Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU KALAM DAN TASAWUF

“ Sejarah Perkembangan Aliran Murji’ah”

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam dan Tasawuf

DOSEN PENGAMPU:

Muhammad Idris,M.Pd

Di susun Oleh :

1. M. Navis Maulana Habsji (2031710149)


2. Muhammad Raihan (2031710001)
3. Kholifatur Rohmah (2031710062)
4. Dela Andriani (2031710125)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH 3


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA
TAHUN 2021
Kata pengantar

Berkat nikmat juga hidayah serta izin Allah, kami ucapkan Syukur Alhamdulillah.

Shalawat serta salam dengan penuh penghormatan Kepada junjungan kami Rasulullah

Shalallahu‘AlaihiWassallam, dan atas dukungan dari orang tua serta keluarga kami ,akhirnya

kami dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Kalam dan Tasawuf. Kami menyadari bahwa

tulisan dalam makalah “Sejarah Perkembangan Aliran Murji’ah” ini masih jauh dari

sempurna, kekurangan dan kesalahan baik Dalam bentuk penulisan maupun pengambilan

kaidah bahasa yang kurang baik, kami mohon diberi kelapangan dan permakluman.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya ilmu dan pengetahuan yang kami milik. Oleh karena itu kami

mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari

berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

kita semua teruntuk bagi dunia pendidikan.

Samarinda, 28 Februari 2021

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................3

B. Rumusan Masalah..........................................................................................4

C. Tujuan Pembahasan........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Murji’ah.........................................................................5

B. Doktrin-doktrin Pokok Murji’ah....................................................................7

C. Sekte-sekte Murji’ah......................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah wafatnya Rasulullah mulai timbul banyaknya pergejolakan yang timbul dalam

kalangan umat. Setiap Pemerintah atau Khalifah yang berkuasa berusaha untuk meminimalisir

dari pemberontakan tersebut.Dari gejolak yang timbul dari umat menimbulkan berbagai

firqoh (kaum) dalam kalangan umat Islam sendiri. Salah satu firqoh tersebut ialah kelompok

Murji’ah. Dalam konteks historis lahirnya Murjiah pada akhir abad pertama Hijrah pada saat

Ibukota kerajaan Islam dari Madinah pindah ke Kuffah kemudian pindah lagi ke Damaskus.

Ini dipicunya adanya pergejolakan yang timbul dalam politik imamah atau khilafat pada masa

kekhalifahan Utsman bin Affan yang kemudian berkelanjutan pada masa khalifah Ali bin Abi

Thalib. Sehingga pada tragedi terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan yang dilakukan oleh

Abdullah bin Salam menjadi pembuka yang dinyatakan kaum Muslimin membuka bencana

baginya yang tidak akan tetutup sampai hari Kiamat.[1]

Aliran Murji’ah yang lahir memiliki pemikiran tersendiri dalam berperndapat yang mana

menjadi pegangan tersendiri dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Kaum murji’ah

adalah kaum yang tidak mau turut campur dalam pertentangan antara kaum yang keluar dari

ali dan setia pada ali dan menyerahkan penentuan kafir atau tidaknya kaum yang bertentangan

tadi kepada Tuhan.

3
A.Rumusan Masalah

A. Bagaimana Sejarah Munculnya Murji’ah ?

B. Apa Saja Doktrin-Dokrin Pokok Murji’ah?

C. Apa Saja Sekte-Sekte Murji’ah?

B.Tujuan Pembahasan

1. Agar mengetahui bagaimana sejarah munculnya murji’ah

2. Memaaparkan doktrin-doktrin yang ada dalam murji’ah

3. Menjelaskan ajaran-ajaran dari sekte aliran murjiah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah munculnya murji’ah

Kata murji’ah berasal dari kata Arab arja’a yang artinya bisa bermacam-macam yaitu:

1. Menunda (menangguhkan),

2. Memberi harapan

3. Mengesampingkan.

Murji’ah dalam arti menunda (menangguhkan) maksudnya adalah bahwa dalam menghadapi

sahabat-sahabat yang bertentangan, mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa yang bersalah,

tetapi mereka menunda dan menangguhkan penyelesaian persoalan tersebut di hari akhirat

kelak di hadapan Allah Swt.

Murji’ah dengan arti memberi harapan, maksudnya adalah bahwa orang-orang islam yang

berbuat dosa besar tidak menyebabkan mereka menjadi kafir. Mereka tetap mukmin dan tetap

mendapatkan rahmat Allah meskipun mereka harus masuk lebih dahulu dalam neraka karena

perbuatan dosanya. Namun murji’ah diberikan untuk golongan ini karena mereka memberi

pengharapan bagi orang yang berdosa besar untuk masuk surga.

Sedangkan murji’ah dalam pengertian mengesampingkan maksudnya adalah bahwa golongan

ini menganggap yang penting dan di utamakan adalah iman, sedangkan amal perbuatan hanya

merupakan soal kedua, yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang adalah imannya

bukan perbuatannya. Dengan demikian, iman lebih penting dibandinkan perbuatan, sedangkan

perbuatan dikesampingkan.[3]

Aliran ini di sebut murji’ah karena menunda penyelesaian permasalahan antara Ali ibn Abi

Thalib dan Muawiyyah Ibn Abi Sufyan dan Khawarij ke hari perhitungan di akhirat nanti.

Aliran ini menyatakan bahwa orang yang berdosa tetap mukmin selama masih beriman

5
kepada Allah SWT dan Rasul Nya. Sedangkan orang yang melakukan dosa besar, orang

tersebut di akhirat baru ditentukan hukuman nya.

Aliran ini muncul dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal khilafah (kekhalifahan).

Setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, umat islam pada masa itu terpecah kedalam

tiga kelompok yaitu golongan Khawarij, Syiʻah dan Muawiyah. Dalam merebut kekuasaan,

kelompok muawiyyah membentuk Dinasti Umayyah. Syiʻah dan Khawarij sama-sama

menentang kekuasaannya. Syiʻah menentang Muawiyyah karena menuduh Muawiyyah

merebut kekuasaan yang seharusnya milik Ali dan keturunannya. Seperti arti dari murji’ah

yang ketiga adalah mengesampingkan, jadi golongan murji’ah berpendapat bahwa yang

terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Walaupun

seseorang telah melakukan dosa besar, selama masih meyakini bahwa tiada Tuhan selain

Allah dan Muhammad utusanNya, maka ia tetap dianggap mukmin bukan kafir, adapun

mengenai dosa yang dilakukannya terserah Allah akan diampuni atau tidak, pendapat ini

menjadi doktrin ajaran murjiah, dan pendapat ini berlawanan dengan pendapat kaum khawarij

yang menyatakan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir.Pendapat yang seperti ini

dapat disimpulkan bahwa yang terpenting dan yang paling diutamakan bagi golongan

murji’ah adalah iman, sedangkan perbuatan merupakan soal kedua. Jadi, yang menentukan

seseorang itu mukmin atau kafir adalah kepercayaan atau keimanannya saja, dan bukan

perbuatan dan amalannya. Akibat dari pendapat yang demikian yang menganggap bahwa

perbuatan itu tidak penting membawa golongan murjiah ini kedalam beberapa paham-paham

yang ekstrim.

B. Doktrin-dokrin pokok murji’ah

Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a

yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun Teologis.Dalam

bidang politik doktrin irja diimplementasikan dengan sikap netral atau non blok, yang mana

6
hampir selalu diekspresikan dengan sikap diam. Oleh karena itulah kelompok Murji’ah

dikenal dengan sebutan

The Queietists (kelompok bungkam). Sikap ini akhirnya berimplikasi begitu jauh sehingga

membuat Murji’ah selalu diam dalam persoalan politik.

Sedangkan dalam bidang Teologis, doktrin irja dikembangkan Murji’ah ketika menanggapi

masalah-masalah Teologis yang muncul pada saat itu. Seperti masalah iman, dosa besar, dan

kufur.

Berkaitan dengan doktrin Murji’ah, Harun Nasution menyebutkan empat ajaran pokoknya,

yaitu:

1. Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash, dan Abu Musa Al-Asy’ary yang

terlibat tahkim dan menyerahkannya kepada Allah kelak di hari kiamat.

2. Menyerahkan keputusan Kepada Allah atas orang muslim yang berdosa besar.

3. Meletakkan/ mementingkan iman daripada amal.

4. Memberikan pengharapan kepada muslim yang berdosa besar untuk memperoleh ampunan

dan rahmat dari Allah.

Masih berkaitan dengan doktrin Murji’ah, W. Montgomery Wattt merincinya sebagai berikut:

1. Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah memutuskannya di

akhirat kelak.

2. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat Khulafaur Rasyidin.

3. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar untuk memperoleh

ampunan dan Rahmat Allah.

Doktrin Murji’ah tidak akan menetap terus di neraka, jika di dalam hatinya masih ada setitik

iman. Hal ini di landaskan Jawaban Nabi, suatu ketika ada seorang sahabat bertanya kepada

Nabi. “Ya Rasulullah di mana letak iman itu?”. Nabi menjawab: ‫و نا‬I‫ا ه‬I‫( ا ال ما ن ه‬Iman di

dalam Hati) sambil Nabi Menunjuk dada Beliau.

7
Inilah yang melatarbelakangi pemikiran aliran Murji’ah, yang berbeda dengan apa yang kita

yakini saat ini. Karena Murji’ah memahami/ menafsirkan al-Quran dan al-Hadits apa adanya

sesuai dengan kemampuan mereka. Hal itu menyebabkan orang menjadi permisif (tidak takut

dengan dosa), karena dosa sebesar apapun kelak di akhirat masih berkesempatan masuk surga.

C. Sekte-sekte Murji’ah

Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah itu sendiri tampaknya dipicu oleh

perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan para pendukung Murji’ah sendiri.

Muhammad Imarah menyebutkan sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut:

1. Al-Jahmiyah, pengikut Jahm bin Shufwan

2. Ash-Shalihiyah, pengikut Abu Musa Ash-Shalihi

3. Al-Yunushiyah, pengikut Yunus as-Samary

4. As-Samriyah, pengikut Abu Samr dan Yunus

5. Asy-Syaubaniyah, pengikut Abu Syauban

6. Al-Ghailaniyah, pengikut Abu Marwan al-Ghailan bin Marwan ad-Dimsaqy

7. An-Najariyah, pengikut al-Husain bin Muhammad an-Najr

8. Al-Hanafiyah, pengikut Abu Hanifah an-Nu’man

9. Asy-Syabibiyah, pengikut Muhammad bin Syabib

10. Al-Mu’aziyah, pengikut Muadz ath-Thaumi

11. Al-Murisiyah, pengikut Basr al-Murisy

12. Al-Karamiyah, pengikut Muhammad bin Karam as-Sijistany

Adapun Ash-Syarastani menyebutkan Sekte-sekte Murji’ah sebagai berikut:

1. Murji’ah Khawarij

Mereka adalah Syabibiyyah dan sebagian kelompok Shafariyyah yang tidak

mempermasalahkan pelaku dosa besar.

2. Murji’ah Qadariyah

Mereka adalah orang yang dipimpin oleh Ghilan Ad Damsyiki sebutan mereka Al Ghilaniah

8
3. Murji’ah Jabariyah

Mereka adalah Jahmiyyah (para pengikut Jahm bin Shafwan), Mereka hanya mencukupkan

diri dengan keyakinan dalam hati saja .Dan menurut mereka maksiat itu tidak berpengaruh

pada iman dan bahwasanya ikrar dengan lisan dan amal bukan dari iman.

4. Murji’ah Murni

Mereka adalah kelompok yang oleh para ulama diperselisihkan jumlahnya.

5. Murji’ah Sunni

Mereka adalah para pengikut Hanafi, termasuk di dalamnya adalah Abu Hanifah dan gurunya

Hammad bin Abi Sulaiman juga orang-orang yang mengikuti mereka dari golongan Murji’ah

Kufah dan yang lainnya. Mereka ini adalah orang-orang yang mengakhirkan amal dari

hakekat iman.

Sedangkan Harun Nasution, secara garis besar mengklasifikasikan Murji’ah hanya menjadi

dua Sekte, yaitu:

1. Murji’ah Moderat, adalah iman cukup dengan membenarkan dalam hati (Tashdiqun bil

Qalbi) dan diucapkan dengan lisan (Ikrarun bil Lisan), tidak perlu mengaplikasikannya ke

dalam perbuatan (‘Amalun bil Jawarir). Murji’ah Moderat berpendirian bahwa pendosa besar

tetap mukmin, tidak kafir, dan tidak pula kekal di dalam neraka. Mereka disiksa sebesar

dosanya dan apabila diampuni oleh Allah tidak akan masuk neraka lagi sama sekali.

Mengenai Iman Murji’ah Moderat berpendapat bahwa Iman adalah pengetahuan tentang

Tuhan dan Rasul-Rasul-Nya serta apa saja yang dating dari Allah secara keseluruhan namun

dalam garis besar. Iman seseorang tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Penggagas

Murji’ah Moderat adalah Al-Hasan bin Muhammad bin Ali bin Thalib, Abu Hanifah, Abu

Yusuf, dan beberapa Ahli Hadist lainnya.

2. Murji’ah Ekstrim, adalah Iman cukup hanya dengan membenarkan dalam hati saja. Tidak

perlu pengucapan dengan lisan dan pengaplikasian ke dalam perbuatan. Murji’ah Ekstrim

terdiri dari: Al-Jahmiyah, Ash-Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, dan Al-Hasaniyah.

9
Yang mana pandangan tiap-tiap kelompok itu dijelaskan sebagai berikut:

a. Al-Jahmiyah

Kelompok Jahm bin Shafwan dan para pengikutnya, berpandangan bahwa orang yang percaya

kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan, tidaklah menjadi kafir karena

iman dan Kufur itu bertempat di dalam hati bukan pada bagian lain dalam tubuh manusia.

b. Ash-Shalihiyah

Kelompok Abu Hasan Ash-Shalihi, berpendapat bahwa Iman adalah mengetahui Tuhan,

sedangkan Kufur adalah tidak tahu Tuhan. Sholat bukan merupakan ibadah kepada Allah,

karena yang disebut ibadah adalah iman kepada Allah dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu

juga dengan zakat, puasa, dan haji bukanlah ibadah melainkan sekedar menggambarkan

kepatuhan saja.

c. Al-Yunusiyah dan Al-Ubaidiyah

Kelompok ini berpandangan bahwa melakukan maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak

iman seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang dikerjakan

tidaklah merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini, Muqatil bin Sulaiman

berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit tidak merusak iman seseorang sebagai

musyrik.

d. Al-Hasaniyah

Kelompok ini menmyebutkan bahwa jika seseorang mengatakan, “saya tahu Tuhan melarang

makan babi, tetapi saya tidak tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini”.

Maka orang tersebut tetap mukmin bukan kafir. Begitu pula orang yang mengatakan, “saya

tahu Tuhan mewajibkan naik Haji ke Ka’bah bagi yang mampu, tetapi saya tidak tahu apakah

Ka’bah itu di India atau tempat lain”.

BAB III

10
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Murji’ah artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa

(yakni Ali dan Muawiyah serta pengikut masing-masing) kelak di hari kiamat.

Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya bersumber dari gagasan atau doktrin irja atau arja’a

yang diaplikasikan dalam banyak persoalan, baik persoalan politik maupun Teologis.

Diantaranya, Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah

memutuskannya di akhirat kelak.

Secara garis besar, ajaran-ajaran pokok Murji’ah adalah: Pertama, Pengakuan iman cukup

hanya dalam hati. Jadi pengikut golongan ini tak dituntut membuktikan keimanan dalam

perbuatan sehari-hari. Ini merupakan sesuatu yang janggal dan sulit diterima kalangan

Murji’ah sendiri, karena iman dan amal perbuatan dalam Islam merupakan satu kesatuan.

Kedua, Selama meyakini dua Kalimah Syahadat, seorang Muslim yang berdosa besar tak

dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, artinya hanya Allah

yang berhak menjatuhkannya di akhirat.

Sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah terdapat banyak sekali perbedaan antar peneliti yang

satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, pada dasarnya terbagi menjadi dua sekte, yaitu:

Murji’ah Moderat dan Murji’ah Ekstrim.

DAFTAR PUSTAKA

11
Abri, Ali. 1997. Ilmu Kalam. Pekanbaru: CV. Fajar Harapan
Ahmad, Muhammad. H. Drs, Tauhid Ilmu Kalam, CV Pustaka Setia , Bandung, 1998.
Abu Zahrah, Imam Muhammad. 1996. Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam.
(Jakarta: Logos)
Harun Rozak, Abdul. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia
Hadariansyah Ab.Pemikir-pemikir teologi dalam Sejarah Pemikir Islam. Banjarmasin:
Antasari Press, 2008.
Hanafi,Ahmad. Teologi Islam/Ilmu Kalam. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1974.
Ibn ‘Abd Al-karim, Muhammad. Al-Syahrastani, Ahmad. 2004. Al-Milal wa Al-Nihal:
Aliran-aliran Teologi dalam Islam. Bandung: Mizan Pustaka.
Mulyono dan Bashori. Studi Ilmu Tauhid atau Kalam.Malang: UIN Maliki Press,
2010.
Nasution, Harun.Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI-
Press, 1986.
---------------------1972. Teologi Islam. Jakarta: UI Press
Syihab, Z.A. 2004. Akidah Ahlus Sunnah. Jakarta: Bumi Aksara
Kholid Syamhudi, Pengaruh Buruk Pemikiran Murji’ah, 2008, http://almanhaj.or.id/ diakses
tanggal 15 September 2015

12

Anda mungkin juga menyukai