Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok 10 reguler E.
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji
melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat
belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran
dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Akhlak Menuntut Ilmu
Makalah ini di sajikan sesingkat dan serinci-rincinya agar pembaca lebih mudah
memahami isi dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
wawasan yang lebih luas. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna.

Bogor, 20 Desember 2021


Penyusun
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG MASALAH...........................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................3
C. TUJUAN...................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................4
A. AKHLAK..................................................................................................................................4
1. Pengertian Akhlak.................................................................................................................4
2. Ruang Lingkup Akhlak..........................................................................................................5
3. Pembentukan Akhlak.............................................................................................................5
B. MENUNTUT ILMU..................................................................................................................6
1. Pengertian Menuntut Ilmu.....................................................................................................6
2. Hukum Menuntut Ilmu..........................................................................................................6
3. Anjuran Menuntut Ilmu.........................................................................................................7
C. AKHLAK MENUNTUT ILMU................................................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................10
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................10
A. SARAN...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Semakin majunya ilmu pengetahuan, zaman semakin modern dan manusia pun hidup
dalam berbagai kemudahaan yang diberikan oleh zaman era globalisasi ini. Peradaban di
era globalisasi ini membuat kodrat manusia sebagai hamba Allah Swt yang semata-mata
hanya di wajibkan patuh dan hanya menyembah satu kepadanya, kini sedikit-sedikit
memudar dan tersingkirkan dari kehidupan sehari-hari manusia itu sendiri yang mana di
karenakan merosotnya iman-iman manusia itu sendiri “Astagfirullah” kini tindakan
mereka semakin tidak terkontrol lagi. Kemerosotan akhlak dan moral yang seharusnya
menjadi hal yang si utamakan dalam melankolani kehidupan social mereka didunia yang
hanya sementara ini kini hanya menjadi kata-kata khiasan saja dalam kehidupan mereka
tanpa mengetahui maknanya. Melihat kepada realita saat ini, pendekatan yang efektif dan
signifikan amat diperlukan. Usaha memupuk akhlak yang baik di tengah budaya
materialism dan hedonism, bukanlah satu tugas yang mudah. Maka dari itu era zaman
sekarang, pentingnya kita menekankan Pendidikan akhlak kepada generasi-generasi yang
akan mendatang agar memunculkan kepribadian yang di contohkan oleh Rsulullah SAW.
Sebagai ornga yang berpendidikan juga para penerima pendidikan juga harus
menyampaikan kembali kepada generasi-generasi selanjutnya yang akan menggantikanya
kelak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akhlak?
2. Mengapa harus memiliki akhlak dalam menuntut ilmu?
3. Bagaimana metode yang baik dalam menuntut ilmu?

C. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa saja pengertian akhlak.


2. Untuk mengetahui bagaimana adab dalam menuntut ilmu.
3. Untuk mengetahui bagaimana metode yang baik dalam menuntut ilmu.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. AKHLAK

1. Pengertian Akhlak

Menurut istilah etimology (bahasa) perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu,
‫ أخال ق‬yang mengandung arti “budi pekerti, tingkah laku, perangai, dan tabiat”.
Sedangkan secara terminologi (istilah), makna akhlak adalah suatu sifat yang melekat
dalam jiwa dan menjadi kepribadian, dari situlah memunculkan perilaku yang spontan,
mudah, tanpa memerlukan
pertimbangan.

Berdasarkan makna diatas dapat dipahami bahwa yang kongkrit dari setiap aktivitas,
sangat di tentukan oleh kondisi jiwa pelakunya yang berupa tingkah laku, perangai, dan
tabiat.

Ada beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian


akhlak sebagai berikut:

1. Menurut Ibnu Mazkawaih,


Akhlak merupakan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan suatu perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran dan perencanaan.
2. Menurut Al-Ghozali:
“fakhluqu „ibaratu „an haiatin fin nafsi raasikhatun „anha tashdurul af‟alu
bisuhuulatin wa yusrin min ghairi hajaatin ila fikrin wa ru‟yatin”.
(akhlak adalah sifat tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah dilakukan tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan).
3. Menurut Rosihan Anwar,
Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat
tanpa melalui pertimbangan dan pilihan terlebih dahulu.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan


keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga jiwa tersebut benar-benar telah melekat
sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikirkan dan diangan-angan lagi.
5

2. Ruang Lingkup Akhlak

Berdasarkan berbagai macam definisi akhlak, maka akhlak tidak memiliki pembatasnya,
ia melingkupi dan mencakup semua kegiatan, usaha, dan upaya manusia, yaitu dengan nilai-
nilai perbuatan. Dalam perspektif Islam, akhlak itu komprehensif dan holistik, dimana dan
kapan saja mesti berakhlak. Oleh sebab itulah merupakan tingkah laku manusia dan tidak
akan pernah berpisah dengan aktivitas manusia. Jadi, ruang lingkup akhlak Islam adalah
seluas kehidupan manusia itu sendiri yang mesti diaplikasikan fi kulli al-makan wa fi kulli al
zaman.

Akhlak Islam meliputi:

a) Hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Bersyukur kepada Allah. Titik
tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuandan kesadaran bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah. Adapun akhlak kepada Allah meliputi selalu menjaga tubuh dan
pikiran dalam keadaan bersih, menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar, dan
menyadari bahwa semua manusia sederajat.
b) Akhlak terhadap sesama manusia. Banyak sekali rincian tentang perlakuan terhadap
sesama manusia. Petunjuk mengenai hal itu tidak hanya berbentuk larangan
melakukan hal-hal yang negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil
harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga menyakiti hati dengan jalan
menceritakan aib sesama. Akan tetapi akhlak kepada sesama manusia meliputi
menjaga kenormalan pikiran orang lain, menjaga kehormatannya, bertenggang
rasa dengan keyakinan yang dianutnya, saling tolong menolong dan lain-lain.
c) Akhlak terhadap lingkungan, yaitu lingkungan alam dan lingkungan
makhluk hidup lainnya, termasuk air, udara, tanah, tumbuh-tumbuhan,
dan hewan. Jangan membuat kerusakan dimuka bumi ini.

3. Pembentukan Akhlak

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan


pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah pembentukan akhlak. Seperti pendapat Muhammad Al-Abrashy yang
dikutip oleh Abuddin Nata dalam buku yang berjudul “Akhlak Tasawuf ” bahwa pendidikan
budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan Pendidikan Islam. Demikian pula Ahmad D.
6

Marimba berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan
hidup setiap muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah, yang percaya dan menyerahkan diri
kepada-Nya dengan memeluk agama Islam.

Hampir semua tokoh akhlak, seperti Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, dan termasuk al-
Ghazali, berpendapat bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan. Pembinaan, dan
perjuangan keras dan sungguh-sungguh.

B. MENUNTUT ILMU
1. Pengertian Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan
menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Menuntut ilmu merupakan ibadah
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. Artinya: “Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang
Islam laki-laki dan perempuan.” Mu’adz bin Jabbal berkata: “Tuntutlah ilmu, karena
mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa khasyyah,
mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah jihad,
mengajarnya untuk keluarga adalah taqarrub.”

Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan
perempuan. Hal yang paling diharapkan ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah
yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap, dan perubahan aspek lain yang ada pada
setiap individu.

2. Hukum Menuntut Ilmu

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik dari Nabi SAW bersabda, “menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” Ilmu bisa dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a. Ilmu-ilmu Syar’i
Mempelajari ilmu-ilmu syar’i ini merupakan sebuah tuntutan akan tetapi
hukum menuntutnya disesuaikan dengan kebutuhan terhadap ilmu tersebut. Ada dari
ilmu-ilmu itu yang menuntutnya adalah fardu ‘ain, artinya bahwa seseorang mukalaf
(terbebani kewajiban) tidak dapat menunaikan kewajiban terhadap dirinya kecuali
dengan ilmu tersebut, seperti cara berwudu, salat, haji, zakat, dan sebagainya.
berdasarkan hadis, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” Nawawi
mengatakan, “Meskipun hadis ini tidak kukuh namun maknanya benar.”
7

b. Ilmu-ilmu yang bukan syar’i

Sedangkan hukum menuntut ilmu-ilmu yang bukan syar’i maka ada yang
fardu kifayah. Seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung urusan-urusan
dunia, seperti ilmu kedokteran karena ilmu ini menjadi sesuatu yang penting untuk
memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena ini menjadi sesuatu yang penting di
dalam muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris, dan lainnya. Ada juga
yang menuntutnya menjadi sebuah keutamaan, seperti mendalami tentang ilmu
hitung, kedokteran dan lainnya. Namun untuk melakukan ini tentunya membutuhkan
kekuatan dan kemampuan ekstra. Ada juga yang menuntutnya diharamkan, seperti
ilmu sihir, sulap, ramalan, dan segala ilmu yang membangkitkan keragu-raguan.

Adapun cara untuk mendapatkan ilmu bisa dengan mendatangi sumber ilmu
secara langsung di majelisnya atau bisa juga dengan mencari atau memperdalamnya
melalui sarana-sarana media yang sangat mudah didapat saat ini, baik cetak maupun
elektronik. Setelah itu hendaklah dirinya melakukan penelaahan terhadap setiap
ilmu/pengetahuan yang didapatnya untuk diterima atau ditolak. Karena setiap
pendapat atau perkataan seseorang bisa diterima atau ditolak kecuali pendapat
Rasulullah SAW. Akan tetapi jika telah jelas kebenarannya maka tidak boleh
baginya untuk berpaling darinya karena pada dasarnya kebenaran itu berasal dari
Allah SWT.

3. Anjuran Menuntut Ilmu

Islam sangat memperhatikan dan ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan
manusia bisa berkarya, berprestasi dan mampu tampil sebagai khalifah yaitu memakmurkan
bumi. Dengan ilmu, manusia mampu beribadah dengan sempurna. Contoh orang Islam
diwajibkan salat, maka ia harus mengetahui ilmu-ilmu yang berhubungan dengan salat,
begitu juga dengan puasa, zakat dan haji, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar.
Ilmu itu dibutuhkan dalam segala hal. Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata: Rasulullah SAW
bersabda, “Barang siapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga” (HR. Muslim)

Demikian itu mereka lakukan mereka rida terhadap perbuatan orang-orang yang sedang
mencari ilmu dan sebagai penghormatan buatannya. Yang dimaksud dengan penuntut ilmu
ialah penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya. Makhluk yang di langit, maksudnya ialah
para malaikat yang ada di langit, mereka membaca tasbih seraya memuji Rabb mereka dan
8

memintakan ampunan buat orang-orang yang di bumi. Makhluk yang di bumi, maksudnya
manusia, jin dan hewan. Al-Hiitaan, ikan-ikan; permohonan ampun oleh semua makhluk
yang telah disebutkan buat orang yang alim, maksudnya mereka mendoakannya. Demikian
itu karena orang yang alim dengan bimbingan dengan petunjuknya kepada manusia
menyebabkan ia disukai Allah SWT.

C. AKHLAK MENUNTUT ILMU


Akhlak menuntut ilmu Adalah kewajiban bagi tiap muslim untuk menuntut ilmu. Jika
dikaitkan dengan kondisi mahasiswa yang menuntut ilmu dengan melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi, yang harus menjadi perhatian penting yaitu bagaimana adab menuntut ilmu.
Ilmu dunia seperti yang dipelajari di perkuliahan hukum asalnya adalah mubah atau boleh.
Bahkan akan menjadi lebih baik jika kelak ilmu dunia tersebut, misalnya mata kuliah Akhlak
dalam prodi manajemen, dipergunakan untuk kemaslahatan dan kebangkitan umat muslim.
Berkata ‘Abdullah bin Mubarak rahimahullah bahwa sesuungguhnya awal dari ilmu itu
adalah:

(1) niat karena Allaah Ta’ala


(2) mendengarkannya
(3) memahaminya
(4) menghafalkannya]
(5) mengamalkannya
(6) menyebarkannya.

Bermula dari niat untuk akhirat, niatkanlah bahwa ilmu dunia tersebut untuk membantu
kebangkitan kaum muslimin. Tidak jarang mahasiswa menimba ilmu sampai jenjang sarjana
hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus, kemudian akan dipakai untuk mencari pekerjaan
di perusahaan-perusahaan berpredikat baik demi pendapatan yang tinggi. Niat bukan untuk
akhirat, alih-alih menuntut ilmu malah menuntut nilai. Bukankah Allah Maha Melihat proses
pembelajaran yang dilalui? Dengan menerapkan keyakinan beriman kepada Allah, ketika
nilai yang didapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka akan senantiasa tawakal.

Al-Hasan Al-Bashry rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa mengungguli manusia


dalam ilmu, maka dia lebih pantas untuk mengungguli mereka dalam amal”. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin banyak ilmu yang dimiliki oleh seseorang maka semakin banyak
amal yang dilakukan. Senada dengan Al-Hasan Bashry rahimahullah, Al-Imam Sufyan bun
9

Uyainah rahimahullah berkata bahwa manusia yang paling bodoh adalah siapa yang
meninggalkan apa yang dia ketahui, manusia yang paling berilmu adalah siapa yang
mengamalkan apa yang dia ketahui dan manusia yang paling utama adalah siapa yang paling
takut kepada Allah Azza Wajalla. Dari keduanya, dapat disimpulkan bahwa manusia yang
paling berilmu adalah yang mengamalkan ilmunya.

Dikisahkan oleh seorang ulama besar, asy-Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbadhafizhahullah


tentang akhlak al-Mujaddid al-‘Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, di
masjid Universitas Islam di Madinah pada malam Jumat, 6 Safar 1420 H. Beliau asy-Syaikh
Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz memiliki cita-cita yang tinggi, rajin, dan bersemangat
dalam menuntut ilmu. Beberapa hal yang dapat dicontoh dari asy-Syaikh Abdul Aziz bin
Abdillah bin Baz adalah kesabaran dan kesungguh-sungguhan dalam menuntut ilmu,
mengamalkan ilmu, khasyah (rasa takut) dan ibadah, ketegaran dan keberanian dalam
berdakwah, ketawadhuan dan kepedulian, dan yang terakhir adalah kasih sayang terhadap
umat. Ketika usia 16 tahun, beliau mengalami sakit yang mengakibatkan penglihatannya
semakin lemah dan tidak mampu melihat pada usia 20 tahun. Namun, Allah Subhanahu
wata’ala mengaruniai beliau dengan iman dalam hati sehingga beliau tumbuh di atas ilmu,
keutamaan, dan kesungguhan dalam mencari ilmu.

Ilmu terdiri dari tiga tahapan:

(1) jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong


(2) jika dia memasuki tahap kedua, dia akan tawadhu (rendah hati)
(3) jika dia memasuki tahapan ketiga, dia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya
(Umar bin Khattab).
10

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah
baik secara lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu
kesuksesan tak pernah ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
seperti kebutuhan manusia akan oksigen untuk bernapas.

Perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling
diharapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang
lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap
individu.

A. SARAN
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna
untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar
tiap-tiap muslim jangan picik dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini.
11

DAFTAR PUSTAKA
Adjat Sudrajat dkk, Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum,
(Yogyakarta: UNY Perss, 2008), 88.

Ibnu Maskawaih, Tahdzib Al-Akhlak wa Thathhir Al-A‟raq, (Beirut: Maktabah Al-Hayah li Ath-
Thiba‟ah wa Nasyr, cetakan k-2), 51.

Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, Juz 3, (Qahirah: Isa Al-Bab Al-Halabi, tt), 52.

Rosihan Anwar, Asas Kebudayaan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 14.

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), 356.
Adjat Sudrajat dkk, Din Al-Islam., 82.

Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam: Arah Baru Perkembangan Ilmu dan Kepribadian di
Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO Persada, 2012), 152-153

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:Raja Grafindo, 2012), 155.

http://etheses.iainkediri.ac.id/113/3/BAB%20II.pdf

https://doc.lalacomputer.com/makalah-menuntut-ilmu/

https://www.kompasiana.com/hamizan/5519644881331147779de0c5/metode-menuntut-ilmu

Anda mungkin juga menyukai