Anda di halaman 1dari 16

ALIRAN MURJI’AH

Dosen Pengampu :

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ……………..

Disusun Oleh :

AMIRA ZAHIRA(2302603207)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI (IAIH) NWDI PANCOR
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,,,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Maha
suci Allah yang telah mencurahkan segala karunia-Nya pada seluruh umat
manusia. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, beserta para sahabatnya, beliaulah sosok yang telah
memperbaiki buruknya peradaban manusia di zaman jahiliyah. Beliau juga
sebagai pemimpin umat islam yang wajib kita tiru dan ikuti ajarannya. Para
sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah SWT . Akhirnya penulisan tugas


makalah ini berhasil di selesaikan, penulis menyadari bahwa adanya kekurangan
yang terjadi baik dalam penulisan maupun kata-kata yang penulis uraikan dalam
makalah ini. Dengan demikian, penulis tetap mengharapkan kritik serta saran
sebagai koreksian untuk mendapatkan pengalaman pembuatan makalah yang lebih
baik lagi. Penulis tetap bersyukur karna dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik. Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak dosen
pembimbing mata kuliah.

Pancor, 19 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Pengertian Murji’ah...................................................................................3

2.2. Latar Belakang Munculnya Aliran Murji’ah.............................................4

2.3. Prinsip Teologi dan Ciri Aliran Murji’ah..................................................7

2.4. Sekte-sekte Dalam Aliran Murji’ah..........................................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

3.1. Kesimpulan..............................................................................................12

3.2. Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Aliran murji’ah sebagaimana halnya dengan ajaran khawarij pada mulanya
berkaitan dengan persoalan politik atau lebih tepatnya berkaitan dengan masalah
khilafah yang menimbulkan pertikaian dikalangana umat muslim, khususnya yang
terjadi saat itu di Madinah setelah terjadi pemberontakan yang datang dari Mesir
sehingga menyebabkan terbunuhnya Khalifah Usman Bin Affan. di Madinah
pasca terbunuhnya Khalifah Usman yang menimbulkan kekacauan politik dimana
Ali naik menjadi khalifah menggantikan Usman. Situasi kekacauan politik ini
ternyata berlanjut bahkan semakin memanas pada masa pemerintahan Ali Ibn Abi
Thalib.

Goncangan politik mulai dari kelompok Thalhah dan Zubair di Mekkah


yang menduduki posisi khalifah dengan basis dukungan Aisyah. Guncangan
politik ini mengakibatkan terjadinya perang Jamal. tantangan berikutnya datang
dari pihak Muawiyah sebagai gubernur Damaskus waktu itu dengan keluarga
dekat fihak Usman yang menuntut Ali supaya menghukum pembunuh Usman,
sebab kelihatannnya Ali tidak bertindak tegas terhadap pemberontakan itu.
Bahkan Muawiyah balik menuduh Ali tersebut dalam pembunuhan Usman.
Puncak pertikaian Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan tragedi perang Siffin.
Dalam pemberontakan senjata yang terjadi antara pihak Ali dengan Muawiyah
yang berakhir dengan arbitrase sekelompok orang yang semula berada di pihak
Ali kemudian berbalik menjadi lawan. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai
Khawarij. Sementara kelompok yang setia bersama Ali dinamakan kaum
Murji”ah.
2

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dikemukakan diatas maka
dapat dirumuskan:

1. Apa pengertian Murji’ah ?


2. Apa latar belakang kemunculan aliran Murji’ah ?
3. Apa prinsip teologi dan ciri aliran Murji’ah ?
4. Apa sekte dalam aliran Murji’ah ?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka dalam penulisan ini akan
mendapatkan Tujuan Pembahasan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian Murji’ah


2. Untuk mengetahui latar belakang kemunculan aliran Murji’ah
3. Untuk mengetahui prinsip teologi dan ciri aliran Murji’ah
4. Untuk mengetahui sekte dalam aliran Murji’ah
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Murji’ah


Asal kata murji’ah adalah dari kata irja’ yang artinya
menangguhkan ,mengakhiri, dan memberi pengharapan. Kaum murji’ah lahir
pada permulaan abad ke-1 hijriyah. Pada dasarnya kaum murji’ah merupakan
golongan yang tidak mau turut campur dalam pertentangan yang terjadi di antara
mereka dan justru mengambil sikap menyerahkan semua pertentangan atau
masalah yang terjadi kepada Allah SWT. Kaum murji’ah sangat membenci hal-
hal yang berhubungan dengan politik dan kekhalifahan. Makanya kaum murji’ah
ini di kenal sebagai the queietists ( kelompok bungkam), di karnakan sikap inilah
yang membuat kaum murji’ah selalu diam dalam persoalan politik.
Pokok ajaran kaum murji’ah pada dasarnya berasal dari gagasan atau
doktrin yang mereka percaya yaitu irja atau arja’ah, dua ajaran yang sangat
penting menurut kaum murji’ah yaitu tentang pelaku dosa besar dan masalah
iman.
1. Tentang Pelaku Dosa Besar :
Pandangan aliran murji’ah terhadap status pelaku dosa besar yaitu selama
meyakini dua kalimat syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar itu tidak
termasuk kafir dan hukumannya di tangguhkan di akhirat dan hanya Allahlah
yang berhak menghukumnya. Jadi dengan kata lain jika seorang muslim sekalipun
jika melakkan dosa besar namun masih mengucapkan dua kalimat syahadat yang
dimana kalimat tersebut menjadi dasar utama dari iman. Oleh karnanya orang
tersebut masih seorang mukmin dan bukan seorang kafir. Masalah perbuatan
mereka selama di dunia nantinya akan masuk surga atau neraka semua di tunda
hingga ada putusan dari Allah. Selain itu mereka juga berharap bahwa orang yang
berbuat dosa besar, mereka mau bertaubat dan berharap agar di terima di sisi
Allah SWT.
4

2. Masalah Iman :
Kaum murji’ah berpendapat bahwa iman itu terletak di dalam qolbu dan tidak
ada kaitannya dengan perilaku.

1.2. Latar Belakang Munculnya Aliran Murji’ah


Aliran murji’ah sebagaimana halnya dengan ajaran khawarij pada mulanya
berkaitan dengan persoalan politik ( Harun Nasution ;1986;22) atau lebih tepatnya
berkaitan dengan masalah khilafah yang menimbulkan pertikaian dikalangana
umat muslim, khususnya yang terjadi saat itu di Madinah setelah munculnya
terjadi pemberontakan yang datang dari Mesir sehingga menyebabkan
terbunuhnya Khalifah Usman Bin Affan pada tahun 35 H atau tepatnya tanggal 17
juni 856 M (Mahmud Nasir,1988;192) seandainya tidak muncul persoalan
khilafah tersebut maka kemunculan khawarij dan Syi’ah dikemudian hari tidak
akan ada. Demikian pula kalo tidak muncul persoalan khilafah maka tidak akan
ada faham atau aliran Murji’ah. terbunuhanya Usman Bin Affan menimbulkan
berbagai dampak sosial, politik dan teologi yang hebat di kalangan umat islam.
terlebih setelah di ketahui bahwa yang telah membunuh Usman Bin Affan adalah
Muhammad Ibnu Abi anak yang pernah menjadi anak angkat dan kemudian hari
menjadi Gubernur Mesir ( Nasution1985;5) peristiwa ini mengundang terjadinya
berbagai masalah dan pertikaian baik yang berkaitan dengan terjadinya
perpecahan antara umat islam waktu itu memancing munculnya perebutan
kekuasaan, munculnya perang saudara dan bahkan lebih jauh lagi sehingga
membuat kemajuaan islam mengalami kemunduran.
Menurut Muhammad Abu Zahrah ( cairo:tt 132) pada saat berkecamuknya
pertikaian setelah wafatnya Usman Ibn Affan waktu itu telah muncul sekelompok
orang yang cendrung memiliki sikap tidak mau ikut melibatkan diri ke dalam
kancah pertikaian. Diantaranya orang-orang tersebut adalah Abu Bakrah,
Abdullah Ibnu Umar, Saad Ibn Waqash, Imran Ibn Husain. Selanjutnya menurut
Abu Zahrah sikap tidak mau melibatkan diri dalam pertikaian muncul pula dari
sekelompok orang yang baru saja pulang dari medan perang memasuki Madinah
setelah terjadinya peristiwa pemberontakan dan terbunuhnya Usman.
Perbincangan yang terjadi pada kelompok itu digambarkan oleh Ibn Asakir
5

sebagai berikut: “Kami kembali pulang ke rumah masing-masing dan kami


tinggalkan kalian dalam keadaaan damai, tidak berselisih lagi. meskipun
sebelumnya kalian pernah bertengkar. (sebagian mereka ada yang berkata) “tapi
sekarang Usman telah terbunuh di zalimi orang. Wajar apabila ada sahabat-
sahabatnya yang mau menuntut keadilan untuk membalas (sebagian lagi dari
mereka ada yang menimpali) meskipun begitu Ali dan para sahabatnya yang lain
adalah juga orang - orang berada dalam kebenaran. Dalam pandangan kita
masing-masing dari mereka adalah orang-orang yang benar dan terpercaya. Karna
itu mustahil bagi kita harus berikrar untuk mengutuk mereka. karena itu sebaiknya
persoalan ini kita serahkan saja kepada Allah.‘ Suasana dialogis diatas menuntun
analisis Ahmad Amin menggambarkan telah adanya soal tidak mau melibatkan
diri dalam pertikaian dan perselisihan diantara sesama kaum muslimin. Sikap ini
merupakan dasar dan benih bagi kemunculan faham Murji’ah sekalipun sebagai
sebuah aliran teologi baru terbentuk setelah lahirnya Khawarij dan Syiah.
Berdasarkan kepada pendapat diatas maka munculnya sikap sekelompok orang
yang tidak mau terlibat dalam sebuah pertikaian dan menyerahkan keputusan
dengan menangguhkanya kepada Allah dianggap sebagai penyebab tidak
langsung bagi kemunculan Murji’ah. Hal ini terjadi karena kemungkinan sikap-
sikap yang mulai muncul pada waktu itu mulai berkembang dan banyak
mempengaruhi para fuqoha, Muhaddisin, dan masyarakat dalam perkembangan
selanjutnya. Kalau asumsinya seperti itu ada penyebab langsung muncul Murji’ah
sebagai sebuah aliran teologi untuk melihat persoalan ini kita harus kembali
kepada suatu “ potret situasi’ di Madinah pasca terbunuhnya Khalifah Usman
yang menimbulkan kekacauan politik dimana Ali naik menjadi khalifah
menggantikan Usman. Situasi kekacauan politik ini ternyata berlanjut bahkan
semakin memanas pada masa pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib. Goncangan
politik mulai dari kelompok Thalhah dan Zubair di Mekkah yang menduduki
posisi khalifah dengan basis dukungan Aisyah. Guncangan politik ini
mengakibatkan terjadinya perang Jamal. tantangan berikutnya datang dari pihak
Muawiyah sebagai gubernur Damaskus waktu itu dengan keluarga dekat fihak
Usman yang menuntut Ali supaya menghukum pembunuh Usman, sebab
kelihatannnya Ali tidak bertindak tegas terhadap pemberontakan itu. Bahkan
6

Muawiyah balik menuduh Ali tersebut dalam pembunuhan Usman. Puncak


pertikaian Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan tragedi perang Siffin. Dalam
pemberontakan senjata yang terjadi antara pihak Ali dengan Muawiyah yang
berakhir dengan arbitrase sekelompok orang yang semula berada di pihak Ali
kemudian berbalik menjadi lawan. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai
Khawarij. Kekerasan mereka menentang Ali menyebabkan pengikut Ali yang
setia bertambah keras pula membelanya. Terlebih lagi setelah kemudian Ali mati
terbunuh pertentangan diantara mereka semakin bertambah keras. Sekalipun pada
akhirnya baik golongan Khawarij maupun pembela setia Ali akhirnya sama-sama
menentang kekuasaan Bani Umayyah, akan tetapi motivasi perlawanan mereka
berbeda. Khawarij menentang dinasti ini karena dianggap telah menyeleweng dari
ajaran Islam. Sementara pengikut Ali yang setia menganggap bahwa dinasti ini
telah merampas kekuasaan kekhalifahan dari Ali ibn Abi Thalib. Dalam suasana
yang berpuncak pada keadaan saling tuduh dan saling kafir mengkafirkan satu
sama lain itu muncul kelompok “ netral’ yang tidak mau menentukan sikap siapa
yang salah diantara pihak-pihak yang bersengketa, kalaupun yang telah menerima
dan menjalankan arbitrase itu dipandang telah berbuat dosa besar yang
menyebabkan mereka dituduh kafir. Maka kelompok ini lebih baik menyerahkan
keputusan sepenuhnya kepada Tuhan dan memandang lebih baik menunda
ketentuannya di hari kemudian ( Harun Nasution, 1986:22) dari suasana historis
seperti inilah Murji’ah lahir dengan kerangka dasar mereka tidak mengkafirkan
salah satu golongan mereka menganggap bahwa golongan Khawarij, pendukung
Ali demikian juga pihak Bani Umayyah semuanya tetap mukmin, mereka masih
bersyahadat dan mereka yang bertikai itu merupakan orang - orang yang
dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar.
Ada beberapa teori yang berkembang mengenai asal-usul kemunculan
Murji’ah teori yang pertama mengatakan bahwa gagasan Irja’ atau Arja’a
dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin persatuan dan
kesatuan umat islam ketika terjadi pertikaian politik dan untuk menghindari
sektarianisme, teori yang lain mengatakan bahwa gagasan Irja’ yang merupakan
basis doktrin Murji’ah muncul pertama kali sebagai gerakan politik yang
diperlihatkan oleh cucu Ali Bin Abi Tholib, Al-Hasan Bin Muhammad Al-
7

Hanafiyyah sekitar tahun 695 M. teori lainnya menceritakan bahwa ketika


terjadinya perseteruan antara Ali dan Mu’awiyyah dilakukan tahkim (arbitrase)
atas usulan Amr Bin ‘Ash seorang kaki tangan Mu’awiyyah. Kelompok Ali
terpecah menjadi dua kubu yaitu pro dan kontra, kelompok kontra akhirnya
menyatakan keluar dari Ali yaitu kubu Khowarij mereka memandang bahwa
tahkim itu bertentangan dengan Al-Qur’an, dalam pengertian tidak bertahkim
berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu Khowarij berpendapat bahwa
melakukan tahkim itu adalah dosa besar dan dihukum kafir, sama seperti
perbuatan dosa besar lain seperti zina, riba, membunuh tanpa alas an yang benar,
durhaka kepada orang tua, serta memfitnah wanita baik-baik, pendapat Khowarij
tersebut ditentang sekelompok sahabat yang kemudian disebut Murji’ah dengan
mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin tidak kafir sementara
dosanya diserahkan kepada Allah SWT, apakah mengampuninya atau tidak.
Doktrin-doktrin pokok Murji’ah penangguhan keputusan terhadap Ali dan
Mu’awiyyah, penangguhan Ali untuk menduduki rangking ke-4 dalam peringkat
Al-Khalifaurrasyidin, pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa
besar untuk memperoleh ampunan dari Allah SWT.

1.3. Prinsip Teologi dan Ciri Aliran Murji’ah

Menurut Ahmad Amin dalam Duha al Islam (1936:32 ) beberapa prinsip


ajaran dan pemikiran teologis dari Murji’ah moderat meresap kedalam aliran ahli
Sunnah, diantara konsep itu adalah : tentang tidak kekalnya seorang mukmin
dalam neraka, kemudian tentang adanya kemungkinan hilangnya ancaman siksa
sebagai yang Tuhan janjikan bagi mukmin yang berbuat dosa besar apabila Tuhan
mengampuninya.
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan irja’ atau
arja’a yang diaplikasikan dalam banyak persoalan yang dihadapinya, baik
persoalan politik maupun teologis. Di bidang politik irja’ diimplementasikan
dengan sikap netral atau non blok yang selalu bersikap diam dalam persoalan
politik, itulah sebabnya kelompok Murji’ah dikenal sebagai the queietists atau
kelompok bungkam.
8

Adapun di bidang teologi aliran Murji’ah menanggapi persoalan-persoalan


teologis yang muncul saat itu semakin kompleks, mencakup iman, kufur, dosa
besar dan ringan, tauhid, tafsir Al-Qur’an,eskatologi, pengampunan atas dosa
besar, kemaksuman Nabi, hukuman atas dosa, pertanyaan tentang ada yang kafir
dikalangan generasi awal islam, tobat, hakikat Al-Qur’an, nama dan sifat Allah,
serta ketentuan Tuhan.
Orang Islam yang berbuat dosa besar tidaklah menjadi kafir, melainkan
tetap mukmin. Persoalan dosa besarnya diserahkan kepada Tuhan dalam
keputusan kelak di hari perhitungan. Kalaulah dosa besarnya diampuni Tuhan
maka jelas ia akan masuk surga. Akan tetapi misalkan dosa besarnya tidak
diampuni Tuhan maka harapan bagi pelaku dosa besar untuk diberi ampunan oleh
Tuhan sehingga dapat masuk surga.{Harun Nasution, 1986; 34}

Harun Nasution menyebukan empat ajaran pokoknya yaitu:

1. Menunda hukuman atas Ali, Mu’awiyah, Amr bin ‘Ash dan Abu Musa Al-
Asy’ari yang terlibat tahkim hingga kepada Allah SWT pada hari kiamat
kelak.
2. Menyerahkan keputusan kepada Allah SWT. Atas orang muslim yang berbuat
dosa besar.
3. Meletakkan pentingnya iman lebih utama daripada amal.
4. Memberikan pengharapan terhadap muslim yang berdosa besar untuk
memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

Berkaitan dengan teologi aliran ini W. Montgomery dalam Rosihan (2000-


59) merinci sebagai berikut :

1. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga memutuskannya


di akhirat kelak.
2. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking ke empat dalam peringkat al-
Khalifah ar-Rasyidin.
3. Pemberian harapan (giving of hope) terhadap orang muslim yang berdosa besar
untuk memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah
9

4. Doktrin-doktrin Murji’ah menyerupai pengajaran (mazhab) para skeptic dan


empiris dari kalangan helenis.

Sementara itu, Abu ‘A’la Al-Maududi {1903-1979} menyebutkan dua


pokok ajaran Murji’ah yaitu:

1. Iman adalah cukup dengan percaya kepada Allah SWT.dan Rasul-NYA.


Adapun amal atau perbuatan bukan merupakan keharusan bagi adanya iman.
Berdasarkan hal ini , seseorang tetap dianggap mukmin walaupun melakukan
perbuatan dosa besar.
2. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman dihati.
Manusia masih mendapatkan pengampunan atas dosa besar yang dilakukannya
cukup menjauhkan diri dari syirik dan meningggal dalam keadaan akidah
tauhid.

1.4. Sekte-sekte Dalam Aliran Murji’ah


Kemunculan sekte dalam kelompok Murji’ah di picu oleh perbedaan
pendapat di kalangan para pendukung Murji’ah sendiri. Dalam hal ini terdapat
problem yang cukup mendasar ketika pengamat mengklasifikasikan sekte - sekte
Murji’ah. kesulitannya antara lain adalah ada beberapa tokoh aliran pemikiran
tertentu yang diklaim oleh seorang pengamat sebagai pengikut Murji’ah, tetapi
tidak diklaim oleh pengikut lain.
Tokoh yang dimaksud adalah Washil bin Atha’ tokoh aliran Mu’tazilah
dan Abu Hanifah dari Ahlus Sunnah, oleh karena itu Asy- Syahrastani (w.548 H),
seperti dikutip oleh Watt menyebutkan sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut :
1. Murji’ah – Khawarij.
2. Murji’ah – Qadariah.
3. Murji’ah – Jabariah.
4. Murji’ah Murni.
5. Murji’ah Sunni (tokohnya adalah Abu Hanifah)
10

Sementara itu, Muhammad Imarah menyebukan 12 sekte Murji’ah yaitu :


1. Al- Jahmiyah, pengikut Jahm bin Shafwan.
2. Ash – Salihiyah pengikut Abu Musa Ash-Shalahiy.
3. Al-Yunusiyah pengikut Yunus As- Samary.
4. Asy-Syamriayah, pengikut Abu Samr dan Yunus.
5. Asy- Syawbaniyah, pengikut Abu Syawban.
6. Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan Al- Ghailan bin Marwan Ad-Dimsaq.
7. An- Najariyah, pengikut Al- Husain bin Muhammad An-Najr.
8. Al- Hanafiyah, pengikut Abu Hanifah an-Nu’man.
9. Asy-Syabibyah, pengikut Muhammad bin Syabib.
10. Al-Mu’aziyah, pengikut Muadz ath-Thaumi.
11. Al-Murisiyah, pengikut Basr al-Murisy.
12. Al-Karimiyah, pengikut Muhammad bin Karam As- Sijiztany.

Harun Nasution secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah menjadi


dua sekte, yaitu golongan moderat dan golongan ekstrim. Murji’ah moderat
berpendirian bahwa pendosa besar tetap mukmin. Tidak kafir tidak pula kekal
dalam neraka. Mereka disiksa sebesar dosanya dan bila diampuni Allah sehingga
tidak masuk neraka. Iman adalah pengetahuan tentang Tuhan dan rasul –
rasulnya-Nya serta apa saja yang datang dari-Nya secara keseluruhan namun garis
besar iman tidak pula bertambah dan tidak pula berkurang. Tak ada perbedaan
manusia dalam hal ini, penggagas pendirian ini adalah Al-hasan bin Muhammad
bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan beberapa ahli Hadits.
Adapun yang termasuk kelompok ekstrem yaitu:
1. Al- Jahmiyah, kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya berpendapat
bahwa orang yang percaya pada Tuhan dan menyatakan kekufurannya secara
lisan tidak menjadi kafir karena iman dan kufur tempatnya didalam hati, bukan
bagian lain dalam tubuh manusia.
2. Shalihiyah, kelompok Abu Hasan Ash-Shalihy, berpendapat iman adalah
mengetahui Tuhan dan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Shalat bukan merupakan
ibadah kepada Allah SWT.karena yang disebut ibadah adalah iman kepada-
Nya, dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa dan haji bukanlah
11

ibadah, melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan


ibadah kepada Allah, yang disebut ibadah hanya iman.
3. Yunusiyah dan Ubaidiyah, menyatakan bahwa melakukan maksiat dan
perkerjan jahat tidak merusak iman seseorang. Mati dalam iman, dosa dan
perbuatan jahat yang dikerjakan tidak merugikan bagi yang melakukan. Dalam
hal ini, Muqatil bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau
sedikit tidak merusak iman seseorng sebagai musyrik atau polities.
4. Hasaniyah, menyebutkan bahwa jika sesorang mengatakan, “Saya tahu Tuhan
melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu
adalah kambing ini.orang tersebut tetap mukmin bukan kafir.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Murji’ah yakni orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang
yang bersengketa yaitu Ali dan Mu’awiyyah serta pasukannya dihari kiamat
kelak. Kaum murji’ah sangat membenci dengan hal-hal yang berbau politik dan
kekhalifahan maka dari itu kaum murji’ah dikenal dengan kelompok bungkam.
Ajaran yang sangat penting menurut kaum murji’ah adalah tentang pelaku dosa
besar dan iman.
Secara garis besar murji’ah menjadi dua kelompok yaitu golongan
moderat dan golongan ekstrim. Murjiah moderat berpendirian bahwa pendosa
besar tetap mukmin, tidak kafit dan tidak pula kekal dalam neraka. Mereka disiksa
sebesar dosanya dan bila di ampini Allah sehingga tidak masuk neraka. Adapun
yang termasuk murji’ah ekstrim adalah orang yang percaya pada tuhan dan
menyatakan kekufurannya secara lisan tidak menjadi kafir karna imam dan kufur
tempatnya di dalam hati bukan bagian lain dari tubuh manusia.

3.2. Saran
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Dengan keterbatasan pengetahuan penulis juga menyadari ketidak sempurnaan
pada makalah ini, maka dari itu penulis berharap untuk diberikan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul. Maman Abdul Djaliel. Rosihin Anwar. 2016. ILMU KALAM.
Bandung : CV PUSTAKA SETIA.
Yusuf, Muhammad. Faridah Faridah. Laessaach M. Pakatuwo. 2021. AL-
KHWARIJ DAN ALI-MURI’AH (SEJARAH MUNCULNYA DAN POKO
AJARANYA) : Jurnal Tekhnologi Pendidikan Islam Volume 01 Nomor 02
(hlm. 10-13).
https://e-journal.iai-al-azhaar.ac.id/index.php/teknoaulama/index

13

Anda mungkin juga menyukai