Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKHLAK

Diajukan sebagai
Tugas Mata Kuliah Ibadah, Akhlak, dan Muamalah
Dosen Pengampu
Arian Sahidi, M.Pd.

Disusun Oleh :

Zulkiara (1903040009)

Prima Indra Majid (2103040141)

Kesy Apriansyah (2103040037)

Panji Susetyo Firmansyah (2103040007)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam cipataan-
Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan
bahasa yang sangat indah.

Penyusun disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah yang kami beri judul Akhlak sebagai tugas mata kuliah Ibadah Ahlak dan Muamalah.
Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang pengertian Akhlak , Perbedaan dan
persamaan antara akhlak, etika dan moral, Sumber akhlak dalam islam Akhlak sebagai modal
sosial bagi keberhasilan hidup seseorang.

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penyusun memahami jika makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki dan
menyempurnakan karya- karya kami.

Purwokerto, 11 September 2022

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 1
BAB II .......................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 2
A. Pengertian Akhlak .......................................................................................................................... 2
B. Pengertian Etika ............................................................................................................................. 3
C. Pengertian Moral............................................................................................................................ 4
D. Perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika dan moral.......................................................... 5
E. Sumber akhlak dalam islam Dan Akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup
seseorang. .............................................................................................................................................. 6
a) Sumber akhlak dalam islam ........................................................................................................... 6
b) Akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup seseorang. ................................................ 8
BAB III ....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual Muslim yang keha-dirannya hingga
saat ini dirasakan dan sangat diperlukan. Akhlak secara historis dan teologis tampil untuk
mengawal dan memandu perjalanan umat Islam agar bisa selamat di dunia dan di akhirat
dan tidaklah berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa misi utama dari kerasulan
Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, begitulah yang telah
disabdakan oleh beliau, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan
dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang mulia, hingga Allah Swt
sendiri memuji akhlak mulia Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya, dan menjadikan
beliau sebagai uswah hasanah dalam berbagai hal agar kita bisa selamat di dunia dan
akhirat.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan
yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, kesusilaan dan kesopanan
adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup susila dan tiap-
tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya
hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang
kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana
manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk.
Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan,
meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak ?


2. Apa Perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika dan moral ?
3. Apa yang dimaksud dari sumber akhlak dalam islam Akhlak sebagai modal sosial bagi
keberhasilan hidup seseorang. ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengethui apa yang dimaksud dengan akhlak


2. Mengetahui apa Perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika dan moral ?
3. Mengetahui apa yang dimaksud dari sumber akhlak dalam islam Akhlak sebagai modal
sosial bagi keberhasilan hidup seseorang. ?

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak

Secara bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlak (‫ )أخالق‬adalah bentuk
jama’, sedang mufradnya adalah khalaq (‫ ) ُخلُق‬yang di artikan budi pekerti. Al-khuluk sifatnya di
ciptakan oleh pelakunya sendiri dan bisa bernilai baik dan buruk tergantung pada sifat perbuatan
itu.

Kata khuluq (bentuk mufrad dari akhlaq) ini berasal dari fiil madhi khalaqa yang dapat
mempunyai bermacam-macam arti tergantung pada mashdar yang digunakan. Ada beberapa kata
Arab yang seakar dengan kata al-khuluq ini dengan perbedaan makna.

Namun karena ada kesamaan akar kata, maka berbagai makna tersebut tetap saling
berhubungan. Diantaranya adalah kata al-khalq artinya ciptaan. Dalam bahasa Arab kata al-khalq
artinya menciptakan sesuatu tanpa didahului oleh sebuah contoh, atau dengan kata lain
menciptakan sesuatu dari tiada dan yang bisa melakukan hal ini hanyalah Allah, sehingga hanya
Allahlah yang berhak berpredikat Al-Khaliq atau Al-Khallaq sebagaimana yang diungkapkan
dalam QS. al-Hasyr ayat 24‫المصور‬
ّ ‫ هو هللا الخالق البار ئ‬dan QS. Yasin ayat 81 yang berbunyi ‫بلى و هو‬
‫ الخالق العليم‬.

Sementara itu dari sudut terminologi (istilah), ada banyak pendapat yang mengemukakan istilah
akhlak. Diantaranya adalah yang dikemukakan Al-Ghazali[5]:

2
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maka bila sifat itu
memunculkan perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syariat maka sifat itu disebut akhlak
yang baik, dan bila yang muncul dari sifat itu perbuatan-perbuatan buruk maka disebut akhlak
yang buruk.

Pengertian di atas memberikan pemahaman bahwa al-khuluq disebut sebagai kondisi atau sifat
yang terpatri dan meresap dalam jiwa, sehingga si pelaku perbuatan melakukan sesuatu itu secara
sepontan dan mudah tanpa dibuat-buat, karena seandaianya ada orang yang mendermakan
hartanya dalam keadaan yang jarang sekali untuk dilakukan (mungkin karena terpaksa atau
mencari muka), maka bukanlah orang tersebut dianggap dermawan sebagai pantulan
kepribadiannya. Sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa itu juga disyaratkan dapat
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan lagi.

Ibnu Maskawih memberikan definisi senada mengenai istilah khuluq, Khuluq ialah keadaan gerak
jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pemikiran.

Dijelaskan pula oleh Ibnu Maskawaih bahwa keadaan gerak jiwa tersebut meliputi dua hal.
Yang pertama, alamiah dan bertolak dari watak, seperti adanya orang yang mudah marah hanya
karena masalah yang sangat sepele, atau tertawa berlebihan hanya karena suatu hal yang biasa saja,
atau sedih berlebihan hanya karena mendengar berita yang tidak terlalu memprihatinkan. Yang
kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena
dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian menjadi karakter yang melekat tanpa
dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akhlak
merupakan manifestasi iman, Islam, dan ihsan yang merupakan refleksi sifat dan jiwa secara
spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku secara konsisten dan
tidak tergantung pada pertimbangan berdasar interes tertentu.

B. Pengertian Etika

Etika, seperti halnya dengan istilah yang menyangkut ilmiah lainnya berasal dari bahasa
Yunani kuno yaitu, ethos. Kata ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan
cara berpikir. Dalam bentuk jamak etika artinya adalah adat kebiasaan. Dan arti inilah yang

3
menjadi latar belakang terbentuknya istilah “etika” yang oleh filosuf besar Yunani, Aristoteles
(384-322 sM) sudah dipakai sebagai filsafat moral.
Jika dilihat dari kamus besar bahasa indonesia, etika dijelaskan dengan tiga arti :
a) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan dan masyarakat,
b) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,
c) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).
Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk
menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu
adalah akal pikiran Atau dengan kata lain, dengan akal lah orang dapat menentukannya baik atau
buruk.
Dalam hubungan ini Dr. H. Hamzah Ya’qub menyimpulkan atau merumuskan: “Etika ialah
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”
Kita memberikan timbangan kepada berbagai perbuatan “baik atau buruk, benar atau salah,
hak atau batal.” Hukum ini merata diantara manusia baik yang tinggi kedudukannya maupun yang
rendah. Hal tersebut dapat diucapkan oleh ahli hukum didalam soal undang – undang, oleh ahli
perusahaan kepada perusahaan mereka, bahkan oleh anak – anak dalam permainan mereka ; maka
apakah artinya “baik atau buruk?” dan dengan ukuran “apakah” kita mengukur perbbuatan yang
akan kita beri hukum “baik atau buruk?”. Etika, suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
meneerangkan apa yang dilakukan oleh manusia pada yang lainnya, menyatakan tujuan yang harus
di tuju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
harus di perbuat.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia
disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk yang dapat diketahui
oleh akal pikiran manusia.
Dengan demikian bahwa pokok persoalan etika ialah segala perbuatan yang timbul dari orang yang
melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia mengetahui kapan ia melakukannya.

C. Pengertian Moral

Berasal dari bahasa latin, yaitu jamak dari mose yang berarti adat kebiasaan. Istilah moral dan
etika sama artinya, tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas
dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang ada.
Dalam hal ini hamzah ya’qub mengatakan bahwa yang d maksud moral adalah sesuai dengan ide-
ide umum tentang tindakan manusia mana yang baik mana yang wajar. Senada dengan hamzah
ya’qub, secara detail dalam ensiklopedia pendidikan di sebutkan bahwa moral adalah nilai dasar

4
masyarakat untuk memilih antara nilai hidup ( moral) juga adat istiadat yang menjadi dasar untuk
menunjukkan baik dan buruk maka untuk mengukur tingkah laku manusia (baik dan buruk ) dapat
di lihat dari penyesuaiannya dengan adat istiadat yang umum di terima masyarakat, yang meliputi
kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. karena itu , dapat di katakan baik atau buruk yang
diberikan secara moral hanya bersifat lokal. Ini lah yang membedakan antara etika dan moral.
Perbedaan lain antara etika dan moral adalah etika lebih bersifat teori sedang moral lebih bersifat
praktis, etika memandang tingkah laku manusia secara universal (Umum) sedangkan moral secara
lokal (khusus), etika menjelaskan ukuran yang dipakai, moral merealisasikan ukuran itu dalam
perbuatan.

D. Perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika dan moral

1. Perbedaan antara akhlak, etika dan moral


Dari Seginya di bagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) berdasarkan tolak ukur dan 2) berdasarkan sifat
1. Berdasarkan Tolak Ukur

• Akhlak tolak ukurnya al-qur’an dan As Sunnah


• Etika tolak ukurnya pikiran atau akal
• Moral tolak ukurnya norma hidup yang ada di masyarakat berupa adat atau aturan
tertentu.

2. Berdasarkan Sifat

• Etika bersifat teori


• Akhlak dan Moral bersifat praktis

2. persamaan antara akhlak, etika dan moral

Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral yang dapat dipaparkan sebagai
berikut:

• Pertama, akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.

• Kedua, akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk
menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas
akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula
kualitas kemanusiaannya.

5
• Ketiga, akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata
merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan
potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi
positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan
lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu
menerus, berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi

E. Sumber akhlak dalam islam Dan Akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup
seseorang.

a) Sumber akhlak dalam islam

Maksud dari sumber akhlak ialah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan
tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran islam, sumber akhlak adalah Al-Qur’an dan
Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika
dan moral dan pula bukan karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaimana
pandangan Mu’tazilah.
Majid Fakhry dalam bukunya Etika dalam Islam (1996) menjelaskan bahwa
Mu’tazilah adalah moralis pertama dalam islam. Korelasi antara pengetahuan dan
kebenaran menurut Majid Fakhry dalam bukunya Etika dalam Islam (1996) adalah kunci
tesis Mu’tazilah. Jika kemampuan dianggap sebagai dasar etika Mu’tazilah, maka keadilan
dan kebijaksanaan Tuhan merupakan 2 dasar lain dari etika teologis.[3]
Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang digunakan untuk menyatakan baik-
buruknya sifat seseorang itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunah Nabi SAW. Apa yang baik
menurut Al-Qur’an dan As-Sunah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah,
itulah yang tidak baik dan harus dihindari. Dasar akhlak yang dijelaskan dalam Al-Qur’an
yaitu:

.ْ‫للا‬ َ ‫سو ِْل للاِْ أُس َوةْ َح‬


َ ‫سنَةْ ِل َمنْ كَانَْ يَر ُجوا للاَْ َواليَو َْم اْل ِخ َْر َوذَك ََْر‬ ُ ‫لَقَدْ كَانَْ لَكُمْ فِيْ َر‬
‫َكثِي ًرْا‬
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
edangkan dalam Al-Qur’an hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlak yaitu khuluq (QS.
Al-Qalam (68): 4)

‫وإنَّك لعلى ُخلُق ع ِظيْم‬

6
Artinya: “Dan sungguh-sungguh engkau berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam (68):
4)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

َ ‫أَك َم ُْل ال ُمؤ ِم ِنينَْ ِإي َمانْا ً أَح‬


ً ‫سنُ ُهمْ ُخلُقْا‬
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.” (H.R. At-Tirmidzi)
Sungguh Rasulullah memiliki akhlak yang sangat mulia. Segala perbuatan dan perilaku
beliau berpedoman pada Al-Qur’an. Aisyah memberikan gambaran yang sangat jelas akan
akhlak beliau dengan mengatakan:

‫كَانَْ ُخلُقُ ْهُ القُرآن‬


Artinya: “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.” (H.R. Abu Dawud dan Muslim)
Segala tingkah laku dan tindakan Rasul, baik yang lahir maupun batin senantiasa
mengikuti petunjuk dari Al-Qur’an. Al-Qur’an senantiasa mengajarkan umat Islam untuk
berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini
ditentukan oleh Al-Qur’an.
Dalam konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela,
semata-mata karena Syara’ (Al-Qur’an dan Sunnah) menilainya dengan demikian. Kenapa
sifat sabar, syukur, pemaaf, pemurah, dan jujur misalnya dinilai baik? Sifat-sifatbaik itu
dinilai tidak lain karena Syara’. Begitu juga sebaliknya, kenapa pemarah, tidak bersyukur,
dendam, kikir dan dusta misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena Syara’ menilainya karena
demikian.
Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Qur’an memang dapat menjadikan
cintaterhadap kesucian dan selalu ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh
Allah SWT. sebab itulah hati nurani manusia selalu mendambakan dan merindukan
kebenaran, ingin mengikuti ajaran-ajaran Tuhan karena kebenaran itu tidak akan didapat
kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak. Namun fitrah manusia tidak selalu
dapat berfungsi dengan semestinya karena pengaruh dari luar, seperti pengaruh pendidikan
serta lingkungan. Fitrah hanyalah merupaka potensi dasar yang perlu dipelihara dan
dikembangkan. Batapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya
tidak dapat melihat lagi kebenaran. Oleh sebab itu ukuran baik dan buruk tidak dapat
diserahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani atau fitrah manusia semata. Harus
dikembalikan kepada penilaian Syara’.
Demikian juga hanya dengan akal pikiran. Ia hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki
manusia untuk mencari kebaikan atau keburukan. Dan keputusannya bermula dari
pengalaman empiris kemudian diolah menurut kemampuan pengetahuannya. Oleh karena
itu keputusannya yang diberikan akal hanya bersifat spekulatif dan subjektif.

7
Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran. Bagaimana dengan pandangan
masyarakat? Pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk,
tetapi sangat relatif, tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan
pikiran mereka dapat terjaga. Masyarakat yang hati nuraninya sudah tertutup dan akal
pikiran mereka sudah dikotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bisa
dijadikan ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.
Dari uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa ukuran yang pasti (tidak spekulatif), objektif,
komprehensif, dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah Al-Qur'an dan As-
Sunnah, bukan yang lain-lainnya.
b) Akhlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup seseorang.

Sesuatu perbuatan dipandang baik oleh masyarakat umum atau dipandang buruk. Dimana
setiap orang dapat menilai sesuatu perbuatan itu perbuatan baik dan sesuatu perbuatan lainnya
itu buruk. Perasaan terhadap sesuatu perbuatan itu baik atau perbuatan sesuatu itu buruk itu
yang disebut moral sense. Umpamanya ada seseorang yang berbuat kasar terhadap orang tua,
orang akan menilai bahwa perbuatan itu adalah tidak baik. Demikian pula terhadap perbuatan
seperti; kikir, sombong, ujub takabur, aniaya, malas, dsb. Tetapi sebaliknya seumpanya ada
seseorang yang bersikap ramah tamah, sabar, rendah hati, dermawan, adil, jujur, dan
sebagainya, orang akan menilai bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang baik dan
terpuji.

‫ب‬
ُّ ‫ّللا يُ ِح‬ ُّ ِ َ‫َن الن‬
َُُّ ‫اس ُّۗ َو‬ ُِّ ‫ينُّ ع‬ َ ‫ين ا ْلغَ ْي‬
َ ِ‫ظُّ َوا ْل َعاف‬ ِ ‫اءُّ َوا ْلك‬
َُّ ‫َاظ ِم‬ ِ ‫اء َوالض ََر‬
ُِّ ‫س َر‬
َ ‫ونُّ فِي ال‬ َُّ ‫الَذ‬
َ ُ‫ِين يُ ْن ِفق‬
َُّ ِ‫سن‬
‫ين‬ ِ ْ‫ا ْل ُمح‬
Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)
Akhlak memang merupakan batas pemisah antara yang orang berakhlak dengan orang yang
tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah
seperti jasad yang tidak bernyawa.karena salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah SAW
ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang
terdahulu.
Selain itu juga, akhlak ialah ciri-ciri kelebihan di antara manusia karena akhlak merupakan
simbol kesempurnaan iman, ketinggian takwa dan kealiman manusia yang berakal. Dalam hal
ini Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Orang yang sempurna imannya ialah mereka
yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim, Shahihul
Jaami’ No. 1230)

8
Kekalnya suatu ummah juga karena kokohnya akhlak dan begitulah juga runtuhnya suatu
ummah itukarena lemahnya akhlaknya. Hakikat kenyataan di atas dijelaskan dalam kisah-kisah
sejarah dan tamadun manusia melalui Al-Qur’an seperti kisah kaum Lut, Samud, kaum nabi
Ibrahim, Bani Israel dan lain-lain. Ummah yang berakhlak tinggi dan sentiasa berada di bawah
keridhoan dan perlindungan Allah ialah ummah yang seperti pada zaman Rasulullah SAW.
Tidak adanya akhlak yang baik pada diri individu atau masyarakat akan menyebabkan
manusia krisis akan nilai diri, keruntuhan rumah tangga, yang tentunya hal seperti ini dapat
membawa kehancuran dari suatu negara. Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan
melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan.
Allah SWT. telah menetapkan bahwa umat muslim adalah umat yang paling baik.
Kebaikan ini dikarenakan oleh adanya sifat akhlak yang baik yang telah tumbuh dalam umat
muslim. Sifat akhlak tersebut, secara umum telah dijelaskan dalam surah Āli ‘Imrān ayat 110:

َْ‫اللِ َولَوْ آ َمن‬


ْ ِ‫َن ال ُمنك َِْر َوتُؤ ِمنُونَْ ب‬ ِْ ‫وف َوتَن َهونَْ ع‬ ِْ ‫اس تَأ ُم ُرونَْ بِال َمع ُر‬ْ ِ َّ‫كُنتُمْ َخي َْر أ ُ َّمةْ أُخ ِر َجتْ ِللن‬
َْ ُ‫سق‬
‫ون‬ ِ ‫ب لَكَانَْ َخيرْاً لَّ ُهم ِمن ُه ُْم ال ُمؤ ِمنُونَْ َوأَكثَ ُرهُ ُْم الفَا‬
ِْ ‫أَه ُْل الْ ِكتَا‬
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 110).
Tiga sifat-sifat akhlak tersebut diatas yang disebutkan pada ayat 110 Q.S.Ali Imran yaitu
keimanan kepada Allah SWT, memerintahkan kepada kebaikan (amar ma’rūf), dan mencegah
dari kemungkaran (nahi munkar). Kepercayaan dalam bentuk iman kepada Allah SWT akan
membangkitkan manusia untuk melakukan amal shaleh. Amar ma’rūf adalah cinta kepada
manusia. Sedangkan nahi munkar adalah menanggulangi keburukan dan menyempitkan jalan
bagi tumbuhnya keburukan dan kejahatan itu. Ini semua adalah puncak akhlak yang baik.
Akhlak merupakan jati diri bagi setiap orang karena setiap orang yang berakhlak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu akan sangat jauh berbeda. Akhlak tidak
dapat dinilai atau digambarkan dengan mata uang apapun, akhlak merupakan wujud jati diri
seseorang didalam pribadi seorang insan yang merupakan hasil didikan dari kedua orang tua
serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka.
Terbentuknya sebuah masyarakat diibaratkan sama seperti membangun sebuah bangunan.
Kalau dalam pembinaan bangunan, asasnya disiapkan terlebih dahulu, begitu juga dengan
membentuk masyarakat mesti di mulai dengan pembinaan asasnya terlebih dahulu. Jika asas
yang dibina sangat kokoh maka tegaklah masyarakat tersebut. Jika lemah maka runtuhlah apa
yang telah dibina diatasnya.

9
َْ‫ّللاُ إِلَيْك‬ َ ‫َوأَحسِنْ َك َما أَح‬
َّْ َْ‫سن‬
Artinya: “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah Berbuat baik
kepadamu.” (QS.al-Qashas: 77)
Akhlak memang sangat penting karena merupakan asas yang telah dilakukan oleh baginda
Rasulullah SAW ketika memulai pembentukan masyarakat Islami. Sungguh akhlak itu sangat
penting artinya dalam kehidupan bermasyarakat, dapat dibayangkan seperti apa jadinya bila
suatu masyarakat tidak di bangun dengan asas akhlak yang mulia? Sungguh akan terjadi suatu
kehancuran pada masyarakat tersebut.
"Dan tujuan akhir dari akhlak, yaitu memutuskan diri kita dari cinta kepada dunia, dan
menancapkan dalam diri kita cinta kepada Allah SWT. Maka, tidak ada lagi sesuatu yang
dicintai selain berjumpa dengan dzat illahi rabbi, dan tidak menggunakan semua hartanya
kecuali karenanya…". Dapat disimpulkan bahwa Al-Ghazāli menempatkan kebahagiaan jiwa
seorang insan sebagai tujuan akhir dan kesempurnaan dari akhlak. Kebahagiaan tertinggi dari
jiwa seseorang berarti mengenal adanya Allah SWT. tanpa adanya keraguan sedikitpun
(ma’rifatullah).
Allah SWT. merupakan sumber kasih sayang dalam setiap manusia dan kebenaran yang
memuaskan jiwa dan rohani. Setiap manusia yang berpegang teguh pada prinsip akhlak yang
baik akan mengupayakan hidupnya dengan bijak. Semua perbuatan dan amalnya diyakini
keterarahan kepada Allah SWT. yang telah menanamkan segala hal yang baik dalam ciptaan.
Dengan keseimbangan jiwanya, ia tidak membiarkan diri hanyut akan hal-hal bersifat material
sejauh hal itu bisa menambah kesempurnaan akhlak.
Manusia yang berpegang pada prinsip akhlak akan mengupayakan hidupnya secara bijak.
Semua perbuatannya atau amalnya diyakini terarah kepada Allah yang telah menanamkan
segala yang baik dalam ciptaan-Nya. Kesuksesan yang hakiki akan dapat diraih jika mengikuti
konsep 7B, yaitu:
1) Beribadah dengan benar
2) Bertakwa dengan baik
3) Belajar tiada henti
4) Bekerja keras dan ikhlas
5) Bersahaja dalam hidup
6) Bantu sesama dan
7) Bersihkan hati selalu

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak adalah buah dari keimanan dan keistiqamahan seseorang dalam menjalankan ibadah. Akhlak
yang kita ketahui tersebut memiliki pengertian baik secara bahasa maupun secara istilah. Selain itu ada
beberapa ulama yang juga menjabarkan pengertian akhlak sebagaimana Ibnu Miskawaih menyebutkan
bahwa akhlak adalah keadaan jiwa atau sifat seseorang yang medorong melakukan sesuatu tanpa perlu
mempertimbangkannya terlebih dahulu.

Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik dan buruknya
adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Dan Moral adalah ajaran baik dan buruk yang
ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.

Sumber akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat
sebagaimana pada konsep etika dan moral dan pula bukan karena baik atau buruk dengan sendirinya
sebagaimana pandangan Mu’tazirah.

Akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan
orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.Akhlak tidak dapat dibeli atau dinilai dengan
suatu mata uang apapun, akhlak merupakan wujud di dalam diri seseorang yang merupakan hasil didikan
dari kedua orang tua serta pengaruh dari masyarakat sekeliling mereka. Jika sejak kecil kita kenalkan, didik
serta diarahkan pada akhlak yang mulia, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari hingga seterusnya.

B. Saran

Kita sebagai seorang muslim harus bisa menjadi hamba Allah yang yang taat pada ajaran-Nya dan
menjauhi larangan-Nya, serta menjadi seorang muslim yang dapat menerapkan etika, moral dan akhlak
yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1991. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djatmika, Rachmat. 1996. Sistem Etika Islam. Jakarta: Puastaka Panjimas.

Fakhry, Majid. 1996. Etika dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hakim, Khalifah Abdul. 1995. Hidup yang Islami. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Hidayat, Nur. 2013. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

12

Anda mungkin juga menyukai