MUNAKAHAH
FARIDATUS SUHADAK, M. HI
MAHAR
Presented by AKHMAD ASRORI MAULIDANI
(19210198)
ARIF JUNAIDI (19210164)
HAFSHAH (19210163)
FIRDA SALSABILA (19210166)
JUMLAH DAN BENTUK MAHAR
Kata Mahar berasal dari bahasa Arab yang termasuk abstrak atau masdar, yakni “mahran” atau kata kerja, yakni fi’il dari
“mahara-yahmuru-mahran.”. Lalu dibakukan dengan kata benda mufrad, yakni al-mahr, atau bias disebut juga dengan
mahar atau mas kawin.
Di kalangan fuqaha juga digunakan istilah lainnya, yaitu shadaqah, nihlah, dan faridhah yang sama-sama berarti mahar.
Pengertian mahar ( Maskawain ) Mahar, secara etimologi, artinya maskawin.
Secara terminologi,mahar ialah pemberian yang dilakukan oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan yang
hukumnya wajib, tetapi tidak ditentukan bentuk dari jenisnya, besar dan kecilnya dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadist..
PENGERTIAN MAHAR
Dalam bahasa Arab, mahar jarang digunakan. Kalangan Ahli Fiqh lebih sering
mengggunakan kata “shidaq” dalam kitab-kitab fiqhnya, akan tetapi di Indonesia yang
sering disebutkan adalah mahar dan mas kawin, hal ini juga tidak emnjadi suatu
perbedaan yang mendasar diantara kedua hal tersebut. Istilah mahar dan shidiq tidak
berbeda fungsi jika yang dimaksudkan merupakan pemberian sesuatu dari mempelai
laki-laki kepada perempuan, hanya saja istilah mahar diperuntukkan untuk perkawinan,
sedangkan istilah shaddaq diperuntukkan dalam hal selain perkawinan dan bersifat
umum, sebagaimana shodaqah wajib dan shodaqah sunnah. Shadaqah wajib adalah
membayar zakat dan membayar mahar.
Menurut Sayyid Sabiq (1992:53), mahar adalah harta atau manfaat yang wajib diberikan oleh seorang
mempelai pria dengan sebab nikah atau watha’.
Penyebutan mahar hukumnya sunnah, baik dari segi jumlah maupun bentuk barangnya dalam suatu akad
perkawinan, apapun barang yang bernilai adalah sah untuk dijadikan mahar. Demikian pula, menurut
Taqiyyuddin t.t.:37) bahwa penyebutan mahar hukumnya sunnah. Jika tidak disebutkan nikahnya tetap sah
dan suami wajib membayar mahar mistil.
PENGERTIAN MAHAR
Istilah mahar dalam Al-Qur’an identic dengan istilah shadaq atau
nihlah, tetapi kedua istilah tersebut jarang digunakan, baik dalam
realitas di masyarakat Indonesia maupun dalam UU Perkawan & KHI.
Adapun istilah lain yang memasyarakat adalah istilah maskawin, yang
seolah-olah setiap mahar yang diberikan laki-laki selalu berupa emas,
meskipun kenyataannya sering hanya seperangkat alat shalat.
Maka dari itu, ayat tersebut dapat dipahami bahwa dari kesetaraan gender, Islam telah melakukannya secara adil,
terutama dalam upaya membebaskan kaum perempuan dari ketertindasan social maupun budaya
Ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dikemukakan di atas merupakan dalil sebagai dasar hokum yang kuat bahwa laki-laki
wajib membayar mahar kepada perempuan yang hendak dinikahinya dengan ikhlas agar hak perempuan sejak awal
ditegakkan.
Dasar Hukum
As-Sunnah
Dasar Hukum Kedua adalah hadis, sebagaimana hadis yang dikutip oleh Ibnu Majjah :
Yang artinya : “Sebaik-baiknya wanita yang cantik wajahnya dan paling murah maharnya” (HR IBNU MAJJAH)
Demikian pula, dalam hadis Muttafaqun ‘Alaih :
Yang artinya : Yang paling membawa berkah adalah wanita yang paling sedikit maharnya
(Mttafaqun ‘Alaih, dikutip oleh Rahmat Hakim, 2000 : 73)
Artinya : Carilah walaupun cincin dari besi (HR.MUSLIM) ا ِلْتَ ِم ْسَول َْو َخاتَ ًما ِم ْن َح ِديْ ٍد.
Dasar Hukum As-Sunnah
Hadis ini menunjukkan bahwa kewajiban membayar mahar sekalipun dengan sesuatu yang sedikit.
Demikian juga tidak ada keterangan dari Nabi SAW, bahwa beliau meninggalkan mahar pada suatu pernikahan
Andaikata mahar tidak wajib tentu Nabi SAW pernah meninggalkannya walaupun sekali dalam
hidupnya yang meunjukkan tidak wajib. Namun, beliau tidak pernah meninggalkan hal tersebut,
maka hal itu menunjukkan bahwa pembayaran mahar merupakan suatu kewajiban
Para ulama sepakat bahwa mahar wajib diberikan oleh suami kepada istrinya, baik kontan maupun dengan cara tempo
Apabila suami menambahnya, hal itu lebih baik dan termasuk pada shodaqoh,
yang dicatat sebagai mahar secara mutlak yang sejenis dan jumlahnya sesuai dengan akad nikah
Jumlah Mahar: JUMLAH DAN
BENTUK MAHAR
Besarnya mahar tidak
ditetapkan dalam syari’at
Islam. Rahmat Hakim Imam Syafi’i, Ahmad bin Hambal, Ishaq, Abu Tsaur,
berpendapat bahwa besar-
dan fuqaha Madinah dari kalangan tabi’in
kecilnya mahar sangat
bergantung pada kebiasaan berpendapat bahwa mahar tidak mengenal
NIKOLA
Muhammad bin Isa menyatakan bahwa Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa mahar paling sedikit
adalah sepuluh dirham. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa mahar paling sedikit empat puluh dirham,
sebagaimana ulama Kufah mengatakan:
ربع
ٍ أقلمن
ّ يكون المهر:وقال بعض اهل كوفة ال
“Dan berkata ulama Kufah bahwa paling sedikit mahar adalah 40 dirham.” (H.R. Tirmidzi).
Bentuk Mahar
Dengan sebab-sebab di atas kewajiban memberi mut’ah juga gugur. Karena ia telah menolak
sebelum suaminya menerima sesuatu daripadanya. Maka tidak ada kewajiban ganti rugi,
sebagaimana halnya hukum seorang penjual yang tidak jadi menyerahkan barangnya kepada
pembelinya.
Begitu juga maskawin itu gugur apabila istri belum disenggamai itu merelakannya (melunaskan) atau
menghibahkan kepada suaminya. Dalam hal seperti ini gugurnya mahar dikarenakan isrtinya sendiri
yang menggugurkan. Dan mahar adalah hak penuh bagi istri
KERUSAKAN MAHAR
Jika mahar yang diberikan suami kepada istri berbentuk benda tertentu kemudian rusak, peremasalahannya tidak terlepas dari
adakalanya rusak sebelum diserahterimakan atau setelahnya, masing-masing kerusakan tersebut adakalanya dari pihak istri
atau dari orang lain :
1. Jika kerusakan dari pihak istri, baik sebelum diserahterimakan atau sesudahnya, maka ia dianggap sudah
diterima atau seperti penerima haknya. Jika istri ahli menerima, kerusakan mahar atas tanggungannya karena
ialah yang merusakkan haknya, ditambah lagi ia bebas dari tanggungan mahar suami dan . tidak boleh meminta
kembali.
2. Jika kerusakan dari pihak suami sebelum diserahkan, suami wajib menyerahkannya.
3. Jika kerusakan dari pihak orang lain, istri boleh memilih antara fasakh (merusak atau membatalkannya) mahar
dan baginya mahar mistil. Mahar mistil dari suami jika kita sebagai tanggungan akad atau apa yang
dipersamakan dengannya atau harganya jika kita katakana sebagai tanggungan tangan yang merusakkan. Suami
mengambil mahar yang dirusakkan dan istri mengembalikannya serta mengambil persamaannya atau harganya.
Adapun hikmah mahar adalah :
HIKMAH
DISYARIATKANN
1. Menunjukkan kemuliaan YA MAHAR
wanita.
2. Menunjukkan cinta dan
kasih sayang seorang suami Mengangkat derajat wanita dan memberi
kepada isterinya
penjelasan bahwa akad pernikahan ini mempunyai
3. Menunjukkan kesungguhan
4. Menunjukkan tanggung kedudukan yang tinggi.