Anda di halaman 1dari 15

KERANGKA BERPIKIR ILMU KALAM

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Dr. Hasanah Nasution, M.A

Disusun oleh :

Nurhayati Batubara 0406232057

Hasanah Damanik 0406232057

Syafik 0406232057

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam, karena atas segala karunia
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, mata kuliah Ilmu Kalam mengenai
Kerangka Berpikir Aliran-Aliran Ilmu Kalam. Sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, tabiin tabiit tabiin, juga sampai
pada kita semua selaku umat yang mengikuti ajarannya.

Terwujudnya risalah ini tiada lain karena berkat pertolongan Allah SWT serta bantuan dan
bimbingan dari dosen pengampu Bapak Didin Komarudin dan kerjasama kelompok yang telah
ikut andil bersama dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap para mahasiswa dan pembaca sekalian tidak merasa puas dengan hasil dari
penelitian yang kami lakukan ini, tetapi terus mencari dan menggali literatur yang berkaitan
dengan persoalan-persoalan lain yang serupa.

Dengan segala kerendahan hati, kami menyadari dalam maklah yang kami buat ini jauh
dari kata kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya, dan bermanfaat juga
bagi para pembaca pada umumnya.

Medan, 18 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 2
2.1 Munculnya Aliran-Aliran Kalam............................................................................2

2.2 Kerangka Berpikir Aliran- Aliran Ilmu Kalam.......................................................4

1. Aliran Antroposentris.................................................................................... 8

2. Teolog Teosentris........................................................................................ 10

3. Aliran Konvergensi..................................................................................... 11
4. Aliran Nihilis............................................................................................... 12

BAB III PENUTUP............................................................................................................... 13

3.1 Simpulan............................................................................................................... 13

3.2 Saran..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam mempelajari ilmu kalam, kita akan di hadapkan pada kenyataan bahwasanya ada
beberapa aliran kalam yang muncul dengan membawa pemikiran masing-masing.

Oleh karena itu, perlu kiranya kita mengetahui dan mengkaji pemikiran-pemikiran dari
masing-masing golongan agar kita bisa mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi
perbedaan- perbedan pemikiran aliran kalam tersebut, karena bagaimanapun kita sebagai kaum
muslimin tidak boleh bersikap fanatik dengan aliran ataupun golongan kita sendiri
(primordialisme). Karena alasan diataslah yang melatar belakangi penulis menyusun makalah ini,

Penulis akan mencoba menguraikan beberapa aliran dan pemikiran mereka baik yang
berkenaan dengan Politik maupun Aqidah.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, adapun masalah yang akan dirumuskan ialah :

1. Bagaimna proses munculnya aliran-aliran kalam.

2. Apa saja macam-macam kerangka berpikir aliran kalam.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui proses munculnya aliran kalam

2, Untuk mengetahui macam-macam kerangka berpikir aliran kalam.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Munculnya Aliran-Aliran Kalam

Sejarah telah mencatat bahwasanya perselisihan perbedaan pendapat yang terjadi di


kalangan kaum muslimin tidak bisa di pungkiri hal ini di sebabkan oleh dua pokok persoalan
utama yaitu bidang Politik dan Aqidah.1

Akan tetapi pada dasarnya tujuan para mutakallimin atau teologi islam adalah sama, yaitu
keinginan untuk mempertahankan aqidah Islamiyah yang berdasarkan pada ketauhidan murni.

Salah satu contoh lahirnya aliran kalam karena politik misalnya aliran syiah.aliran syi’ah ini
muncul karena motif mereka merasa tidak puas dengan keadaan waktu itu dimana kedudukan
khalifah tidak di pegang oleh Ali r.a. dan keturunannya.

Begitu juga dengan awal munculnya khawarij.Aliran ini muncul karena ketidak puasan
atas sikap Ali r.a. yang menerima arbitrasi yang timbul setelah perang siffin antara ali dengan
muawwiyah.Ali dianggap tidak konsekuen dalam membela kebenaran.

Kemudian ada aliran yang muncul karena motif Aqidah. Contoh aliran yang muncul atas
motif aqidah yaitu misalnya aliran Mu’tazilah.Aliran ini muncul pada awalnya disebabkan karena
pendapat yang berbeda dengan pendapat yang berkembang pada waktu itu yaitu tentang pelaku
dosa besar. Khawarij mengatakan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir dan wajib dibunuh.

2.2 Kerangka Berpikir Aliran- Aliran Ilmu Kalam

Mengenai sebab-sebab pemicu perbedaan pendapat, ada dua pendapat diantaranya, yaitu:

1) Ad-Dahlawi; Tampaknya lebih menekankan aspek subjek pembuatan keputusan sebagai pemicu
perbedaan pendapat. Penekanan serupa pun pernah dikatakan Imam Munawwir.

2) Emar Sulaiman Asy-Syaqar ; Ia lebi hmenekankan aspek objek keputusan sebagai pemicu
terjadinya perbedaan pendapat. Menurutnya, ada tiga persoalan yang menjadi objek perbedaan
pendapat, yaitu: persoalan keyakinan (aqa’id), persoalan syariah, persoalan ekonomi.

1
Eka Susanti, ILMU KALAM. 2020 Jakarta : CV Terbit. Hlm 23-90
Perbedaan metode berfikir secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua macam,
yaitu kerangka berfikir rasional dan metode berfikir tradisional. Disamping pengategorian tersebut
dikenal pula pengkategorian akibat adanya perbedaan kerangka berfikir dalam menyelesaikan
persoalan kalam:

Akar Munculnya Teologi Kontemporer Yang Antroposentris

1. Kesadaran Pentingnya Rekonstruksi Teologi


2. Kritik Terhadap Teologi Klasik

Karakteristik Teologi Kontemporer


1. Bersifat Anthroposentris
2. Integrasi Teologi Dan Filsafat
3. Berparadigma Kritis
4. Berprinsip Pengembangbiakan dan Apa Saja Boleh

1. Aliran Antroposentris

Aliran antroposentis menganggap bahwa hakikat realitas trensenden bersifat


intrakosmos dan impersonal. Ia dating berhubungan erat denganmasyarakat kosmos, baik yang
natural maupun supra natural dalam arti unsur-unsurnya. Manusia adalah anak kosmos. Unsur
supra natural dalam dirinya merupakan sumber kekuatannya. Tugas manusia adalah
melepaskan kepribadian kemanusiannya, agar manusia mampu meraih kemerdekaan dari
lilitan naturalnya. Manusia seperti ini berpandangan negatif terhadap dunia karena
menganggap keselamatan dirinya terletak pada kemampuannya membuang semua hasrat
keinginannya. Sementara, ketakwaannya lebih diorientasikan pada praktik praktik pertapaan
dan konsep dalam realita impersonalnya.2

Tampaknya, Anshari menganggap manusia yang berpandangan antroposentris sebagai


sufi, yaitu yang berpandangan mistis dan statis. padahal, manusia antroposentris sangat
dinamis karena menganggap hakikat realitas transenden yang bersifat intrakosmos dan
impersonal dating kepada manusia dalam bentuk daya ketika ia baru lahir. Daya itu berupa
potensi yang menjadikanya baru lahir dan mampu membedakan yang baik dan yang jahat.
Berkenaan dengan dayanya, manusia yang memilih kebaikan pasti akan memperoleh
keberhasilan dan untung yang sangat besar (surga). Sementara manusia yang memilih
kejahatan pasti ia akan mendapatkan

2
Ibidd
kerugian serugi ruginya (neraka). Dengan adayanya manusia mempunyai kebebasan mutlak
tanpa bercampur tangan realitas transenden. Aliran teologi yang termasuk kedalam kategori
ini adalah Qodariah, Mu'tazilah, dan Syiah.
Secara terminologis, hadits dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan yang dilakukan
Nabi Muhammad SAW. Sedangkan secara bahasa, hadits berarti perkataan, percakapan,
berbicara.

"Segala ucapan, segala perbuatan, dan segala keadaan atau perilaku Nabi Muhammad SAW,"
tulis Asep dalam bukunya seperti dikutip pada Senin (31/5/2021).

Definisi hadits dikategorikan menjadi tiga, yaitu perkataan nabi (qauliyah), perbuatan nabi
(fi'liyah), dan segala keadaan nabi (ahwaliyah). Sebagian ulama seperti at-Thiby berpendapat
bahwa hadits melengkapi sabda, perbuatan, dan taqrir nabi. Hadits juga melengkapi perkataan,
perbuatan, dan taqrir para sabahat dan Tabi'in.

Hadits memiliki makna yang relatif sama dengan sunnah, khabar, dan atsar. Hanya saja
penyebutannya bisa disamakan atau dibedakan.

Fungsi hadits
Terdapat 4 macam fungsi hadits terhadap Al Quran yang ditetapkan oleh ulama Atsar, sebagai
berikut:

1. Bayan at-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayat at-Ta'kid dan bayan at-Isbat. Dalam hal ini hadits
berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al Quran.

2. Bayan at-Tafsir
Fungsi hadits sebagai bayan at-Tafsir yaitu memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-
ayat Al Quran yang masih mujmal (samar atau tidak dapat diketahui), memberikan pesyaratan
ayat-ayat yang masih mutlak, dan memberikan penentuan khusus ayat-ayat yang masih umum.

3. Bayan at-Tasyri
Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak didapati dalam Al
Quran. Fungsi ini disebut juga dengan bayan za'id ala al kitab al-karim.3

4. Bayan an-Nasakh

Secara bahasa, an-naskh memiliki arti yang beragam, di antaranya al ibtal


(membatalkan), al ijalah (menghilangkan), at tahwil (memindahkan) atay at taqyir
(mengubah). Adapun yang disebut dengan bayan an nasakh adalah adanya dalil syara' (yang
dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada) karena datangnya dalil berikutnya.

Menurut jumhur ulama, kedudukan hadits menempati posisi kedua setelah Al Quran.
Ditinjau dari segi wurud atau tsubutnya Al Quran bersifat qath'i (pasti) sedangkan hadits
bersifat zhanni al wurud (relatif) kecuali yang berstatus mutawatir (berturut-turut).

2. Teolog Teosentris

Aliran ini menganggap bahwa hakikat realitas transenden bersifat suprakosmos,


personal, dan ketuhanan. Dalam KBBI teosentris berarti berpusat pada Tuhan, sehingga dapat
diartikan bahwa segala yang terjadi di jagat raya ini termasuk perbuatan makhluk, merupakan
kehendak Tuhan.

Hadits adalah satu dari 4 sumber hukum Islam yang disepakati para ulama. Hadits
menjadi rujukan bagi umat muslim untuk menjelaskan hukum-hukum yang terdapat dalam Al
Quran.

Dikutip dari buku Memahami Ilmu Hadits oleh Asep Herdi, secara etimologis hadits
dimaknai sebagai jadid, qarib, dan khabar. Jadid adalah lawan dari qadim yang artinya yang
baru. Sedangkan qarib artinya yang dekat, yang belum lama terjadi.

Sementara itu, khabar artinya warta yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan
dari seseorang kepada yang lainnya.

Hadits memiliki kedudukan yang penting setelah al-Qur’an. Ilmu ini telah menjadi
perhatian ulama sejak awal perkembangan Islam hingga saat ini. Sebagaimana Al Quran,
hadits juga jaminan keselamatan hidup kaum Muslim.

3
Ahmad suyatno, Perkembangan ilmu Kalam. 2020 Jakarta : CV Terbit. Hlm 11-40
Diriwayatkan dari Imam Malik bahwa telah sampai kepadanya hadis bahwa Rasulullah
SAW telah bersabda:

« ‫َتَر ْكُت ِفيُك ْم َأْمَر ْيِن َلْن َتِض ُّلوا َم ا َتَم َّسْكُتْم ِبِهَم ا ِكَتاَب ِهللا َو ُس َّنَة َنِبِّيِه‬

Seseorang yang menganut aliran ini adalah manusia yang statis karena sering terjebak
dalam kepasrahan kepada Tuhan, dan kepasrahan itu membuat manusia menjadi apatis karena
tidak mempunyai pilihan. Menurut aliran ini, segala perbuatan manusia merupakan perbuatan
Tuhan, sehingga seseorang tidak punya pilihan lain selain apa yang Tuhan tetapkan.

Aliran ini pun menganggap bahwa daya yang menjadi potensi perbuatan baik dan
buruk manusia adalah berasal dari Tuhan. Sehingga seseorang sewaktu-waktu dapat
melakukan perbuatan karena ada daya yang datang kepadanya. Begitupun sebaliknya,
seseorang tidak bisa melakukan apa pun jika tidak ada daya yang datang kepadanya. Bisa
dikatakan manusia tidak memiliki daya sama sekali terhadap apa yang dilakukannya. Salah
satu aliran teologi yang masuk kategori ini adalah jabariah.

3. Aliran Konvergensi

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik. Untuk


dapat mengembangkan pendidikan maka dipilihlah berbagai macam aliran yang digunakan,
salah satunya aliran konvergensi. Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya
bersifat menuju satu titik pertemuan, aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu
itu baik dasar (bakat,keturunan), maupun lingkungan, keduanya berperan penting dalam
perkembangan pembentukan kepribadian individu. Aliran konvergensi merupakan gabungan
antara aliran empirisme dan aliran nativisme dimana faktor bakat/bawaan dan lingkungan
memiliki peranan penting dalam perkembangan individu.4

4
Mulyani, Perkembangan ilmu kalam, Medan : CV Fajar, hlm 34-100
Aliran konvergensi menganggap hakikat realitas transenden bersifat supra sekaligus
intrakosmos personal dan impersonal. Lahut dan nashut, makhluk dan Tuhan, sayang dan
jahat, lenyap dan abadi, tampak dan abstrak, dan sifat-sifat lainnya yang dikotomik. Ibnu
Arabi (1165- 1240) menamakan sifat-sifat yang semacam ini dengan insijam al-azali
(prestabilished harmny). Aliran ini dipelopori oleh William Stern, seorang ahli ilmu jiwa
berkebangsaan jerman yang berpendapat bahwa penmbawaan dan lingkungan keduanya
menentukan perkembangan manusia, sehingga aliran ini merupakan kompromomi atau
kombinasi dari nativisme dengan empirisme

Aliran ini berkeyakinana bahwa hakikat daya manusia merupakan proses kerja sama
antar daya yang transendental (Tuhan) dalam bentuk kebijaksanaan dan daya temporal
(manusia) dalam bentuk teknis. Dampaknya, ketika daya manusia tidak berpartisipasi dalam
proses peristiwa yang terjadi pada dirinya, daya yang transendental yang memproses suatu
peristiwa yang terjadi pada dirinya. Oleh karena itu, ia tidak memperoleh pahala atau siksaan
dari Tuhan. Sebaliknya, ketika terjadi suatu peristiwa pada dirinya, sementara ia sendiri telah
berusaha melakukannya, maka pada dasarnya kerja sama harmonis antara daya transendental
dan daya temporal. Konsekuensinya, manusia akan memperoleh pahala atau siksaan dari
Tuhan, sebanyak andil temporalnya dalam mengaktualkan peristiwa tertentu.

Kebahagian bagi para penganut aliran konvergensi, terletak pada kemampuanya


membuat pendalam agar selalu berada tidak jauh kekanan atau kekiri tetapi tetap ditengah-
tengah antara berbagai ekstrimitas aliran teolog yang dapat di masukkan ke dalam kategori ini
adalah Asy’ariyah.

4. Aliran Nihilis

Dalam aliran ini bahwasannya Tuhan tidak mempunyai sifat mutlak. Hakikat
prioritasnya nihil semuanya/nonsense. Aliran Nihils menganggap bahwa hakekat realitas
transcendental hanyalah ilusi. Aliran ini juga menolak tuhan yang mutlak, tetapi menerima
berbagai variasi tuhan kosmos. Manusia hanyalah bintik kecil dari aktivitas mekanisme dalam
suatu masyarakat yang serba kebetulan. Kekuatan terletak pada kecerdikan diri sendiri
manusia, sehingga mampu melakukan yang terbaik dari tawaran yang terburuk. Idealnya
manusia mempunyai kebahagiaan bersifat fisik yang merupakan titik sentral perjuangan
manusia.5

5
Ibidd
Hadits merupakan sumber hukum dan pedoman kedua bagi umat Islam setelah Al Quran.
Lalu apa pengertian hadits, fungsi dan macam-macamnya?

Hadits memiliki kedudukan yang penting setelah al-Qur’an. Ilmu ini telah menjadi
perhatian ulama sejak awal perkembangan Islam hingga saat ini. Sebagaimana Al Quran, hadits
juga jaminan keselamatan hidup kaum Muslim.

Diriwayatkan dari Imam Malik bahwa telah sampai kepadanya hadis bahwa Rasulullah SAW
telah bersabda:

« ‫َتَر ْكُت ِفيُك ْم َأْمَر ْيِن َلْن َتِض ُّلوا َم ا َتَم َّسْكُتْم ِبِهَم ا ِكَتاَب ِهللا َو ُس َّنَة َنِبِّيِه‬

“Aku telah tinggalkan kepada kalian dua hal yang jika kalian berpegang teguh kepadanya tidak
akan tersesat, yaitu kitab Allah dan sunah nabi-Nya.” (HR. Malik dalam al-Muwatha‘)

Dalam makalahnya, Jamaril SAg dikutip dari laman sumbar.kemenag.go.id, menjelaskan


Hadits secara bahasa artinya segala perkataan (sabda), perbuatan, hal ihwal (kejadian, peristiwa,
masalah), dan ketetapan lainnya yang disandarkan kepada Nabi Muhahmmad SAW.

Sedangkan secara istilah, hadits artinya segala perkataan (sabda), perbuatan, dan
ketetapan lainnya dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan hukum syariat Islam selain Al
Quran.

Istilah lain yang identik dengan hadits adalah as-sunnah, namun beberapa ulama
membedakan pengertian keduanya.

Kelompok muhadditsin (ahli hadits) mengemukakan pengertian as-sunnah adalah “segala


sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat-
sifat lahir dan batinnya ataupun perjalanan hidupnya sejak sebelum diangkat menjadi Rasul
seperti bertahannust di gua Hira’ maupun sesudah diangkat menjadi Rasul.”6

6
Ibidd
Pengertian sunnah inilah yang identik dengan hadits. Meskipun beberapa ulama
membedakan bahwa hadis adalah segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad Saw adapun
sunnah adalah amalan-amalan yang dilakukan Nabi saw dan para sahabatnya yaitu kebiasaan
yang hidup di masa Nabi saw.7

Secara umum, fungsi hadits adalah sebagai sumber ajaran atau hukum Islam yang kedua
setelah Al Quran. Hadits mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberadaan Al
Quran, karena sebagian ayat Al Quran memang merupakan ayat-ayat yang membutuhkan
penjelasan dan perincian.

Hadits disebut sebagai bayani atau penjelasan. Dalam kedudukannya sebagai bayani
dalam hubungannya dengan Al-Quran, hadits memiliki beragam fungsi.

1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumyang tersebut dalam Al-Qur’an atau


disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi apa-apa yang
tersebut dalam Al-Qur’an. Umpanya Firman Allah dalam surat Al-Baqarah :110 yang artinya :

“ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh sabda Nabi yang
artinya :

“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah
dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat.

2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an dalam hal :
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
6. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an

Fungsi Hadits:
Secara umum, fungsi hadits adalah sebagai sumber ajaran atau hukum Islam yang kedua setelah
Al Quran. Hadits mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberadaan Al Quran,
karena sebagian ayat Al Quran memang merupakan ayat-ayat yang membutuhkan penjelasan
dan perincian.

7
Syahidah Murni, Jenis jenis Ilmu Kalam, Medan : CV Fajar, hlm 34-100
Hadits disebut sebagai bayani atau penjelasan. Dalam kedudukannya sebagai bayani dalam
hubungannya dengan Al-Quran, hadits memiliki beragam fungsi.

Berikut 6 Fungsi hadits:

1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumyang tersebut dalam Al-Qur’an atau disebut fungsi
ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits hanya seperti mengulangi apa-apa yang tersebut
dalam Al-Qur’an. Umpanya Firman Allah dalam surat Al-Baqarah :110 yang artinya :

“ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh sabda Nabi yang artinya :

“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan
muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat.

2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an dalam hal :
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
6. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an

Macam-Macam hadits
Ada tiga macam hadits yang digolongkan oleh para ulama sebagai berikut:
a. Hadits Qauli, yaitu hadits-hadits yang yang diucapkan Nabi SAW dalam berbagai bidang.

b. Hadits Fi'li, perbuatan-perbuatan Nabi SAW yang sampai kepada kita melalui penukilan
sahabat.

Seperti pekerjaan melakukan shalat lima waktu dengan tata caranya dan rukun-
rukunnya, pekerjaan menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi
dan sumpah dari pihak penuduh.

c. Hadis Taqriri, keadaan Nabi saw yang mendiamkan, tidak berkomentar dan tidak menyanggah
serta menyetujui apa yang dilakukan para sahabatnya.8

8
Eka Susanti, ILMU KALAM. 2020 Jakarta : CV Terbit. Hlm 23-90
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Aliran-aliran kalam lahir karena adanya persoalan politik dan aqidah. Perbedaan kerangka
berpikir dalam menyelesaikan persoalan kalam dikategorikan menjadi :

 Aliran Antroposentris
 Teolog Teosentris
 Aliran Konvergensi atau Sintesis
 Aliran Nihilis

3.2 Saran

Kami sebagai penulis makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah kami yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono & Bashori. Studi Ilmu Tauhid/Kalam. (Malang: UIN-Maliki Press, 2010).

Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam. (Bandung:CV Pustaka Setia, 2012).

Mulyono & Bashori. Studi Ilmu Tauhid/Kalam. (Malang: UIN-Maliki Press, 2010).

Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam. (Bandung:CV Pustaka Setia, 2012

Mulyono & Bashori. Studi Ilmu Tauhid/Kalam. (Malang: UIN-Maliki Press, 2010).

Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam. (Bandung:CV Pustaka Setia, 2012

Anda mungkin juga menyukai