Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Khash Dan Am

Dosen Pengampu :
Abd Ghofur, M.Se.

Disusun Oleh :Kelompok 8

Feri Firdaus
Bahruddin
Eka Taufiq Al Farisi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT ILMU KEISLAMAN ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kebenaran
bagi kita semua.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada ibu/bapak pembimbing
yaitu Abd Ghofur, M.Se. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan
mendukung kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “’Am Dan
Khash” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada
semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.

Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur
dengan tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
selama penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik
secara moril maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman
sekalian.

Kraksaan, 06 Juli 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

1. Rumusan Masalah.......................................................................1

B. Tujuan Masalah..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. Pengertian “Am..................................................................................2

B. Pengertian Takhshish.........................................................................3

C. Macam-macam takhshish...................................................................3

D. Pengertian lafaz khash.......................................................................5

E. Macam-macam Lafadz khas...............................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................8

A. Kesimpulan........................................................................................8

B. Saran...................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam mengkaji
Islam adalah Ilmu Ushul Fiqh, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah yang
dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum-hukum syari’at yang bersifat
amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalil yang rinci. Melalui kaidah-kaidah
Ushul Fiqh akan diketahui nash-nash syara’ dan hukum-hukum yang
ditunjukkannya. Diantara kaidah-kaidah Ushul Fiqh yang penting diketahui
adalah Istinbath dari segi kebahasaan. Dengan kaidah itu diharapkan dapat
memahami hukum dari nash syara’ dengan pemahaman yang benar, dan juga
dapat membuka nash yang masih samar, menghilangkan kontradiksi antara nash
yang satu dengan yang lain, mentakwilkan nash yang ada bukti takwilnya, juga
hal-hal lain yang berhubungan dengan pengambilan hukum dari nashnya. Salah
satu dari kaidah-kaidah ushul fiqh adalah lafadz ‘amm  (lafaz umum) dan lafadz
khash (lafaz khusus).Rumusan Masalah

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian ‘Am


2. Apa pengertian Takhsish
3. Ada Berapakah Macam macam takhsish
4. Apa Pengertian Khash
5. Ada Berapakah Macam macam Khash

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian ‘Am


2. Untuk Mengetahui Pengertian Takhsish
3. Untuk Mengetahui Macam Macam Takhsish
4. Untuk Mengetahui Pengertian Khash

1
5. Untuk Mengetahui Macam Macam Khash

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian “Am

'Am adalah suatu bentuk lafazh yang menunjukkan makna syumul (global) tanpa
ada penjelasan tertentu yang membatasi makna itu. ‘Am menurut istilah Ushul
Fiqh ialah:
ِ ‫ض ٍع و‬
ً‫اح ٍد َد ْف َعة‬ ِ
ِ ‫ح بِ َح ْس‬
َ ْ ‫ب َو‬ ْ َ‫لم ْسَتغْ ِر ُق ل َج ِم ْي ِع ماَي‬
ُ ‫صلُ ْو‬ ُ ‫الَّْف‬
ُ ْ‫ظ ا‬
“Lafal yang mencakup semua apa saja yang masuk padanya dengan satu
ketetapan dan sekaligus”. 1
Contoh lafaz Am seperti lafaz “laki-laki”  ( ‫الرج اَ ُل‬ )
ِّ   dalam lafaz tersebut
mencakup semua laki-laki. Atau lafaz “manusia”  ( ‫َّاس‬
ُ ‫الن‬ ) itu mencakup semua
manusia.
 Macam macam lafadz ‘Am di bagi menjadi tiga yaitu :
1. Lafaz umum yang tidak mungkin di Takhsiskan seperti dalam firman Allah :
ٍ َ‫ض ِإاَّل َعلَى اللَّ ِه ِر ْز ُق َها َو َي ْعلَم ُم ْسَت َق َّر َها َو ُم ْسَت ْو َد َع َها ُكلٌّ فِي كِت‬
‫اب ُمبِي ٍن‬ ِ ‫اَأْلر‬ ٍِ ِ
ُ ْ ‫َو َما م ْن َدابَّة في‬
Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-
lah yang memberi rezkinya”, (Qs. Huud.- 6)
Ayat diatas menerangkan sunnatullah yang berlaku bagi setiap mahkluk
karena itu dialahnya qath’i yang tidak rnenerima Takhsis.
2. Lafaz umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang
kekhususannya, seperti dalam firman Allah :
...‫ت‬ َ ِ ‫ولِلَّ ِه َعلَى الن‬...
ِ ‫َّاس ِح ُّج الْب ْي‬
َ
Artinya : “……mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah.....”, (Q.S Ali-Imran: 97)
Lafaz manusia dalam ayat adalah lafaz umum yang dimaksudkan adalah
manusia yang mukallaf saja karena dengan perantara akal dapat dikeluarkan
dari keumuman lafal anak kecil dan orang gila.
3. Lafaz umum yang khusus seperti lafaz umum yang tidak ditemui tanda yang
menunjukan di Takhsis seperti dalam firman Allah :

‫ص َن بَِأْن ُف ِس ِه َّن ثَالَثَةَ ُق ُر ُو ٍء‬ ُ ‫لمطَلَّ َق‬


ْ َ‫ت َيَت َرب‬ ُ ْ‫َوا‬
Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan (menunggu) tiga
kali quru”.2

B. Pengertian Takhshish

1
Dr. Hakimah Hafizi, Mukhtalif Hadits, (Mesir:2013), hlm. 70.

2
Ketika membicarakan lafadz ‘am dan lafadh khas, tidak bisa
terlepas dari takhshish. Menurut Khudari Bik dalam bukunya Ushul
al-Fiqh, takhshish adalah penjelasan sebagian lafadz ‘am bukan
seluruhnya. Atau dengan kata lain, menjelaskan sebagian dari satuan-
satuan yang dicakup oleh lafadz ‘am dengan dalil.

C. Macam-macam takhshish

a. Mentakhshish ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an.


Misalnya:
ُ َ‫ َو ْال ُمطَلَّق‬  َ‫يَتَ َربَّصْ ن‬ ‫بَِأ ْنفُ ِس ِه َّن‬ َ‫ثَاَل ثَة‬ ‫قُرُو ٍء‬
‫ات‬
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru.(Al-Baqarah:228).
Ketentuan dalam ayat di atas berlaku umum, bagi mereka yang
hamil atau tidak. Tapi ketentuan itu dapat ditakhshish dengan
surat At-Thalaq ayat 4 sebagai berikut:
‫ت‬ ُ ‫ َوُأواَل‬ ‫اَأْلحْ َما ِل‬ ‫َأ َجلُه َُّن‬ ‫َأ ْن‬ ‫َح ْملَه َُّن‬
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu
ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.(At-Thalaq:4)
Dapat pula ditakhshish dengan surat Al-Ahzab:49:

َ‫تَ ْعتَ ُّدون‬ ‫ ِم ْن ِع َّد ٍة‬ ‫ َعلَ ْي ِه َّن‬ ‫تَ َمسُّوه َُّن‬ ‫َأ ْن‬ ‫قَ ْب ِل‬ ‫ ِم ْن‬ ‫طَلَّ ْقتُ ُموه َُّن‬ ‫ثُ َّم‬ ‫ت‬
ِ ‫ ْال ُمْؤ ِمنَا‬ ‫نَكَحْ تُ ُم‬ ‫ِإ َذا‬ ‫َآ َمنُوا‬  َ‫الَّ ِذين‬ ‫َأيُّهَا‬ ‫يَا‬
‫فَ َما‬ ‫لَ ُك ْم‬ ‫هَا‬

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi


perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan
mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-kali tidak
wajib atas mereka idah bagimu yang kamu minta
menyempurnakannya.(Al-Ahzab:49).
Dengan demikian keumuman bagi setiap wanita yang dicerai
harus beriddah tiga kali suci tidak berlaku bagi wanita yang
sedang hamil dan yang dicerai dalam keadaan belum pernah
digauli.

b. Mentakhshish Al-Qur’an dengan As-Sunnah. Misalnya firman


Allah dalam Al-Maidah ayat 38:
‫َأ ْي ِديَهُ َما‬ …‫فَا ْقطَعُوا‬ ُ‫َّارقَة‬ ُ ‫َّار‬
ِ ‫ َوالس‬ ‫ق‬ ِ ‫َوالس‬

2
Prof. Dr. H. Satria Effendi, M.Zein, M. A. Ushul Fiqh, (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2008). hal 69

3
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai).(Al-Maidah:38).
Dalam ayat di atas tidak disebutkan batasan nilai barang
yang dicuri. Kemudian ayat di atas ditakhshish oleh sabda Nabi
SAW:
ْ َ‫ق‬ َ‫ال‬
ٍ ‫ ِد ْين‬ ‫ ُرب ِْع‬ ‫ ِم ْن‬ ‫َأقَ َّل‬ ‫فِي‬ ‫ط َع‬
)‫الجماعة‬ ‫ (رواه‬. ‫َار‬
“Tidak ada hukuman potong tangan di dalam pencurian
yang nilai barang yang dicurinya kurang dari seperempat
dinar”. (H.R. Al-Jama’ah).
Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa apabila nilai
barang yang dicuri kurang dari seperempat dinar, maka si
pencuri tidak dijatuhi hukuman potong tangan.

c. Mentakhshish As-Sunnah dengan Al-Qur’an. Misalnya hadits


Nabi SAW yang berbunyi:

‫عليه‬ ‫متفق‬ . ‫ضَأ‬
َّ ‫يَت ََو‬ ‫ى‬ َ ‫َأحْ د‬ ‫ِإ َذا‬ ‫َأ َح ِد ُك ْم‬ َ‫صالَة‬
َّ ‫خَت‬ ‫َث‬ َ  ُ‫هللا‬ ‫يَ ْقبَ ُل‬ َ‫ال‬

“Allah tidak menerima shalat salah seorang dari kamu


bila ia berhadats sampai ia berwudhu”. (Muttafaq ‘Alayh).
Hadits di atas kemudian ditakhshish oleh firman Allah
dalam Al-Maidah ayat 6:

 ‫ ْالغَاِئ ِطَأ ْ…و‬  َ‫ ِمن‬ ‫ ِم ْن ُك ْم‬ ‫َأ َح ٌد‬ ‫ َجا َء‬  ْ‫َأو‬ ‫ َسفَ ٍر‬ ‫ َعلَى‬  ْ‫َأو‬ ‫ضى‬ َ ْ‫ َمر‬ ‫ ُك ْنتُ ْم‬ ‫ َوِإ ْن‬ …‫فَاطَّهَّرُوا‬ ‫ ُجنُبًا‬ ‫ ُك ْنتُ ْم‬ ‫َوِإ ْن‬
‫طَيِّبًا‬ ‫ص ِعيدًا‬
َ  ‫فَتَيَ َّم ُموا‬ ‫ َما ًء‬ ‫تَ ِجدُوا‬ ‫فَلَ ْم‬ ‫النِّ َسا َء‬ ‫اَل َم ْستُ ُم‬

“dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali


dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih)”. (Al-Maidah:6).

Keumuman hadits di atas tentang keharusan berwudhu


bagi setiap orang yang akan shalat, ditakhshish dengan
tayammum bagi orang yang tidak mendapatkan air,
sebagaimana firman Allah di atas.

d. Mentakhshish As-Sunnah dengan As-Sunnah. Misalnya hadits


Nabi SAW:

‫عليه‬ ‫متفق‬ . ‫ ْال ُع ْش ُر‬ ‫ال َّس َما ُء‬ ‫ت‬


ْ َ‫ َسق‬ ‫فِ ْي َما‬

4
“Pada tanaman yang disirami oleh air hujan, zakatnya
sepersepuluh”. (Muttafaq Alayh).
Keumuman hadits di atas tidak dibatasi dengan jumlah
hasil panennya. Kemudian hadits itu ditaksis oleh hadits lain
yang berbunyi:

‫عليه‬ ‫متفق‬ . ٌ‫ص َدقَة‬ ٍ ‫َأوْ ُس‬ ‫ َخ ْم َس ِة‬  َ‫ ُدوْ ن‬ ‫فِ ْي َما‬ ‫ْس‬


َ  ‫ق‬ َ ‫لَي‬

“Tidak ada kewajiban zakat pada taanaman yang


banyaknya kurang dari 5 watsaq (1000 kilogram)’. (Muttafaq
Alayh).
Dari kedua hadits di atas jelaslah bahwa tidak semua
tanaman wajib dizakati, kecuali yang sudah mencapai lima
watsaq.

e. Mentakhsish Al-Qur’an dengan Ijma’.


Contohnya
‫ ْالبَ ْي َع‬ ‫ َو َذرُوا‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ ِذ ْك ِر‬ ‫ِإلَى‬ …‫فَا ْس َعوْ ا‬ ‫ ْال ُج ُم َع ِة‬ ‫يَوْ ِم‬ ‫ ِم ْن‬ ‫صاَل ِة‬ َ ‫نُو ِد‬ ‫ِإ َذا‬
َّ ‫لِل‬ ‫ي‬

apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari


Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli.(Al-Jum’ah:9).
Menurut ayat tersebut, kewajiban shalaat Jum’at berlaku
bagi semua orang. Tapi para ulama telah sepakat (ijma’) bahwa
kaum wanita, budak dan anak-anak tidak wajib shalat Jum’at.

D. Pengertian lafaz khash

Lafaz khusus adalah lafaz yang dibuat untuk menunjukan satu


satuan tertentu;berupa orang, seperti muhammad atau satu jenis,
seperti laki-laki atau beberapa satuan yang bermacam-macam dan
terbatas, seperti tiga belas,seratus, kaum, golongan, jama’ah,
kelompok dan lafal lain yang menunjukan jumlah satuan dan tidak
menunjukan cakupan kepada seluruh satuannya.
Hukum lafaz umum secara global adalah jika ia terdapat
dalamnash syara’ yang menunjukan secara pasti kepada maknanya
yang khusus yang dibuat untuknya secara hakiki dan hukum itu
ditetapkan karena petunjuknya secara pasti buka dugaan.
Lafaz yang dari segi kebahasaan, ditentukan untuk satu arti
secara mandiri

5
Menurut definisi terakhir ini, lafaz khas itu ditentukan untuk
menunjukan satu satuan secara perorangan seperti si Ali; atau satu
satuan secara kelompok seperti laki-laki; atau lafaz lain dalam bentuk
satuannya (yang masuk dalam pengertian ‘am)
Khushush adalah keadaan lafaz yang mencakup sebagian makna
yang pantas baginya dan tidak untuk semuanya. Dengan demikian
dapat dibedakan antara khas dan khushush, meskipun dalam
pengertian bahasa Indonesia sering disamakan. Pengertian khas adalah
apa yang sebenarnya dikehendaki adalah sebagian yang dikandung
oleh lafaz. Sedangkan pengertian khushush adalah apa yang
dikhususkan menurut ketentuan bahasa, bukan berdasarkan kemauan.

E. Macam-macam Lafadz khas

a. Lafadz has berbertuk mutlak tanpa dibatasi qayyid atau syarat


Contoh:                            
‫والذين يظهرون من نسائهم ثم يعدون لما قا لوافتحريررقبة من قبل ان يتماسا ذالكمتو‬
‫عظون به واهلل بما تعملون خبي‬
Atinya : orang –orang yang mendzihar istri mereka. kemudian mereka
hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka wajib
atasnya memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu
bercampur.demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan Alloh maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
b. Lafadz khas berbentuk muqqoyyad (dibatasi qayyid)
Contohnya surat Annisa’ 42
‫ومن قتل مؤمناخطاء فتحرير رقبة مؤمنة‬
Artinya: barang siapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah hendaknya ia memerdekakan seotang hamba sahaya
yang beriman.
c. Lafadz khas berbentuk amr
Contohnya dalam syurat annisa’ 58
‫ان اهلل ياء مروكم ان تؤدوااالمنت الى اهلها‬
Artinya : sesungguhnya Alloh menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerinanya
d. Lafadz khas yang berbentuk larangan
Contoh surat annahl 90 ;
‫ان اهلل ياء مرون با لعدل واالءحسن وايتائ ذئ القربى وينهى عن الفحشاء‬
‫والمنكروالبغى يعظكم لعلكم تذكرون‬

6
Artinya: sesungguhnya Alloh menyuruh kamu berlaku adil dan
berbuat kebajikan member kepada kaum kerabat dan Alloh
melarang dari perbuatan keji kemungkaran dan permusuhan
dia member pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

'Am adalah suatu bentuk lafazh yang menunjukkan makna syumul (global) tanpa
ada penjelasan tertentu yang membatasi makna itu. ‘Am menurut istilah Ushul
Fiqh ialah:
ِ ‫ض ٍع و‬
ً‫اح ٍد َد ْف َعة‬ ِ
ِ ‫ح بِ َح ْس‬
َ ْ ‫ب َو‬ ْ َ‫لم ْسَتغْ ِر ُق ل َج ِم ْي ِع ماَي‬
ُ ‫صلُ ْو‬ ُ ‫الَّْف‬
ُ ْ‫ظ ا‬
“Lafal yang mencakup semua apa saja yang masuk padanya dengan satu
ketetapan dan sekaligus”
Ketika membicarakan lafadz ‘am dan lafadh khas, tidak bisa terlepas dari
takhshish. Menurut Khudari Bik dalam bukunya Ushul al-Fiqh, takhshish adalah
penjelasan sebagian lafadz ‘am bukan seluruhnya. Atau dengan kata lain,

7
menjelaskan sebagian dari satuan-satuan yang dicakup oleh lafadz ‘am dengan
dalil.
Lafaz khusus adalah lafaz yang dibuat untuk menunjukan satu satuan
tertentu;berupa orang, seperti muhammad atau satu jenis, seperti laki-laki atau
beberapa satuan yang bermacam-macam dan terbatas, seperti tiga belas,seratus,
kaum, golongan, jama’ah, kelompok dan lafal lain yang menunjukan jumlah
satuan dan tidak menunjukan cakupan kepada seluruh satuannya.

B. Saran

Dengan segala kerendahan hati penulis menyatakan bahwa dalam


pemaparan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat akan
keterbatasan penulis sendiri, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun slalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hakimah Hafizi, Mukhtalif Hadits, (Mesir:2013), hlm. 70.

Prof. Dr. H. Satria Effendi, M.Zein, M. A. Ushul Fiqh, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group,
2008). hal 69

Anda mungkin juga menyukai