Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Hadist Ahkam

Tentang

Mahar Dan Kafa’ah

Dosen : Munirah, M.Hum.

Di Susun Oleh

Kelompok : 5

Faturrahman Fahrozi

M.Saleh

Muhammad Yusuf

Jurusan : Ahwal Al-Syakhsyiyyah

STAI RAKHA AMUNTAI

KALIMANTAN SELATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Blakang

Adalah fitrah manusia di alam fana ini, bahwa dalam menjalani kehidupannya manusia tidak
bisa hidup sendirian. Setiap manusia pasti membutuhkan manusia yang lain sebagai pasangan
hidup, sebagai teman untuk berkomunikasi, sebagai tempat untuk berbagi perasaan suka dan
duka, atau teman untuk bertukar pikiran. Di antara sekian banyak keperluan asasi manusia di
samping makan, minum, dan pendidikan adalah pemenuhan kebutuhan akan seks. Kebutuhan
seks juga merupakan fitrah manusia, Oleh karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan
antara pria dan wanita, dan kemudian mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksananya
"perkawinan". Untuk itu dalam upaya pemenuhan kebutuhan seks ini Islam telah menyediakan
perkawinan sebagai sarana untuk menghalalkan manusia menyalurkan kebutuhannya tersebut.
Perkawinan sangat penting, karena akan membangkitkan ketenteraman jiwa baik suami ataupun
isteri, serta tempat untuk saling mencurahkan rasa kasing sayang, Allah SWT berfirman dalam
surah ar-Ruum ayat 21, yang artinya : Dan antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, perlu kita ketahui bahwa dalam proses perkawinan terdapat
serangkaian proses yang perlu dikaji lebih lanjut secar meluas, yang diantaranya sebagio berikut:

1) Bagaimana pengertian peminangan dalam perkawinan?


2) Bagaimana pengertian mahar, syarat dan macam Mahar dalam perkawinan?
3) Bagaimana pengertian dan hukum, hikmah kafa’ah?
C. Tujuan Penulisan
1) untuk mengetahui apa itu peminangan dalam pernikaha
2) Agar lebih memahami tentang mahar dalam pernikahan.
3) Agar lebih mengerti tentang apa itu kafa’ah dalam pernikahan.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. MAHAR.

Hadist: 4752

‫َح َّد َثَنا َع ِلُّي ْبُن َع ْبِد ِهَّللا َح َّد َثَنا ُس ْفَياُن َسِم ْع ُت َأَبا َح اِز ٍم َيُقوُل َس ِم ْع ُت َس ْهَل ْبَن َس ْع ٍد الَّس اِع ِد َّي َيُق وُل ِإِّني َلِفي اْلَق ْو ِم ِع ْن َد َر ُس وِل ِهَّللا‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإْذ َقاَم ْت اْمَر َأٌة َفَقاَلْت َيا َر ُسوَل ِهَّللا ِإَّنَها َقْد َو َهَبْت َنْفَسَها َلَك َفَر ِفيَها َر ْأَي َك َفَلْم ُيِج ْبَه ا َش ْيًئا ُثَّم َق اَم ْت َفَق اَلْت َي ا‬
‫َر ُسوَل ِهَّللا ِإَّنَها َقْد َو َهَبْت َنْفَسَها َلَك َفَر ِفيَها َر ْأَيَك َفَلْم ُيِج ْبَها َشْيًئا ُثَّم َقاَم ْت الَّثاِلَثَة َفَقاَلْت ِإَّنَها َقْد َو َهَبْت َنْفَسَها َلَك َفَر ِفيَه ا َر ْأَي َك َفَق اَم‬
‫َر ُجٌل َفَقاَل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأْنِكْح ِنيَها َقاَل َهْل ِع ْنَدَك ِم ْن َش ْي ٍء َقاَل اَل َقاَل اْذ َهْب َفاْطُلْب َو َلْو َخ اَتًم ا ِم ْن َحِد يٍد َفَذ َهَب َفَطَلَب ُثَّم َج اَء َفَق اَل‬
‫َم ا َو َج ْدُت َشْيًئا َو اَل َخ اَتًم ا ِم ْن َحِد يٍد َفَقاَل َهْل َم َع َك ِم ْن اْلُقْر آِن َش ْي ٌء َقاَل َم ِع ي ُسوَر ُة َك َذ ا َو ُسوَر ُة َك َذ ا َق اَل اْذ َهْب َفَق ْد َأْنَكْح ُتَك َه ا ِبَم ا‬
‫َم َع َك ِم ْن اْلُقْر آِن‬
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah Telah menceritakan kepada kami Sufyan Aku
mendengar Abu Hazim berkata; Aku mendengar Sahl bin Sa'd As Sa'idi berkata; Aku pernah
berada di tengah-tengah suatu kaum yang tengah berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, tiba-tiba berdirilah seorang wanita seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
ia telah menyerahkan dirinya untuk Anda, karena itu berilah keputusan padanya." Namun beliau
tidak memberi jawaban apa pun, kemudian wanita itu pun berdiri dan berkata lagi, "Wahai
Rasulullah, sesungguh ia telah menyerahkan dirinya untuk Anda, karena itu berilah putusan
padanya." Ternyata ia belum juga memberi putusan apa-apa. Kemudian wanita itu berdiri lagi
pada kali yang ketiga seraya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia telah menyerahkan
dirinya untuk Anda, karena itu berilah keputusan padanya." Maka berdirilah seorang laki-laki
dan berkata, "Wahai Rasulullah, nikahkanlah aku dengannya." Beliau pun bertanya: "Apakah
kamu memiliki sesuatu (untuk dijadikan mahar)?" laki-laki itu menjawab, "Tidak." Beliau
bersabda: "Pergi dan carilah sesuatu meskipun hanya cincin dari emas." Kemudian laki-laki itu
pergi dan mencari sesuatu untuk mahar, kemudian ia kembali lagi dan berkata, "Aku tidak
mendapatkan apa-apa, meskipun hanya cincin dari emas." Lalu beliau bertanya: "Apakah kamu
mempunyai hafalan Al Qur`an?" laki-laki itu menjawab, "Ya, aku hafal surat ini dan ini."
Akhirnya beliau bersabda: "Pergilah, telah menikahkanmu dengan wanita itu dan maharnya
adalah hafalan Al Qur`anmu."1

1. Pengertian Mahar

Mahar (‫ )قاﺪﺻ‬secara etimologi artinya maskawin. Secara terminologi, mahar ialah “


Pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk
menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya” 2Mahar adalah harta

1
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari,Shahih Al Bukhari.
2
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat.
2
yang berhak didapatkan oleh seorang istri yang harus diberikan oleh sang suami; baik karena
akad maupun persetubuhan hakiki.

Dalam kamus Al-Munawwir, kata mahar artinya maskawin. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia mahar adalah pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-laki
kepada mempelai perempuan ketika dilangsungkan akad nikah.3 Pengarang kitab al-‘Inaayah
‘Alaa Haamisyi al-Fathi mendefinisikan mahar sebagai harta yang harus dikeluarkan oleh suami
dalam akad pernikahan sebagai imbalan persetubuhan, baik dengan penentuan maupun dengan
akad.

Sedangkan sebagian mazhab Hanafi mendefinisikannya sebagai sesuatu yang didapatkan


seseorang perempuan akibat akad pernikahan ataupun persetubuhan. Mazhab Maliki
mendefinisikannya sebagai sesuatu yang diberikan kepada seorang istri sebagai imbalan
persetubuhan dengannya. Mazhab Syafi’i mendefinisikan sebagai sesuatu yang diwajibkan sebab
pernikahan atau persetubuhan, atau lewatnya kehormatan perempuan dengan tanpa daya, seperti
akibat susuan dan mundurnya para saksi.

Mazhab Hambali mendefinisikan sebagai pengganti dalam akad pernikahan, baik mahar
ditentukan di dalam akad, atau ditetapkan setelahnya dengan keridhaan kedua bela pihak atau
hakim. Atau pengganti dalam kondisi pernikahan, seperti persetubuhan yang memiliki syubhat,
dan persetubuhan secara paksa. Mahar adalah Pemberian seorang suami kepada istrinya pada
waktu berlangsungnya akad atau sebab akad sebagai pemberian wajib. Mahar juga didefinisikan
sesuatu yang diserahkan oleh calon suami kepada calon istri dalam rangka akad perkawinan
antara keduanya, sebagai lambang kecintaan calon suami terhadap calon istri serta kesediaan
calon istri untuk menjadi istrinya.4

2. Dasar Hukum Mahar

Menikah dengan mahar Al-Qur'an

Hadits di atas menjelaskan bahwa seorang suami wajib memberikan mahar kepada istri
meskipun tidak dalam bentuk materi atau barang yang bernilai tinggi bahkan berupa cincin besi
pun boleh dijadikan mahar dan telah memenuhi syarat sahnya nikah, atau bahkan mengajarkan
Al-Qur’anpun dibolehkan untuk mahar dan telah memenuhi syarat sahnya nikah apapila hanya
itu kemampuan calon suami.

3. Syarat-syarat Mahar

Mahar boleh berupa uang, perhiasan, perabot rumah tangga, binatang, jasa, harta
perdagangan, atau benda-benda lainnya yang mempunyai harga. Mahar yang diberikan kepada
calon istri harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
3
Departemen pendidikan nasional.
4
Abdul shomad,hukum islam penormaan prinsip syariah dalam hukum islam.
3
1) Harta/bendanya berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga, walaupun tidak
ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar. Akan tetapi apabila mahar sedikit tapi bernilai
maka tetap sah.
2) Barangnya suci dan bisa diambil mamfaat. Tidak sah mahar dengan khamar, babi, atau
darah, karena semua itu haram dan tidak berharga.
3) Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang milik orang lain tanpa
seizinnya, namun tidak bermaksud untuk memilikinya karena berniat untuk
mengembalikannya kelak. Memberikan mahar dengan barang hasil ghasab tidak sah..
4) Bukan barang yang tidak jelas keadaannya. Tidak sah mahar dengan memberikan barang
yang tidak jelas keadaannya, atau tidak disebutkan jenisnya.5

B. KAFAAH.
C. Hukum Kafaah

Hadits ke-834

‫ َفَلَّم ا َد َخ َلْت َع َلْي ِه‬, ‫ ( َتَز َّوَج َر ُسوُل ِهَّللَا صلى هللا عليه وسلم َاْلَع اِلَي َة ِم ْن َبِني ِغ َف اٍر‬: ‫ َع ْن َأِبيِه َقاَل‬, ‫َو َع ْن َزْيِد ْبِن َكْع ِب ْبِن ُعْج َر َة‬
‫ َوِفي ِإْس َناِدِه‬, ‫ َو َأَم َر َلَه ا ِبالَّص َداِق ) َر َو اُه َاْلَح اِكُم‬, ‫ َو اْلَح ِقي ِبَأْهِل ِك‬, ‫ ِاْلَبِس ي ِثَياَب ِك‬: ‫ َر َأى ِبَك ْش ِحَها َبَياًضا َفَقاَل‬, ‫َو َو َضَع ْت ِثَياَبَها‬
‫ َو َع ْن َسِع يِد ْبِن َاْلُمَس َّيِب ; َأَّن ُع َم َر ْبَن َاْلَخ َّطاِب رضي هللا عنه‬.‫ َو اْخ ُتِلَف َع َلْيِه ِفي َشْيِخِه ِاْخ ِتاَل ًفا َك ِثيًرا‬, ‫َجِم يُل ْبُن َزْيٍد َو ُهَو َم ْج ُهوٌل‬
‫ َو ُه َو َل ُه‬, ‫ َفَلَه ا َالَّص َد اُق ِبَم ِس يِس ِه ِإَّياَه ا‬, ‫ َأْو َم ْج ُذ وَم ًة‬, ‫ َأْو َم ْج ُنوَنًة‬, ‫ َفَو َج َدَها َبْر َص اَء‬, ‫ َفَد َخ َل ِبَها‬, ‫ ( َأُّيَم ا َر ُج ٍل َتَز َّوَج ِاْمَر َأًة‬: ‫َقاَل‬
, ‫ َع ْن َع ِلٍّي َنْح َو ُه‬: ‫ َو َر َو ى َس ِع يٌد َأْيًض ا‬. ‫ َو ِر َج اُلُه ِثَقاٌت‬, ‫ َو اْبُن َأِبي َشْيَبَة‬, ‫ َو َم اِلٌك‬, ‫َع َلى َم ْن َغَّر ُه ِم ْنَها ) َأْخ َر َج ُه َسِع يُد ْبُن َم ْنُصوٍر‬
: ‫ َوِم ْن َطِريِق َس ِع يِد ْبِن َاْلُمَس َّيِب َأْيًض ا َق اَل‬.)‫ َفِإْن َم َّسَها َفَلَها َاْلَم ْهُر ِبَم ا ِاْسَتَح َّل ِم ْن َفْر ِج َها‬, ‫ َفَز ْو ُج َها ِباْلِخَياِر‬, ‫ ( َو ِبَها َقَر ٌن‬: ‫َو َز اَد‬
‫ َو ِر َج اُلُه ِثَقاٌت‬،‫ َأْن ُيَؤ َّج َل َس َنًة‬, ‫( َقَض ى ِبِه ُع َم ُر ِفي َاْلِع ِّنيِن‬

Zaid Ibnu Ka'ab dari Ujrah, dari ayahnya berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
kawin dengan Aliyah dari Banu Ghifar. Setelah ia masuk ke dalam kamar beliau dan
menanggalkan pakaiannya, beliau melihat belang putih di pinggulnya. Lalu Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Pakailah pakaianmu dan pulanglah ke keluargamu." Beliau
memerintahkan agar ia diberi maskawin. Riwayat Hakim dan dalam sanadnya ada seorang
perawi yang tidak dikenal, yaitu Jamil Ibnu Zaid. Hadits ini masih sangat dipertentangkan. Dari
Said Ibnu al-Musayyab bahwa Umar Ibnu al-Khaththab Radliyallaahu 'anhu berkata: Laki-laki
manapun yang menikah dengan perempuan dan setelah menggaulinya ia mendapatkan
perempuan itu berkudis, gila, atau berpenyakit kusta, maka ia harus membayar maskawin karena
telah menyentuhnya dan ia berhak mendapat gantinya dari orang yang menipunya. Riwayat Said
Ibnu Manshur, Malik, dan Ibnu Abu Syaibah dengan perawi yang dapat dipercaya. Said juga
meriwayatkan hadits serupa dari Ali dengan tambahan: Dan kemaluannya bertanduk, maka
suaminya boleh menentukan pilihan, jika ia telah menyentuhnya maka ia wajib membayar
maskawin kepadanya untuk menghalalkan kehormatannya. Dari jalan Said Ibnu al-Musayyab

5
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat.
4
juga, ia berkata: Umar Radliyallaahu 'anhu menetapkan bahwa orang yang mati kemaluannya
(impoten) hendaknya ditunda (tidak dicerai) hingga setahun. Perawi-perawinya dapat dipercaya. 6

1. Pengertian Kafaah

Kafaah berasal dari kata ‫ كفىء‬yang berarti sama atau setara. Sehingga yang dimaksud
kafaah dalam perkawinan mengandung arti bahwa perempuan harus sama atau setara dengan
laki-laki. Yang dijadikan standar dalam penentuan kafaah adalah status sosial pihak perempuan
karena dialah yang akan dipinang oleh laki-laki untuk dikawini. Laki-laki yang mengawininya
paling tidak harus sama dengan perempuan, seandainya lebih tidak menjadi halangan. Masalah
timbul kalau laki-laki yang kurang status sosialnya sehingga dikatakan si laki-laki tidak se-kufu
dengan istri. Seandainya pihak istri dapat menerima kekurangan laki-laki tidak menjadi masalah.
7

Kafa’ah dalam perkawinan merupakan faktor yang dapat mendorong terciptanya


kebahagiaan suami istri, dan lebih menjamin keselamatan perempuan dari kegagalan atau
kegoncangan rumah tangga. Kafaah dianjurkan oleh Islam dalam memilih calon suami/istri,
tetapi tidak menentukan sah atau tidaknya perkawinan. Kafaah adalah hak bagi wanita atau
walinya. Karena suatu perkawinan yang tidak seimbang, tidak serasi atau tidak sesuai akan
menimbulkan problema berkelanjutan, dan besar kemungkinan menyebabkan terjadinya
perceraian. Oleh karena itu boleh dibatalkan. 8

1. Hikmah Kafaah

Berikut hikmah kafaah dalam pernikahan yang di antaranya adalah sebagai berikut :

1) Kafa’ah merupakan wujud keadilan dan konsep kesetaraan yang ditawarkan Islam dalam
pernikahan.

Islam telah memberikan hak thalaq kepada pihak laki-laki secara mutlak. Namun oleh
sebagian laki-laki yang kurang bertanggungjawab, hak thalaq yang dimilikinya disalahgunakan
sedemikian rupa untuk berbuat seenaknya terhadap perempuan. Sebagai solusi untuk
mengantisipasi hal tersebut jauh sebelum proses pernikahan berjalan, Islam telah memberikan
hak kafa’ah terhadap perempuan. Hal ini dimaksudkan agar pihak perempuan bisa berusaha
seselektif mungkin dalam memilih calon suaminya Target paling minimal adalah, perempuan
bisa memilih calon suami yang benar-benar paham akan konsep thalaq, dan bertanggungjawab
atas kepemilikan hak thalaq yang ada di tangannya.

2) Dalam Islam, suami memiliki fungsi sebagai imam dalam rumah tangga dan perempuan
sebagai makmumnya.
6
Hadits tentang kafa’ah dan khiyar, hadits ke- 834
7
Prof.Dr.Amir Syarifuddin,hukum perkawinan islam diindonesia.
8
Prof.abdurrahman ghazali,M,A.,fiqih munakahat.
5
3) Konsekuensi dari relasi imam-makmum ini sangat menuntut kesadaran keta’atan dan
kepatuhan dari pihak perempuan terhadap suaminya. Hal ini hanya akan berjalan normal
dan wajar apabila sang suami berada satu level di atas istrinya, atau sekurang-kurangnya
sejajar. Seorang istri bisa saja tidak kehilangan totalitas ketaatan kepada suaminya, meski
secara pendidikan dan kekayaan misalnya lebih tinggi dari suaminya.
4) Naik atau turunnya derajat seorang istri, sangat ditentukan oleh derajat suaminya.
5) Seorang perempuan ‘biasa’, akan terangkat derajatnya ketika dinikahi oleh seorang laki-
laki yang memiliki status sosial yang tinggi, pendidikan yang mapan, dan derajat
keagamaan yang lebih. Sebaliknya, citra negatif suami akan menjadi kredit kurang bagi
nama, status sosial, dan kehidupan keagamaan seorang istri.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Mahar adalah pemberian dari calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita, baik
berbentuk barang, uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam sebab pernikahan
atau persetubuhan. Hukumnya wajib bagi laki-laki memberi sesuatu kepada wanita meskipun
dengan nilai yang kecil, sesuai dengan kesepakatan mempelai wanita. Mahar dibolehkan disebut
atau tidak, dalam akad nikah.

Adapaun syaratnya mahar;

a. Suatu benda yang boleh dimiliki dan halal diperjualbelikan;


b. Mahar itu jelas jenis dan jumlahnya.
c. Tidak terdapat unsur tipuan.

Kafa’ah adalah kesetaraan yang perlu dimiliki oleh calon suami dan calon istri agar
dihasilkan keserasian hubungan suami istri secara mantap dalam rangka menghindarkan cela
dalam permasalahan-permasalahan tertentu, baik agama, keislaman, kemerdekaan, keturunan,
kekayaan, maupun status sosial. Namun, keputusan ada ditangan wanita dan walinya dalam
kafaah.

B. Saran

kami para pemakalah menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak yang
harus di benahi, oleh karena itu kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan guna memperbaiki makalah yang kami buat ini. Harapan kami, makalah ini bisa
menambah wawasan bagi pembaca dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
7

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………...…………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..……1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………1
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..……2
A.Mahar………………………………………………………………………………………...…2
1.Pengertian mahar……………………………………………………………………………..…2
B.Dasar hukum mahar…………………………………………………………………………….2
C.Syarat-syarat mahar…………………………………………………………………………..…3
D.KAFAAH…………………………………………………………………………………….....4
1.Pengertian kafaah……………………………………………………………………………..…4
2.Hukum kafaah……………………………………………………………………………...……4
3.Hikmah kafaah……………………………………………………………………………..……5
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………………...7
A. Simpulan……………………………………………………………………………………....7
B. Saran…………………………………………………………………………………………..7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..…8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah karena berkat limpahan rahmat,taufiq,dan
hidayahnNya ,kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “MAHAR DAN
KAFA’AH”ini.shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW,
yang membawa dari alam kesesatan menuju alam yang penuh kebaikan.semoga beliau
memberikan safa’at kepada kita yang mau mempelajari taharah ini.amin

Tujuan makalah ini adalah untuk menambah ilmu serta pengetahuan yang luas mengenai
pemahaman Makalah yang kami buat serta menempuh mata kuliah di Sekolah Tinggi Agama
Islam Rasyidyah Khalidiyah Amuntai.

Kami menyadari bahwa karya seseorang tidak ada sempurna.Maka dari itu,kritik kalian
harapkan dalam kesempurnaan hasil karya kami selanjutnya.

Kamis, 12 September 2019


i
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.amir syarifuddin,hukum perkawinan islam diindonesia:Antara fiqh munakahat dan
undang-undang perkawinan,(jakarta:kencana,2009),hlm.140-141.
Prof.Dr.Abdul Rahman Ghozali,M.A.,fiqh munakahat,(jakarta:Kencana,2010),hlm.97
Abd.Shomad,hukum islam penormaan prinsip syariah dalam hukum islam,
(jakarta:Kencana,2012)Ed.Revisi,h.285
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari,Shahih Al Bukhari(Riyadh:Baitul afkar
Ad-Dauliyah lin nisyri,1998),h.998
Hadits tentang kafa’ah dan khiyar, hadits ke- 834
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa indonesia Pusat Bahasa,(jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama,2008),cet.ke-1,Edisi ke-4,h.856
Abdurrahman I.doi,Perkawinan dalam syariat islam,(jakarta:PT Rineka Cipta,1992),cet ke-
1,h,66.
8

Anda mungkin juga menyukai