DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
RIAU 2021\2022
1|Page
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita
bersama sehingga penyusunan tugas makalah ini dapat berjalan dengan lancar. Sholawat dan
salam atas junjungan alam nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan dengan seringnya
bersholawat kita termasuk umat yang mendapat syafaat beliau di akhir kelak nanti. Aamiin.
Makalah ini berjudul “KHAWARIJ DAN MURJI’AH”. Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas mata kuliah ILMU KALAM.
Penulis mengharapkan kritik dan saranya yang bersifat membangun dan memperbaiki
makalah ini kedepan. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis,
KELOMPOK 2
2|Page
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………………. 1
Kata Pengantar……………………………………..…………………………..… 2
Daftar Isi…………………………………………………...…………………….. 3
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………… 4
1.1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………….…….…. 4
1.2. Rumusan Masalah………………….……………………………….……..… 4
1.3.Hipotesis……………………………………………………………….….…. 5
1.4.Tujuan Penulisan…………………………………………………………….. 5
1.5.Manfaat Penulisan……………………….…………………….…..………… 6
BAB II Pembahasan……………………………..………………………………. 7
2.1. Sejarah Kemunculan Khawarij…………….……………………………….. 7
2.2. Pokok Ajaran Khawarij………………………….………………….……… 9
2.3. Kelompok-kelompok, Ajaran Pokok dan Tokoh-tokoh Khawarij………… 10
2.4. Sejarah Kemunculan Murji’ah……………………………………….……. 13
2.5. Pokok Ajaran Murji’ah……………………………………………………. 14
2.6. Kelompok-kelompok, Ajaran Pokok dan Tokoh-tokohMurji’ah…………. 15
BAB III Penutup…………………….…………………………..…………….. 19
3.1. Kesimpulan………………...………………………………………...……. 19
3.2. Saran…………………………….……………………………………….. . 19
Daftar Pustaka…………………………….……………………………………. 20
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
Seringkali ditemukan orang berbicara tentang suatu golongan, sedang dia tidak
mengetahuinya dengan pasti apa yang dibicarkannya itu. Kebanyakan berbicara sangat
subjektif, akibatnya menimbulkan pemahaman yang berbeda di tengah-tengah umat. Oleh
karena itu, kita mengklarifikasi aliran-aliran kalam dalam Islam.
Dalam hal ini ada satu aliaran kalam yang pertama kali muncul di zaman sahabat Nabi
Muhammad SAW, yaitu ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah. Dan literature Islam
yang mebahas asal kelompok itu adalah pecahan dari Ali bin Thalib. Kelompok ini sangat
keras, mereka menanamkan konsep dosa besar dan setiap pelaku dosa besar halal darahnya.
Di sisi lain ada kelompok yang mencul setelahnya, yaitu Murji‟ah, kelompok ini justru
berlawanan konsep dengan yang ditawarkan khwarij. Mereka mengatakan pelaku dosa besar
itu tetap dihukumi sebagai muslim dan darahnya tidak halal. Urusan surge dan neraka adalah
urusan Tuhan.
1.2.Rumusan Masalah
Dari penjelasan tersebut di atas, kami akan mencoba merumuskan sebuah titik
permasalahan yang akan menjadi kajian utama, yaitu sebagai berikut.
4|Page
1. Bagiamana sejarah kemunculan Khwarij dan Murji’ah? Jelaskan!
1.3.Hipotesis
Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka akan kami
berusaha memberikan sebuah kesimpulan, yang tentunya sifatnya masih sementara saja.
Khawarij merupakan aliran politik yang pertama kali muncul, kemudian menjadi
sebuah aliran teologi ketika membahas persoalan kafir yang ditimbulkan oleh dosa besar.
Kelompok Khawrij memebentuk barisan sendiri dengan cara memisahkan diri dari barisan
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib. Karena tidak menyepakati tahkim.
Kini konsep dosa besar muncul dari Khawarij, Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib dan
Mu‟awiyah ibn Abi Sofyan dianggapnya sebagai pelaku dosa besar dan darahnya halal.
Setelah Khawarij ini kemudian merejalelah di tengah-tengah umat, sebuah kersahan pun
muncul, karena hal itu belum bisa menyelesaikan persoalan.
Tindakan pengkafiran terhadap Ali bi Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Amr
bin Ash, Abu Musa al-Asy‟ari yang dilakukan oleh kalangan Khawarij, mengundang sikap
kekhawatiran di tengah umat Islam. Khususnya para ulama. Munculnya Murji‟ah itu sangat
erat kaitannya dengan Khawarij, di mana golongan yang dipimpin oleh Ghilan al-Dimasyai
berusaha bersikap netral. Golongan tidak sepaham dengan khwarij yang mengkafirkan para
sahabat tersebut.
Murji‟ah sendiri mempunyai konsep yang sesuai dengan arti dari kelompoknya, yaitu
menangguhkan. Jadi persoalan Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib dan Mu‟awiyah ibn Abi Sofyan
harus ditangguhkan hingga kahirat kelak, kita tidak menghukumi mereka. Kita tidak boleh
menghukumi dengan hukuman dunia, sehingga masuk surga atau neraka tidak bisa
ditentukan, karena diakhiratlah nanti yang menjadi sah.
1.4.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini adalah utuk memberikan sebuah bacaan yang
simpel kepada umat Islam, bagaimana agar dapat memahami aliran-aliran dalam Islam
5|Page
khsususnya Khawarij dan Murji‟ah. Bagiamana agar mampu mengklarifikasi dan
memberikan penilaian kepada kelompok tersebut.
Di sisi lain kami mengingkan sebuah sikap keterbukaan dan menanggalkan sikap
fanatik, karena telah memahami aliran-aliran yang ada di dalam Islam. Setidaknya melalui
tulisan ini dapat memberikan kontribusi penting untuk umat Islam.
1.5.Manfaat Penulisan
Orang yang mengerti tentang sekte-sekte dengan baik yang ada di dalam Isalm,
tentunya sangat memberikan pengaruh positif. Kerena tidak mudah menyalahkan orang lain
dan tidak fanatik, yang menganggap bahwa kelompoknyalah yang paling benar di antara
kelompok yang lain.
6|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Sayyidina Ali ibn Abi Thalib berkata: “ Kalian telah melakukan tindakan yang
melemahkan kekuatan Islam, mengurangi kekuatan Islam , serta mewariskan kelemahan dan
kehinaan. Ketika kalian berhasil dan musuh-musuh kalian khawatir terkalahkan karena
perang itu telah menghantam mereka dan mereka merasa sakit akibat luka-luka, maka mereka
mengangkat al-Quran, menyeru kalian untuk memperhatikan sesuatu yang dapat meredakan
(serangan) kalian atas mereka dan mengakhiri perang antara kalian dan mereka, serta
menimbulkan rasa takut mati. Itu hanya tipu daya dan trik. Apa yang kalian lakukan ? kalian
menuruti keinginan mereka, dan mengikuti tipu daya mereka. Demi allah, setelah kalian tak
mengikuti pandaganku dan tak memilki ketetapan hati ( setelah tak mengikuti) komitmenku,
aku tak melihat kalian akan memiliki petunjuk.”1
1
Dalam kitab Tarikh Al-kamil. Jil. 3. Hal. 322; Bihar al-Anwar. Jil. 8. Hal. 592
7|Page
Kemudian ajakan arbitrase itu dijawab oleh sebagian pasukannya yang mengusulkan
Abu Musa untuk tahkim. Dan dalam hal ini Sayyidina Ali setuju karena sebagian pasukannya
berambisi tetap setuju. Sayyidina Ali berkata “ Demi Allah aku tidak setuju melakukan ini
dan aku tidak mau kalian juga setuju. Namun demikian , kalian tetap saja setuju. Akupun
terpaksa setuju.
Karena telah setuju , maka tidak pantas bagiku mencabut setelah setuju, dan tak layak
berubah setelah menerima. Berarti aku melawan Allah jika aku melanggar kesepakatan yang
telah dibuat ini, berarti jua aku melanggar kitab-Nya jika aku membatalkan secara sepihak.
Karena itu, perangilah siapa saja yang melanggar perintah Allah.”2
Dalam arbitrase itu, terjadi kesepakatan antara dua utusan ini. Abu Musa dan Amr ibn
Ash untuk menurunkan keduanya dan menyerahkan kepada umat. Akan tetapi Amar ibn Ash
mengumumkan sebaliknya, bahwa ia dan Abu Musa sepakat untuk menjatuhkan
kepemimpinan atau kekhalifahan Sayyidina Ali dan mengangkat Muawiyah. Sayyidina Ali di
saat itu berada dalam kondisi sangat ditekan oleh banyak hal, pertama terdapat sebagian
kelompok dari tentara beliau yang merespon seruan tangan kana Muawiyah untuk
memperhatikan al-Qur‟an. Dan juga ada kelompok yang pada pertamanya mereka jua yang
mendorong untuk arbitrase yang kemudian menolak itu, keluar dari barisan Sayyidina Ali –
sekitar 4000 tentara pendapat lain 1200 tentara. Dan juga dikatakan bahwa mereka yang
keluar dari pasukan Sayyidina Ali ini merasa tidak puas atas gencatan senjata yang disepakati
Sayyidina Ali dan Muawiyah.3
Mereka bersemboyan bahwa tiada hukum kecuali dari Allah, sehingga arbitrase
sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan tentang khilafah dengan Muawiyah ibn Abi
Sofyan , dan timbullah klaim mereka yang mengatakan Sayyidina Ali telah menyimpang dari
agama, menganggap Sayyidina Ali telah berdosa dan murtad, dan wajib untuk di bunuh. Dan
kaum khawarij ini memutuskan untuk membunuh, baik itu dari Sayyidina Ali ataupun dari
Muawiyah. Karena, mereka mempunyai selogan bahwa mansuia tidaklah berhak
menghukumi sesutupun kecuali Allah. Maka menurut mereka Sayyidina Ali ataupun
Muawiyah sama saja.
2
Tarikh Thabari. Jil. 5. Hal. 59 ; Tarikh al-Kamil. Jil. 3. Hal. 322; Bihar al-Anwar. Jil. 8. Hal. 593
3
Asy-Syahrastani. Al-Milal wa al-Nihal. (Surabaya, PT Bina Ilmu). Hal. 101.
8|Page
Mereka dinamakan Khawarij karena keluar dari pasukan Ali ibn Abi Thalib. Dan
selain itu, mereka menamakan diri mereka sebagai orang yang keluar dari rumah lari kepada
Allah dan rasulnya- dalam surat an-Nisa ayat 100, dan mereka memandang surat ini sebagai
landasan bahwa merekalah yang mengabdikan diri mereka hanya untuk mengabdi pada
Allah. Selanjutnya mereka menyebut diri mereka Syurah, dari kata yasri sesuai dengan ayat
207 surat al-Baqarah. Dengan pendapat mereka bahwa mereka menjual diri mereka demi
keridhaan Allah. Ada juga nama lain diberikan pada mereka yaitu haruriah, dari kata harura.
Di tempat inilah mereka sejumlah 12000 orang pendapat lain 4000 orang keluar dari barisan
Sayyidina Ali, dan mengangkat Abdullah bin Wahb al-Rasyidi sebagai imam mereka.
Ada beberapa hal yang menjadi poin penting daripada golongan ini, khsusnya pada
persoalan imamah atau kepemimpinan. Oleh karena itu, kami akan menguraikan prinsip-
prinsip dasar Khawarij. Adapun prinsip-prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama,pemilihan khalifah tidak berlaku kecuali dengan demokratis dan benar yang
diikuti oleh seluruh ummat islam, dan bukan hanya dipilih oleh satu golongan saja. Dan
kepemimpinan itu berlanjut selama ia masih hidup dan menegakkan keadilan, menjalankan
syariat, menjauhi segala yang dilarang oleh aturan Islam. Dan jika melanggar maka dia wajib
di pecat atau dibunuh.
Kedua, dalam kekhalifahan bukan hanya pada mereka bangsa Arab saja (Quraiys),
melainkan Ajam (non-arab) juga punya hak dalam kepemimpinan. Bahkan mereka kaum
Khawarij lebih mengutamakan orang Ajam dalam hal ini, atas dasar mereka yang
mengatakan , agar tiadanya sebuah fanatisme dan pengkhususan. Sehinngga mereka
mengangkat Abdullah ibn Abi Wahb al-Rasyidi sebagai imam walaupun bukan dari Quraiys.
Ketiga, sekte nadjat berkeyakinan bahwa eksistensi seorang imam itu yajuz (boleh)
adanya, bukan wajib syar‟i. bagi mereka imam tidak diperlukan lagi jika masyarakat
melakukan yang baik dan menjauhi yang buruk. Dan keberadaan imam adakalanya
dibutuhkan disaat kesejahteraan mulai tidak terwujud lagi.
Keempat, mereka juga epakat tentang pelaku dosa, tidak ada beda antara dosa kecil
atau besar, dan juga kesalahan dalam pendapat itu merupakan dosa. Landasan itu karena hal-
9|Page
hal itu dapat menimbulkan permasalahan dan perbedaan kebenaran daam pandangan. Dan ini
adalah salah satu prinsip mereka yang kemudian berani mengkafirkan Sayydina Ali, hingga
keluar dari barisannya.
Dan prinsip-prinsip dasar mereka itulah yang membuat mereka keluar dari jumhur
muslimin. Dan setiap orang yang tidak sepakat dengan prinsip ini dianngap musyrik. Dan
atas hal ini mereka mempunyai hujjah (alasan dan bukti kuat). Ibn Abi al-Hadid dalam
bukunya “Syarhu Nahji al-Balaghah”, yang mana dalil-dalil ini menunjukan pemikiran
mereka, kaum khawarij salah satunya adalah:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari ( kewajiban haji ini), maka
sesungguhnya Allah maha kaya dari semesta alam.“ ( Q.s, Ali Imran: 97).
Tafsir mereka: meninggalkan haji adalah kafir, karena meninggalkan haji adalah dosa,
dan setiap orang yang dosa adalah kafir.
A. Al-Muhakkimah
Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Sayyidina Ali, dan
kelompok inilah disebut al- Khawarij al-Muhakkimah. Bagi mereka Sayyidina Ali,
Muawiyah dan dua utusan di dua belah pihak, dan semua yang setuju atas arbitrase itu kafir.
Hingga berlanjut hukum kafir ini, yang mereka luaskan maknanya sehingga termasuk
kedalamnya tipe orang yang berbuat dosa besar adalah kafir.
Orang khawarij dari kelompok ini bernama Zulkhuwairisah dan yang kedua adalah
Zultsadiyah. Mereka juga yang menciptakan dua bid‟ah yaitu: Pertama, tentang imamah yang
menurutnya selain dari Qurayspun boleh menjadi pengganti setelah Nabi. Dan mereka yang
diangkat adalah orang-orang yang adil dan jikalau melanggar wajib di bunuh. Kedua,
Sayyidina Ali menurut mereka telah banyak melakukan kekeliruan.
B. Al-Azariqah
10 | P a g e
diambil dari Nafi‟ ibn al-Azraq ( seorang pemberontak atas pemerintahan Sayyidina Ali)
yang memilki pengikut 20 ribu orang.
Ajaran yang di ajarkan al-khawarij yang dipelpori oleh Abu Rayid Nafi‟ ibn al-Azraq ini
adalah :
Pertama, mereka mengkafirkan Ali ibn Abi Thalib. Dalam hal ini juga mereka
membenarkan tindakan Abdul Rahman ibn Muljam yang telah membunuh Sayyidina Ali.
C. An-Najadaat al-Aziriah
Kelompok ini adalah kelompok yang mengikuti pemikiran seorang yang bernama
Najdah ibn Amir al-Hanafi yang dkenal sebagai Ashim yang menetap di Yaman. Najdah ibn
amir al-Hanafi inilah sebagai tokoh dari kaum khawarij ini, yang kemudian melahirkan
sebuah ajaran, bahwa ajaran agama itu ada dua yaitu:
Pertama, mengenal Allah Swt, para Rasul, haram membunuh sesama muslim,
mengikuti secara umum apa yang diturunkan Allah. Wajib setiap orang mengenalnya, dan
kejahilan menurut mereka bukan sebagai landasan untuk tidak mau mengenalnya.
Kedua, mereka juga mengatakan bahwa kemungkinan saja mujtahid itu tersalah alam
menetapkan hukum sebelum adanya bukti yang kuat.
D. Al-Baihasiah
Abu Baihas al-Haisyam ibn Jabir salah seorang dari suku Bani Saad Dhubai’ah,
merupakan tokoh dalam kelompok ini sehingga dinamakan al-Baihasiah. Ia mengkafirkan
Ibrahim dan Ma’mun dikarenakan berbeda pendapat dengannya tentang perjualan budak
wanita.
11 | P a g e
Rasul, kepemimpinan hanya ditangan Allah bukan ditangan orang yang menjadi musuh-
musuh Allah.
Dan sebagian besar dari kelompok ini mengatakan bahwa: ilmu pengetahuan dan
perbuatan adalah iman. Dan adapun al-Baihas sendiri berkata bahwa: Iman menurutnya
adalah pengetahuan terhadap yang benar dan bathil, sedangkan pengetahuan bukan termasuk
ucapan dan perbuatan, karena itu katanya “ iman adalah pengakuan hati dan pengetahuan
bukan hanya salah satu dari keduanya”.
E. Al-Ajaridah
Kelompok ini dipimpin oleh Abd al-Karim „Araj yang isi ajarannya sama mirip dengan ajara
an-Najdiah. Ada yang mengatakan bahwa ia termasuk sahabat dekat Baihas. Menurut
kelompok ini bahwa tidak boleh mengatakan kafir atau muslim kepada seorang anak muslim
sampai usianya baligh. Sedangkan anak orang kafir bersama orang tuanya masuk kedalam
neraka.
• Pertama, ash-Shalthiah yang mengikuti ajaran-ajaran yang diajarkan Utsman ibn Abi
Shalt, yang sependapat dengan apa yang dikatakan kelompok al-Jaridah tadi.
• Kedua, al-Maimuniyyah yang mengikuti ajaran Maimun ibn Khalid. Yang
mempunyai pandangan ajaran bahwa baik dan buruk itu berasal dari manusia
• Ketiga, kelompok al-Hamziyyah yang berdasarkan ajaran hamzah ibn Adrak.
Kelompok ini sependapat dengan al-Maimunah tentang qodar, namun berbeda
pendapat dengan muslim atau kafir yang ditentukan pada seorang anak yang baru
lahir.
F. At-Tsa’alibah
Pendiri kelompok ini adalah Tsa‟alibah ibn Amir, menurutnya tidak ada yang mengikat
antara orang tua dengan anaknya, baik anak itu menjadi patuh terhadap agama atau tidak,
sampai anak itu mencapai dewasa telah sampai dakwah agama padanya. Dan tentunya hal ini
bertentangan dengan al-Jaridah, dan Tsa‟alibah juga berkata bahwa jika seorang anak itu
menerima ajaran agama maka ia muslim, jika sebaliknya maka ia kafir.
12 | P a g e
G. Al-Ibadhiyah
Al-Ibadhiyah adalah kelompok yang dipimpin oleh orang yang bernama Abdullah ibn
Ibadh yang memberontak terhadap pemerintaha khalifah Marwan ibn Muhammad.
Menurut kelompok ini Negara yang dihuni ummat Islam yang tidak sependapat dengan
mereka masih dianggap negara berketuhanan, kecuali benteng kepala negara termasuk Daru
al-Harbi. Dan orang yang melakukan dosa masih dianggap ahlu tauhid tetapi bukan mukmin.
Mereka juga mengatakan bahwa semua hukum Allah itu berlaku umum, karena tidak
diterangkan secara khusus kepada kelompok mana. Dan juga bahwa mukjizat yang ada pada
Rasul bukanlah tanda kerasulan.
H. As-Shufriyyah Az-Ziyadiyyah
Kelompok ini dipelopori oleh orang yang bernama Zayad ibn Ashfar, yang mana
pemikirannya berbeda dengan perkembangan pemkiran Khawarij yang lain.
Kelompok ini tidak mengkafirkan orang yang ikut perang selama masih seagama dan satu
akidah. Mereka mengakui adanya hukum rajam, dalam peperangan tidak boleh membunuh
anak orang musyrik dan tidak mengatakan anak orang musyrik kekal didalam neraka,
menurut mereka taqiyah tidak diperbolehkan dalam perkataan tapi boleh dalam perbuatan.
Tidak ada perbuatan yang dikategorikan dosa besar tanpa ada hukumannya seperti
meninggalkan perang , shalat, dan orang yang seperti itu dikatakan kafir karena
perbuatannya.
Tindakan pengkafiran terhadap Ali bi Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Amr
bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari yang dilakukan oleh kalangan Khawarij, mengundang sikap
kekhawatiran di tengah umat Islam. Khususnya para ulama.
13 | P a g e
Munculnya Murji’ah sangat erat kaitannya dengan Khawarij, dimana golongan yang
dipimpin oleh Ghilan al-Dimasyai berusaha bersikap netral. Golongan tidak sepaham dengan
Khwarij yang mengkafirkan para sahabat tersebut.4
Khwarij yang menaruh rasa hormat kepada dua khalifah pertama, yaitu Abu Bakar as-
Shiddiq dan Umar bin Khattab, tatapi membenci Ali ibn Abi Thalib dan Utsman ibn Affan
yang sebenarnya bertentangan dengan pemahaman kaum muslimin pada umumnya.
Sebagaimana dijelaskan di atas Murji’ah menentang apa yang dipahami oleh kelompok
Khwarij dengan dalil bahwa meraka tidak bisa menyelesaiklan kemusykilan tersebut.
Pokok ajaran dari golongan ini adalah orang Muslim yang melakukan dosa besar tidak
boleh dihukumi dengan hukuman dunia, sehingga masuk surga atau neraka tidak bisa
ditentukan, karena di akhiratlah nanti yang menjadi sah. Golongan ini memandang orang
yang beriman tidak merusak iman ketika berbuat maksiat. Sama halnya dengan ketaatan bagi
orang yang kafir.
Iman diartikan sebagai pengetahuan tentang Allah secara mutlak dan kafir adalah
ketidaktahuan tentang Allah secara mutlak. Oleh karena orang Murji‟ah menganggap iman
itu tidak bertambah dan tidak berkurang.6
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa golongan ini mengganggap antara iman dan
amal tidak ada hubungannya. Atau lebih tepatnya amal tidak termasuk dalam keimanan,
dengan demikian orang yang beriman tidak melakukan dosa besar, sebagaimana imannya
4
Harkaman01.wordpress.com/ makalah/ metodologistudiislam/ aliranaliran pemikiraniislam.
5
Ja’far Subhani. Al-Milal wan-Nihal “Studi Tematis Mazhab Kalam”. (Pekalongan, Penerbi al-Hadi: 1997).
Hal.47
6
Harkaman01.wordpress.com. Op.Cit.
14 | P a g e
para Malaikat dan para Nabi. Hal sesuai dengan semboyan mereka yang makruf:
Mendahukukan iman dengan menagguhkan amal.
Golongan Murji’ah terbagi menjadi empat golongan besar , yaitu Murji’ah al-
Khawarij, Murji’ah al-Qadariyah, Murji’ah Jabariyah dan Murji’ah Murni. Namun pada kami
hanya akan membahas Murji’ah Murni saja. Yaitu sebagai berikut:
A. Al-Yunusiyyah
Kelompok ini adalah kelompok yang mengikuti ajaran Yunus ibn Aun an-Numairi.
Pemimpin al-Yunusiyyah berpendapat bahwa iman adalah pengenalan kepada Allah dengan
mentaatinya, meninggalkan keinginan, menyerahkan diri kepada-Nya dengan menafikan
rencana pribadi, dan mencintai-Nya dengan sepenuh hati. Demikian inilah orang yang
beriman apabilah berhasil menghimpun hal-hal tersebut. Adapun perbuatan taat tidak
disebutkan karena tidak merusak keimnan walalaupun ditinggalkan. Tentunya tidak
mendapatkan siksa selama iman mereka masih kuat dan mantap.
Kelompok ini juga berpandangan bahwa Iblis itu adalah makhluk yang arif billahi,
dihukumi kafir hanya saja kerana ketakaburannya.
“Ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Qs. Al-
Baqarah: 34)
B. Al-Ubaidiyyah
Ubaid al-Mukta’ib adalah pendiri dari kelompok ini, karena para pengikutnya
menisbatkan padanya, dengan mengikuti ajaran-ajaran Ubaid. Beberapa pokok ajarannya
adalah tentang syirik, bahwa pelaku syirik akan diampuni dosanya oleh Allah. Selama ada
katauhidan pada seseorang lantas meninggal dunia, maka dia tidak binasa oleh kejahatan dan
dosa besar. Diriwayatkan oleh Al-Yaman dan disandarkan kepada ‟Ubai dan para
pengikutnya, bahwa Allah tidak (dibatasi) kitab Allah dan tidak bersifat, maka dari itu agama
diapahmi bukan dari Allah. Selain itu Allah diapahami berwujud seperti bentuk manusia.
Dengan dalil:
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dalam bentuk Yang Maha Pengasih”
15 | P a g e
C. Al-Ghasaniyyah
Kelompok yang dipimpin oleh Ghassan al-Kafi, berpandangan bahwa iman adalah
pengetahuan kepada Allah dan Rasul, mengakui dengan lisan akan kebenaran yang
diturunkan oleh Allah, namun secara global tidak perlu secara rinci. Juga menganggapo
bahwa iman itu bersifat statis, artinya tidak bertambah dan tidak berkurang. Apabilah
seseorang berkat “Aku tahu bahwa Allah mengharamkan babi, namun aku tidak tahu babi
mana yang diharamkan” atau seseorang yang mengatakan”Aku tahu bahwa Allah
memerintahkan kita untuk menunaikan ibadah haji di Ka’bah, namun aku tidak tahu Ka‟nah
mana yang dimaksud oleh Allah”. Orang tersebut masih dikatakan beriman.
Ghassan pernah meriwayatkan dari Abu Hanifah termasuk adalah orang Murji’ah,
dengan alasan bahwa Abu Hanifah pernah mengatakan bahwa iman adalah tashdiq dengan
hati bahwa ia tidak bertambah dan tidak berkurang. Ucapan tersebut diartikan bahwa Abu
Hanifah telah menangguhkan perbuatan dari iman, walau dietahui juga Abu Hanifah telah
mengajak orang-orang untuk bekerja dan berusaha. Demikian ini menjadi bantahan atas
ketidak mungkinan hal tersebut. Mungkin saja hal ini juga kerena saat itu, Mu’tazilah
menganggapkelompok selalin dirinya adalah Murji’ah.
D. Ats-Tsaubadiyyah
Adapun tokoh-tokoh yang mendukung tsauban ini adalah Marwan Ghailan Ibn
Marwan al-Damisqi, Abu Tsamar, Muwis ibn Umran, Al-Fadhal-Raqasyi, Muhammad ibn
Syu’aib, al-Arabi, dan Shaleh Qubbah.
16 | P a g e
Tidak ada pelaku dosa besar yang kekal di dalam neraka, apabilah sudah mendapat
siksaan maka akan dikeluarkan dari neraka. Seperti itulah yang dinukil dari Bisyar ibn
Gayath al-Muraisi.
Keyakinan lainnya yang diapahami oleh Ghailan yang beragapan bahwa sumber
keburukan adalah manusia. Dalam persoalan imamah boleh siapa saja, asalkan mengamalkan
al-Qur‟an dan Sunnah dengan baik, tidak hanya dari kaum Quraisy saja, kesahihannya sendiri
tergantung dari kesepakat umat secara ijmak. Walau terdapat keganjalan, karena mereka
beranggapan bahwa ada kesepatan umat yang lebuh baik menjadi imam adalah dari suku
Quraisy.
Karena alasan inilah kelompok Anshar mengatakan, bagi kami seorang pemimpin
dan seorang pemimpin bagimu. Sebenarnya kelompok ini menghimpun tiga pokok ajaran,
yaitu Qadariyah, Mu‟tazilah dan Khawarij.
Dan dikatakan penganut Murji’ah yang pertama adalah al-Hasan ibn Muhammad ibn
Ali ibn Abi Tahlib. Ia menulis beberapa surat tentang penuduhan iman yang mana didalmnya
seperti dengan pemahaman Murji’ah Yunusiyyah dan Ubaidiyyah. Ia berpendapat bahwa
orang yang melakukan dosa besar tidak dapat dikatakan kafir, karena ketaatan. Dan
kemaksiatan bukan inti iman sehingga dikatakn iman hilang karenanya.
E. Al-Tuminiyyah
Al-Tuminiyyah adalah kelompok yang berkiblat kepada Abu Muaz At-Tumini yang
mentakan iman adalah terpelihara dari kekufuran, iman adalah nama perbuatan yang
apabilkah ditinggalkan akan menjadi kafir, demikian juga kalau satu petbuatan saja
ditinggalkan menjadi kafir. Karena itu tidak boleh beriman kepada sebagian saja dan kafir
pada sebagian.
Sama halnya dengan kelompok sebelumnya, yang beranggapan bahwa unsur iman
adalah makrifat tashdiq, mahabah, ikhlas dan mengakui melalui lisan terhadap apa yang
disampaikan Rasul. Katanya: Mereka yang meninggalakan shalat dan puasa dengan niat
menqhada tidak dikatakan kafir. Siapa yang membunuh Nabi atau memukulnya ia tidak
termasuk kafir, kafir bukan karena membunuh atau karena memukul tapi karena menghina,
memusuhi mereka dan membenci mereka.
17 | P a g e
Rawandi dan Bisyar ibn al-Muraisi cenderung kepada pendapat di atas, bahwa iman
itu adalah tashdiq dengan hati dan lisan, kekafiran itu sendiri dikarena oleh perbuatan keras
kapala dan ingkar. Adapun orang yang menyemabh matahari, bukan, dan sebagainya, tidak
teransuk perbuatan kafir tapi hanya merupakan tanda kekafirran.
F. As-Shalihiyyah
Kelompok ini adalah kelompok yang terakhir yang akan dibicarakan. As-Shalihiyyah
merupakan nama yang dinisbatkan kepada Shalih ibn Umar ash-Shalihi, karena para
pengikutnya berkiblat kepada dirinya. Ash-Shalihi, Muhammad Ibn Syu’aib, Abu Syamar
dan Ghailan, semuanya adalah pengikut Qadariyah dan Murji’ah. Kelompok ini sendiri
digolongkan kedalam Murji’ah Murni, karena mereka mempunyai pendapat yang berbeda
dengan kelompok Murji’ah lain.
Mari lihat pendapat ash-Shalihi yang mengatakan bahwa iman adalah semata-mata
pengenalan kepada Allah dan mengakui Allah sebagai pencipta alam semesta. Ini
mengindikasikan bahwa kekafiran itu adalah ketidaktahuan (jahil) terhadap Allah.
Orang yang mengatakan bahwa Tuhan itu tiga, menurutnya, bukanlah kafir tetapi
ucapan itu tidak akan keluar kecuali dari mulut orang kafir. Makrifah sendiri diartikan
sebagai kecintaan dan ketundukan kepada Allah. Iman tumbuh dari pemberitaan Rasul dan
menurut ukuran akal mungkin wajib beriman kepada Allah tapi tidak kepada Rasul.
Menurutnya shalat bukanlah ibadah , kecuali dari orang-orang yang briman kepada
Allah, karena ia telah mengenal-Nya. Dan iman menurutnya hanya terdiri dari satu unsur
yang tidak bertambah dan tidak berkurang, demikian juga kafir tidak bertambah dan tidak
berkurang.
Menurut Abu Syamar al-Murji’ al-Qadari iman adalah makrifat tentang Allah, cinta
dan tunduk kepadanya, ini dibuktikan dengan pengakuan lisan, dengan menyatakan bahwa
Allah itu Maha Esa, setelah adanya berita dari Nabi ikrar dengan lisan termasuk inti dari pada
iman dan syarat di dalam unsur iman ialah mengenal keadilan Allah, serta memberikan
pengakuan bahwa baik dan buruk bukan dari Allah.
Ghilan yang dikenal sebagai penganut Mutrji‟ah dan Qadariyah memberiakn makna
yang sama tentang, iman masih pada seputar, makrifat, cinta dan ketundukan kepada Allah.
18 | P a g e
Adapun makrifat yang pertama adalah bersumber dari naluri manusia yang merupakan
sebuah fitrah, seperti pengetahuan bahwa alam semesta ada penciptanya.Makrifat ini tidak
termasuk kedalam iman, karena tidak lahir dari kesadaran. Dan makrifat yang kedua, yaitu
diperoleh dari dalil dan disebut sebagai iman.7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Khawarij yang keluar dari kelompok Ali ibn Abi Thalib membuat barisan sendiri.
Mereka mengkafirkna Sayyidina Ali dan Mu‟awiyah dengan alasan bahwa mereka berdua
tidak berpegang kepada hukum Allah. Sehinnga mereka dinilai sebagai pelaku dosa besar dan
pelaku dosa besar tentunya darahnya halal. Dengan dasar inilah kemudian kelompok
Khawarij berusaha untuk membunuh kedua orang tesebut.
Tidak lama setelah Khawarij muncul lagi golongan yang bernama Murji’ah,
kelompok yang bersuha bersifat netral. Dengan menawarkan sebuah konsep penangguhan.
Mereka menangguhkan amal dari iman. Jadi Sayyidina Ali dan Mu’awiyah tidak bisa
diputusakn dengan hukum dunia, namun nanti di akhirat kelak.
Perbedaan yang sangat mendasar di anatara Khawarij dan Murji’ah adalah pada
persoalan iman dan amal. Khawarij beranggapan bahwa amal merupakan bagian dari iman.
Sedangkan Murji’ah beranggapan bahwa amal bukan bagian daripada iman. Dan tidak
merusak imanan hanya karena amal seseorang.
3.2. Saran
Mengingat hal ini hanya sebatas pengantar tentang memahami aliran Khawarij dan
Murji’ah, dan kami tidak bisa memberikan kebenaran 100% . Oleh karena teruslah mengkaji
kedua aliran tersebut. Kami hanya menuliskan garis-garis besarnya saja. Silahkan anda
7
Asy-Syahrastani. Op.Cit. Hal.174-180
19 | P a g e
merujuk kepada buku-buku yang membahas secara sepesifik dan bandingkan dengan apa
yang telah kami tulis.
Berharap agar para pembaca dapat memperoleh manfaat, semabari mencicipi cahaya
ilahi yang akan menuntun kita kepada-Nya. Tanpa mengurangi rasa hormat, mohon maaf atas
segala kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Subhani, Ja‟far. 1997. Al-Milal wan-Nihal “Studi Tematis Mazhab Kalam”. Pekalongan:
Penerbit al-Hadi.
Tarikh Thabari. Jil. 5.; Tarikh al-Kamil. Jil. 3.; Bihar al-Anwar. Jil. 8.
20 | P a g e