Oleh :
1. Alfara Prantasi Dewi E20191160
2. Intan Purnama Sari E20192283
3. Rizka Triswandari E20192287
4. Much Zainal Arifin E20192306
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Akhlaq Tasawuf, dengan judul “Konsep Dasar Akhlaq Tasawuf”.
Kami ucapkan ribuan terima kasih kepada Bapak Muzayyin,S.E.I.,M.E selaku
dosen mata kuliah Akhlaq Tasawuf yang telah memberikan bimbingan untuk penyelesaian
makalah ini.
Penyusun menyadari meskipun penulisan makalah ini telah mengupayakan
seoptimal mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak sengaja,
untuk itu bagi para pembaca yang budiman, kami harapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca umumya dan khususnya bagi penulis serta memperoleh
ridho Allah semata. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak Tasawwuf adalah merupakan salah satu khazanah intelektual
Muslim yang kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan, secara historis
dengan teologis akhlak tasawwuf tampil mengawal dan memandu perjalanan
hidup umar agar selamat dunia dan akhirat.
Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW.
Adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat
bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena
dukungan akhlaknya yang prima. Khazanah pemikiran dan pandangan di bidang
akhlak da tasawwuf itu kemudian menemukan momentum pengembangan
dalam sejarah, antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama
tasawwuf dan ulama di bidang akhlak.
Bersamaan dengan itu perkembangan teknologi di bidang alat-alatanti
hamil, makanan minuman, dan obat-obatan telah membuka peluang terciptanya
kesempatan untuk membuat produk alat-alat, makanan, minuman dan obat-obatan
terlarang yang menghancurkan masa depan generasi muda.
Melihat demikian pentingnya akhlak tasawwuf dalam kehidupan ini
tidaklah mengherankan jika akhlak tasawuf ditentukan sebagai mata kuliah
yang wajib diikuti oleh kita semua dikarenakan pentingnya tersebut.
C. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akhlaq dan Tasawuf ?
2. Apa Orientasi dan Tujuan Akhlaq Tasawuf ?
3. Apa Pendekatan dan Metode Akhlaq Tasawuf ?
4. Apa Posisi Akhlak Tasawuf dalam Islam ?
5. Apa Hubungan Akhlak dan Tasawuf serta Ilmu-Ilmu Lainnya ?
6. Apa Akhlaq, Moral, dan Etika ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Imam Ghazali menyatakan akhlak menurut istilah bahwa: “Sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
1
Drs. HA. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:CV. Pustaka Ceria, 1997), 12
2
AR, Drs. Zahrudin. M.M.Si dan Hasanuddin S. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004
2
2. Pengertian Tasawuf
Secara bahasa, tasawuf berarti saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah),
suf (kain wol), sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup
sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan bersikap bijaksana. Sedangkan
menurut istilah, para ahli tasawuf mengartikan sebagai berikut :
a. Zakaria Al-Anshori : “Tasawuf ialah suatu ilmu yang menjelaskan hal ihwal
Pembersih jiwa dan penyantun akhlak baik lahir atau batin, guna menjauhi
bid’ah dan tidak meringankan ibadah”.
b. Abul Qasim al-Qashairi ( W. 456H/1072M ) : “Tasawuf adalah menerapkan
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi secara tepat, berusaha menekan hawa
nafsu, menjauhi bid’ah dan tidak meringankan ibadah”.
Bisa diambil kesimpulan bahwasannya tasawuf adalah, upaya mensucikan diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian
hanya kepada Allah Swt. juga dengan kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan
mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan. 3
3
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan
untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui
perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha
melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.
Tujuan tasawuf tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup manusia sebagaimana
dijelaskan dalam ajaran islam. Alquran menegaskan bahwa manusia diciptakan
dengan satu suatu tujuan tertentu seperti syahadah, ibadah, khalifah, dan hasanah.
Dalam shahih al-bukhari dan shahih muslim,disebutkan hadits mengenai al-islam,
al-iman, dan al-ihsan. Hadits tersebut menjelaskan bahwa ketiga istilahnya
membentuk suatu hierarki beragam. Seorang muslim tidak saja dituntut untuk
menjelaskan al-islam, dan al-iman tetapi juga merealisasikan al-ihsan sebagai
hierarkipaling tinggi. 4
Para sufi telah merumuskan tujuan tasawuf. Sekadar pemetaan, Ibn khaldun
menjelaskan puncak perjalanan spiritual para penempuh, jalan tasawuf setelah
melewati beragam tingkatan spiritual(al-maqamat) adalah kemantapan tauhid dan
makrifat. Karya-karya para sufi menguatkan pernyataan tersebut. Seperti disebu al-
Qusyairi, Ruwaim bin Ahmad pernah menyatakan bahwa kewajiban pertama dari
Allah kepada hambanya adalah makrifat sebagaimana disebutkan dalam Q.S.al-
Zariyat 51:56 bahwa jin dan manusia diciptakan untuk liya budun yang diartikan
Ibn Abbas sebagai liya rifun (makrifat kepada Allah). Junaid al-baghdadi
mengatakan bahwa makrifah merupakan awal dari kebutuhan hamba dari hikmah.5
4
Dr.Ja’far.Gerbang Tasawuf.Medan:Perdana Publishing.2016.hal 24
5
Ibid, 25
4
selain dijelaskan tentang isi ajaran dari setiap topik tersebut dengan data-data yang
didasari pada literatur kepustakaan, juga dilengkapi dengan tokoh yang
memperkenalkannya.
Kajian tasawuf yang dilakukan dengan pendekatan tematik akan terasa lebih
menarik karena langsung menuju kepada persoalan tasawuf di bandingkan dengan
pendekatan yang bersifat tokoh. Kajian tersebut sepenuhnya bersifat deskriptif
eksploratif, yakni menggambarkan ajaran sebagaimana adanya dengan
mengemukakannya sedemikian rupa, walaupun hanya dalam garis besar saja.6
2. Metode Mempelajari Akhlak Tasawuf
Pertama, sebagai metode atau jalan untuk mendapatkan kelezatan dalam
beribadah, karena tasawuf dipandang sebagai salah satu metode untuk mendapatkan
hal tersebut, sehingga kelezatan ibadah tidak akan didapat apabila orang-orang
muslim tidak bertasawuf.
Kedua, sebagai metode untuk mencapai derajat ihsan, karena tasawuf
mempunyai sumber dan landasan yang kokoh, kuat dari ajaran Islam.
Ketiga, tasawuf sebagai sarana memperkuat mental, ketabahan dalam
beribadah.
Keempat, tasawuf sebagai landasan dalam mengaplikasikan rasa syukur baik
syukur secara lisan, tingkah laku atau kemantapan hati dalam melaksanakan segala
perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah.
Kelima, tasawuf sebagai ruang untuk menilai dan mempelajari serta
menelaah kelemahan diri didalam melaksanakan kewajiban atau perbuatan baik dan
kesukaran dalam menjauhi serta meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Islam. 7
6
M. Jamil, Cakrawala Tasawuf: Sejarah, Pemikiran dan Konstektualitas, (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2007),
cet.2, hal 244
7
Saebani, Drs. Beni A., M.Si., Ilmu Akhlak, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
5
yang terjadi antara Nabi dengan Jibril yang menyamar sebagai seorang manusia
yang datang kala Nabi sedang mengajar para sahabat dan bertanya tentang Iman,
Islam dan Ihsan, maka Nabi Menjawab tentang ihsan :
Ihsan adalah jika engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihat Allah dan jika engkau tidak mampu melihat Allah maka sesungguhnya
Allah melihatMu. (HR. Bukhari – Muslim).
Ihsan berarti ma‟rifat kepada Allah, menyaksikan keberadaan Allah di dalam
setiap keadaan dengan pandangan yang yakin, dengan pengetahuan yang yakin dan
hakikat kenyakinan. Allah memerintahkan agar manusia mendapatkan kenyakinan
yang benar dengan jalan senantiasa beribadah kepada Allah:
“Dan beribadahlah engkau sehingga dating kepada keyakinan”. (QS. 15: 99).
Dan orang yang faham akan keberadaan dirinya dan keberadaan Tuhannya,
maka dia akan memiliki akhlak yang baik kepada dirinya dan kepada Tuhannya.
Keberadaan dan kedudukan tasawuf dalam ajaran Islam sama dengan keberadaan
ihsan dalam tiga dimensi bangunana agama islam atau setidak-tidaknya merupakan
ilmu pendukung kea rah keberhasilan memiliki kwalitas keihsanan seseorang dalam
ajaran agama islam.
Agar dapat memiliki iman yang benar maka seseorang harus mempelajari
ilmu aqidah atau tauhid, dan agar seseorang dapat melaksanakan ajaran islam yang
benar maka seseorang harus mempelajari syari‟at secara baik dan jika seseorang
ingin menjadi seorang muhsin (berperilaku ihsan) maka seseorang harus memasuki
dan belajar tasawuf, karena tasawuf adalah ilmu dan amaliyah dalam upaya ma‟rifat
kepada Allah dengan senantiasa menjaga akhlak kepada Allah yang sebaik-baiknya.
Dan ketiga unsure serta dimensi agama Islam itulah yang disebut Islam itu sendiri,
tidak dapat dipisah-pisahkan.8
6
pula al-Qur‟an dan Hadits mementingkan akhlak. Al-Qur‟an dan Hadits
menekankkan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan,
keadilan, tolong-menolong, murah hati, dan berbagai akhlak terpuji lainnya. Nilai-
nilai ini harus dimiliki oleh seorang muslim, dan dimasukkan ke dalam dirinya dari
semasa ia kecil. Secara sederhana, hubungan keduanya dalam rangka mendekatkan
diri kepada Allah, mencakup dua aspek berikut:
1. Etika Horizontal األخالق اإلنسانية
2. Etika Vertikal األخالق باهللا
Kedua aspek ini menjadi semacam media untuk mendekatkan diri kepada Allah
swt. Dalam implementasinya, kedua aspek ini dilakukan dengan cara :
a. Dengan akhlak, kita berusaha menghias diri, dengan sifat-sifat terpuji, dan
menjahui sifat-sifat tercela.
b. Dengan Tasawuf, kita selalu berusaha membersihkan hati dari dosa-dosa
atau kotoran-kotoran rohaniyah.
Kedua cara di atas dilakukan dengan tujuan agar kita bisa dan selalu dekat
dengan yang Maha suci, maka kita semaksimal mungkin berusaha terus dan terus
mensucikan diri kita dari hal-hal yang dapat menghalangi kita untuk bisa dekat
dengan Dzat Yang Maha Suci. 9
Hubungan dengan ilmu tauhid yaitu dari definisi dan obyek ilmu tauhid
(aqidah/ushuluddin/ilmu kalam), yang membahas masalah ketuhanan baik dari segi
dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Tauhid mengarahkan manusia untuk menjadi insan
yang ikhlas, dan ikhlas adalah salah satu akhlak.
Hubungan dengan ilmu pendidikan yang membahas tentang rumusan tujuan
pendidikan, kurikulum, guru, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, bimbingan
belajar dan lain sebagainya. Salah satu tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak
didik menjadi orang yang berakhlak.
9
Dr.Ja’far.Gerbang Tasawuf.Medan:Perdana Publishing.2016
7
dengan sesama manusia dan hubungannya dengan alam. Yang membedakan satu
dengan yang lainnya adalah dasar atau ukuran baik dan buruk itu sendiri.10
A. Persamaan antara Akhlak, Moral, dan Etika
Persamaan ketiga tersebut terletak pada fungsi dan peran, yaitu menitik
tumpukan pada penentuan hukum atau nilai dari suatu perbuatan tindak manusia,
untuk ditetapkan baik atau buruk hal tersebut. Secara rinci, persamaan tersebut
dirangkai dalam tiga hal:
a. Objek : perbuatan manusia
b. Ukuran : baik atau buruk
c. Tujuan : membentuk kepribadian manusia. 11
10
Wahyudin, dkk., Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Grasindo, 2009), 52
11
H. Husnan Malik SH, Esensi Tauhid dan Syirik dalam Islam (Dosen Metafisika UNPAD)
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada pembahasan ini dapat kita simpulkan bahwa hubungan Akhlak
tasawuf sangat perlu kita pelajari, karena hal ini membahas tentang tujuan
tasawuf yaitu sebagai berikut:
B. Saran
Dengan pengetahuan tentang tasawuf ini diharapkan agar kita senantiasa
bertindak dan berprilaku yang seimbang sesuai dengan ajaran yang ada dalam
agama islam supaya kita bisa selamat dunia akhirat dan memperoleh kebahagiaan
yang sejati.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abu BakarAceh, Pengantar Sejarah Sufi Tasawuf, 1990, CV. Romadhon, Solo.
AR, Drs. Zahrudin. M.M.Si dan Hasanuddin S. Pengantar Studi Akhlak, 2004, Jakarta: PT.
Raja Grafindo.
Drs. HA. Mustofa, Akhlak Tasawuf , 1997, Bandung : CV. Pustaka Ceria.
H. Husnan Malik SH, Esensi Tauhid dan Syirik dalam Islam (Dosen Metafisika UNPAD)
Saebani, Drs. Beni A., M.Si., Ilmu Akhlak, 2010, Bandung: CV. Pustaka Setia.
10