Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKIDAH ILMU KALAM

SEJARAH DAN PEMIKIRAN SEKTE MURJIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akidah Ilmu Kalam
Jurusan Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu Drs. Deden Rohandi, M.Pd.

Kelas PAI 1A
Kelompok 4

Abdul Rasyid
Mita Aulia
Najmi Munawar
Nunik Octavia Nurqolby

FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL AZHARY
CIANJUR
2022 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan idayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Aliran Murji’ah”. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan
refrensi dan pengarahan dari berbagi pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat untuk
semua pihak yang membaca.

Cianjur, 27 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................4
D. Metode Penulisan............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Sejarah Kelahiran Murjiah..............................................................................................5
B. Aliran-alian dalam Murji’ah dan Pemikirannya.............................................................6
C. Pengaruh Aliran Murji’ah...............................................................................................9
D. Analisis Penulis.............................................................................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
A. Simpulan.......................................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah wafat nya Nabi Muhammad Saw, dalam ajaran islam banyak ditemukan
aliran- aliran dan teologi-teologi. jika sebelumnya semua masalah dikembalikan pada beliau,
maka setelah Nabi wafat Al-Qur’ān  dan hadith menjadi pegangan. Namun, masalah semakin
komplit dan Al-Qur’ān  masih sangat universal. Interpretasipun dilakukan dan menjadi
pegangan. Sebagai hasil sebuah pemikiran, lahirlah berbagai perbedaan dari rujukan yang
sama.

Aliran murji’ah merupakan salah satu aliran teologi islam yang muncul pada abad
pertama hijriah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi menurut Syahristani
dalam bukunya bahwa orang pertama yang membawa paham ini adalah Gailan ad-Dimasyqi.

Sebagaimana halnya dengan kaum khawarij dan syiʻah, murji’ah pada mulanya juga
ditimbulkan oleh persoalan politik. Dalam suasana konflik yang ditimbulkan oleh kaum
khawarij dan syiʻah itulah muncul suatu golongan baru yang ingin bersikap netral yang tidak
mau terlibat dalam pertentangan-pertentangan yang terjadi diketika itu dan mengambil sikap
menyerahkan penentuan hukum kafir atau tidak kafirnya orang-orang yang bertentangan itu
kepada Tuhan. Bagi kaum murji’ah mereka yang bertentangan itu merupakan orang-orang
yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar, mereka tidak menyalahkan
siapa yang benar dan siapa yang salah, mereka lebih menyerahkan semua urusan kepada
Allah Swt, untuk mengampuni atau tidak mengampuninya pada hari kiamat kelak.

Keberadaan murji’ah banyak yang belum diketahui, tidak seperti khawarij, syiʻah dan
aliran lain. Keberadaanya sudah lama tenggelam seiring perkembangan Islam. Pencetus dan
pengikut murji’ah ekstrim mungkin harus bertanggung jawab atas semuanya. Karena
merekalah yang membuat murji’ah terkesan negatif dan ditinggalkan pada masa-masa
selanjutnya. Namun, ajaran-ajarannya yang moderat masih banyak  ditemukan walau tidak
dalam murji’ah formal sebagai sebuah aliran.

1
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa pembahasan di atas, maka di dalam makalah ini ada beberapa
pertanyaan yang dapat dirumuskan:
1.      Bagaimana latar belakang sejarah timbulnya murji’ah?
2.      Apakah aliran-aliran dan pokok pemikiran murji’ah?
3.      Bagaimana pengaruh murji’ah?

C. Tujuan Pembahasan

1.      Untuk mengetahui latar belakang sejarah timbulnya murji’ah.


2.      Untuk mengetahui aliran-aliran dan pokok pemikian murji’ah.
3.      Mengetahui pengaruh murji’ah.

D. Metode Penulisan

Makalah ini disusun dengan berpedoman pada buku panduan penulisan Thesis dan
Disertasi yang diterbitkan oleh program pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-
Raniry Darussalam Banda Aceh tahun 2013.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kelahiran Murjiah

Kata murji’ah berasal dari kata Arab arja’a yang artinya bisa bermacam-macam yaitu:

1.      Menunda (menangguhkan),


2.      Memberi harapan
3.      Mengesampingkan.

Murji’ah dalam arti menunda (menangguhkan) maksudnya adalah bahwa dalam


menghadapi sahabat-sahabat yang bertentangan, mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa
yang bersalah, tetapi mereka menunda dan menangguhkan penyelesaian persoalan tersebut di
hari akhirat kelak di hadapan Allah Swt.

Murji’ah  dengan arti memberi harapan, maksudnya adalah bahwa orang-orang islam
yang berbuat dosa besar tidak menyebabkan mereka menjadi kafir. Mereka tetap mukmin dan
tetap mendapatkan rahmat Allah meskipun mereka harus masuk lebih dahulu dalam neraka
karena perbuatan dosanya. Namun murji’ah diberikan untuk golongan ini karena mereka
memberi pengharapan bagi orang yang berdosa besar untuk masuk surga.

Sedangkan murji’ah dalam pengertian mengesampingkan maksudnya adalah bahwa


golongan ini menganggap yang penting dan di utamakan adalah iman, sedangkan amal
perbuatan hanya merupakan soal kedua, yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang
adalah imannya bukan perbuatannya. Dengan demikian, iman lebih penting dibandinkan
perbuatan, sedangkan perbuatan dikesampingkan.

Aliran ini di sebut murji’ah karena menunda penyelesaian permasalahan antara Ali
ibn Abi Thalib dan Muawiyyah Ibn Abi Sufyan dan Khawarij ke hari perhitungan di akhirat
nanti. Aliran ini menyatakan bahwa orang yang berdosa tetap mukmin selama masih beriman
kepada Allah SWT dan Rasul Nya. Sedangkan orang yang melakukan dosa besar, orang
tersebut di akhirat baru ditentukan hukuman nya.

Aliran ini muncul dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu soal khilafah
(kekhalifahan). Setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, umat islam pada masa itu

3
4

terpecah kedalam tiga kelompok yaitu golongan Khawarij, Syiʻah dan Muawiyah. Dalam
merebut kekuasaan, kelompok muawiyyah membentuk Dinasti Umayyah. Syiʻah dan
Khawarij sama-sama menentang kekuasaannya. Syiʻah menentang Muawiyyah karena
menuduh Muawiyyah merebut kekuasaan yang seharusnya milik Ali dan keturunannya.
Sementara itu Khawarij tidak mendukung muawiyyah karena ia dinilai menyimpang dari
ajaran islam. Dalam pertikaian antara ketiga golongan tersebutlah terjadi saling
mengkafirkan, sampai akhirnya muncul sekelompok orang yang menyatakan diri tidak ingin
terlibat dalam pertentangan politik yang terjadi. Kelompok inilah yang kemudian
berkembang menjadi golongan Murji’ah.

Seperti arti dari murji’ah yang ketiga adalah mengesampingkan, jadi golongan
murji’ah berpendapat bahwa yang terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman
dan kemudian amal. Walaupun seseorang telah melakukan dosa besar, selama masih
meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusanNya, maka ia tetap
dianggap mukmin bukan kafir, adapun mengenai dosa yang dilakukannya terserah Allah akan
diampuni atau tidak, pendapat ini menjadi doktrin ajaran murjiah, dan pendapat ini
berlawanan dengan pendapat kaum khawarij yang menyatakan bahwa orang yang berdosa
besar adalah kafir.

Pendapat yang seperti ini dapat disimpulkan bahwa yang terpenting dan yang paling
diutamakan bagi golongan murji’ah adalah iman, sedangkan perbuatan merupakan soal
kedua. Jadi, yang menentukan seseorang itu mukmin atau kafir adalah kepercayaan atau
keimanannya saja, dan bukan perbuatan dan amalannya. Akibat dari pendapat yang demikian
yang menganggap bahwa perbuatan itu tidak penting membawa golongan murjiah ini
kedalam beberapa paham-paham yang ekstrim.

B. Aliran-alian dalam Murji’ah dan Pemikirannya

Dalam perjalanan sejarahnya, aliran ini terpecah menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Golongan moderat ini adalah yang berpegang
pada pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya, tokoh-tokoh nya adalah Hasan bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu yusuf dan beberapa ahli hadist.
Kelompok moderat adalah kelompok yang tetap teguh berpegang pada doktrin murji’ah yang
telah dijelaskan diatas. Sedangkan golongan ekstrim terbagi kedalam beberapa kelompok
diantaranya adalah:
5

1.      Yunusiyyah
Yunusiyyah adalah kelompok yang dipelopori oleh Yunus ibn ‘Aun an-Numairi.
Menurut kelompok ini iman adalah mengenal Allah dengan mentaati semua perintahNya dan
menyerahkan segala urusan kepada Allah dan mencintai Allah dengan sepenuh hati, bersikap
rendah hati dan tidak kufur. Sedangkan kufur adalah kebalikan dari itu. Iblis dikatakan kafir
bukan karena  tidak percaya kepada Allah Swt, melainkan karena ketakaburannya kepada
Allah. Sebagaimana fiman Allah Swt.

‫ابى واستكبر و كان من الكافرين‬


Artinya: … ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir” (Q.S. Al-Baqarah 34).
Menurut Yunus barang siapa yang menanamkan rasa kepatuhan hanya kepada Allah semata
dan mencintai Allah dengan sepenuh hati, sekalipun ia melakukan maksiat, tidaklah hal itu
mengurangi nilai iman dan keikhlasannya kepada Allah, karena mereka meyakini bahwa
perbuatan jahat dan maksiat tidak merusak iman seseorang.

Dari uraian diatas kita telah mengetahui bahwa menurut kelompok ini selama seseorang itu
masih mencintai Allah dengan sepenuh hati, walaupun berbuat maksiat tetap akan masuk
surga, karena yang menyebabkan seseorang itu masuk surga adalah keiklasan dan kecintaan
nya kepada Allah.

2.      Ubaidiyyah
Kelompok ini dipelopori oleh Ubaid al-Muktaib, menurut dia semua dosa selain syirik pasti
akan diampuni. Apabila ada yang meninggal sebagai seorang yang mengesakan (muwahhid),
katanya tidak ada dosa yang telah ia lakukan atau kejahatan yang telah ia kerjakan akan
menghancurkannya.

Jadi dari urain diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok ‘ubaidiyah ini berpendapat hampir
sama dengan  pendapat Yunusiyyah. Akan tetapi mereka mempunyai pendapat yang lain
yang bahwa seseorang yang meninggal dalam keadaan masih memiliki ketauhidan tidak akan
merugikannya, karena perbuatan jahat tidak merusak iman. Begitupun sebaliknya perbuatan
baik yang dilakukan oleh orang-orang kafir tidak akan memperbaiki posisi orang kafir.

3.      Ghassaniyyah
6

Kelompok Al- Ghassaniyyah adalah mereka yang mengikuti ajaran Ghassan Al-Kafi.
Menurut Ghassan, iman adalah pengetahuan ( ma’rifat) kepada Allah dan Rasul. Jika
seseorang mengatakan, saya tahu bahwa Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak tahu
apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini, orang yang demikian tetap mukmin dan
bukan kafir. Dan jika seseorang mengatakan, saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke
ka’bah tetapi saya tidak tau apakah Ka’bah di india atau tempat lain, orang demikian juga
tetap mukmin. Artinya keyakinan-kayakinan seperti itu berada diluar persoalan keimanan,
tidak ada hubungannya dengan iman. Jadi orang tersebut pada dasarnya tidak meragukan hal-
hal tadi, karena setiap orang yang berakal pasti tidak meragukan dimana ka’bah dan pasti
tahu perbedaan antara kambing dan babi.

4.      Tsaubaniyyah
Tsaubaniyyah dipelopori oleh Abu Tsauban  yang berpendapat bahwa iman adalah
pengenalan dan pengakuan lidah kepada Allah, mereka juga menambahkan bahwa yang
termasuk iman adalah mengetahui dan mengakui sesuatu yang menurut akal wajib
dikerjakan. Singkatnya kelompok ini mengakui adanya kewajiban-kewajiban yang dapat
diketahui akal sebelum datangnya syari’at.
Golongan ini juga berpendapat bahwa jika Allah mengampuni seorang pendosa pada hari
kiamat, Ia akan mengampuni setiap pendosa yang beriman yang berada pada posisi yang
sama. sekali lagi, jika Ia mengeluarkan seseorang dari neraka, Ia juga akan mengeluarkan
setiap orang lainnya yang berada pada posisi yang sama.

5.      Shalihiyyah
Shalihiyyah diambil dari nama tokohnya Shalih ibn Umar Al-Shalihi. Menurut paham ini,
iman adalah semata-mata pengenalan kepada Allah sebagai sang pencipta, sedangkan
kekafiran adalah ketidaktahuan terhadap Allah, menurutnya shalat bukan ibadah, kecuali dari
orang yang beriman kepada-Nya, karena ia telah mengenal-Nya. Iman meliputi pengenalan
akan Allah. Ini merupakan kualitas yang tidak terbagi, yang tidak bertambah dan berkurang,
demikian juga kekafiran merupakan kualitas yang tidak terbagi, yang tidak bertambah dan
tidak berkurang.

6.      Marisiyyah
Marisiyyah dipelopori oleh Bisyar Al- Marisy. Paham ini meyakini iman adalah selain
meyakini dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul-Nya juga
7

harus di ucapkan secara lisan, maka tidak dikatakan iman jika tidak diyakini dalam hati dan
di ucapkan secara lisan.

7.      Karamiyyah
Karamiyyah, di rintis oleh Muhammad bin Karram yang mempunyai pendapat bahwa iman
adalah pengakuan secara lisan dan kufur adalah pengingkaran secara lisan. Mukmin dan
kafirnya seseorang dapat diketahui melalui pengakuannya secara lisan.

Sebagai aliran yang berdiri sendiri, kelompok Murji’ah ekstrem sudah tidak didapati lagi
sekarang, walaupun demikian, ajaran-ajarannya dan pengaruh-pengaruhnya masih didapati
pada sebagian umat Islam. Adapun ajaran-ajaran dari kelompok Murjiah moderat, terutama
mengenai pelaku dosa besar serta pengertian iman dan kufur, menjadi ajaran yang umum
disepakati oleh umat Islam.

C. Pengaruh Aliran Murji’ah

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa paham Murjiah banyak yang tidak ditemukan lagi
sebagaimana aliran lain. Bahkan keberadaannya seakan hilang ditelan masa dan hanya tinggal
sejarah. Namun praktik-praktik ajarannya masih banyak kita temukan dikalangan masyarakat
dewasa ini. Hanya saja tidak dinamakan lagi dengan aliran murji’ah, tetapi dinamakan
dengan aliran lain. Walaupun hal ini tidak bisa dipastikan sebagai pengaruh ajaranya, karena
tidak mungkin sesuatu yang tidak saling berinteraksi akan saling mempengaruhi. Namun apa
yang tampak tetap tidak bisa dipungkiri sebagai pengaruh dari ajaran Murji’ah.

Diantara pengaruh-pengaruh yang masih berkembang dewasa ini adalah:

1.      Taklid
Menjadi hal yang biasa ketika ada anak yang lahir dari orang tua muslim juga dikatakan
seorang muslim. Padahal mereka belum tahu tentang apa itu Islam bahkan kadang sampai
masa dewasanya. Khususnya mereka yang dari kecil sangat sedikit mengenyam pendidikan
keagamaan. Mereka Islam hanya ikut-ikutan atau bisa dibilang turunan. Ketika ditanya
tentang agama, mereka begitu antusias menjawab “Islam” bahkan ada yang memberi embel-
embel Ahlu Sunnah Wa Jama’ah tanpa lebih dulu tau akan semuanya. Pada hal dalam aliran
Ahlu Sunnah Wa Al-Jama’ah sendiri tidak diperbolehkan taklid dalam akidah. Kebolehan
8

taklid dalam akidah hanya ditemukan dalam ajaran murji’ah sebagaimana sebagian pendapat
di atas. Secara tidak sadar sebenarnya mereka bukan Ahlu Sunnah Wa Jama’ah.

2.      Penundaan dan penangguhan


Menunda - nunda baik dalam urusan dunia maupun akhirat sudah menjadi kebiasaan dan hal
yang lumrah dan masyarakat sekarang ini. Dalam hal pekerjaan, menunda menyelesaikan
sebuah tugas sudah menjadi biasa. Apalagi dalam hal taubat, begitu banyak dosa dan maksiat
yang dilakukan dan menunggu masa tua untuk bertaubat.

3.      Iman dan Kufur


Sudah diketahui sebelumnya bahwa termasuk salah satu ajaran Murji’ah adalah tidak
berpengaruhnya amal akan keimanan seseorang. Meskipun mereka yang beriman tidak
menjalankan syari’at bahkan menentangnya, mereka tetap tidak kufur dan bisa masuk surga.
Hal ini sudah menjadi pegangan masyarakat dan dalih mereka ketika melakukan dosa atau
bahkan menentang agama. Tidak ada yang berhak memberikan hukuman atau menentukan
iman dan tidak imannya seseorang selain Tuhan sendiri. Dan mereka tetap memiliki bagian di
surga dengan secuil iman meskipun tanpa amal sebagai penghargaan.

4.      Pengampunan Tuhan


Di zaman sekarang, banyak ditemukan orang yang berlebihan dan keterlaluan khususnya
dalam maksiat. Bahkan mereka tidak merasa bahwa apa yang dikerjakan adalah dosa. Mereka
terlalu berlebihan memahami sifat Ghaffar-Nya Allah atau bisa saja dibilang salah paham.
Mereka yang bergelut dengan maksiat ketika ditanya tentang apa yang dilakukannya, akan
menjawab bahwa pengampunan Allah begitu luas dan tidak terbatas. Hal ini bisa saja
merupakan pengaruh Murji’ah ekstrem yang mewajibkan pengampunan Allah terhadap
segala dosa dengan konsep penangguhannya.

D. Analisis Penulis

Aliran murji’ah muncul dalam suasana pertentangan antara muawiyah  Ali, dan
golongan Khawarij. Dan  aliran murji’ah ini merupakan aliran teologi yang meyakini bahwa
amalan tidak mempengaruhi imannya, sehingga banyak orang menyatakan bahwa yang
penting adalah hatinya dalam berbuat kemaksiatan seakan-akan perbuatan tersebut tidak
mempengaruhi keimanan dihatinya. Membuka pintu untuk orang-orang  jahat melakukan
kerusakan dalam agama dan tidak merasa terikat dengan perintah dan larangan syari’at.
9

Sehingga akan memperbesar kerusakan dan kemaksiatan dimasyarakat muslimin. Bahkan


bukan tidak mungkin membuat mereka melakukan kekufuran dan kesyirikan dengan
beralasan itu adalah amalan dan tidak merasa imannya berkurang dan hilang.
Aliran-aliran dan paham-paham murji’ah masih banyak terdapat dikalangan masyarakat
kita dewasa ini, walaupun kebanyakan dari kita tidak menyadarinya karena kurang nya
pemahaman bagaimana yang dikatakan dengan aliran murji’ah itu sebenarnya. Contohnya
seperti yang terdapat dalam aliran murji’ah ekstrim yaitu dalam paham yang dipelopori oleh
Ghassaniyah, yang mengatakan tentang “ saya tahu bahwa Allah telah mengharamkan
memakan daging babi, tetapi saya tidak tahu apakah daging babi yang diharamkan oleh Allah
itu adalah kambing atau sesuatu yang lain. Kalimat-kalimat yang serupa ini masih banyak
terdengar dikalangan masyarakat sekarang, padahal perkataan seperti ini tergolong kedalam
murji’ah yang ekstrim. Dan kita tahu pasti bahwa seseorang yang berakal pasti bisa
membedakan yang mana kambing dan yang mana babi.
Contoh-contoh yang lain juga telah penulis uraikan dalam pembahasan di atas, pada
pengaruh aliran murji’ah seperti taklid, penundaan dan penangguhan, iman dan kufur dan
pengampunan tuhan.
Jadi menurut penulis untuk mengubah pemikiran-pemikiran yang ekstrim seperti itu,
kita harus kembali merujuk kepada sumber dasar agama kita yaitu  Al-Qur’ān  dan hadith.
Agar terhindar dari pemikiran-pemikiran yang menyimpang.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan diatas bahwa aliran Murji’ah yang
terpenting dalam kehidupan beragama adalah aspek iman dan kemudian amal. Jika seseorang
masih beriman, berarti dia tetap mukmin, bukan kafir walaupun ia melakukan dosa besar. Adapun
hukuman bagi dosa besar itu terserah kepada Tuhan, akan diampuni atau tidak. Aliran Murji’ah
ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan
terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal yang dilakukan oleh aliran
khawarij.
Aliran murji’ah terpecah menjadi dua kelompok yaitu kelompok moderat dan kelompok
ekstrim. Kelompok ekstrem terbagi lagi kedalam beberapa kelompok, diantaranya:
1.      Yunusiyyah
2.      Ubaidiyyah
3.      Ghassaniyyah
4.      Tsaubaniyyah
5.      Shalihiyyah
6.      Marisiyyah
7.      Karamiyyah
Pengaruh aliran murji’ah masih sangat banyak kita temukan dikalangan masyarakat dewasa
ini, tetapi tidak dinamakan dengan aliran murji’ah lagi, diantaranya pengaruh-pengaruhnya
adalah sebagai berikut:
1.      Taklid
2.      Penundaan dan penangguhan
3.      Iman dan kufur
4.      Pengampunan Tuhan.

B. Saran

Pada hakikatnya semua aliran tersebut tidaklah keluar dari Islam, tetapi tetap
Islam.Dengan demikian tiap umat Islam bebas memilih salah satu aliran dari aliran-aliran
teologi tersebut, yaitu mana yang sesuai dengan jiwa dan pendapatnya. Hal ini tidak ubahnya
pula dengan kebebasan tiap orang Islam memilih madzab fikih mana yang sesuai dengan jiwa

10
dan kecenderungannya. Disinilah hikmah sabda Nabi Muhammad SAW: “perbedaan paham
dikalangan umatku membawa rahmat”. Memang rahmat besarlah kalau kaum terpelajar

11
11

menjumpai dalamIslam aliran-aliran yang sesuai dengan jiwa dan pembawaannya, dan kalau
pula kaum awam memperoleh dalamnya aliran-aliran yang dapat mengisi kebutuhan
rohaninya.
DAFTAR PUSTAKA

Asy- Syahrastani,  Al-Milal Wa Al-Nihal, terj. Asywadie Syukur,Surabaya: PT. Bina Ilmu,

2006.

Ensiklopedi Islam jilid 3, cet. X, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2002.

Harun Nasution, Teologi Islam,cet V, Jakarta: UI-Press, 2011.

http:// /stevensahid.blogspot.com, diakses 29 oktober 2014 pukul 17.00 wib

Imam Muhammad, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, terj. Abd Rahman Dahlan, cet.

I,Jakarta: logos Publishing House, 1996.

M. Amin Nurdin, Sejarah Pemikiran Islam,cet I, Jakarta: Amzah, 2012

Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001

12

Anda mungkin juga menyukai