Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Pengertian Akhlak dan Tasawuf”


Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Akhlaq dan Tasawuf

Dosen Pengampu : Muh. Mahbub Maulana, S.PSI.I., M.Pd.

Kelompok 1 :

1. Sitti Ardianti 185211081


2. Muhklis Gusti Afandi 185211092

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
Kata Pengantar
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahhirobbil ‘Alamin, segala puji bagi Alloh Subhanahu Wa ta’ala.
yang senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul : “Pengertian Akhlaq dan Tasawuf”

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda besar Nabi


Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam., para sahabat dan keluarganya yang telah
membawa peradaban islam dari kegelapan sehingga terang seperti ini, Seperti
keberhasilan dalam hal mengajarkan hal nilai kebenaran dan peradaban manusia.

Terimakasih kepadan Teman-teman semua yang ikut andil dalam memberi


dukungan dan motivasi dalam rangka menyusun makalah ini. Dan kami memohon
maaf apabila penyusunan makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kartasura, 27 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................................................... 1
A.Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B.Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
C.Tujuan Masalah .......................................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan ........................................................................................................................... 2
A.Akhlak ........................................................................................................................................ 2
1. Pengertian Akhlak ............................................................................................................. 2

2.Landasan Akhlak ................................................................................................................ 2

3.Kedudukan Akhlak ............................................................................................................. 3

4.Tujuan Mempelajari Akhlak............................................................................................. 3-4

5. Pembagian Akhlak .......................................................................................................... 5-6

B. Tasawuf ..................................................................................................................................... 7
1. Pengertian Tasawuf........................................................................................................... 7
2. Ruang Lingkup Tasawuf .................................................................................................. 7-8

3. Tujuan Mempelajari Tasawuf ......................................................................................... 8-9

4. Dasar-dasar Ilmu Tasawuf ................................................................................................. 9

BAB III Penutup ............................................................................................................................... 10


Kesimpulan ......................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ................................................................................................................................ 11

iii
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Akhlak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Kalangan umat
Islam termasuk kategori manifestasi dari cita-cita hidup Islam dalam melestarikan dan
mentrasfortasikan niali-nilai Islam kepada pribadi generasi penerusnya. Moral yang
terbimbing dalam naungan Ilahiyah akan melahirkan etika yang lurus dan terarah. Untuk itu
niali-nilai Islam yang diformulasikan dalam cultural religius tetap berfungsi dan berkembang
di masyarakat dari masa kemasa. Untuk itu pendidikan yang mengarah kepada pembinaan
akhlak sangat perlu diberikan dalam pengajaran dan pendidikan baik yang formal, nonformal
maupun informal.

Diantara tujuan mempelajari Tasawuf adalah untuk membentuk akhlak yang baik, hati
yang bersih, berbuat ikhlas, bersikap khusyu’, sabar, tawakkal, muqorobah, dan seluruh sifat
yang terpuji. Lebih dari itu, Tasawuf harus dipahami dihayati serta dirasakannya sebagai
suatu kebutuhan dan kenikmatan. Itu semua merupakan bagian dari nilai-nilai urgensi
mempelajari Akhlak dan Tasawuf.

Di dalam kerangka teoritis yang dijadikan bahan untuk penelitian ini diantaranya
teori-teori akhlak dan tasawuf dalam menempuh perjalanan syari’at, thariqat, dan makrifat.
Orang yang berasal dalam menempuh empat hal itu dengan menyeimbangkan dari antara
syari’at lahir dan batin akan mendapatkan anugerah dari Allah menjadi insani kamil.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Akhlak ?

2. Apa yang di maksud dengan Tasawuf?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Akhlak

2.Mengetahui apa yang dimaksud dengan Tasawuf

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Akhlak
1. Pengertian akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut
bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung segi-
segi persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian serta erat hubungannya
dengan kata khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti yang diciptakan.
Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan
buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir
dari usaha dan pekerjaannya. Dalam kamus besar bahasa indonesia, kata akhlak
diartikan sebagai budi pekerti, watak, dan tabiat. Kata akhlak lebih luas artinya
daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa indonesia sebab akhlak
meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seorang. 1
Adapun tentang pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Ibnu Maskawih (941-1030 M)
Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Keadaan ini terbagi
dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan
yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan
pertimbangan, kemudian dilakukan terus-menerus, maka jadilah suatu bakat dan
akhlak.
b. Imam Al-Ghazali (1055-1111 M)
Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang
mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran.
c. Muhyidin Ibnu Arabi (1165-1240 M)
Keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia untuk berbuat tanpa
melalui pertimbangan dan pikiran terlebih dahulu. Keadaan tersebut pada
seseorang boleh jadi merupakan tabiat atau bawaan dan boleh jadi juga
merupakan kebiasaan melalui latihan dan perjuangan. 2

2. Landasan Akhlak
Dalam islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu
baik atau buruk adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Ketika ditanya tentang akhlak
Rasulullah ‫ﷺ‬, Aisyah menjawab “Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an”. Maksud
perkataan Aisyah adalah segala tingkah laku dan tindakan Rasulullah ‫ﷺ‬, baik
yang zahir maupun yang batin senantiasa mengikuti petunjuk dari Al-Qur’an. Al-
Qur’an selalu mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala
perbuatan yang buruk.
1
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010), hal. 11
2
Ibid, hal. 13

2
Al-Qur’an menerangkan berbagai pendekatan yang meletakkan Al-Qur’an
sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling jelas. Al-Qur’an
menggambarkan akidah orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan
gambaran kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur, dan mulia. Al-Qur’an juga
menggambarkan perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulai dan murni
didalam kehidupan dan ketika mereka ditentang oleh kefasikan dan kemunafikan yang
menggagalkan tegaknya akhlak yang mulai sebagai teras kehidupan yang luhur dan
murni itu.3

3. Kedudukan akhlak
Akhlak memiliki posisi yang sangat penting, yaitu sebagai salah satu rukun
agama Islam. Akhlak memberikan peran penting bagi kehidupan, baik yang bersifat
individual maupun kolektif. Tak heran jika kemudian Al-Qur’an memberi penekanan
terhadapnya. Menurut satu penelitian, dari 60.000 hadis, 20.000 diantaranya
berkenaan dengan akidah, sementara sisanya (40.000) berkenan dengan akhlak dan
muamalah. Diantara hadis yang menekankan pentinganya akhlak, adalah sabda
Rasulullah ‫ﷺ‬:
“Mukmin yang paling sempurna ialah orang yang paling bagus akhlaknya” HR. At-
Tirmidzi
Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW pernah menegaskan:
“Setiap agama memiliki akhlak dan akhlak agama Islam adalah rasa malu”. HR.
Ahmad
Dalam kaitan dengan suatu aliran etika. Islam memperbaiki budi pekerti
manusia sedemikian rupa sehingga manusia sanggup menjadi anggota masyarakat
pergaulan bersama. Islam menanamkan bibit cinta kasih sayang didalam jiwa
manusia. Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam merupakan model terbaik bagi
implementasi akhlak mulia ini, sebagaimana diperhatikan dengan baik oleh
Rasulullah ‫ﷺ‬.4
4. Tujuan akhlak
Tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku
yang baik, berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam.
Tujuan umumnya adalah membentuk kepribadian seorang muslim yang memiliki
akhlak mulia, baik secara lahiriah maupun batiniah. Adapun tujuan akhlak secara
khusus adalah:
a. Mengetahui tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
Tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, tentunya akan mendorong kita
untuk mencapai akhlak mulia karena ternyata akhlak merupakan sesuatu yang
paling penting dalam agama. Jika tidak mendatangkan akhlak mulia, ibadah hanya
merupakan gerakan formalitas saja. Seandainya shalat tidak menyebabkan
pelakunya mencegah dari perbuatan-perbuatan keji maka shlatnya hanya olahraga
semata.

3
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010), hal. 20
4
Ibid, hal 23

3
b. Menjembatani kerenggangan antara akhlak dan ibadah
Tujuan lain mempelajari akhlak adalah menyatukan antara akhlak dan ibadah,
atau dalam ungkapan yang lebih luas antara agama dan dunia. Dengan demikian,
ketika berada dimasjid dan ketika berada di luar masjid, seseorang tidak memiliki
kepribadian ganda. Misalnya diperlihatkan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬, dalam sabdanya:
“Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.
Ditanya, ‘Siapa ya Rasulullah?’ jawab Nabi ‘Orang yang tetangganya merasa
tidak aman dari gangguannya;.”
Hadis diatas dengan jelas mengecam orang yang mengaku beriman(ibadah) tetapi
tidak memberikan keamanan kepada tetangganya (akhlak).
Usaha menyatukan antara ibadah dan akhlak , dengan bimbingan hati yang diridai
oleh Allah SWT. Dengan keikhlasan, akan terwujud perbuatan-perbuatan yang
terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar dari
perbuatan tercela.5
Ketika menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang beriman, Allah SWT
menyertakan sifat-sifat akhlak mulia, sebagaimana dijelaskan pada firman-Nya:
“Sungguh, beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk
dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang
memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba
sahayayang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi
barang siapa mencari dibalik itu (zina dan sebagainya) maka mereka itulah orang-
orang yang melampui batas. Dan (sungguh beruntung) orang-orang yang
memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang-orang yang memelihara
shalatnya”.
c. Mengimplementasikan pengetahuan tentang akhlak dalam kehidupan
Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita menjadi orang-
orang yang mengimplementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Etika(akhlak) tidak dapat menjadikan semua manusia baik. Kedudukannya hanya
sebagai dokter. Misalnya tentang bahaya minuman keras dan dampak negatifnya
terhadap akal. Si pasien boleh memilih informasi yang disampaikan dokter
tersebut: meninggalkannya agar tubuhnya sehat atau tetap meminumnya dan
dokter tidak dapat mencegahya. Etika tidak akan dapat bermanfaat apa apa jika
petunjuk-petunjuknya tidak diiikuti. Tujuan etika bukan hanya mengetahui teori,
tetapi juga memengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup suci serta
menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan. 6

5
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010), hal. 25
6
Ibid, hal.28

4
5. Pembagian akhlak
Muhammad Abdullah Darraz dalam buku Dustur Al-Akhlaq fi Al-Qur’an
membagi atas lima bagian:
a. Akhlak pribadi:
1) Yang diperintahkan (awamir)
2) Yang dilarang (nawahi)
3) Yang dibolehkan (mubahat)
4) Akhlak dalam keadaan darurat
b. Akhlak berkeluarga:
1) Kewajiban antara orangtua dan anak
2) Kewajiban suami istri
3) Kewajiban terhadap kerabat
c. Akhlak bermasyarakat:
1) Yang dilarang
2) Yang diperintahkan
3) Kaidah-kaidah adab
d. Akhlak bernegara
1) Hubungan antara pemimpin dan rakyat
2) Hubungan luar negeri
e. Akhak beragama:
1) Kewajiban terhadap Allah SWT
2) Kewajiban terhadap Rasul7

Akhlak dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya. Berdasarkan


sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian:

a. Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak mulia),


diantaranya:
1) Taat beribadah
2) Selalu menepati janji
3) Berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan
4) Qanaah
5) tawadhu
b. Akhlak Mazmuah (akhlak tercela) atau akhlak sayyidah (akhlak yang jelek),
diantaranya:
1) Kufur
2) Riya
3) Dengki/iri
4) Dendam
5) Memutuskan silaturahmi8

7
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010), hal. 28
8
Ibid, hal 30

5
Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua:
a. Akhlak kepada Allah
b. Allah kepada makhluk:
1) Akhlak terhadap Rasulullah ‫ﷺ‬
2) Akhlak terhadap keluarga
3) Akhlak terhadap diri sendiri
4) Akhlak sesama atau orang lain
5) Akhlak terhadap lingkungan alam

Akhlak juga dapat dikelompokkan atas dua kelompok:

a. Jabaliyah (bawaan)
Ahklak yang diciptakan Allah SWT secara fitrah pada seseorang.
Sebagaimana yang dikatan Ibnu Hazm “Siapa mengetahui seluk beluk akhlak
terpuji dan akhlak tercela, ia akan tahu bahwa siapa pun tidak dapat
mengusahakan apa-apa, selain apa yang telah diciptakan Allah SWT untuknya.
b. Iktisabiyyah (diupayakan)
Akhlak yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembiasaan. Sebagaimana
ditujukan pada hadis berikut:
“Hanya saja ilmu itu didapat dengan belajar, dan kelembutan dengan bersikap
lemah lembut.”
Berkaitan dengan hadis ini, Ibnu Qayyim (691-751) berpendapat bahwa akhlak
(mulia) harus diusahakan dan dibiasakan. Jika telah dibiasakan, suatu perbuatan
akan menjadi tabiatnya. 9

9
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010), hal. 30

6
B. Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf

Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam


pengertian, yaitu: 10

Pertama, Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahlu suffah, yang
berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah ‫ﷺ‬. yang hidupnya berdiam di
serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada
Allah SWT.

Kedua, Tasawuf berasal dari kata shafa. Kata shafa ini berbentuk fi’il mabni majhul
sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’ nisbah, yang berarti nama bagi
orang-orang yang “bersih” atau “suci”. Maksudnya adalah orang-orang yang
mensucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya.

Ketiga, istilah tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf ini dinisbahkan kepada
orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan.

Secara istilah menurut Al-Junaedi Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa
yang menggangu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang meninggalkan pengaruh
budi yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai
manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci
kerohanian, dan bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting
dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada manusia, memegang teguh janji
dengan Allah SWT. dalam hal hakikat dan mengikuti contoh Rasulullah ‫ﷺ‬. dalam hal
Syarat.11

Jika di simpulkan maka Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan
makrifat menuju keabdian, saling mengingatkan antara manusia, serta berpegang
teguh pada janji Allah SWT. dan mengikuti syariat Rasulullah ‫ﷺ‬. dalam mendekatkan
diri dan mencapai keridaan-Nya.12

2. Ruang Lingkup Kandungan Tasawuf

Ilmu Tasawuf yang pada dasarnya bila dipelajari secara esensial mengandung
empat unsur, yaitu: 13

a. Metaphisica, yaitu hal-hal yang di luar alam dunia atau bisa juga dikatakan
sebagai ilmu ghaib.

10
Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf. Pustaka setia
11
Ibd.
12
Ibd.
13
Badrudin. Akhlak Tasawuf. (IAIB PRESS September 2015)

7
b. Ethica, yaitu ilmu yang menyelidiki tentang baik dan buruk dengan melihat
pada amaliah manusia.

c. Psikologia, yaitu masalah yang berhubungan dengan jiwa.

d. Aesthetica, yaitu ilmu keindahan yang menimbulkan seni.

Menurut Prof. Dr. H.M. Arthoullah Ahmad, MA., bahwa obyek pembicaraan
ilmu Tasawuf itu meliputi tentang akal dan ma’rifat kemudian membahas
mengenai hati dan riyadhah (latihan dalam spiritual). Adapun status Ilmu Tasawuf
yaitu menuntun sesuai dengan petunjuk, dan membuang apa yang tidak sesuai
dengan tuntunan yang berlaku. Kemudian sekuat tenaga menuju jalan Ilahi. 14

3. Tujuan Mempelajari Ilmu Tasawuf dan Manfaatnya Dalam Kehidupan

Esensi Tasawuf bermuara pada hidup Zuhud (tidak mementingkan


kemewahan duniawi). Tujuan hal ini dalam rangka dapat berhubungan langsung
dengan Tuhan, dengan perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi
menganggap ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal (mahdhoh) belum
merasa cukup karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi. 15

Dalam pandangan Sayyid Nur bin Sayyid Ali bahwasannya Sufisme diadakan
dengan tujuan sebagai berikut:16

a. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.


b. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit-penyakit kalbu.
c. Mengisi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
d. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
e. Menstabilkan akidah persahabatan ketuhanan (shuhbah ilahiyyah), dengan
maksud Allah SWT meihat hamba-hamba-Nya dengan meliputi mereka
dari segala arah ilmu, kekuasaan, pendengaran, dan penglihatan-Nya.

Perlunya Tasawuf dimasyarakat, dalam pandangan Komaruddin


Hidayat terdapat tiga tujuan. Pertama, turut serta terlibat dalam berbagai peran
dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat
hilangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, mengenalkan literatur atau pemahaman
tentang maksud esoteris (kebatinan) Islam, baik terhadap masyarakat Islam
yang mulai melupakannya maupun di kalangan masyarakat non-Islam. Ketiga,
untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris
Islam, yakni sufisme adalah jantung Islam, sehingga bila wilayah ini kering
dan tidak berdenyut, maka keringlah aspek-aspek lain dalam ajaran Islam.
Karena itu Tasawuf merupakan aspek ajaran Islam yang mewariskan etika

14
Badrudin. Akhlak Tasawuf. (IAIB PRESS September 2015)
15
Ibd.
16
Ibd.

8
kehidupan sederhana, zuhud, tawakkal, kerendahan hati, nilai-nilai kesabaran
dan semacamnya. 17

4. Dasar-dasar Ilmu Tasawuf dalam Al-Qur’an

Berkaitan dengan masalah itu, Al-Qur’an menjadi sumber dan dasar dari
Tasawuf serta amalannya, paling tidak tampak dari empat segi. Pertama, Al-Qur’an
penuh dengan gambaran kehidupan Tasawuf dan merangsang untuk hidup secara sufi.
Kedua, Al-Qur’an merupakan sumber dari konsep-konsep yang berkembang dalam
dunia Tasawuf. Ketiga, Al-Qur’an banyak sekali berbicara dengan hati dan perasaan.
Di sini Al-Qur’an banyak berbentuk, mempengaruhi, atau mengubah manusia dengan
bahasa hati, bahasa sufi, agar menjadi manusia yang berkepribadian sufi yang
menyatu dalam dirinya secara harmonis perasaan dekat, takut, dan cinta kepada
Tuhan yang tergetar hatinya saat mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan
demikian, Al-Qur’an menjadi sumber yang sebenarnya dari metode tarekat. Keempat,
Al-Qur’an sering menggambarkan Tuhan dengan gambaran yang hanya dapat
didekati secara tepat melalui tasawuf. Bila gambaran itu didekati atau diterangkan
dengan ilmu kalam atau filsafat akan tampak sebagai pemerkosa bahasa dan artinya
menjadi dangkal. 18

Imam Sahal Tusturi seorang ahli Tasawuf telah mengemukakan tentang


prinsip Tasawuf, yaitu :19

a. Berpedoman kepada kitab Allah (Al-Qur’an).


b. Mengikuti Sunnah Rasulullah (Hadits).
c. Makan makanan yang halal.
d. Tidak menyakiti manusia (termasuk binatang).
e. Menjauhkan diri dari dosa.
f. Melaksanakan ketetapan hukum (yaitu segala peraturan agama Islam)

17
Ibd.
18
Badrudin. Akhlak Tasawuf. (IAIB PRESS September 2015)
19
Ibd.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak selalu beriringan dengan
tasawuf. Akhlak sendiri yang menurut bahasa yaitu perangai, tabiat, dan agama.
Yang juga secara istilah dapat diartikan sebagai pengetahuan yang menjelaskan
tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan
menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Adapaun tasawuf sendiri yaitu
ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu,
mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keabdian, saling mengingatkan antara
manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT. dan mengikuti syariat
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Tujuan pokok mempelajari ilmu akhlak itu sendiri yaitu agar setiap muslim
berbudi pekerti, bertingkah laku yang baik, berperangai atau beradat-istiadat yang
baik sesuai dengan ajaran islam. Adapula tujuan umumnya adalah membentuk
kepribadian seorang muslim yang memiliki akhlak mulia, baik secara lahiriah
maupun batiniah. Sedangkan tasawuf sendiri bertujuan dalam rangka agar dapat
berhubungan langsung dengan Tuhan, dengan perasaan benar-benar berada di hadirat
Tuhan. Para sufi menganggap ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal
(mahdhoh) belum merasa cukup karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum
sufi.

Jadi kita senantiasa harus mempunyai akhlak yang terpuji sebagai mana yang
terdapat pada Al-Qur’an dan As-Sunnah bahwa jelas dalam HR.At-Tirmizi bahwa
mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya. Walaupun kita
belum mempunyai semua sifat yang dimaksud tapi hendaklah selalu membuka diri
untuk berubah secara perlahan-lahan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung:Pustaka Setia.

Badrudin. 2015. Akhlak Tasawuf. Serang: IAIB Press.

11

Anda mungkin juga menyukai