Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam dan Tasawuf
DOSEN PENGAMPU:
Muhammad Idris,M.Pd
Di susun Oleh :
Berkat nikmat juga hidayah serta izin Allah, kami ucapkan Syukur Alhamdulillah.
Shalawat serta salam dengan penuh penghormatan Kepada junjungan kami Rasulullah
Shalallahu‘AlaihiWassallam, dan atas dukungan dari orang tua serta keluarga kami ,akhirnya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Kalam dan Tasawuf. Kami menyadari bahwa
tulisan dalam makalah “Sejarah Perkembangan Aliran Murji’ah” ini masih jauh dari
sempurna, kekurangan dan kesalahan baik Dalam bentuk penulisan maupun pengambilan
kaidah bahasa yang kurang baik, kami mohon diberi kelapangan dan permakluman.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami milik. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
C. Sekte-sekte Murji’ah......................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah wafatnya Rasulullah mulai timbul banyaknya pergejolakan yang timbul dalam
kalangan umat. Setiap Pemerintah atau Khalifah yang berkuasa berusaha untuk meminimalisir
dari pemberontakan tersebut.Dari gejolak yang timbul dari umat menimbulkan berbagai
firqoh (kaum) dalam kalangan umat Islam sendiri. Salah satu firqoh tersebut ialah kelompok
Murji’ah. Dalam konteks historis lahirnya Murjiah pada akhir abad pertama Hijrah pada saat
Ibukota kerajaan Islam dari Madinah pindah ke Kuffah kemudian pindah lagi ke Damaskus.
Ini dipicunya adanya pergejolakan yang timbul dalam politik imamah atau khilafat pada masa
kekhalifahan Utsman bin Affan yang kemudian berkelanjutan pada masa khalifah Ali bin Abi
Thalib. Sehingga pada tragedi terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan yang dilakukan oleh
Abdullah bin Salam menjadi pembuka yang dinyatakan kaum Muslimin membuka bencana
Aliran Murji’ah yang lahir memiliki pemikiran tersendiri dalam berperndapat yang mana
menjadi pegangan tersendiri dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Kaum murji’ah
adalah kaum yang tidak mau turut campur dalam pertentangan antara kaum yang keluar dari
ali dan setia pada ali dan menyerahkan penentuan kafir atau tidaknya kaum yang bertentangan
3
A.Rumusan Masalah
B.Tujuan Pembahasan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kata murji’ah berasal dari kata Arab arja’a yang artinya bisa bermacam-macam yaitu:
1. Menunda (menangguhkan),
2. Memberi harapan
3. Mengesampingkan.
Murji’ah dalam arti menunda (menangguhkan) maksudnya adalah bahwa dalam menghadapi
sahabat-sahabat yang bertentangan, mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa yang bersalah,
tetapi mereka menunda dan menangguhkan penyelesaian persoalan tersebut di hari akhirat
Murji’ah dengan arti memberi harapan, maksudnya adalah bahwa orang-orang islam yang
berbuat dosa besar tidak menyebabkan mereka menjadi kafir. Mereka tetap mukmin dan tetap
mendapatkan rahmat Allah meskipun mereka harus masuk lebih dahulu dalam neraka karena
perbuatan dosanya. Namun murji’ah diberikan untuk golongan ini karena mereka memberi
ini menganggap yang penting dan di utamakan adalah iman, sedangkan amal perbuatan hanya
merupakan soal kedua, yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang adalah imannya
bukan perbuatannya. Dengan demikian, iman lebih penting dibandinkan perbuatan, sedangkan
perbuatan dikesampingkan.[3]
Aliran ini di sebut murji’ah karena menunda penyelesaian permasalahan antara Ali ibn Abi
Thalib dan Muawiyyah Ibn Abi Sufyan dan Khawarij ke hari perhitungan di akhirat nanti.
Aliran ini menyatakan bahwa orang yang berdosa tetap mukmin selama masih beriman
5
kepada Allah SWT dan Rasul Nya. Sedangkan orang yang melakukan dosa besar, orang
Aliran ini muncul dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal khilafah (kekhalifahan).
Setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, umat islam pada masa itu terpecah kedalam
tiga kelompok yaitu golongan Khawarij, Syiʻah dan Muawiyah. Dalam merebut kekuasaan,
merebut kekuasaan yang seharusnya milik Ali dan keturunannya. Seperti arti dari murji’ah
yang ketiga adalah mengesampingkan, jadi golongan murji’ah berpendapat bahwa yang
terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Walaupun
seseorang telah melakukan dosa besar, selama masih meyakini bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad utusanNya, maka ia tetap dianggap mukmin bukan kafir, adapun
mengenai dosa yang dilakukannya terserah Allah akan diampuni atau tidak, pendapat ini
menjadi doktrin ajaran murjiah, dan pendapat ini berlawanan dengan pendapat kaum khawarij
yang menyatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir.Pendapat yang seperti ini
dapat disimpulkan bahwa yang terpenting dan yang paling diutamakan bagi golongan
murji’ah adalah iman, sedangkan perbuatan merupakan soal kedua. Jadi, yang menentukan
seseorang itu mukmin atau kafir adalah kepercayaan atau keimanannya saja, dan bukan
perbuatan dan amalannya. Akibat dari pendapat yang demikian yang menganggap bahwa
perbuatan itu tidak penting membawa golongan murjiah ini kedalam beberapa paham-paham
yang ekstrim.
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a
yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun Teologis.Dalam
bidang politik doktrin irja diimplementasikan dengan sikap netral atau non blok, yang mana
6
hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Oleh karena itulah kelompok Murji’ah
The Queietists (kelompok bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh sehingga
Sedangkan dalam bidang Teologis, doktrin irja dikembangkan Murji’ah ketika menanggapi
masalah-masalah Teologis yang muncul pada saat itu. Seperti masalah iman, dosa besar, dan
kufur.
Berkaitan dengan doktrin Murji’ah, Harun Nasution menyebutkan empat ajaran pokoknya,
yaitu:
1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ary yang
2. Menyerahkan keputusan Kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.
4. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan
Masih berkaitan dengan doktrin Murji’ah, W. Montgomery Wattt merincinya sebagai berikut:
akhirat kelak.
2. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat Khulafaur Rasyidin.
3. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk memperoleh
Doktrin Murji’ah tidak akan menetap terus di neraka, jika di dalam hatinya masih ada setitik
iman. Hal ini di landaskan Jawaban Nabi, suatu ketika ada seorang sahabat bertanya kepada
Nabi. “Ya Rasulullah di mana letak iman itu?”. Nabi menjawab: و ناIا هI( ا ال ما ن هIman di
7
Inilah yang melatarbelakangi pemikiran aliran Murji’ah, yang berbeda dengan apa yang kita
yakini saat ini. Karena Murji’ah memahami/ menafsirkan al-Quran dan al-Hadits apa adanya
sesuai dengan kemampuan mereka. Hal itu menyebabkan orang menjadi permisif (tidak takut
dengan dosa), karena dosa sebesar apapun kelak di akhirat masih berkesempatan masuk surga.
C. Sekte-sekte Murji’ah
Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah itu sendiri tampaknya dipicu oleh
1. Murji’ah Khawarij
2. Murji’ah Qadariyah
Mereka adalah orang yang dipimpin oleh Ghilan Ad Damsyiki sebutan mereka Al Ghilaniah
8
3. Murji’ah Jabariyah
Mereka adalah Jahmiyyah (para pengikut Jahm bin Shafwan), Mereka hanya mencukupkan
diri dengan keyakinan dalam hati saja .Dan menurut mereka maksiat itu tidak berpengaruh
pada iman dan bahwasanya ikrar dengan lisan dan amal bukan dari iman.
4. Murji’ah Murni
5. Murji’ah Sunni
Mereka adalah para pengikut Hanafi, termasuk di dalamnya adalah Abu Hanifah dan gurunya
Hammad bin Abi Sulaiman juga orang-orang yang mengikuti mereka dari golongan Murji’ah
Kufah dan yang lainnya. Mereka ini adalah orang-orang yang mengakhirkan amal dari
hakekat iman.
Sedangkan Harun Nasution, secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah hanya menjadi
1. Murji’ah Moderat, adalah iman cukup dengan membenarkan dalam hati (Tashdiqun bil
Qalbi) dan diucapkan dengan lisan (Ikrarun bil Lisan), tidak perlu mengaplikasikannya ke
dalam perbuatan (‘Amalun bil Jawarir). Murji’ah Moderat berpendirian bahwa pendosa besar
tetap mukmin, tidak kafir, dan tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebesar
dosanya dan apabila diampuni oleh Allah tidak akan masuk neraka lagi sama sekali.
Mengenai Iman Murji’ah Moderat berpendapat bahwa Iman adalah pengetahuan tentang
Tuhan dan Rasul-Rasul-Nya serta apa saja yang dating dari Allah secara keseluruhan namun
dalam garis besar. Iman seseorang tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Penggagas
Murji’ah Moderat adalah Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Thalib, Abu Hanifah, Abu
2. Murji’ah Ekstrim, adalah Iman cukup hanya dengan membenarkan dalam hati saja. Tidak
perlu pengucapan dengan lisan dan pengaplikasian ke dalam perbuatan. Murji’ah Ekstrim
9
Yang mana pandangan tiap-tiap kelompok itu dijelaskan sebagai berikut:
a. Al-Jahmiyah
Kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya, berpandangan bahwa orang yang percaya
kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir karena
iman dan Kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain dalam tubuh manusia.
b. Ash-Shalihiyah
Kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa Iman adalah mengetahui Tuhan,
sedangkan Kufur adalah tidak tahu Tuhan. Sholat bukan merupakan ibadah kepada Allah,
karena yang disebut ibadah adalah iman kepada Allah dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu
juga dengan zakat, puasa, dan haji bukanlah ibadah melainkan sekedar menggambarkan
kepatuhan saja.
Kelompok ini berpandangan bahwa melakukan maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak
iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan
tidaklah merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman
berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorang sebagai
musyrik.
d. Al-Hasaniyah
Kelompok ini menmyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan, “saya tahu Tuhan melarang
makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini”.
Maka orang tersebut tetap mukmin bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan, “saya
tahu Tuhan mewajibkan naik Haji ke Ka’bah bagi yang mampu, tetapi saya tidak tahu apakah
BAB III
10
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa
(yakni Ali dan Muawiyah serta pengikut masing-masing) kelak di hari kiamat.
Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a
yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun Teologis.
Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji’ah adalah: Pertama, Pengakuan iman cukup
hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak dituntut membuktikan keimanan dalam
perbuatan sehari-hari. Ini merupakan sesuatu yang janggal dan sulit diterima kalangan
Murji’ah sendiri, karena iman dan amal perbuatan dalam Islam merupakan satu kesatuan.
Kedua, Selama meyakini dua Kalimah Syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak
dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya Allah
Sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah terdapat banyak sekali perbedaan antar peneliti yang
satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, pada dasarnya terbagi menjadi dua sekte, yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
11
Abri, Ali. 1997. Ilmu Kalam. Pekanbaru: CV. Fajar Harapan
Ahmad, Muhammad. H. Drs, Tauhid Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia , Bandung, 1998.
Abu Zahrah, Imam Muhammad. 1996. Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam.
(Jakarta: Logos)
Harun Rozak, Abdul. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia
Hadariansyah Ab.Pemikir-pemikir teologi dalam Sejarah Pemikir Islam. Banjarmasin:
Antasari Press, 2008.
Hanafi,Ahmad. Teologi Islam/Ilmu Kalam. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1974.
Ibn ‘Abd Al-karim, Muhammad. Al-Syahrastani, Ahmad. 2004. Al-Milal wa Al-Nihal:
Aliran-aliran Teologi dalam Islam. Bandung: Mizan Pustaka.
Mulyono dan Bashori. Studi Ilmu Tauhid atau Kalam.Malang: UIN Maliki Press,
2010.
Nasution, Harun.Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI-
Press, 1986.
---------------------1972. Teologi Islam. Jakarta: UI Press
Syihab, Z.A. 2004. Akidah Ahlus Sunnah. Jakarta: Bumi Aksara
Kholid Syamhudi, Pengaruh Buruk Pemikiran Murji’ah, 2008, http://almanhaj.or.id/ diakses
tanggal 15 September 2015
12