Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MATA KULIAH TEOSOFI

“TASAWUF”

DISUSUN OLEH :
ARINI NUR FATIMAH (19210178)
PUTRI NABILA GUNANTIKA (19210181)
MUHAMMAD SALIM HAFIDH (19210190)
KATA PENGATAR

Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami haturkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Studi Teosofi. Sholawat dan salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr
Fadil. SJ M.Ag sebagai dosen pengampu Teosofi serta semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya.

Malang, 23 Oktober 2019

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.......................................... ...................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................................


BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf.....................................................................................................2
B. Tasawuf Menurut Para Ahli.......................................................................................3
C. Sumber-sumber Tasawuf............................................................................................4
D. Pertumbuhan Tasawuf................................................................................................4
E. Rauang Lingkup Tasawuf...........................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................8

Daftar Isi.........................................................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Tasawuf adalah salah satu ilmu yang harus kita pelajari yang bertujuan agar manusia
bisa mengamalkan syariat Islam dengan benar, sesuai dengan sunnah Nabi, sesuai dengan
kehendak Allah dan bukan mengikuti akal pikiran serta hawa nafsu manusia yang lebih banyak
salah daripada benarnya.
Oleh karena itu, disini kami akan membahas sedikit seputar tasawuf mulai dari pengertian
tasawuf menurut beberapa ulama, sumber-sumber tasawuf, petmbuhan tasawuf pada zaman
Rosul dan ruang lingkup tasawuf.

B. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah kami,
diantaranya :
1. Apa itu pengertian tasawuf?
2. Apa saja sumber-sumber tasawuf?
3. Bagaimana pertumbuhan tasawuf?
4. Apa saja ruang ingkup tasawuf?

C. Tujuan Penulis
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian tasawuf.
2. Mengetahui sumber-sumber tasawuf.
3. Mengetahui bagaimana pertumbuhan tasawuf.
4. Mengetahui apa saja rung lingkup tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Para Ulama berbeda pendapat tentang asal-usul penggunaan kata Tasawuf. Dari
berbagai sumber rujukan buku-buku Tasawuf, setidaknya terdapat lima pendapat tentang asal-
usul penggunaan kata Tasawuf, yakni:

1. kata Tasawuf dinishbahkan kepada perkataan ahlu shuffah, yaitu suatu kelompok yang
terdiri dari sebagian fakir miskin yang tinggal di serambi majid Nabi pada zaman
Rasulullah SAW.1 Mereka memiliki ciri dengan menyibukan diri dengan kegiatan ibadah
saja. Mereka meninggalkan perkara dunia dan memilih pola hidup zuhud, yakni hanya
mengambil sedikit dari dunia yakni yang mereka butuhkan saja.
2. Pendapat yang mengatakan bahwa Tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti bulu
domba atau wol. Karena orang-orang yang ahli beribadah dan zuhud pada masa dahulu
menggunakan pakaian sederhana yang berbahan bulu domba atau wol. Karena dalam
sejarah Tasawuf banyak kita dapati cerita bahwa ketika seseorang ingin menempuh
jalan kedekatan kepada Allah, mereka haruslah meninggalkan pakaian mewah dengan
kain wol kasar yang ditenun dengan sederhana dengan tujuan agar tidak timbul rasa
riya’, ujub, ataupun sombong dalam hati mereka.
3. Tasawuf berasal dari kata shofi, yang berati orang suci atau orang-orang yang
mensucikan dirinya dari dari hal-hal yang bersifat keduniaan 2. Mereka memiliki ciri-ciri
khusus dalam aktifitas dan ibadah mereka atas kesucian hati dan untuk pembersihan
jiwa dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Mereka adalah orang yang selalu
memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.

1
('Afify, A. A. (t.thn.). FI al Thasawwuf alIslam wa Tharikhikhi. Iskandariyah: Lajnah al Ta'lif wa Al Tarjamah wa Al
Nasyr.) hlm 66.

2
(Alwan, K. (2015). Akhlak atau Tasawuf. Yokyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.) hlm 29
4. Pendapat yang mengatakan bahwa Tasawuf berasal dari kata shaf, yaitu
menggambarkan orang yang selalu dibarisan depan dalam beribadah kepada Allah dan
dalam melaksanakan kebajikan3.
5. Pendapat yang lain mengatakan bahwa Tasawuf bukan berasal dari bahasa Arab,
melainkan bahasa Yunani, yaitu “shopia” yang berarti hikmah atau filsafat.
Menishbahkan dengan kata shopia karena jalan yang ditempuh oleh para ahli ibadah
memiliki kesamaan dengan cara yang ditempuh oleh para filosof. Mereka sama-sama
mencari kebenaran yang berawal dari keraguan dan ketidak puasan jiwa.

Masih banyak pendapat lain yang menghubungkan kata Tasawuf dengan perkataan-
perkataan lain yang dapat dirujuk pada buku-buku Tasawuf. Dapat disimpulkan dari segi
bahasa, terlepas dari berbagai pendapat yang ada bahwa Tasawuf adalah sikap mental yang
selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan,
dan selalu bijaksana dan mengutamakan kebajikan.

B. Tasawuf Menurut Para Ahli


1) Syaikh Abdul Qodir Al Jailani berpendapat Tasawuf adalah mensucikan diri dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawt, riyadloh, taubah, dan ikhlas.
2) Al Junaidi berpendapat bahwa Tasawuf adalah membersihkan hati dari yang
mengganggu perasaan, memadamkan kelemahan, menjauhi seruan hawa nafsu,
mendekati sifat-sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat,
menaburkan nasihat padasemua manusia, memegang teguh janji dengan Allah
dalam hakikat serta mengikuti contoh Rasulullah dalam syari’at.
3) Syaikh Ibnu Ajibah mendefinisikan Tasawuf sebagai ilmu yang membawa seseorang
agar bisa bersama dengan Tuhan yang Maha Esa melalui penyucian jiwa dan batin
dan mempermanisnya dengan amal sholeh. Dan jalan Tasawuf tersebut diawali
dengan ilmu, tengahnya amal, dan akhirnya adalah karunia Ilahi.

3
(Yasir, N. (2007). Cakrawala Tasawuf. Jakarta: Pusat Grafika.) hlm 3
4) H. M. Amin Syukur berpendapat bahwa Tasawuf adalah latihan dengan kesungguhan
(riyadloh mujahhadah) untuk membersihkan, mempertinggi dan memperdalam
aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah sehingga segala
perhatian hanya tertuju kepada Allah.
5) Ibnu Khaldun, berpendapat bahwa ilmu yang memberi perhatian pada usaha
menjaga tata krama bersama Allah secara lahir dan batin, yakni dengan tetap
menjalankan hukum-hukum syari’at secara formal, sambil mensucikan hati secara
substansial, sehingga hanya fokus kepda Allah.

C. Sumber-sumber Tasawuf
a. Al Qur’an sebagai sumber utama, berdasarkan seruan Al Qur’an untuk bersifat
zuzhud, kemudian seruan Al Qur’an untuk beribadah dan apresiasi terhadap ilham.
b. Kehidupan Rasulullah sebagai sumber kedua, Kezuhudan Rasulullah dan
kesederhanaannya. Kemudian ibadah ekstra Rasulullah dan apresiasi Rasulullah
terhadap ilham.
c. Kehidupan sahabat Rasul dan Khulafaur Rasyidin sebagai sumber ketiga.

D. Pertumbuhan Tasawuf
Pada zaman Nabi Muhammad SAW tidak ada yang namanya tasawuf, akan tetapi
sikap perangai beliau dan para sahabat sudah menunjukkan sifat tasawuf. Mengenai awal
mula munculnya tasawuf dengan kedudukannya sebagai pemikiran dan sebagai keadaan,
tasawuf telah ada sejak adanya manusia. Untuk dalilnya mengenai awal mula munculnya
tasawuf, tentu kami tidak mungkin bersandar pada nash-nash, karena adanya manusia
sebelum terjadinya penulisan atau pencatatan.
Diantara hal yang perlu disebutkan mengenai pertumbuhan tasawuf adalah, bahwa
tasawuf baik dalam wujud maupun kenyataannya, tidak memerlukan pengetahuan yang
dihasilkan sendiri secara alami, kimia, fisika, atau yang lainnya. Sesungguhnya tasawuf
memerlukan suatu dasar dari akidah yang benar, dan akidah yang benar itu, telah terwujud,
telah muncul bersamaan dengan disempurnakannya dan ditiupkannya roh oleh Allah SWT
ke dalam jasad manusia ini.
Tasawuf muncul sebagai akibat dari ketidak-selarasan kondisi sosial pada masa
setelah sahabat, yang jauh dari nilai-nilai seperti masa lalu, untuk kembali ke jalan Islam
yang lurus dengan mendekatkan diri kepada Allah. Lahirnya tasawuf didorong oleh
beberapa faktor, diantaranya :
1. Reaksi atas berkembangnya gaya hidup hedonisme yang mengumbar syahwat.
2. Berkembangnya teologi yang lebih mengedepankan rasio dan kering akan moral dan
spiritualisme.
3. Katalisator dari realitas umat yang secara politis maupun teologis didominasi oleh nalar
kekerasan.
4. Perang politik yang mengorbankan satu dengan yang lain. Oleh karena itu, sebagian
ulama lebih memilih menghindar dari pergulatan dunia politik.

E. Ruang Lingkup Tasawuf

Pada dasarnya, tasawuf atau sufisme bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan
akhlak dan budi pekerti, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusu’, tawaddhu,
muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakkal dan seluruh sifat terpuji yang berjalan dengan
hati.4 Begitupun dengan sasaran yang dijadikan sebagai pokok pembahasannya, ajaran tasawuf
atau sufisme mengajarkan agar berakhlak dan berbudipekerti yang baik berdasarkan kasih dan
cinta kepada Allah.5 Oleh karena itu, dalam ajaran tasawuf sangatlah mengutamakan nilai-nilai
dan adab, baik dalam berhubungan dengan sesama manusia dan terutama dalam berhubungan
dengan Sang Pencipta.

Jadi, nilai-nilai, cara hidup dan kehidupan dalam hubungan sesama manusia terutama
hubungan dengan Tuhan, merupakan aspek-aspek dalam tasawuf yang sangat penting, khususnya
dalam memperkuat segi-segi aqidah dan dalam memperdalam rasa ketuhanan serta sebagai
pendorong yang sangat kuat dalam menjalankan syariat-syariat Islam.

Ilmu tasawuf pada intinya adalah sebagai sebuah usaha untuk menyingkap hijab (tabir)
yang membatasi diri manusia dengan Allah dengan sistem yang tersusun melalui latihan
ruhaniyah atau riyadhatunnafs, yang pada intinya bila dipelajari secara seksama adalah
mengandung empat unsur, yaitu6:

4
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Tasawwuf (Surabaya : Bina Ilmu, 1979), h. 143
5
Ibid
6
Moh. Saifulloh Al Aziz S, Risalah Memahami Ilmu Tasawwuf (Surabaya : Terbit Terang, 1998),
hlm. 14-16
1. Metafisika, yakni hal-hal yang di luar alam dunia atau sesuatu yang gaib. Hal tersebut
sangatlah tepat karena dalam ilmu tasawuf, banyak sekali membicarakan hal-hal
mengenai keimanan, utamanya kepada Allah, Malaikat, surga dan neraka serta unsur-
unsur akhirat yang terkandung di dalamnya. Dimana pada intinya unsur keakhiratan
merupakan ajaran utama tasawuf.
2. Etika, yakni ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk, dengan melihat
pada amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Hal tersebut
juga sangatlah singkron dengan apa yang ditekankan oleh tasawuf, yakni persolan akhlak
dan budi pekerti yang bisa membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Psikologi, yakni yang berhubungan dengan kejiwaan. Dalam tasawuf, penyelidikan
terhadap diri masing-masing sangatlah ditekankan. Utamanya dalam hal penyadaran
terhadap diri sendiri agar bisa memahami bagaimana kebesaran Allah itu sendiri.
4. Estetika, yakni menyangkut soal keindahan dan kesenian. Dalam tasawuf, manusia dapat
merasakan indahnya jiwa, bilamana jiwa yang dimilikinya bersih dari sifat-sifat yang
tercela. Sehingga dalam kehidupan seorang sufi, haruslah menghiasi dirinya dengan
segala bentuk sifat-sifat yang terpuji.

Kemudian, seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa dalam ilmu tasawuf terdapat
tuntunan untuk menghantarkan manusia mengenal Tuhannya, melalui tasawuf ini pula, seorang
hamba dapat melangkah sesuai dengan tuntunan yang paling baik dan benar, dengan akhlak yang
indah dan aqidah yang kuat.

Dalam ajaran tasawuf, untuk memahami dan mencapai sebuah akhlak yang baik, maka
seseorang harus melaui sistem pembinaan akhlak yang terdapat di dalamya, yang tersusun
sebagaimana berikut 7:
1. Takhalli. Langkah yang harus dalam fase ini adalah dengan berusaha mengosongkan diri
dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan hidup duniawi. Hal ini akan dapat dicapai
dengan jalan menjauhkan diri dari kemaksiatan dalam segala bentuknya dan berusaha
7
Selengkapnya lihat Team Penyusun Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Institut Agama Islam
Negeri Sumatera Utara, Pengantar Ilmu Tasawuf (Medan : IAIN Sumatera Utara, 1983), h. 99-111.
melenyapkan dorongan hawa nafsu. Karena hawa nafsu tersebut yang menjadi penyebab
utama dari segala sifat yang tidak baik.
2. Tahalli. Sesudah pembersihan diri dari segala sifat dan sikap mental yang tidak baik dapat
dilalui, usaha itu harus berlanjut terus ke tahap kedua yang disebut tahalli. Kata ini
mengandung pengertian, menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sifat dan
sikap serta perbuatan yang baik. Berusaha agar dalam setiap gerak perilaku selalu
berjalan diatas ketentuan agama, baik kewajiban yang bersifat ibadah mahdah maupun
muamalah. Dengan kata lain, tahap ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah
dibersihkan tadi.
3. Tajalli. Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada fase tahalli,
maka rangkaian tersebut harus disempurnakan pada fase tajalli. Kata ini berarti
terungkapnya nur ghaib bagi hati. Apabila jiwa telah terisi dengan butir-butir mutiara
akhlak dan organ-organ tubuh telah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang
luhur, maka agar hasil yang telah diperoleh tersebut tidak berkurang, maka perlu
penghayatan tentang rasa Ketuhanan. Para sufi sependapat bahwa untuk mencapai
tingkat kesempurnaan kesucian jiwa itu hanya dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah
dan memperdalam rasa kecintaan tersebut. Dengan kesician jiwa ini, barulah akan
terbuka jalan untuk mencapai Tuhan..
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Para Ulama berbeda pendapat tentang asal-usul penggunaan kata Tasawuf. Dari berbagai
sumber rujukan buku-buku Tasawuf, setidaknya terdapat lima pendapat tentang asal-usul
penggunaan kata Tasawuf, yaitu suatu kelompok yang terdiri dari sebagian fakir miskin yang
tinggal di serambi majid Nabi pada zaman Rasulullah SAW, berasal dari kata shuf (bulu domba
atau wol), berasal dari kata shofi (orang suci atau orang-orang yang mensucikan dirinya dari
dari hal-hal yang bersifat keduniaan), berasal dari kata shaf (menggambarkan orang yang selalu
dibarisan depan dalam beribadah kepada Allah dan dalam melaksanakan kebajikan), berasal
dari bahasa Yunani “shopia” (hikmah atau filsafat).

Adapun sumber-sumber tasawuf ada 3 macam, yaitu Al-Qur’an, kehidupan Rosul, dan
kehidupan para sahabat Rosul. Intinya, dalam sufisme mencakup hal-hal yang bersifat
pendekatan diri kepada Allah swt. melalui jalan perbaikan perilaku hidup dengan menggunakan
pendekatan moral (akhlak dan budi pekerti) dan perbaikan syariat (baik mahdah maupun
muamalah) kepada Allah swt. dan seluruh ciptaan-Nya. Sehingga apa yang diinginkan
yakni makrifat billah dan insankamil dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
K. Alwan. 2015. Akhlak dan Tasawuf. Yogyakarta: Pokja akademik UIN Sunan Kalijaga.

Nur Yasin. 2007. Cakrawala Tasawuf. Jakarta: Pusat Grafika.

Zahri Mustafa. 1979. Kunci Memahami Tasawuf. Surabaya: Bina Imu.

Saifullah. M. 1998. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Terbit Terang

Anda mungkin juga menyukai