Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“ AKHLAK TASAWUF ”

Dosen Pengampu :

Dr.Zainal Arifin, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Dhanifa Satya Firmansyah(20220880260171)


2. Nur Layla Dwi Alika(20220880260175)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah berkenan melimpahkan Rahmat dan Taufiq-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan berjudul “ AKHLAK
TASAWUF ” dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kami sampaikan kepada:

1. Bapak Dr.Zainal Arifin, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan
dorongan dan bimbingan kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
2. Kedua Orang Tua kami dan teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu
kelancaran kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami sudah berusaha semaksimal mungkin demi terselesainya makalah ini, bila
ada kekurangan dan kesalahannya mohon kritik dan saran dari pihak untuk menuju
perbaikan makalah ini. Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kami dan umumnya bagi pembaca semuanya.

Nglawak, 0 4 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

A. Pengertian sejarah perkembangan Ilmu Akhlak…………………………………


B. Ilmu Akhlak di luar Agama Islam.........................................................................2
C. Ilmu Akhlak pada Agama Islam ..........................................................................5
D. Ilmu Akhlak pada Zaman Baru ...........................................................................5

BAB III PENUTUP.........................................................................................................7

A. Kesimpulan...........................................................................................................7
B. Saran……………………………………………………………………………. 7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yang secara bahasa bermakna“pembuatan” atau
“penciptaan” dalam konteks batu,akhlak bermakna perang,budi,tabi'at,adab,atau perilaku.
Menurut Imam Ghozali,akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
melahirkan perbuatan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun
pertimbangan.
Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya
sudah dikenal manusia dimuka bumi ini.Yaitu,yangdikenal dengan istilah adat istiadat
yang sangat dihormati oleh setiap individu,keluarga dan masyarakat.
Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah
membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai
macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-
mata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Selain
itu juga masih terdapatahli-ahli fikir lain di zaman sebelum islam, pertengahan, dan di
zamanmodern.
Dari filsuf- filsuf Yunani terjadilah persoalan antara baik dan buruk.Yang mana
masalah ini menjadi permbicaraan utama dalam kajian ilmu akhlak dan ilmu estetika. Di
antara pembicaraan baik dan buruk pentingkarena terdapat dua alasan, ini juga berkaitan
dengan ilmu akhlak, dan dapat mengetahui pandangan islam tentang persoalan akibat
munculnya berbagaialiran.
Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah
perkembangan ilmu akhlak pada zaman Yunani sampai zaman Modern dan baik dan
buruk.
Rumusan Masalah

1.Bagaimana sejarah perkembangan Ilmu Akhlak?


2. Bagaimana sejarah Ilmu Akhlak diluar agama islam?
3. Bagaimana sejarah Ilmu Akhlak pada agama islam?

4. Bagaimana sejarah Ilmu Akhlak pada zaman baru?

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Ilmu Akhlak


2. Untuk mengetahui sejarah Ilmu Akhlak di luar agama islam
3. Untuk mengetahui sejarah Ilmu Akhlak pada agama islam
4. Untuk mengetahui sejarah Ilmu Akhlak pada zaman baru

BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah Perkembangan Ilmu Akhlak

Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia,
tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan
alam semesta. Sedangkan, Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk,
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Jadi ilmu akhlak
adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal.

Akhlak dalam arti bahasa,sebenarnya sudah di kenal manusia di atas permukaan bumi ini
yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang dihormati,baik dalam kehidupan
pribadi,keluarga maupun masyarakat. Dalam keadaan terputusnya wahyu (zaman fatrah) maka
tradisi itulah yang dijadikan tolok ukur dan alat penimbangan norma pergaulan kehidupan
manusia, terlepas dari segi apakah itu baik atau buruk menurut setelah datang wahyu.

Jika kita memperhatikan bangsa arab di zaman jahiliyah, misalnya: mereka sudah memiliki
perangai halus dan rela dalam kehidupan baik dan kemuliaan cukup. Tetapi juga pemarah luar
biasa, perampok, perampas, karena kejahatan mengancam diri atau kabilahnya. Hal ini nampak
dalam puisi-puisi mereka sebagai bangsa yang buta huruf, tetapi daya ingatan dan hafalan
mereka sangat kuat. Misalnya: Zuhair ibnu Abi Salam mengatakan: “Barang siapa menepati janji
tidak akan tercela dan barang siapa membawa hatinya menuju kebaikan yang menentramkan,
tidak akan ragu-ragu”.

Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal pemikiran dalam
bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun
nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang
diucapkan oleh filosof-filosof zaman kuno. Sewaktu islam datang yang dibawa oleh Muhammad
SAW, maka Islam tidak menolak setiap kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab,
Islam datang kepada mereka membawa akhlak yang mulia yang menjadi dasar kebaikan hidup
seseorang, keluarga, handai taulan, umat manusia serta alam seluruhnya. Setelah Al-qur’an turun
maka lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak yang segi sempit menjadi luas dan berkembang,
jelas arah, dan sasarannya.

Dalam kaitannya dengan hal ini, akan dibahas mengenai sejarah pertumbuhan dan
perkembangan ilmu akhlak dengan pendekatan religi, yaitu: pertama, pertumbuhan dan
perkembangan ilmu akhlak di luar ajaran Islam; kedua, pertumbuhan dan perkembangan ilmu
akhlak di dalam ajaran Islam.1

atas permukaan bumi ini yaitu


apa yang disebut dengan istilah
adat-
istiadat (tradisi) yang dihormati,
baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga
maupun masyarakat. Dalam
keadaan terputusnya wahyu
(zaman fatrah)
1
Abudin Nata,Akhlak Tasawuf,(Jakarta:Rajawali Pers,2011),hlm.58
maka tradisi itulah yang
dijadikan tolok ukur dan alat
penimbangan
norma pergaulan kehidupan
manusia, terlepas dari segi
apakah itu baik
atau buruk menurut setelah
datang wahy
atas permukaan bumi ini yaitu
apa yang disebut dengan istilah
adat-
istiadat (tradisi) yang dihormati,
baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga
maupun masyarakat. Dalam
keadaan terputusnya wahyu
(zaman fatrah)
maka tradisi itulah yang
dijadikan tolok ukur dan alat
penimbangan
norma pergaulan kehidupan
manusia, terlepas dari segi
apakah itu baik
atau buruk menurut setelah
datang wahyu
B. Ilmu Akhlak Di Luar Agama Islam

1. Akhlak pada masa Yunani

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada bangsa Yunani setelah
lahirnya Sophisticians, orang-orang bijak (500-450 SM), karena sebelumnya mere lebih banyak
berbicara tentang fenomena alam.2

2
Ibid.
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah
pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran tentang manusia dan bersifat filosofis yaitu
filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat
dalam diri manusia atau bersifat antroposentris dan mengesankan bahwa akhlak adalah sesuatu
yang fitri, yang akan ada bersamaan dengan adanya manusia, dan hasil yang didapatkan berdasar
pada logika murni. Filosof Yunani yang pertama kali mengemukakan pemikiran di bidang
akhlak adalah Socrates (469-399 SM). Kemudian diikuti oleh pengikutnya adalah Cynics dan
Cyrenics. Kedua golongan tersebut sama-sama berbicara tentang perbuatan yang baik, utama,
dan mulia.3

Pada masa berikutnya datang Plato (427-347 SM). Plato berpendapat bahwa di dalam
jiwa manusia terdapat kekuatan yang bermacam-macam, dan perbuatan yang utama timbul dari
kemampuan membuat pertimbangan dalam mendayagunakan potensi kejiwaan itu kepada
hukum akal.4

Setelah Plato, hadir Aristoteles (394-322 SM). Aristoteles berpendapat bahwa tujuan
akhir yang dikehendaki oleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau
kebahagiaan. Jalan untuk mencapai kebahagiaan itu adalah dengan mempergunakan akal dengan
sebaik-baiknya.5

Filosof Yunani berikutnya yang terlahir adalah Stoics dan Epicurus (6-140 SM).
Keseluruhan ajaran yang dikemukakan oleh mereka adalah bersifat rasionalistik. Penentuan baik
dan buruk itu didasarkan pada pendapat akal pikiran yang ada pada diri manusia. Karenanya
dapat dikatakan bahwa pemikiran filsafat yang dianut oleh para filosof Yunani ini adalah bersifat
antropocentris (memusat pada manusia).

2. Akhlak pada agama NASRANI

Menurut ajaran Nasrani, bahwa agama tersebut adalah bersumber dari akhlak.
Tuhanlah yang menentukan dan membentuk patokan-patokan akhlak yang harus
dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Tuhanlah

3
Ibid.,hlm.58-60
4
Ibid.,hlm.62.
5
Ibid.,hlm.63.
yang menjelaskan baik dan buruk. Menurut agama ini yang disebut baik adalah
perbuatan yang disukai Tuhan, dan sebaliknya yang disebut buruk adalah
perbuatan yang tidak disukainya.

3. Akhlak pada bangsa Romawi

Ajaran akhlak yang lahir pada saat ini (abad pertengahan) adalah ajaran akhlak
yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Di antara
mereka yang terkenal adalah Abelard, Perancis (1079-1142) dan Thomas Aquinas,
Italy (1226-1274).

4. Akhlak pada Bangsa Arab

Pada masa itu bangsa Arab hanya mempunyai ahli hikmah dan ahli syair. Melalui
syair-syairnya dapat dipahami bahwa terdapat ajaran untuk berbuat baik dan
menjauhi keburukan, mendorong perbuatan yang utama dan menjauhi perbuatan
tercela dan hina. Di antara tokoh ahli syair terdapat : Lukmanul Hakim, Aktsam bin
Shaifi, Zuhair bin Abi Sulma, dan Hakim Al-Thai.

C. Ilmu Akhlak pada Agama Islam

Akhlak adalah bagian dari syari’at Islam. Bagian dari perintah-perintah Allah dan
larangan-larangan-Nya. Akhlak harus ada serta nampak pada diri setiap muslim, agar sempurna
seluruh amal perbuatannya dengan Islam, dan sempurna pula dalam melaksanakan perintah-
perintah Allah.

Agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat
ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua ini terkandung dalam
ajaran al-Qur’an yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang didatangkan dari Nabi
muhammad SAW. Islam memiliki tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
Ilmu Akhlak. Tokoh-tokoh ini tidak lain adalah Nabi-nabi yang tercatat dan diabadikan dalam
kitab suci al-Qur’an.

1. Nabi Ibrahim a.s.


Nabi Ibrahim a.s. mempunyai sebutan sebagai ayahnya semua nabi dan rasul, yang
membawa dan menyebarkan ajaran tauhid kepada umat manusia. Ia adalah orang yang
berani menanggung resiko dalam menghadapi kezaliman. Ia pernah menghancurkan
patung-patung yang menjadi tuhan Raja Namrud dan para pengikutnya, sehingga ia
dibakar hidup-hidup. Resiko perjuangannya ditanggung sendiri oleh Nabi Ibrahim a.s.
sehingga menjadi teladan bagi istri dan pengikutnya. Keberanian Nabi Ibrahim a.s.
memberantas ajaran kemusyrikan merupakan simbol penting dalam ajaran tauhid. Oleh
karena itu, umat Islam seharusnya pantang untuk berlaku syirik kepada Allah SWT.

2. 6
Nabi Nuh a.s.

Ujian Nabi Nuh a.s. cukup berat karena ia harus menghadapi kekufuran anaknya sendiri,
yaitu Kan’an. Ia tidak putus asa mengajak dan menasehati anaknya, meskipun akhirnya
anaknya mati tenggelam terbawa arus banjir yang luar biasa. Kisah itu adalah teladan
bagi kita sebagai orang tua, untuk terus membimbing anak, dan sebaliknya, anak yang
membimbing orang tua agar bersama-sama masuk surga.

3. Nabi Luth a.s

Nabi Luth a.s. menghadapi ujian yang sangat berat karena umatnya memiliki
penyimpangan seksual. Homoseksual dan Lesbian dipraktikkan secara terang-terangan
oleh masyarakat. Namun Nabi Luth tidak pernah bosan dalam mendakwahi masyarakat
tersebut walaupun pada akhirnya umatnya mendapatkan azab dari Allah SWT berupa
hujan batu dikarenakan kekeraskepalaan umatnya yang tidak mau mengikuti ajaran Nabi
Luth a.s. Sikap Nabi Luth a.s. yang pantang menyerah walaupun ajarannya tidak
diindahkan oleh umatnya sepatutnya menjadi teladan bagi kita, bahwa setiap melakukan
kebajikan pasti kita akan mendapatkan suatu halangan bahkan kadang kala halangan ini
menjadikan kita putus asa. Untuk itulah sikap pantang menyerah harus kita galakkan
agar kita dapat menjalankan kebajikan di dalam kondisi apapun.

4. Nabi Ayyub a.s.

6
ibid., hlm. 67
Nabi Ayyub a.s. adalah nabi yang sangat sabar karena ia diberi penyakit kulit yang
cukup lama. Istrinya pun merawat dengan sabar. Istrinya pernah menyarankan agar nabi
Ayyub a.s. meminta kepada Allah SWT untuk mencabut penyakitnya, tetapi ia merasa
malu karena kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT masih terlampau besar
dibandingkan dengan penyakit yang dideritanya. Kesabaran serta kesadaran nabi Ayyub
a.s.yang luar biasa ini harus kita tiru dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari
dalam masyarakat. Sehingga nantinya kehidupan kita diselimuti oleh rasa tenang dan
selalu bersyukur dalam situasi apapun.

5. Nabi Musa a.s.

Nabi Musa a.s. adalah seorang nabi yang sejak bayi telah dibuang oleh ibunya karena
pada masa itu, jika ada seorang bayi laki-laki yang lahir, kemudian Fir’aun
mengetahuinya, ia akan segera membunuhnya. Singkat cerita akhirnya Nabi Musa a.s.
menjadi anak angkat Fir’aun dikarenakan permintaan dari Istri Fir’aun untuk
mengangkat anak yang ditemukannya di sungai untuk menjadi anak angkatnya.
Sesungguhnya, akhlak Nabi Musa a.s. sangat penting untuk ditiru, bagi penguasa yang
kuat hendaknya menjadikan kekuatannya untuk membasmi kemunkaran dan
kemaksiatan, bukan sebaliknya, digunakan untuk mendirikan pusat-pusat kejahatan,
pelacuran, dan pembela kezaliman.

6. Nabi Isa a.s.

Nabi Isa a.s. adalah nabi yang penuh rasa cinta kasih kepada umatnya. Keahliannya
dalam bidang kesehatan digunakannya untuk mengobati orang-orang yang miskin.
Hendaknya, akhlak Nabi Isa a.s. ditiru oleh para dokter dan ahli kesehatan, juga oleh
orang-orang kaya untuk membantu ekonomi orang-orang fakir dan miskin.

7. Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir, beliau mengalami suka duka
yang sangat banyak. Beliau sudah menjadi yatim-piatu sejak kecil. Akhlaknya sangat
mulia dan dikagumi oleh semua orang, bahkan oleh orang kafir Quraisy dan
mendapatkan gelar Al-Amin (orang yang jujur dan terpecaya). Nabi Muhammad SAW
adalah penyebar kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Beliau sangat pemaaf
meskipun kepada orang yang telah menyakitinya. Bahkan, beliau menengok orang yang
setiap hari meludahinya. Beliau ditawari untuk meninggalkan dan mengingkari Allah
SAW dengan harta yang berlimpah namun Nabi Muhammad SAW menolak mentah-
mentah tawaran tersebut. Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai ayah dari anak-
anaknya, suami dari istri-istrinya, komandan perang, mubaligh, imam, hakim, pedagang,
petani, penggembala, dan sebagainya merupakan akhlak yang harus diteladani.

Dalam 100 tokoh yang tekemuka di dunia, Nabi Muhammad SAW menduduki
peringkat pertama, sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia. Beliau peletak dasar
negara modern di Madinah yang merumuskan perjanjian yang adil di tengah-tengah
masyarakat sukuistik dan pemeluk Yahudi dan Nasrani. Ajaran akhlak menemukan
bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan
akal manusia. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan
dan mengakuinya bahwa Dialah pencipta, pemelihara, pemberi rahmat, pelindung
terhadap apa yang ada di dunia ini.

Selain itu, agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempur na
dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan.
Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah,
pokok-pokok akhlak dan perbuatan yang baik.

Sangatlah jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung pokok-
pokok akidah kegamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip dan tata nilai perbuatan
manusia

. Mengenai pembinaan akhlak dapat dijelaskan pendapat Ath-Thabatabi sebagai berikut;

1. Pertama, menurut petunjuk al-Qur’an dalam hidupnya manusia hanya menuju kepada
kebahagiaan, ketenangan, dan pencapaian cita-citanya

2. Kedua, perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa berada dalam suatu


kerangka peraturan dan hukum tertentu.
3. Ketiga, jalan hidup terbaik dan terkuat manusia adalah jalan hidup berdasarkan fitrah,
bukan berdasarkan emosi dan dorongan hawa nafsu.

D. Ilmu Akhlak pada zaman baru

Akhlak pada zaman baru ini berkisar pada akhir abad ke-15 M, dimana Eropa mulai
mengalami kebangkitan di bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Akhlak yang
mereka bangun didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan empirik dan tidak mengikuti
gambaran-gambaran khayal atau keyakinan yang terdapat dalam ajaran agama. Sumber akhlak
dari dogma dan doktrin agama mereka ganti dengan logika dan pengalaman empirik. Beberapa
tokoh etika dalam masa ini di antaranya; Descartes, Shafesbury dan Hatshon, Bentham, Jhon
Stuart Mill Kant, dan Bertrand Russel.

Salah satu ajaran penting tentang etika pada masa ini adalah bersumber pada intuisi yang
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu;

1) Intuisi mencari hakikat atau mencari ilmu pengetahuan


2) Intuisi etika dan akhlak, yaitu cenderung kepada kebaikan;
3) Intuisi estetika yaitu cenderung kepada segala sesuatu yang mendatangkan
keindahan, dan
4) Intuisi agama yaitu perasaan meyakini adanya yang menguasai alam dengan
segala isinya.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yang secara bahasa bermakna“pembuatan” atau
“penciptaan” dalam konteks batu,akhlak bermakna perang,budi,tabi'at,adab,atau perilaku.
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Akhlak dalam arti bahasa,sebenarnya sudah di kenal manusia di atas
permukaan bumi ini yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang
dihormati,baik dalam kehidupan pribadi,keluarga maupun masyarakat.

B.SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mengetahui Baik dan Buruk dalam
Pembelajaran Akhlak Tasawuf dan juga mengetahui standar baik dan buruk berdasarkan ajaran
akhlak moral dan etika .Saya menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang sifatnya membangun sangatlah kami
harapkan untuk baiknya makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2011

Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid. Ilmu Akhlak. Bandung : Pustaka Setya. 2010.
Http://dcdmith. Wordpress.com/2009/03/01/mata4aihah-akhlak-tasauf7 Taqiyuddin an Nabhani.
Peraturan Hidup Dalam Islam. Bogor: Thariqul Izzah. 2003. Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf
(Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf), Jakarta: PT Karya Mulia, 2005. AR,
Zahruddin dkk. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai