Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AL-AKHLAQU WA MA YATA'ALLAQU BIH


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
AKHLAQ TASAWUF
Dosen pengampu :
Dr.AMARODIN,M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 1:

1.Ricky Alvian A. (2022.080.01.0009)


2.Nafisa Farkha. (2022.080.01.0007)
3.Maida Qurrotul A. (2022.080.01.0076)

SEMESTER 2
JURUSAN ILMU TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) DIPONEGORO
TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunia,

rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

"AL-Akhlaqu wa Ma Yata'allaqu bih" , kami berusaha menyusun makalah ini dengan

segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki

kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan, oleh karena itu kritik dan

saran yang bersifat membangunkan, kami terima dengan senang hati demi perbaikan

makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para

pembacanya, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat makalah ini

kami ucapkan terimakasih.

Tulungagung,6 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sampul ......................................................................................................... i

Kata pengantar .............................................................................................. ii

Daftar isi ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 2

C. Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Pengertian Akhlaq,Etika,Dan Moral ............................................ 3

B. Perbedaan Dan Persamaan Akhlaq,Etika,Dan Moral .................... 6

C. Ruang Lingkup Ilmu Akhlaq ....................................................... 8

D. Landasan dan Kedudukan Akhlaq .............................................. 10

E. Tujuan dan Manfaat Ilmu Akhlaq .............................................. 15

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 20

A. Kesimpulan ................................................................................. 20

B. Saran ........................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain :

akhlaq, etika, moral dan lain-lain. Semua tercantum dalam qur’an dan hadist.

Timbulnya kesadaran Akhlaq dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah

pangkalan yang menetukan corak hidup manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu

menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat

dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlaq, moral, dan etika masing-

masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal

dan eksternal tiap-tiap individu.

Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap

perkembangan Akhlaq, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan

perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak

kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku yang kurang

baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka kami bermaksud menyusun makalah ini

dengan alasan ingin mengetahuai lebih jauh lagi apa perbedaan antara Akhlaq,

etika dan moral serta ingin mengetahui apakah ada perbedaan antara Akhlaq, etika

dan moral dan dalil apakah yang membahas lebih jelas lagi mengenai Akhlaq.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka adapun

masalah masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Akhlaq, etika dan moral ?

2. Apakah terdapat perbedaan Akhlaq, etika dan moral ?

3. Apakah terdapat persamaan Akhlaq, etika dan moral ?

4. Dalil apakah yang menjelaskan tentang Akhlaq ?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Akhlaq, etika dan moral

2. Untuk mengetahui perbedaan Akhlaq, etika dan moral

3. Untuk mengetahui persamaan Akhlaq, etika dan moral

4. Untuk mengetahui Dalil yang menjelaskan tentang Akhlaq

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlaq,Etika,dan Moral

a .Pengertian Akhlaq

Akhlaq berasal dari bahasa arab “khuluqun” yang menurut lughat berarti budi
pekerti atau perangai, tingkah laku atau tabi’at. Selanjutnya definisi Akhlaq yang
menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai atau tingkah laku dan tabiaat atau
watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi biasa.
Dari pengertian diatas menunjukan bahwa Akhlaq adalah kebiasaan atau sikap
yang mendalam dalam jiwa manusia dimana timbul perbuatan dengan mudah dan
gampang tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu yang dilakukan berulang- ulang
hingga menjadi kebiasaan dan perbuatan itu bisa mengarah pada perbuatan yang baik
atau buruk.1 Rasulullah SAW bersabda:

‫ وإن المرء ليكون مؤمنا وإن في خلقه شيئا فينقص ذلك من‬،‫أكمل المؤمنين إيمانا أحاسنهم أخالقا‬
‫إيمانه‬.
Artinya: “Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik

Akhlaqnya.” (HR, Tirmidzi) 2

Adapun menurut Imam Al-Ghazali mengatakan Akhlaq adalah “sifat yang


tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Sedangkan menurut para ahli dasar Akhlaq itu adalah adat kebiasaan, yang
harus dinilai dengan norma-norma yang ada dalam Al-Qur‟an dan Sunah Rasul
kalau sesuai dikembangkan kalau tidak harus ditinggalkan. 3 Sedangkan tujuan dari
Akhlaq itu sendiri adalah menanam tumbuhkan rasa keimanan yang kuat, menanam
kembangkan kebiasaan dalam melakukan amal ibadah, amal soleh, dan Akhlaq yang
mulia.

1
Abudin Nata, Akhlaq Tasawuf dan Karakter (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 81.
2
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta, LPPI, 2000), h. 8.
3
Mudhor Ahmad, Etika dalam Islam, t.t hlm. 15
3
Menumbuh kembangkan semangat untuk mengolah dan sekitar sebagai anugrah
Allah SWT kepada manusia.4
Kesadaran bahwa manusia dalam hidupnya membutuhkan manusia lainnya
menimbulkan perasaan bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk berbuat yang
terbaik bagi orang lain, karena Islam mengajarkan bahwa sebaik- baik manusia
adalah yang banyak mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Dan kesadaran manusia
untuk berbuat baik sebanyak mungkin tersebut akan melahirkan sikap peduli kepada
orang lain karena Islam mengajarkan untuk berbuat baik dalam segala hal dan
melarang perbuatan yang jahat atau tercela. Karena pada dasarnya baik atau
buruknya perbuatan seseorang akan kembalikepada dirinya masing-masing.
Oleh karena itu Akhlaq sangat diperlukan dalam pergaulan sehari-hari karena itu
pelajaran akidah Akhlaq sangatlah dibutuhkan terutama bagi pelajar disekolah.

b . Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang berarti
kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika
bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk.5 Pengertian ini
menunjukan bahwa, etika ialah teori tentang perbuatan manusia yang ditimbang
menurut baik dan buruknya, yang juga merupakan pada inti sari atau sifat dasar
manusia: baik dan buruk manusia. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat
kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah
“etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (284-322 SM) sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral. Jadi, kita membatasi diri pada asal-usul kata ini, maka
“etika” berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. 6 Kemudian, terkait dengan terminologi etika. Terdapat istilah lain yang
identik dengan kata ini, yaitu: “Susila” (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-
dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su).

4
Association for Supervision and Curriculum Developement, “Moral Education in The Life ofSchool,”
ASCD Panel on Moral Education (1998), hlm. 4-5
5
Haryo Kunto Wibisono, Linda Novi Trianta, Sri Widagdo, “Dimension of Pancasila Ethic inBureaucracy:
Discourse of Governance,” Jurnal Fokus Vol. 12, No. 7 2015.
6
Mockh. Sya’roni, Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu, Jurnal Teologia, Vol. 25 No. 1,2014.

4
Etika pada dasarnya mengamati realitas moral secara kritis, dan etika
tidak memberikan ajaran melainkan kebiasaan, nilai, norma dan pandangan-
pandangan moral secara kritis.etika lebih kepada mengapa untuk melakukan
sesuatu itu harus menggunakan cara tersebut.7 Dari beberapa pernyataan
tentang etika, dapat disimpulkan bahwa, secara umum asal-mula etika
berasal dari filsafat tentang situasi atau kondisi ideal yang harus dimiliki
atau dicapai manusia. Etika juga suatu ilmu yang membahas baik dana buruk
dan teori tetang moral. Selain itu, teori etika berorientasi kepada cara
pandang atau sudut pengambilan pendapat tentang bagaimana harusnya
manusia tersebut bertingkah laku di masyarakat.
c. Pengertian Moral
Moral atau moralitas berasal dari kata bahasa latin mos (tunggal), mores
(jamak), dan kata moralis bentuk jamak mores memlliki makna kebiasaan,
kelakuan, kesusilaan.8 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata
moral berarti mempunyai dua makna. Pertama, ajaran tentang baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya;
dan kedua, kondisi mental seseorang yang membuat seseorang melakukan
suatu perbuatan atau isi hati/keadaan perasaan yang terungkap melalui
perbuatan. 9Istilah lain yang sama dengan moral adalah etika dan Akhlaq.
Etika berasal dari kata ethiek (Belanda), ethics (Inggris), dan ethos (Yunani)
yang berarti kebiasaan, kelakuan. 10 Akhlaq berasal dari bahasa Arab
khuluq, jamak dari khuluqun, menurut lughot diartikan sebagai budi pekerti,
perangai, tingkah laku, atau tabiat.11 Dalam bahasa Indonesia, budi pekerti
merupakan kata majemuk, berasal dari kata budi dan pekerti. Kata budi
secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti yang sadar
atau yang menyadarkan, atau alat kesadaran. Sedangkan pekerti memiliki
arti kelakuan.

7
Maidiantius Tanyid, Etika Dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis Moral Berdampak Pada
Pendidikan, Jurnal Jaffray, Vol. 12, 2 2012.
8
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Membangun Masyarakat
Indonesia, (Yogyakarta:kanisius 1990), hal.90
9
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal.592
10
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Membangun Masyarakat
Indonesia,hal.91
11
Hamzah Ja’kub, Etika Islam, (Jakarta: Publicita, 1978), hal.10

5
Istilah Moral seringkali digunakan secara silih berganti dengan Akhlaq.
Berbeda dengan akal yang dipergunakan untuk merujuk suatu kecerdasan,
tinggi rendahnya intelegensia, kecerdikan dan kepandaian. Kata moral atau
Akhlaq digunakan untuk menunjukkan suatu perilaku baik atau buruk, sopan
santun dan kesesuaiannya dengan nilai-nilai kehidupan.

B. Perbedaan Dan Persamaan Akhlaq, Etika, dan Moral

Pengertian etika dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,
Ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas Akhlaq.(Kamus
Besar Bahasa Indonesia).
Adapun etika secara istilah telah dikemukakan oleh para ahli salah satunya
yaitu Ki Hajar Dewantara menurutnya etika adalah ilmu yang mempelajari
soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama
yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan
dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan perbuatan.
Sedangkan kata “moral” secara etimologi berasal dari bahasa
latin,“mores” yaitu jamak dari kata “mos” yang berarti adat kebiasaan. Di
dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah
penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Selanjutnya moral
secara terminologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Pengertian moral, juga kita dapat menjumpainya dalam buku The
Advanced Leaner’s Dictionary of Current English.
Secara singkat buku ini mengemukakan beberapa pengertian moral sebagai
berikut:
1. Prinsip-parinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

6
Akhlaq Moral Etika

Makna Perangai, Nilai atau Ilmu tentang


perbuatan ketentuan baik dan baikdan buruk
kita buruk

Sumber / Dasar Al-Qur’an dan Adat-istiadat atau Adat-istiadat


As-Sunnah hasil kesepakatan atau hasil
kesepakatan

Bersama Bersama

Sifat atau Nilai Universal dan Lokal dan Lokal dan


Abadi Temporer Temporer

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa moral merupakan istilah yang


digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-
hari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan
adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik.

Persamaan Akhlaq, Etika dan Moral Ada beberapa persamaan antara


Akhlaq, etika, dan moral yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Akhlaq, etika, dan moral membahas tentang ide/ tujuan/ alasan/
hujjah/ motif perilaku
b. Akhlaq, etika, dan moral merupakan ilmu yang normatif, artinya
berpegang teguh pada norma atau kaidah yang berlaku.
c. Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa Akhlaq,
etika, dan moral sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu
perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya.
Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya
keadaan masyarakat yang baik, aman, damai, dan sejahtera.
d. Objek dari Akhlaq, etika, dan moral yaitu perbuatan manusia,
ukurannya yaitu baik dan buruk.

7
C. Ruang Lingkup Ilmu Akhlâq

Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlaq adalah membahas tentang seluruh


aspek kehidupan dan perbuatan manusia, baik bersifat individu (perorangan)
atau kolektif (kelompok), yang kemudian ditetapkan kriterianya apakah
perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang baik atau yang buruk. Perbuatan
yang menjadi objek ilmu akhlaq tersebut harus memiliki ciri-ciri:
a. Perbuatan yang bersifat sadar, atas kemauan dan kehendak sendiri,
bukan atas paksaan dan tekanan.
b. Perbuatan tersebut dilakukan secara kontinyu dan mendarah daging
menjadi suatu kebiasaan.
Dan sedangkan perbuatan yang tidak termasuk obyek ilmu akhlaq, antara lain:
a. Perbuatan alami (bernafas, makan ketika lapar, dll.)
b. Perbuatan yang dilakukan tidak disertai dengan kesadaran dan kemauan
sendiri (perbuatan orang gila, orang tertidur, anak kecil, orang lupa, dan
orang yang dipaksa.)
Terdapat beberapa pembagian dan ruang lingkup akhlâq, al-Halwani
membaginya menjadi akhlâq mulia dan akhlaq tercela.12 Termasuk akhlaq
mulia ialah bersikap sederhana, merendahkan diri, bekerja keras, bersikap
jujur, menepati janji, amanah, istiqamah, berkemauan keras, berani, sabar,
bersyukur, santun, penuh harap dan takut adzab, bertakwa, bertawakal,
mementingkan orang lain, dermawan, memikirkan ciptaan Allah, tertib dan
teratur, hati-hati, menjaga lisan, adil. Sedangkan termasuk akhlâq tercela
adalah bohong, nifaq, berkhianat, buruk sangka, menghina, memfitnah, dengki,
iri hati, bersikap keras, emosional, meminum minuman keras, berjudi, lalai
berdzikir, terlena mencari harta, egois, penipuan, suap, riya', sombong,
berlebihan dan boros, bakhil dan kikir, zalim, bermegah-megahan, mengungkit
pemberian, penakut bukan pada tempatnya.
Yunahar Ilyas mengklasifikasikan ruang lingkup akhlaq menjadi enam,
yaitu: akhlaq terhadap Allah SWT, akhlaq terhadap Rasulullah SAW, akhlâq

12
Rohmad Qomari, 10 JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF KEPENDIDIKAN INSANIA Vol. 14 No. 1
(Purwokerto: Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto, 2009). hlm. 47-67

8
pribadi, akhlaq dalam keluarga, akhlâq bermasyarakat, dan akhlâq bernegara.
Akhlaq terhadap Allah SWT, antara lain takwa, cinta dan ridha, ikhlas, khauf
dan raja', tawakkal, syukur, muraqabah, taubat.
Akhlaq terhadap Rasulullah SAW. Antara lain mencintai dan memuliakan
Rasul, mengikuti dan menaati Rasul, mengucapkan shalawat dan salam.
Akhlaq pribadi antara lain sidiq, amanah, istiqamah, iffah, mujahadah, syaja'ah,
tawadlu, malu, sabar, pemaaf. Akhlaq dalam keluarga antara lain birru al-
walidain, hak, kewajiban dan kasih sayang suami istri, kasih sayang dan
tanggung jawab orangtua terhadap anak, silaturahmi dengan karib kerabat.
Akhlaq bermasyarakat antara lain bertamu dan menerima tamu, hubungan baik
dengan tetangga, hubungan baik dengan masyarakat, ukhuwah islamiyah.
Akhlaq bernegara seperti musyawarah, menegakkan keadilan, amar ma'ruf nahi
munkar, hubungan pemimpin dan yang dipimpin.
Menurut Muhammad 'Abdillah Draz dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi al-
Islám, sebagaimana dikutip Yunahar Ilyas membagi ruang lingkup akhlaq
menjadi lima, yaitu:
1. Akhlâq pribadi (al-akhlaq al-fardiyah), meliputi hal-hal:
a.Yang diperintahkan (al-awamir)
b .Yang dilarang (an-nawahi)
c .Yang diperbolehkan (al mubahat)
d. Akhlaq dalam keadaan darurat (al-mukhålafah bi al-idhthirar)
2. Akhlaq berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah), meliputi:
a. Kewajiban timbal balik orangtua dan anak (wajibat nahwa al-
ushulwa furu)
b. Kewajiban suami istri (wajibat baina al-azwaj)
c. Kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat nahwa al-aqârib)
3. Akhlaq bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtimaiyyah), meliputi:
a. Yang dilarang (al- mahzhurat)
b. Yang diperintahkan (al-awami)
c. Kaidah-kaidah adab (qawa'id al-adab)

9
4. Akhlaq bemegara (akhlaq ad-daulah), meliputi:
a. Hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-alaqah baina ar-rais wa as-
sya'b)
b . Hubungan luar negeri (al-alaqah al-kharijiyyah)
5. Akhlaq Beragama (al-akhlaq ad-diniyyah),Yaitu kewajban terhadap Allah
SWT (wajibat nahwa Allah)

D. Landasan dan Kedudukan Akhlaq

a. Landasan Akhlaq
Landasan yang menjadi alat pengukur untuk menyatakan bahwa sifat
seseorang itu baik atau buruk, adalah Alquran dan sunnah. Segala sesuatu yang
baik menurut Alquran dan sunnah, maka itulah yang baik untuk dijadikan
pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk
menurut Alquran dan sunnah, berarti tidak baik dan harus dijauhi. 13 Ketika
ditanya tentang akhlaq Rasulullah SAW, Aisyah r.a menjawab “Akhlaq
Rasulullah adalah Al-Qur’an.” Maksud perkataan Aisyah adalah segala tingkah
laku dan tindakan Rasulullah SAW,baik yang zahir maupun yang batil
senantiasa mengikuti petunjuk dari Al-Qur’an. Al-Qur’an selalu mengajarkan
umat Islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk.
Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Qur’an.
Al-Qur’an menggambarkan Akhlaq orang-orang beriman, kelakuan
mereka yang mulia dan gambaran kehidupan meraka yang tertib, adil, luhur,
dan mulia. Berbanding terbalik dengan perwatakan orang-orang kafir dan
munafik yang buruk, zalim dan tercela. Gambaran Akhlaq mulia dan Akhlaq
keji begitu jelas dalam perilaku manusia di sepanjang sejarah. Al-Qur’an juga
menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan
murni di dalam kehidupan dan ketika mereka ditenteng oleh kefasikan,
kekufuran, dan kemunafikan yang menggagalkan tegaknya Akhlaq yang mulia
sebagian besar kehidupan yang luhur dan murni itu.

13
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlaq, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 11.

10
Allah SWT. Berfirman:

“Wahai ahli kitab!! Sungguh, Rasul kami telah datang kepadamu, menjelaskan
kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak
(pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah
dan kitab yang menjelaskan. Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk
kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya kejalan keselamatan, dan dengan
kitab itu (pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya
dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Maidah
[5]:15-16)

Berikut ini merupakan contoh landasan Akhlaq yang ada dalam Alquran:
1. QS. Al Qalam (68) : 4
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”
2. QS. Al-Ahzâb (33) : 21
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
3. QS. Asy-Syu'arâ' (26) : 137
“(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang
terdahulu.”

b. Kedudukan Akhlaq Dalam Islam


Kedudukan akhlâq dalam kehidupan manusia sangat penting, baik sebagai
individu maupun anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya,
sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat tergantung pada bagaimana
Akhlaqnya. Apabila akhlâqnya baik, akan sejahteralah lahir batinnya.
Sebaliknya, apabila akhlâqnya buruk akan rusaklah lahir dan batinnya. Hal ini
senada dengan yang dikemukakan penyair kenamaan Syauqi Bek innamâ al-
umamu al-akhlâqu mâ baqiyat, fain humu dzahabat akhlâquhum dzahabû
(sesungguhnya, bangsa itu jaya selama mereka masih mempunyai Akhlaq yang
mulia, maka apabila akhlâq yang mulia telah hilang maka hancurlah bangsa
itu).

11
Akhlaq memiliki kedudukan penting dalam Islam, hal ini dibuktikan dengan:
1. Rasululllah SAW menempatkan penyempurnaan akhlâq yang mulia
sebagai misi pokok Risalah Islam.
2. Akhlâq merupakan salah satu ajaran pokok Islam sehingga Rasulullah
SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlâq yang baik (husn al-
khuluq).
3. Akhlâq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti
pada hari kiamat.
4. Rasulullah SAW menjadikan baik dan buruknya akhlâq seseorang sebagai
ukuran kualitas imannya.
5. Islam menjadikan akhlâq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah
kepada Allah SWT.
6. Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan
akhlâq beliau.
Di dalam al-Qur'an terdapat sejumlah ayat yang berhubungan dengan
akhlâq, baik berupa perintah berakhlâq yang baik serta pujian dan pahala yang
diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupun larangan
berakhlâq buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggarnya.
Jalaluddin dalam salah satu bukunya yang berjudul Dahulukan Akhlaq di
atas fiqih, 14 antara lain mengemukakan sebagai berikut:
Jika perbedaan dalam fiqih dimaksudkan untuk memberikan kemudahan,
maka kesalehan tentu saja bukan dalam menjalankan fiqih betapapun sulitnya.
Yang paling saleh di antara kita bukanlah orang yang bersedekap pada waktu
berdiri shalat, bukan juga yang meluruskan tangannya, karena kedua cara itu
merupakan ijtihad para ulama dengan merujuk kepada hadits yang berbeda.
Yang durhaka juga bukan yang mandi janabah sebelum tidur, atau yang tidur
dulu baru mandi janabah, karena kedua-duanya dijalankan oleh Rasulullah
SAW. Fiqih tidak bisa menjadi ukuran kemuliaan. Rasulullah bahkan
mengukur kemuliaan seseorang dari kemuliaan akhlaqnya.

14
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984). hlm. 654.

12
Sumber ajaran pokok dalam agama Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Keduanya menjadi acuan umat Islam dalam beribadah dan bermuamalah.
Akhlaq sebagai pusat ibadah manusia pun juga bersumber dari kedua ajaran
pokok tersebut. Nabi Muhammad -sebagaimana sering dikutip ulama- di utus
ke muka bumi hanya bertujuan untuk memperbaiki Akhlaq manusia. Sabda
Nabi yang sangat populer terkait dengan Akhlaq antara lain sebagai berikut:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlaq yang saleh.” (HR.
Bukhari dan Baihaqi). Hadis tersebut menyiratkan arti bahwa persoalan Akhlaq
sebenarnya telah menjadi pusat perhatian para Nabi sebelum Nabi Muhammad
Saw diutus. Buktinya, al-Qur’an juga memberikan informasi keteladanan
mengenai perilaku terpuji yang juga datang dari Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan
para nabi yang lain serta umatnya. Intinya, Nabi Muhammad merupakan
pelanjut risalah yang telah diajarkan oleh para nabi sebelumnya, yang
semuanya adalah pembimbing dan pemberi petunjuk kepada umat manusia
dalam memandang hidup, bersikap, serta bertingkah laku yang sesuai dengan
tata aturan pencipta alam semesta ini, Allah Swt. Nabi Muhammad Saw,
tentunya juga Nabi yang lain, ketika membimbing manusia tidak hanya melalui
lisan namun juga memberikan contoh nyata melalui teladan yang dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-harinya. Baik dalam kehidupan sosial, ekonomi,
politik, maupun dalam kehidupan rumah tangganya. Hingga dewasa ini Nabi
Muhammad adalah satu-satunya figur yang layak dijadikan sebagai teladan
dalam berperilaku. Sejarah mencatat dengan tinta emas bahwa betapa mulia
Akhlaq Nabi terhadap para sahabatnya, keluarganya, isteri-isterinya, dan
bahkan terhadap orang-orang yang memusuhinya.
Bayangkan, terhadap orang-orang yang membencinya pun Nabi masih
santun dan berperilaku baik, apalagi terhadap orang-orang di sekitarnya pasti
akan lebih mulia lagi Akhlaq dan perilaku yang ditunjukkan Nabi. Gambaran
yang lebih jelas mengenai Akhlaq Nabi dapat ditemukan baik di dalam karya-
karya sirah Nabi maupun di dalam sunnahnya. Istri Nabi, Aisyah ra.,
menerangkan bahwa “Akhlaq Nabi adalah al-Qur’an.” Sabda Nabi di atas
menjelaskan bahwa Nabi diutus semata-mata untuk menyempurnakan Akhlaq.

13
Dapat dipahami, betapa persoalan budi pekerti dan Akhlaq baik itu menjadi
perhatian serius dan menunjukkan bahwa berAkhlaq baik merupakan suatu
keharusan yang sangat ditekankan di dalam ajaran agama Islam. BerAkhlaq
baik merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Ia bukan sekedar pilihan,
melainkan kewajiban setiap muslim untuk bertindak, berperangai dan
berperilaku baik. Karena hal itu sesuai dengan rancangan dan desain
penciptaan manusia itu sendiri. Manusia diciptakan dalam kondisi yang sangat
baik secara fisik dan itulah salah satu kemuliaan manusia yang berbeda dengan
makhluk lainnya. Allah berfirman bahwa “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Namun, bentuk
fisik yang terbaik di antara makhluk-Nya ini tidak akan memiliki arti apa pun
manakala perbuatannya tidak sesuai dengan petunjuk ilahi. Kendati demikian,
maka ia termasuk dalam kategori manusia yang merugi di akhirat kelak. Dalam
hal ini, kembali al-Qur’an mengingatkan bahwa manusia yang telah diciptakan
dengan desain baik secara fisik dapat terjatuh ke level binatang, bahkan dapat
lebih tersesat daripada binatang, apabila tidak memfungsikan desain fisik yang
sempurna itu sebagaimana mestinya, sebagai akibat dari perbuatannya yang
tidak mencerminkan Akhlaq mulia.
Menurut ajaran agama Islam, Akhlaq menempati posisi yang sangat penting
karena Akhlaq inilah yang membedakan antara manusia yang beriman dan
tidak, antara manusia yang taat dan tidak, antara manusia yang termasuk ke
dalam kategori penghuni surga dan penghuni neraka. Akhlaq merupakan
refleksi dari kebersihan jiwa dan budi pekerti seorang manusia, cermin dari
pemahaman dan implementasi ketaatan manusia terhadap nilai-nilai agama.
Mereka yang memiliki pemahaman baik serta timbul dalam dirinya upaya-
upaya untuk menerapkan nilai-nilai moral agama secara baik tentu akan
tergambar di dalam perilaku dan perbuatan dalam kesehariannya. Secara ideal,
seorang yang imannya sempurna akan mempunyai budi pekerti yang luhur.

14
E. Tujuan dan Manfaat Ilmu Akhlaq
a. Tujuan Akhlaq
Di kalangan ahli filsafat etika, persoalan mengenai tujuan yang ingin
dicapai, baik dengan melakukan sesuatu maupun tidak melakukan sesuatu,
dikenal dengan istilah summum bonum. Ihwal tersebut, dalam bahasa Arab
disebut al-ghayah atau al-khairul kulli. Secara umum, ternyata tujuan yang
akan dicapai manusia dengan perilakunya tersebut, adalah untuk mencapai
kebahagiaan. Demikian juga tujuan Akhlaq atau etika, apa pun bentuk dan
alirannya, adalah semata untuk mencapai kebahagiaan.
Hakikat kebahagiaan yang menjadi tujuan akhir dari perilaku manusia itu,
memicu beragam pendapat yang berbeda-beda. Dari berbagai pendapat yang
beragam tersebut, ada sebagian ahli ilmu Akhlaq yang meletakkan kebahagiaan
pada pemuasan nafsu makan, minum, dan syahwat. Selain itu, ada pula yang
meletakkan kebahagiaan pada kedudukan atau derajat, dan ada juga yang
meletakkannya pada pencapaian kebijaksanaan atau hikmah. 18 Aliran
hedonisme misalnya, memandang bahwa segala perbuatan manusia dianggap
baik, apabila menghasilkan hedone (kelezatan/kesenangan). Kelezatan
dimaksud adalah ketenteraman jiwa, yang berarti diperolehnya keseimbangan
badan.
Contoh lain adalah aliran vitalisme, yang berpendapat bahwa yang baik
adalah orang yang kuat. Dengan kekuatannya tersebut, ia dapat memaksakan
kehendaknya agar ditaati oleh orang-orang di bawahnya. Adapun Akhlaq
Islam, mendasarkan tujuannya pada pencapaian ke bahagiaan. Kebahagiaan
yang akan dicapai dalam Akhlaq Islam, adalah Ilmu Akhlaq kebahagiaan yang
dapat melindungi perorangan dan melindungi umat. Inilah kebahagiaan sejati,
bukan kebahagiaan yang bersifat khayalan dan angan angan belaka.
Dalam hal ini, kebahagiaan yang dimaksud tidak hanya bersifat lahiriah,
dalam arti kebahagiaan dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Akan tetapi
jauh melampaui itu, adalah tujuan final (ghayatul ghayah), berupa kebahagiaan
kehidupan akhirat kelak.
Jadi, tujuan yang akan dicapai Akhlaq Islam, adalah kebahagiaan di dunia
dan akhirat (sa'adah fi ad dâraini).

15
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa tujuan Akhlaq (Islam) adalah sa'adah
ukhrawiyah (kebahagiaan akhir). Lebih lanjut, Al-Ghazali juga menyatakan
bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan akhirat. Menurutnya,
bukan bahagia (sa'adah) apabila tidak nyata dan tiruan, seperti kebahagiaan
duniawi yang tidak mengarahkan kepada kebahagiaan akhirat. Adapun kunci
untuk dapat mencapai kebahagiaan yang kekal dan abadi, adalah mardhatillah
(ridha Allah). Tanpa ridha Allah, kebahagiaan yang abadi dan sejati tidak akan
dapat diraih. Oleh karena itu, Islam menganjurkan agar segala niat dan
perbuatan, baik lahir maupun batin, harus mengarah pada mardhatillah.
Sementara itu, jalan untuk meraih mardhatillah adalah jalan yang lurus, yaitu
takwa. Sesungguhnya, takwa inilah yang merupakan esensi dari Akhlaq Islam.
Pada dasarnya, tujuan pokok Akhlaq dalam Islam adalah agar setiap muslim
berbudi pekerti dan bertingkah laku baik dan mulia, sesuai dengan ajaran
Islam. Jika diperhatikan lebih jauh, sesungguhnya ibadah-ibadah inti dalam
Islam memiliki tujuan pembinaan Akhlaq mulia. Misalnya, shalat bertujuan
untuk mencegah seseorang melakukan perbuatan-perbuatan tercela. Selain itu,
shalat juga memupuk rasa pergaulan antarsesama manusia. Zakat, di samping
bertujuan menyucikan harta, juga menyucikan diri dengan cara membantu
sesama. Puasa bertujuan untuk mendidik manusia dalam menahan diri dari
berbagai syahwat dan godaan.15 Sementara itu, haji bertujuan di antaranya
untuk memunculkan tenggang rasa dan persaudaraan sesama umat Islam
seluruh dunia. Menurut Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag., "terdapat dua
macam tujuan Akhlaq, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
Akhlaq, adalah membentuk kepribadian seorang muslim agar memiliki Akhlaq
mulia, baik secara lahir maupun batin.

Allah SWT berfirman:


“Katakanlah (Muhammad), Tuhanku hanya mengharamkan segala
perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan
zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan) kamu mempersekutukan
Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan

15
Zaki Mubarok, Al-Akhlaq inda Al-Ghazali, (Kairo: Dar Al-Kutub Al-Arabi, tt.), hlm.140.

16
(mengharamkan) kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu
ketahui." (QS. Al-A'râf (7) :33).
Selain memiliki tujuan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Akhlaq
Islam juga memiliki tujuan khusus. Adapun tujuan khusus Akhlaq adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui Tujuan Diutusnya Nabi Muhammad
Sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah hadis, bahwa tujuan diutusnya
Nabi Muhammad adalah untuk menyempurnakan Akhlaq.
“Sungguh, aku diutus untuk menyempurnakan Akhlaq yang mulia.” (HR. Al
Bukhari, Abu Dawud, dan Hakim)
Hadis tersebut berkaitan erat dengan firman Allah:
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiyâ' (21) : 107) Hubungan antara hadis
dan ayat di atas, adalah rahmat yang dibawa Nabi Muhammad bagi semesta
alam, terwujud melalui penyempurnaan Akhlaq atau budi pekerti. Dengan
mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad, akan dapat mendorong
kita untuk mencapai Akhlaq mulia. Akhlaq merupakan sesuatu yang paling
penting dalam agama, bahkan tujuan utama ibadah sekali pun, adalah mencapai
kesempurnaan Akhlaq. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ibadah yang
tidak mendatangkan Akhlaq mulia, merupakan gerakan ritual formalitas
semata. Ibadah demikian tidak akan mendatangkan Akhlaq mulia, yang
menjadi tujuan utamanya. Sebagai contoh, seseorang yang melaksanakan
shalat, namun sholatnya tidak menyebabkannya terhindar dari perbuatan-
perbuatan keji atau mungkar. Ihwal tersebut menunjukkan bahwa shalatnya itu
hanya sebatas ritual formalitas. Shalatnya belum memberi bekas kebaikan bagi
pelakunya. Adapun seharusnya, seseorang yang telah menjalankan shalat,
dapat mencegah dirinya dari melaksanakan kemungkaran dan kemaksiatan.
Itulah tujuan Akhlaq, yang pada intinya adalah pencapaian budi pekerti mulia
bagi seluruh umat Islam.
2. Menjembatani Kerenggangan Antara Akhlaq dan Ibadah
Tujuan lain dari Akhlaq, adalah menyatukan antara Akhlaq dan ibadah.
Dalam bahasa yang lebih luas, dapat disebut juga sebagai menjembatani antara

17
agama dan dunia. Dengan demikian, ketika berada di masjid atau di luar
masjid, seseorang tidak memiliki kepribadian ganda. Kesatuan antara Akhlaq
dan ibadah, diperlihatkan oleh Rasulullah dalam sabdanya berikut ini.
Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak
beriman. Ditanya, "Siapa, ya Rasulullah?" Jawab Nabi,"Orang yang
tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim) Hadis tersebut secara eksplisit mengecam orang yang mengaku
beriman (ibadah), namun tidak memberikan keamanan kepada tetangganya
(Akhlaq). Jadi, orang yang beriman (beribadah) seharusnya berbuat baik
kepada tetang ganya (berAkhlaq). Agar selaras antara ibadah dan Akhlaqnya.
Ketika menjelaskan sifat-sifat orang yang beriman, Allah menyertakan sifat-
sifat Akhlaq mulia.
Allah SWT berfirman:
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk
dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang
yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba
sahaya yang mereka milik; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi
barangsiapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang yang
memelihara amanat-amanat dan janjinya serta orang yang memelihara
shalatnya.” (QS. Al Mu'minûn (23) : 1-9).
Usaha menyelaraskan antara ibadah dan Akhlaq dengan bimbingan hati
yang diridhai Allah, akan terwujud dalam perbuatan-perbuatan yang mulia.
Perbuatan yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat, serta terhindar
dari perbuatan tercela.
3. Mengimplementasikan Akhlaq dalam Kehidupan
Tujuan lain dari mempelajari Akhlaq adalah mendorong kita menjadi orang
orang yang mengimplementasikan Akhlaq mulia dalam kehidupan sehari - hari.
Sebab Akhlaq tidak cukup hanya dipelajari, namun perlu diimplementasikan
dalam kehidupan, sehingga bisa bermanfaat. Menurut Ahmad Amin, dalam
bukunya Ilmu Akhlaq bahwa manfaat mempelajari ilmu Akhlaq, adalah agar

18
kita dapat menetapkan suatu perbuatan sebagai yang baik atau buruk.
Perbuatan adil adalah baik, sedangkan zalim termasuk yang buruk. Membayar
utang merupakan kebaikan, sedangkan mengingkarinya adalah perbuatan yang
buruk.
Lebih lanjut, Ahmad Amin menjelaskan bahwa etika (Akhlaq) tidak dapat
menjadikan semua manusia baik. Kedudukan Akhlaq hanya sebagai dokter. Ia
menjelaskan kepada pasien tentang bahaya minuman keras dan akibat
buruknya terhadap akal. Adapun pasien boleh memilih informasi yang
disampaikan dokter tersebut; meninggalkannya agar tubuhnya sehat atau tetap
meminumnya. Sekalipun pasien tersebut meminumnya, dokter tidak dapat
mencegahnya.
Etika tidak akan memberi manfaat jika petunjuk-petunjuknya tidak di ikuti.
Tujuan etika bukan hanya mengetahui teori, tetapi juga memengaruhi dan
mendorong kita supaya hidup secara suci, serta menghasilkan kebaikan dan
kesempurnaan. Dengan Akhlaq, seseorang dapat membedakan perbuatan yang
merupa kan Akhlaq yang terpuji, dan perbuatan Akhlaq yang tercela.
Seseorang yang mengedepankan akal sehatnya, akan memilih untuk
berperilaku dengan Akhlaq mulia. Sebaliknya, seseorang yang tidak
menggunakan akal sehatnya, akan berperilaku dengan Akhlaq tercela dan akan
merugikan dirinya sendiri. 16

b. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlaq


Ilmu Ahlaq sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Oleh karena
itu, ilmu ini pantas untuk dipelajari dan dipahami secara mendalam. Ilmu
Akhlaq berarti Akhlaq yang berpijak dari pengetahuan, yang digali dari
berbagai pendekatan dan hasil-hasil penelitian. Pendekatan ilmiah dapat
dilakukan dengan menggali hikmah dari pengalaman kehidupan manusia,
perjalanan sejarah manusia dan kebudayaan, serta dari cara pandang manusia
terhadap lingkungan di sekitarnya.
Pendekatan tersebut termasuk pendekatan yang bersifat empiris, yaitu
pendekatan yang berpegang pada pengalaman sebagai sumber ilmu

16
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlaq), (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 6-7.

19
pengetahuan. Dalam pendekatan empiris, kebenaran adalah segala sesuatu yang
telah dialami dan bersifat objektif. Visualisasi kebenaran, didukung oleh
pancaindra dan penyimpulan dari berbagai pengalaman manusia yang saling
berhubungan. Hal ini memungkinkan sejarah, kisah-kisah umat terdahulu, dan
mungkin saja penafsiran terhadap legenda dan mitos-mitos, dapat diambil
hikmah dan dijadikan pelajaran oleh umat manusia sekarang dan yang akan
datang. Sejarah kehidupan dapat dijadikan sebagai cermin untuk melihat
kelemahan manusia di masa lalu, untuk kemudian memperbaikinya sekarang.
Akhlaq umat manusia terdahulu, merupakan syariat yang terus-menerus
disempurnakan dan direkonstruksi, demi kepentingan masa depan manusia.
Generasi yang akan datang akan menimba hikmah kehidupan dari umat
terdahulu. Apabila generasi baru tidak peduli dan kurang pandai membaca
situasi dan kondisi yang akan datang, mereka akan menemukan masalah yang
lebih berat. Alhasil, mereka akan mengalami kesulitan untuk memecahkannya.
Oleh sebab itu, pandai-pandailah belajar dari sejarah masa lalu, agar setiap
kebodohan dan ketertinggalannya tidak dipelihara, melainkan digantikan oleh
pola kehidupan yang lebih inovatif dan konstruktif. Akhlaq merupakan
tindakan kreatif yang penuh dengan cipta, karsa, dan karya, melalui
pemberdayaan akal budi yang luhur. Idealisme manusia seharusnya terus
dipelihara, guna menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran hakiki, yang
berdampak pada kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
Manfaat mempelajari ilmu Akhlaq, adalah meningkatkan kehidupan ke taraf
yang lebih baik. Di antara manfaat terbesar dalam mempelajari ilmu Akhlaq
sebagai berikut.
1. Peningkatan amal ibadah yang lebih baik, lebih khusyuk, dan lebih ikhlas.
2. Peningkatan ilmu pengetahuan untuk meluruskan perilaku dalam kehidupan,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
3. Peningkatan kemampuan mengembangkan sumber daya diri, agar lebih
mandiri dan berprestasi.
4. Peningkatan kemampuan bersosialisasi, melakukan silaturrahmi, dan
membangun ukhuwah atau persaudaraan dengan sesama manusia dan sesama
muslim. Adapun ukhuwah yang perlu diwujudkan, adalah a) ukhuwah

20
bashariyah, yaitu persaudaraan antarmanusia yang berprinsip pada persamaan
derajat, sebagai manusia atau al-musawwah; b) ukhuwah insaniyah, yaitu
persaudaraan antar manusia yang beretika dan saling memahami diri, dari
segala kelebihan dan kekurangannya; dan c) ukhuwah wathaniyah, yaitu
persaudaraan antarbangsa atau antarnegara, sebagai bagian dari diplomasi
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, untuk menjunjung tinggi nilai nilai
kebersamaan melalui prinsip kemerdekaan dan kesetaraan.
5. Peningkatan penghambaan jiwa kepada Allah yang menciptakan manusia
beserta alam dan isinya. Kesadaran terdalam manusia, adalah menyadari betapa
dirinya sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan Allah, kecuali Allah
memberinya kekuatan dan kemampuan kepada manusia untuk bertindak.
6. Peningkatan kepandaian bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, atas
segala nikmat yang telah diberikan-Nya.
7. Peningkatan strategi beramal shaleh, yang dibangun atas dasar rasionalitas.
Hal inilah yang akan membedakan, antara orang-orang yang berilmu dan
orang- orang yang taklid oleh sebab kebodohannya.17

17
Beni Ahmad Sachani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlaq, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 202-
203.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari materi Berdasarkan tulisan di atas diketahui bahwa

antara Akhlaq dengan etika, dan moral memiliki kesamaan arti, cakupan dan

tujuan. Namunpun demikian, juga memiliki perbedaan satu sama lainnya. Dalam

perspektif Islam Akhlaq dan tasawuf sangat berkaitan erat karena sama- sama

bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Serta dapat pula

disimpulkan 4 hal yaitu bahwa Akhlaq, etika dan moral adalah suatu disiplin ilmu

yang membicarakan tentang persoalan baik dan buruk, Antara Akhlaq, etika dan

moral, memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama

mengkaji masalah baik dan buruk, sedangkan perbedaanya adalah terletak pada

landasan yang dipakai, Dalam konteks sejarah, antara Akhlaq dan tasawuf

memiliki tujuan dan esensi yang sama, yaitu sebagai jalan untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT, serta Indikator orang berAkhlaq adalah beriman atau tidaknya

seseorang. Salah satu karakter seseorang dikatakan beriman adalah ketika ia

mampu melahirkan kedamaian dan ketenteraman bagi alam lingkungannya.

B. Saran

Adapun saran yang akan kami sampaikan adalah Kita harus bisa

membentengi diri kita dengan keimanan dan ketaqwaan agar modernisasi dan

globalisasi tidak mempengaruhi etika, moral dan Akhlaq kita tetapi kita yang

mengendalikan modernisasi dan globalisasi yang harus kita peroleh dan pelajari

dengan Akhlaq, etika, moral,dan dalil yg kita miliki.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Beni Sachani dan Abdul Hamid. 2010, Ilmu Akhlaq, Bandung : Pustaka
Setia
Ahmad, Mudhor. 1993. Etika dalam Islam. Mataram: Al-Ikhlas.
Ali, M. Hasan. 1978. Tuntunan Akhlaq, Jakarta: Bulan Bintang.
Amin, Ahmad. 1993. Etika (Ilmu Akhlaq). Jakarta: Bulan Bintang

Association for Supervision and Curriculum Developement. 1998. Moral


Education in The Life of School. ASCD Panel on Moral.
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ilyas, Yunahar. 2000. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI.
Ja’kub, Hamzah. 1978. Etika Islam. Jakarta: Publicita.
Mastuhu. 1999. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos
Mubarok, Zaki. Al-Akhlaq inda Al-Ghazali, Kairo: Dar Al-Kutub Al-Arabi, tt.
Nata, Abudin. 2014. Akhlaq Tasawuf dan Karakter. Jakarta: Rajawali Pers.
Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Qomari, Rohmad, 2009. 10 JURNAL PEMIKIRAN ALTERNATIF
KEPENDIDIKAN INSANIA. Purwokerto: Jurusan Tarbiyah STAIN
Purwokerto Vol. 14 No. 1

Rachmat, Djatnika. 1996. Sistem Ethika Islam (Akhlaq Mulia). Jakarta: Pustaka
Panjimas.

Setiardja, A. Gunawan. 1990. Dialektika Hukum dan Moral dalam Membangun


Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Sya’roni, Mockh. 2014. “Etika Keilmuan: Sebuah Kajian Filsafat Ilmu”. Jurnal
Teologia, Vol. 25 No. 1.
Tanyid, Maidiantius. 2012. “Etika Dalam Pendidikan: Kajian Etis Tentang Krisis
Moral Berdampak Pada Pendidikan”. Jurnal Jaffray, Vol. 12, 2.
Wibisono, Haryo Kunto dkk. 2015. “Dimension of Pancasila Ethic in
Bureaucracy: Discourse of Governance”. Jurnal Fokus Vol. 12, No. 7.
Yadi, Hasin. 2019. Ayat-ayat Akhlaq dalam Al-Qur’an. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Jakarta Vol. 2 No. 2

23
24

Anda mungkin juga menyukai