al-Quran dan hadis tidak membatasi kata umat
hanya pada kelompok manusia, burung seperti dalam Surat al-An'am ayat 38 dan semut
dalam hadis, juga disebut sebagai umat.
Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah -nya bahwa menambahkan umat adalah persamaan
persamaan dalam apa pun: bangsa, suku, agama, ideologi dan sebagainya. Ikatan itu telah
melahirkan satu umat, dengan demikian seluruh anggotanya adalah saudara. Dengan banyak
dan lenturnya makna umat ini, kata Shihab, dalam persamaan dan kebersamaannya dapat
memasukkan aneka perbedaan.
Bila menggunakan makna umat manusia dituliskan Quraish Shihab di atas, maka
masyarakat Indonesia merupakan suatu umat karena memiliki ikatan persamaa. Ikatan ini
dideklarasikan pada tahun 1928 dalam momentum Sumpah Pemuda. Pada puncaknya sebagai
sebuah bangsa, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan menjadi sebuah negara yang
bersatu dan bebas.
Menarik penjelasan dari Hamka terkait dengan kebebasan ketika menafsirkan ayat ini.
Menurutnya suatu masyarakat dapat mencapai martabat ketinggian ketika ketika dia
mempunyai kebebasan. Kebebasan dalam tiga intisari: kebebasan kemauan atau karsa;
kebebasan berekspresi pikiran dan pendapat (praksa); dan kebebasan jiwa dari keraguan
(rasa). Ketiga intisari ini juga berkaitan dengan tiga syarat: amar makruf, nahi munkar, dan
iman.
Ketika seseorang memiliki kebebasan kehendak atau karsa dia akan berani menjadi
penyuruh dan pelaksana perbuatan makruf. Kebebasan yang pertama ini, kata Hamka,
mendorong masyarakat agar tidak statis, yang mempunyai dinamika untuk mencapai sesuatu
yang lebih sempurna. Inilah hakikat dari yang makruf, berkaitan dengan makrifat.
Kedua kebebasan tersebut bersumber dari kebebasan jiwa. Jiwa yang telah terlepas
dari segala belenggu bendawi. Iman adalah sumber dari jiwa yang bebas, karena percaya
kepada Allah Swt menghilangkan rasa takut dan ragu.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.(Qs.Ali Imran :104)
(Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru kepada kebaikan) ajaran
Islam (dan menyuruh kepada yang makruf dan melarang dari yang mungkar. Merekalah)
yakni orang-orang yang menyeru, yang menyuruh dan yang melarang tadi (orang-orang yang
beruntung) atau berbahagia. 'Min' di sini untuk menunjukkan 'sebagian' karena apa yang
diperintahkan itu merupakan fardu kifayah yang tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula
layak bagi setiap orang, misalnya orang yang bodoh.
، َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكراً فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه:ُْت َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُوْ ل ِ ع َْن َأبِي َس ِعيْد ْال ُخ ْد ِري َر
ُ َس ِمع: ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل
رواه مسلم. ان ْ
ِ ك ضْ َعفُ اِإل ْي َم َأ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
َ ِ فِإن ل ْم يَ ْستَ ِط ْع فبِقلبِ ِه َوذل،فِإن ل ْم يَ ْستَ ِط ْع فبِلِ َسانِ ِه
Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Siapa
yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka
rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut
adalah selemah-lemahnya iman. (Riwayat Muslim)
Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar berasal dari kata bahasa Arab أمر/ األمر merupakan
mashdar atau kata dasar dari fi’il atau kata kerja أمر yang artinya memerintah atau menyuruh.
Jadi أمر/ األمر artinya perintah. معروف artinya yang baik atau kebaikan / kebajikan.
Sedangkan المنكر = األمر القبيح yaitu perkara yang keji. Yang dimaksud amar ma’ruf adalah
ketika engkau memerintahkan orang lain untuk bertahuid kepada Allah, menaati-Nya,
bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia, sesuai dengan jalan fitrah dan
kemaslahatan. Atau makruf adalah setiap pekerjaan (urusan yang diketahui dan dimaklumi
berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Termasuk segala yang wajib yang mandub. Makruf
juga diartikan kesadaran, keakraban, persahabatan, lemah lembut terhadap keluarga dan lain-
lainnya.
Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan
syara’-Nya. Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh syara’, termasuk segala yang haram,
segala yang makruh, dan segala yang dibenci oleh Allah SWT. Allah berfirman:
“Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan bertaqwalah, serta jangan tolong
menolong dalam hal dosa dan kejahatan”. (QS. 5 Al Maidah: 2)
َم ْن َرَأى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكر ا Menurut beberapa ulama maksud dari hadis ini adalah ketika ada
kemungkaran maka harus diubah dengan beberapa cara, yaitu :
1. Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter
orang mukmin.
2. Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter
orang munafik.
3. Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar, dan melarang sebagian yang
ma’ruf dan munkar. Ini adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.
Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa tugas beramar
ma’ruf nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang da’i, mubaligh, ataupun ustadz saja,
namun merupakan kewajiban setiap muslim. Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting
yang diamanahkan Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Rasulullah mengingatkan, agar siapa pun jika melihat
kemunkaran, maka ia harus mengubah dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai
dengan kapasitas dan kemampuannya.
Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau menekankan,
bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar dalam urusan agama.
Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika
aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar kenabian hilang, agama menjadi
rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga
umat secara keseluruhan.
Menurut imam ghazali Amar ma’ruf nahi munkar memiliki empat rukun, yaitu:
1. Al-Muhtasib (Pelaku amar ma’ruf nahi munkar)
2. Al-Muhtasab ‘alaihi (orang yang diseru)
3. Al-muhtasab fih (perbuatan yang diseruhkan)
4. Al-Ihtisab (Perbuatan amar ma’ruf nahi munkar itu sendiri.
Kaedah yang harus diperhatikan bagi Pelaku Amar Makruf Nahi Munkar, Pelaku amar
ma’ruf nahi munkar hendaknya menghiasi dirinya dengan sifat terpuji dan akhlak mulia. Di
antara sifat pelaku amar ma’ruf nahi munkar yang terpenting adalah:
1. Ikhlas
Hendaklah seorang pelaku amar ma’ruf nahi munkar manjadikan tujuannya keridhaan Allah
semata, tidak mengharapkan balasan dan syukur dari orang lain. Demikianlah yang dilakukan
para Nabi, Allah berfirman:
Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah
dari Rabb semesta alam. QS.Asy-Syu’araa` :145
Karena masyarakat umumnya belum mengerti mana yang ma’ruf dan mana yang
mungkar.Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Niat terpuji yang diterima Allah dan
menghasilkan pahala adalah yang semata-mata untuk Allah. Sedangkan amal terpuji lagi
sholeh adalah itu yang diperintahkan Allah. Jika hal itu menjadi batasan seluruh amal sholih,
maka wajib bagi pelaku amar ma’ruf nahi munkar memiliki keriteria tersebut dalam dirinya,
dan tidak dikatakan amal sholih apabila dilakukan tanpa ilmu dan fiqih, sebagaiman
pernyataan Umar bin Abdil Aziz: “Orang yang menyembah Allah tanpa ilmu, maka
kerusakan yang ditimbulkannya labih besar dari kemaslahatan yang dihasilkannya”. Ini
sangat jelas, karena niat dan amal tanpa ilmu merupakan kebodohan, kesesatan dan mengikuti
hawa nafsu. Maka dari itu ia harus mengetahui kema’rufan dan kemunkaran dan dapat
membedakan keduanya serta harus memiliki ilmu tentang keadaan yang diperintah dan
dilarang.
1.Rifq
Rifq (lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan serta selalu mangambil yang
mudah). Dalam kisah Nabi Musa Allah Swt berfirman :
ْ
{}اذهَبَا ِإلَى فِرْ عَوْ نَ ِإنَّهُ طَغَى
Artinya:Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas.
(Thaha: 43)
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)
Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir'aun adalah orang
yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan
Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada
Fir'aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.
2.Sabar
Kesabaran merupakan perkara yang sangat penting dalam seluruh perkara manusia,
apalagi dalam amar ma’ruf nahi munkar, karena pelaku amar ma’ruf nahi munkar bergerak di
medan perbaikan jiwanya dan jiwa orang lain. Sehingga Luqman mewasiati anaknya untuk
bersabar dalam amar ma’ruf nahi munkar :
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
(Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu) disebabkan amar makruf dan nahi mungkarmu itu. (Sesungguhnya yang demikian itu)
hal yang telah disebutkan itu (termasuk hal-hal yang ditekankan untuk diamalkan) karena
mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib.
عن ابى بكر الصد يق انه قال ايها الناس انكم تقرءون هذه االية (يا ايهاالذين امنوا عليكم انفسكم ال يضركم من ضل اذا
يقول ان الناس اذا راوا الظا لم فلم يا خذوا على يديه¶ او شك ان اهتديتم ) واني سمعت ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
يعمهم هللا بعقا ب منه.
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia, hendaklah kalian membaca
ayat ini : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan
memberi mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya
saya mendengar Rasululllah SAW bersabda :” sesungguhnya apabila orang-orang melihat
orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan besar
Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan tersebut.” Hadist ini
diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmizi, An-Nasa’i,Ahmad, Al-Baihaqi, dan At-Thahawi.
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras .
(Dan peliharalah diri kalian daripada siksaan) jika siksaan menimpa kalian (ia tidak
khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kalian) bahkan siksaan itu merata
kepada mereka dan selain mereka. Dan cara untuk memelihara diri supaya jangan tertimpa
siksaan ialah membenci penyebabnya, yaitu perkara mungkar. (Dan ketahuilah bahwa Allah
sangat keras siksaan-Nya) terhadap orang-orang yang melanggar perintah dan larangan-Nya.
والذي نفسي بيده لتاءمرن بالمعروف ولتنهون عن المنكر او: عن حذيفة رضي هللا عنه عن النبي صلي هللا عليه وسلم قال
ليوشكن هللا ان يبعث عليكم عقابا منه ثم تدعونه فال يستجاب لكم.
“Dari Hudzaifah r.a dari Nabi Saw, ia berkata : Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya,
kamu harus menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, atau kalau tidak pasti Allah
akan menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdoa, maka tidak diterima doa dari
kamu”.(Riwayat Imam Tirmizi)
Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.(Al-Ma'idah:
78)
Tafsir
(Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel melalui lisan Daud) yaitu Nabi
Daud mendoakan/menyerapah mereka hingga mereka berubah ujud menjadi kera-kera;
mereka adalah orang-orang dari kalangan Bani Israel yang menduduki tanah Ailah (dan Isa
putra Maryam) yaitu Nabi Isa mendoakan/menyerapah mereka sehingga mereka berubah ujud
menjadi babi-babi; mereka adalah orang-orang Bani Israel yang memiliki
Al-Maidah/hidangan yang didatangkan dari langit (yang demikian itu) adalah laknat
(disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas).
4.Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling
keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-
hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak
mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan
permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan
menumpahkan darah.
من دعا الى هدى كان له من االجر مثل اجور من: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:عن ابي هريرة رضي هللا عنه قال
تبعه ال ينقص ذالك من اجورهم شيئا ومن دعا الى ضاللة كان عليه من االثم مثل اثام من تبعه ال ينقض ذالك من اثامهم
شىيئا.
“Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah saw bersabda ; Barang siapa yang mengajak kepada
kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa
dikurangi dari mereka sedikitpun dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka
baginya dosa sebagaimana dosanya orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dari
mereka sedikitpun.
Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang mengajak kepada kebaikan akan
mendapat pahala sebesar pahala orang yang mengerjakan ajakkannya tanpa dikurangi
sedikitpun. Begitu pula orang yang mengajak kepada kesesatan akan mendapat dosa sebesar
dosa orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikit pun. Tidak diragukan lagi bahwa
hadis ini merupakan berita gembira bagi mereka yang suka mengajak orang lain untuk
mengerjakan kebaikan, Allah Swt memberikan penghargaan tinggi bagi mereka yang suka
mengajak kepada kebaikan. Di antara keutamaan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar
adalah :
b)Allah Taala dan segala makhluk di langit dan dibumi bershalawat kepada penyeru kebaikan
kepada manusia.
ان هللا ومالئكته واهل السموات واالرض حتى النملة فى جحرها وحتى الحوت: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
رواه الترمذي.ليصلون على معلم الناس الخير
“Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah, para Malaikat-Nya, dan penduduk langit dan
bumi bahkan semut di dalam lubangnya dan paus dilautan bershalawat kepada pengajar
kebaikan terhadap manusia. (Riwayat Tirmizi)
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan.
(Ash-Shaff: 2)
Ini pengingkaran terhadap orang yang menjanjikan sesuatu janji atau mengatakan
sesuatu, lalu ia tidak memenuhinya. Oleh karena itu sebagian dari ulama Salaf yang
berpendapat atas dalil ayat ini bahwa diwajibkan bagi seseorang menunaikan apa yang telah
dijanjikannya secara mutlak tanpa memandang apakah yang dijanjikannya berkaitan dengan
kewajiban ataukah tidak nya:
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu
kerjakan. (Ash-Shaff: 3)
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri
(kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?
(Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat kebaikan), yaitu beriman pada
kerasulan Muhammad (sedang kamu melupakan dirimu sendiri) hingga kamu
mengabaikannya dan tak mau beriman kepadanya (padahal kamu membaca Kitab), yakni
Taurat, di dalamnya tercantum ancaman atau siksaan terhadap orang yang tidak sesuai
perkataan dengan perbuatannya! (Tidaklah kamu pikirkan?) akan akibat jelek perbuatanmu
agar kamu insaf? Yang menjadi bahan pertanyaan dan kecaman ialah kalimat "sedang kamu
melupakan..... dan seterusnya".
Kedua ayat di atas menunjukkan betapa besarnya kemurkaan Allah kepada orang
yang menganjurkan kebaikan tetapi tidak melaksanakan sendiri apa yang dikatakannya.
Kemurkaan Allah di dunia menyebabkan orang yang berperilaku tersebut makin jauh dari
rahmat Allah, dan sebagai konsekwensinya kemurkaan Allah itu adalah membalasnya dengan
azab yang sangat pedih dineraka.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Amar ma’ruf nahi munkar atau mengajak kebaikan dan mencegah terhadap keburukan
merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim yang baik. Siapa saja diantara kalian melihat
kemunkaran dilingkungan kita, maka kita sebagai muslim yang baik harus merubahnya
dengan tangan kita, apabila kita tidak mampu merubah dengan tangan kita, maka rubahlah
dengan lisan kita, bila kita tidak mampu juga, maka rubahlah dengan hati kita, dan ketika kita
hanya bisa merubahnya dengan hati kita,maka itu adalah paling lemah-lemahnya iman.
2. SARAN
Makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sekalian sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, Imam, Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin, Surabaya: Terbit Terang,
1990.
Iwudh, Ahmad Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2006.
Qasyimi, Muhammad Jalaludin, Roudhlotul Mu’minin. Terj. Abu Ridho. Semarang: Assyifa.
Ash Shiddiqey, Muhammad Teungku Hasbi, Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2001.
Nawawi, Imam, Riyadhus Sholihin, Terj. Ahmad Sunarto, Jakarta: Pustaka Amani, 1990.
Dahlan, Ali Usman, Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim, Bandung: CV.
Diponegoro.
Tirmidhi, Imam, Sunan At Tirmidhi, Bairut: Darul Kutub Al- Ilmiyah.