Anda di halaman 1dari 11

HUKUM SIPIL DALAM AL QUR’AN BESERTA

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Ushul fiqh

Dosen pengampu: Ags. H. Imam rahmatullah Lc.

Disusun oleh :

NASRULLAH

MUMUH M. ROHMATULLAH

M. ARIS MAULANA IQBAL

M. CHAERUL ANWAR

NI’AMILLAH

QISMU AT-TARIKH AL ISLAM WATSAQOFATIHI

MA’HADUL ‘ILMY ASY-SYAR’IE

SARANG REMBANG

2022 M/1444 H

0
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan bumi, seisinya dan memberikan ni’mat
yang tak terhitung, serta meberikan Kesehatan jasad dan fikiran sehingga kita bisa berfikir
sebelum bertindak.

Atas rahmat tuhan, kami dari kelompok lima akan membahas sedikit tentang hukum sipil
dalam al qur’an beserta istinbatnya.

Semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi pembaca dan supaya bisa manambah
wawasan.

Cukup sekian apabila pembaca menemukan kesalahan baik isi maupun tulisan mohon
maaf yang sebesar besarnya.

‫وهللا اعلم بالصواب‬

Sarang, 11 Desember 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.............................................................................................................................3

Latar Belakang..................................................................................................................................3

RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................3

TUJUAN...........................................................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................................4

PEMBAHASAN...............................................................................................................................4

HUKUM RIBA DALAM AL QUR’AN..........................................................................................4

KONSEP TRANSAKSI JUAL BELI DALAM AL QUR’AN..........................................................5

KONSEP PENYEWAAN DALAM AL QUR’AN...........................................................................6

KONSEP GADAI DALAM AL QUR’AN........................................................................................8

BAB III...........................................................................................................................................11

PENUTUP.......................................................................................................................................11

SIMPULAN……………………………………………………………………………11

SARAN...........................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hukum sipil merupakan aktivitas yang sering berkaitan di semua kalangan masyarakat,
Pada dasarnya hukum sipil seperti semua transaksi seperti jual beli, sewa , dan lain lain
Selalu di sertai dengan macam macam hukum yg berbeda – beda disebabkan adanya faktor
lingkungan, seiring berputarnya zaman tak banyak orang yang mengetahui dalil dalil
Yang menjadi keafsahan dalam hukumnya.

RUMUSAN MASALAH

Mengacu dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan empat masalah


Yang menjadi fokus dalam kajian ini.
1. Bagaimana hukum riba dalam al qur’an dalam al qur’an?
2. Bagaimana konsep jual beli dalam al qur’an ?
3. Bagaimana konsep penyewaan dalam al qur’an?
4. Bagaimana konsep gadai dalam al qur’an?

TUJUAN

Tujuan menjadi sumber pembahasan yang sudah ditentukan.


Berdasarkan rumusan masalah ada empat tujuan dalam kajian ini.
1. Untuk memaparkan hukum dan dalil beserta istinbatnya.
2. Untuk menjelaskan tata caranya yang sesuai dalil dan istibatnya.
3. Untuk menjelaskan divinisi, hukumnya beserta dalil dan istinbatnya.
4. Untuk memaparkan konsep yg dibenarkan dalam al qur’an beserta istinbatnya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

HUKUM RIBA DALAM AL QUR’AN

Riba secara Bahasa adalah tambahan sedangkan secara syara’ adalah suatu aqad khusus
yang tidak di ketahui kadarnya dalam rincian syara’ atau terlambatnya serah terima pada
majlis.
Hukum riba sendiri adalah haram yang telah di nash dalam
al qur’an surat al Baqarah ayat 275 yang berbunyi:

ٰ ‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ البَي َع َو َح َّر َم‬


‫الرِّبوا‬
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."

Ulama’ beristibat keharaman riba pada ayat tersebut dan juga pada haditsnya rasulullah
SAW yang berbunyi

َ‫ٰيـاَيُّهَا الَّ ِذينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َى ِمنَ الر ِّٰبٓوا اِن ُكنتُم ُّمؤ ِمنِين‬

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
beIum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman" (Al Baqarah 278).

Lalu ditegaskan dalam hadist rasulullah untuk seorang muslim menjauhi praktek riba
berbagai fariasi apapun karna termasuk 7 dosa yang besar

ْ ‫س الَّتِي َحـ َّر َم هَّللا ُ ِإالَّ بِـ‬


،ِّ‫ـال َحق‬ ِّ ‫ َو‬،ِ ‫ك بِاهَّلل‬
ِ ‫ َوقَ ْتـ ُل النَّ ْف‬،ُ‫السـحْ ر‬ ِ ‫اجْ تَنِبُوا ال َّس ْب َع ْال ُموبِقَا‬
َ َ‫ َو َما ه َُّن ق‬،ِ ‫ قَالُوا يَا َرسُو َل هَّللا‬." ‫ت‬
ُ ْ‫ال " ال ِّشر‬
ِ َ‫ت ْالغَافِال‬
"‫ت‬ ِ ‫ت ْال ُمْؤ ِمنَا‬ َ ْ‫ َوقَ ْذفُ ْال ُمح‬،‫ف‬
ِ ‫صنَا‬ ِ ْ‫ َوالتَّ َولِّي يَوْ َم ال َّزح‬،‫ َوَأ ْك ُل َما ِل ْاليَتِ ِيم‬،‫َوَأ ْك ُل ال ِّربَا‬

"Jauhi tujuh hal yang membinasakan! Para sahabat berkata, "Wahai, Rasulullah! apakah
itu? Beliau bersabda, "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah
tanpa haq, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang dan
menuduh wanita beriman yang Ialai berzina" (Muttafaq 'alaih).

4
Hadits diatas juga menjadi istinbat ulama’ dalam pengharaman riba.

KONSEP TRANSAKSI JUAL BELI DALAM AL QUR’AN

Jual beli atau yang sering disebut dengan Bahasa bai secara Bahasa adalah menukarkan
dengan suatu perkara lain, sedangkan secara syara’ adalah menukarkan harta yang
bernominal dengan harta orang lain dengan suatu cara yang khusus. Pada dasrnya hukum
riba adalah mubah yaitu suatu perkara jika dikerjakan atau tidak maka tidak mendapatkan
pahala.
Berikut adalah landasn dalil hukumnya,

‫َواَ َح َّل هّٰللا ُ البَي َع‬


“Allah telah menghalalkan jual beli”

Ayat tersebut merupakan landasan dalil dalam istinbatnya ulama’ dan juga dala al qur’an
surat an nisa’ ayat 29 yang berbunyi:

‫ْأ‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن ت ََر‬
‫اض ِّم ْن ُك ْم‬

”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar
suka sama suka di antara kamu.”
Adapun syarat ketentuhan sah untuk melakukan aqad jual beli diantaranya adalah ijiab,
qobul, melihat barang yang akan dibuat transaksi, dan bisa diserahkan.

5
KONSEP PENYEWAAN DALAM AL QUR’AN

Akad sewa atau yang sering disebut dengan ijaroh secara Bahasa adalah nama untuk
sebuah ongkos sedangkan secara syara’ adalah memberikan suatu kepemilikan manfaat
dengan adanya alat tukar dengan syarat syarat tertentu. Hukum menyewakan suatu barang
adalah diperbolehkan seperti yang sudah diterangkan dalam al quran surar at thalaq ayat 6
yg berbunyi:
‫ض ُع لَهٗ ٓ اُ ْخ ٰر ۗى‬ ٍ ۚ ْ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَ ٰاتُوْ ه َُّن اُجُوْ َره ۚ َُّن َوْأتَ ِمرُوْ ا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْعرُو‬
ِ ْ‫ف َواِ ْن تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر‬ َ ْ‫فَا ِ ْن اَر‬
“kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu maka berikanlah imbalannya kepada
mereka; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika
kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”

Dalam surah lain seperti terdapat dalam Al-Qashash Ayat 26,

ُ‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ِإ َّن خَ ْي َر َم ِن ا ْستَْأ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ اَأْل ِمين‬
ِ َ‫ت ِإحْ دَاهُ َما يَا َأب‬
ْ َ‫قَال‬
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: Wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”

Dari dua ayat diatas maka dapat difahami jenis ijarah


(sewa). Dan ayat tersebut menunjuk kan akan di syari’atkan ijarah (sewa) .

Ulama’ beristibat diperbolehnya aqad sewa dalam ayat diatas dan juga dalam hadits
rasulullah SAW yang berbunyi:

‫انه رسول هللا نهى عن المزارعة وامر بالمؤجرة‬


“Sesungguhnya rasulullah melarang untuk melakukan muzaro’ah dan memerintahkan untuk
berdagang.”

6
Beberapa hal dan pihak yang harus ada dalam transaksi ijarah (sewa menyewa) itu ada
dalam rukun akad ijarah sebagaimana disampaikan oleh Abdur Rahman Ghazaly dalam
Fiqih Muamalah, hal. 283 seperti berikut:

Pengguna jasa atau mu’jir yakni orang yang menggunakan jasa, baik dalam bentuk tenaga
fisik atau benda yang memberikan upah atau jasa tenaga atau sewa dari yang digunakan,
Pemberi jasa atau musta’jir adalah orang yang memberikan jasa, baik dengan tenaganya atau
dengan alat yang dimilikinya, yang kemudian menerima upah dari tenaganya atau sewa dari
benda yang dimilikinya
Ma’jur adalah Objek transaksi yakni jasa, baik dalam bentuk tenaga atau benda yang
digunakan.
Sighat ijab kabul (bentuk serah terima) antara mu’jir dan musta’jir, ijab kabul terjadi ketika
akan meneyepakati terjadinya sewa-menyewa barang maupun jasa
Ujrah adalah Imbalan atas jasa yang diberikan disebut upah atau sewa.

Syarat sah untuk melakukan ijaroh adalah ijab, qobul, dan diketahui kadarnya. Karna
banyak orang yang tidak mengetahui syarat ijaroh dengan benar.

KONSEP GADAI DALAM AL QUR’AN

Akad gadai merupakan salah satu akad transaksi yang sering berkesinambungan dalah hidup
sosialisasi masyarakat, banyak orang yang tidak tau tentang dalil hukumnya baik dari al
qur’an atau hadits.

Akad rahn atau gadai secara Bahasa adalah ketetapan sesuatu sedangkan menurut syara’
adalah menjadikan suatu barangyang bernilai sebagai jaminan hutang yang akan dibayarkan
ketika tidak bisa melunasinya, sebagaian ulam mendivinisikan rahn dari firman allah yang
berbunyi:

ٌ‫ت َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬


ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬

7
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar
suka sama suka di antara kamu”

Hukum gadai sendiri adalah diperbolehkan selama masih mengikuti syarat syarat yang telah
ditentukan ulama’.

Sistem hutang piutang dengan gadai ini diperbolehkan dan disyariatkan dengan dasar Al
Qur’an, Sunnah dan ijma’ kaum muslimin.

Dalil Al Qur’an adalah firman Allah:

ِ َّ‫ْضـا فَ ْليُـَؤ ِّد الَّ ِذي اْؤ تُ ِمنَ َأ َمانَتَـهُ َو ْليَت‬


‫ق هَّللا َ َربَّهُ َوال‬ ً ‫ْضـ ُك ْم بَع‬ُ ‫ُوضـةٌ فَـِإ ْن َأ ِمنَ بَع‬
َ ‫َـان َم ْقب‬
ٌ ‫َوِإ ْن ُك ْنتُ ْم َعلَى َسفَ ٍر َولَ ْم تَ ِجدُوا َكاتِبًـا فَ ِره‬
‫تَ ْكتُ ُموا ال َّشهَا َدةَ َو َم ْن يَ ْكتُ ْمهَا فَِإنَّهُ آثِ ٌم قَ ْلبُهُ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َعلِي ٌم‬

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh
yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah Rabbnya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. Dan siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al
Baqarah :283).”

Hal inipun dipertegas dengan amalan Rasululloh yang melakukan pergadaian sebagaimana
dikisahkan umul mukminin A’isyah dalam pernyataan beliau:

‫ي ِإلَى َأ َج ٍل َو َرهَنَهُ ِدرْ عًا ِم ْن َح ِدي ٍد‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ا ْشت ََرى‬
ٍّ ‫ط َعا ًما ِم ْن يَهُو ِد‬ َّ ِ‫َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬

“Sesungguhnya Nabi Shalallaahu alaihi wasalam membeli dari seorang yahudi bahan
makanan dengan cara hutang dan menggadaikan baju besinya. (HR Al Bukhori no 2513 dan
Muslim no. 1603).”

8
Dalil diatas adalah sumber pengambilan hukum ulama’ mengenai tentang babakan aqad
gadai

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Hukum sipil merupakan parkara yang sering berkesinambungan dalam hidup sosial
masyarakat yakni mulai dari jual beli, sewa menyewa, dan gadai, tak sedikit orang yang tau
tentang cara dan hukum yang sah untuk melakukan transaksi tersebut dan juga tidak
mengerti tendensi dan pengmbilan hukumnya, selayaknya untuk seorang muslimin
mengetahu transaksi yang sah menurut syara’. secara keseluruhan pembahasan, semua
transaksi diperbolehkan selagi tidak melanggar rambu rambu yg sudah ditetapkan
ketentuannya.

B. SARAN

Sebagai orang muslimin yang taat pada aturan agama untuk senantiasa memahami dalil
beserta istinbatnya baik dari al qur’an atau hadits dan mempraktekannya agar selalu terbiasa
dengan hal yang di ridhoi Allah SWT.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al – qur’an al karim dan terjemahnya

Al Ghazi Ibnu Qosim. Fath al-qorib ala syarkhi at-taqrib. Jakarta. Dar al kutub Al
islamiyah

Assuyuthi jalaluddin. dan al mahali jalaluddin. Tafsīr al-Jalālayn. Surabya. Haromain

Alfannani, Ahmad Zainuddin. Fath Al mu’in. jakarta. Darul Kutub Al - islami

Al bantany Syeikh Nawawi. Tausyaikh fi syarhil fathu al qorib jakarta. dar al kutub al
islami
Ad dimyathi syaikh abu bakar. I’anah ath thalibin ‘ala syarhil fathu al mu’in jakarta.
Dar al kutub al islami
As suyuthi syaikh jalaluddin abdurrahman. Tafsir al iklil bairut. lebanon

10

Anda mungkin juga menyukai