Dosen Pembimbing
Drs. H, A, Washil, M.Pd
Disusun Oleh :
Nuril faizin
Khairunnas
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Al-Am, Al-khas, Takhshishul-Am”
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Al-Am, Al-khas,
Takhshishul-Am. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “Al-
Am, Al-khas, Takhshishul-Am” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak DRS. H, A, WASHIL, M.Pd
segenap Dosen Mata Kuliah Ushul Fiqih Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
PENGERTIAN ‘AM DAN KHAS....................................................................................5
A. Pengertian ‘am........................................................................................................5
B. lafadh-lafadh ‘am....................................................................................................5
C. Pengertian khas.......................................................................................................7
D. Pengertian takhsis...................................................................................................7
E. Macam-macam Takhsish........................................................................................7
1. Takhsis Muttashil...................................................................................................8
2. Takhsis Munfashil..................................................................................................9
3. Dalalah lafazh khas...............................................................................................11
BAB II.............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Kami merumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu ‘am?
2. Serta lafadh lafadhnya!
3. Dan apa itu khas dan takhsis?
4
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN ‘AM DAN KHAS
A. Pengertian ‘am
‘Am di tinjau dari segi bahasa berarti umum dan merata. Dalam ushul
fiqih, ‘am adalah lafadh yang menunjukkan dua atau lebih yang tidak terbatas.
Ada pula yang mengartikan ‘am sebagai lafadh yang mencakup bawahannya.
Sederhananya ‘am adalah lafadh dalam al-Quran yang mencakup dua perkara
atau lebih. Lafadh tersebut mencakup bawahannya. Misalnya lafadh zaidani,
maka lafadh zaidani mencakup dua zaid. Contohnya lagi, semisal an-Nas yang
berarti manusia. makanya lafadh an-Nas mencakup semua manusia tanpa
terkecuali.
B. lafadh-lafadh ‘am
1. Lafaz kullun atau jamî’un, dan lafadh yang semakna. Contoh:
5
Lafaz al-bai’ dan al-ribâ, keduanya adalah ism mufrad yang di
ma’rifatkan dengan al. Oleh karena itu keduanya adalah lafadh ‘am yang
mencakup seluruh satuan-satuan yang dapat dimasukkan di dalamnya.
ًت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُوْ ا بِاَرْ بَ َع ِة ُشهَد َۤا َء فَاجْ لِ ُدوْ هُ ْم ثَمٰ نِ ْينَ َج ْل َدة َ َْوالَّ ِذ ْينَ يَرْ ُموْ نَ ْال ُمح
ِ ص ٰن
Lafadh َ الَّ ِذ ْينadalah isim maushul, maka lafadh tersebut masuk dalam
katagori ‘am.
6. Istim syarat, seperti lafadh man pada ayat di bawah ini:
َاَفَ ُح ْك َم ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَ ْب ُغوْ ۗنَ َو َم ْن اَحْ َسنُ ِمنَ هّٰللا ِ ُح ْك ًما لِّقَوْ ٍم يُّوْ قِنُوْ ن
6
8. Lafazd jamak yang dima’rifkan dengan mudhaf. Seperti contoh:
C. Pengertian khas
Khas adalah lawan dari lafadh ‘am. Khas dalam bahasa berarti tertentu,
sedangkan secara istilah khas adalah lafadh yang tidak mencakup dua atau lebih.
Dalam syarah waraqat di jelaskkan bahwa khas adalah lafadh yang mencakup
sesuatu yang cakupannya, bisa satu, dua, tiga yang masih dalam cakupannya.
Misalnya zaid dua wanita atau tiga laki-laki.
D. Pengertian takhsis
Takhsis ini adalah metode mentakhsish lafadh yang ‘am menjadi khas.
Takhsis berasal dari kata khos yang berarti khusus yang di ikutkan
wazan af’ala, lalu maknanya berubah menjadi menkhususkan. Dalam ushul fiqih
takhsis berarti mengkhususkan lafadh yang ‘am kepada sebagian afrad-nya
(lafadh yang masuk bawahannya). Misalnya kafir mu’ahad (kafir yang
melakukan perjanjian damai) mentakhsish ayat :
E. Macam-macam Takhsish
Takhsis terbagi menajdi dua, takhsis muttashil dan munfashil.
7
1. Takhsis Muttashil
Takhsis muttashil adalah takhsis yang berada dalam satu kalimat. Takhsis ini
terbagi menjadi empat, sebagimana penjelasan berikut ini:
a. Takhsis dengan Istisna’
Istisna’ adalah mengecualikan sesuatu dari sesuatu. Istisna’ dapat
mentakhsis kalimat yang ‘am. Seperti contoh:
Kalimat ْر ٍ ِإ َّن اِإْل ْن َسانَ لَفِي ُخس adalah ayat yang ‘am. Lalu di takhsis dengan ِإاَّل
الَّ ِذينَ آ َمنُوا. Dengan demikian maka manusia yang rugi hanyalah manusia
yang tidak beriman.
b. Takhsish dengan Syarat
Takhsis dengan syarat adalah mentakhshis lafadh dengan berikutnya
yang menajdi sifat. Misalnya:
هّٰللا ۚ هّٰللا
َصفُوْ ن ِ ْلَوْ َكانَ فِ ْي ِه َمٓا ٰالِهَةٌ اِاَّل ُ لَفَ َس َدتَا فَ ُسب ْٰحنَ ِ َربِّ ْال َعر
ِ َش َع َّما ي
َو َمن قَتَ َل ُمْؤ ِمنًا خَ طًَأ فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُّمْؤ ِمنَ ٍة
8
Lafadh َرقَبَ ٍةyang merupakan lafad yang ‘am maka di takhsis dengan ُّمْؤ ِمنَ ٍة
. maka budak yang di merdekan harus budak yang mu’min.
d. Takhsis dengan Ghoyah
Takhsis dengan ghayah takhsis dengan lafadh yang memilki makna
ghayah. Misalnya َحتَّى . seperti contoh:
2. Takhsis Munfashil
Takhsis munfashil adalah takhsis dengan ayat atau hadis lain yang
berikatan. Takhsis munfashil ini boleh takhsish al-Quran dengan al-Quran, al-
Quran dengan hadis, hadis dengan hadis, hadis dengan al-Quran. Berikut ini
adalah macam-macam takhsish munfashil:
9
a. Takhsis al-Quran dengan Al-Quran. Takhsis al-Quran dengan Al-Quran
mentakhsis ayat atau potongan ayat al-Quran dengan ayat lain. Seperti
contoh dalam surat al-Baqarah ayat 221:
ْ َالَ ق
ٍ ط َع فِي َأقَ َّل ِم ْن ُرب ِْع ِد ْين
رواه الجماعة. َار
َ ض ٰى َأوْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر َأوْ َجا َء َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَاِئ ِط َأوْ اَل َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم تَ ِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا
َ ص ِعيدًا
طيِّبًا َ َْوِإ ْن ُك ْنتُ ْم َمر
ُفَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوَأ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنه
11
صيَا ُم ثَ ٰلثَ ِة اَي ٍَّام فِى ْال َح ِّج
ِ َفَ َم ْن لَّ ْم يَ ِج ْد ف
Lafazh tsalasah dalam ayat tersebut adalah lafazh khas yang tidak mungkin
untuk diartikan dengan makna selain tiga hari. Oleh karenanya dalalah
maknanya adalah qath’iyah (pasti) dan dalalah hukumnya pun juga qath’i.
Lafazh khas yang ditemui dalam nash wajib diartikan sesuai dengan arti hakiki
selama tidak ditemukan dalil yang memalingkan dari arti hakiki ke arti lain.
Akan tetapi, apabila ada qarinah, maka lafadh khas harus ditakwilkan kepada
maksud makna yang lain.
12
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Âm ialah lafaz yang menunjukkan pada jumlah yang banyak dan satuan
yang termasuk di dalamnya, dan memiliki ciri-ciri tertentu. Sedangkan khâs
lafaz yang menunjukkan arti tunggal, baik menunjuk jenis, macam, nama, atau
isim jumlah yang pasti, dan menutup kemungkinan yang lainnya. Namun
terlepas dari ketentuan-ketentuan tersebut bisa saja ada lafas umum, tetapi yang
dimaksud adalah khusus. Demikian juga sebaliknya, bisa saja ada lafaz khusus
tetapi yang dimaksud adalah umum, tentu dengan melihat kesesuaian konteks
pembicaraannya. Pengamalan tuntutan lafaz âm wajib, kecuali ada dalil yang
menunjuk selainnya. Dan apabila ada lafaz âm karena sebab khusus, maka wajib
mengamalkan keumumannya. Apabila âm dan khâs datang bersamaan, maka
yang âm di takhshîsh oleh yang khâs. Tetapi jika âm datang kemudian, menurut
hanafiyah, khâs dinasakh oleh yang âm. Muthlaq ialah lafaz yang menunjukkan
pada hakikat lafaz itu apa adanya tanpa memandang jumlah maupun sifatnya.
Sedangkan muqayyad ialah lafaz yang menunjukkan pada hakikat lafaz tersebut
dengan dibatasi sifat, keadaan, dan syarat tertentu. Jika hukum dan obyek lafaz
muthlaq sama dengan lafaz muqayyad, maka disesuaikan dengan yang
muqayyad. tetapi jika keduanya berbeda dari segi hukum dan sebabnya, maka
pengertian lafaz yang muthlaq tidak disesuaikan dengan lafaz yang muqayyad.
13