DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Ayat-
ayat tarbawi”. Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu
pengetahuan yang kami miliki. Kami berusaha mencari sumber data dari berbagai
sumber informasi. Kegiatan penyusunan makalah ini memberikan kami tambahan
ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kami.
Dan bagi para pembaca makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini, semoga ALLAH SWT senantiasa meridhoi segala usaha
kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER .........................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB I PENDAHULIAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Masalah .......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Surah AL-fatiha..................................................................
B. Asbabun Nuzul Surah Al-Fatiha ........................................................
C. Tafsiran Surah Al-Fatiha 1-7 Tentang memahami sifat-sifat Allah
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam ayat yang terakhir dari surah Al-Fatihah menunjukkan ada tiga
golongan manusia. pertama, manusia yang diberi nikmat mun’am’alaihim.
Kedua, manusia yang dimurkai (al-maghdlūb ’alaihim). Ketiga, manusia yang
sesat (al-dlāllīn). Orang-orang yang dimurkai sebenarnya termasuk sesat juga.
Sebab, saat mencampakkan kebenaran, mereka telah berpaling dari tujuan yang
benar dan menghadap ke arah yang keliru. Mereka tidak akan sampai pada
tujuan yang diinginkan dan tidak akan pernah mendapatkan untuk memperoleh
yang dikehendaki.
1
Muhammad Syatha’, Di Kedalaman Samudra Al-Fatihah, Mirqat, Jakarta, 2008, hlm. 1-
2.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Surah Al-Fatihah?
2. Bagaimana Asbabun Nuzul Surah Al-Fatihah?
3. Bagaimana penafsiran Surah Al-Fatiha 1-7 Tentang memahami sifat-sifat
Allah?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, selain untuk memenuhi tugas dari
Bapak dosen, juga untuk menambah ilmu dan pengetahuan kita terkait Tafsir
Surah Al-Fatihah tentang memahami sifat-sifat Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Fatihah
2
M. Abdul Ghoffar, Tafsir Ibnu Katsir,(Kairo: Mu-Assasah Daar Al-Hilaal, 1994), h. 7.
3
arwis Abu Ubaidah, Tafsir Al-Asas,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. 14.
4
Jalaluddin Rakhmat, Tafsir Sufi Al-Fatihah,(Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 43.
5
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,(Yogyakarta, 1964),
H. 1106.
6
Jalaluddin Rakhmat, Op. Cit., h. 44.
Kemudian orang-orang Quraisy mengatakan, “Semoga Allah
menghancurkan mulutmu (atau kalimat senada).” Dari Abu Hurairah, ia berkata,
“Rosulullah saw. bersabda saat Ubai bin Ka’ab membacakan Ummul Quran pada
beliau, “Demi zat yang jiwaku ada di tangan -Nya, Allah tidak menurunkan semisal
surah ini di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya surah ini adalah
as- sab’ul matsani (tujuh kalimat pujian) dan al-Quran al-’Azhim yang diberikan
kepadaku.7”
ِين
ِ ) َمالِكِ َي ْو ِم الد3( يم ِ ِالرح ) ه2( َب ا ْل َعا َلمِ ين
الر ْح َم ِن ه ِ ) ا ْل َح ْم ُد ِ ه1( يم
ِ ّلِل َر ِ ِالرح
الرحْ َم ِن ه َّللا ه
ِ س ِم ه
ْ ِب
ِ غي ِْر ا ْل َم ْغضُو
ب َ َط اله ِذينَ أ َ ْن َع ْمت
َ علَ ْي ِه ْم َ ) ِص َرا6( ستَقِي َم َ الص َرا
ْ ط ا ْل ُم ِ ) ا ْه ِدنَا5( ُست َ ِعين ْ َ) إِيهاكَ نَ ْعبُ ُد َوإِيهاكَ ن4(
)7( َعلَ ْي ِه ْم َو ََل الض ِهالين
َ
Terjemahan:
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (1).
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (2). Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang (3). Yang menguasai Hari Pembalasan (4). Hanya Engkaulah yang
Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan (5).
Tunjukkanlah kami jalan yang lurus (6). (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat (8).8
الرحِ ِيم
الر ْح َم ِن ه ِ ِبس ِْم ه
َّللا ه
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Dalam ayat ini dimulai dengan huruf ba’ (dibaca bi) yang ketika
diartikan yakni menjadi dengan dalam kaidah bahasa. Beberapa ulama tafsir
ada yang berpendapat bahwa huruf ba’ tersebut memiliki makna bahwa kata
7
https://www.academia.edu/14793660/Asbabun_Nuzul_Surat_Al_Fatihah
8
Al-Qur’an Dan Tarjamah
tersebut mengandung kata atau kalimat yang tidak terucap tetapi harus
terlintas dalam benak ketika mengucapkannya yakni kata “memulai”
sehingga makna bismillah yakni “saya atau kami memulai apa yang kami
kerjakan ini (membaca surah dalam konteks ayat ini) dengan nama Allah”.
Ada juga yang berpendapat bahwa huruf ba’ tersebut memiliki makna
“perintah” sehingga maksud dari bismillah yakni mulailah pekerjaanmu
dengan nama Allah”. Ada juga yang mengaitkannya dengan “kekuasaan”
maknanya secara sadar kita mengucapkan bahwa jika tidak dengan
kekuasaan-Nya niscaya pekerjaan yang kita kerjakan tidak akan berhasil.9
Al-Qurthubi berkata : kata Allah adalah nama yang paling agung bagi-
Nya, nama yang mewakili seluruh asma-Nya, nama bagi Dzat yang haq
wujud-Nya, nama yang mencakup semua sifat uluhiyah-Nya, yang diikuti
dengan sifat-sifat rububiyyah.
Allah adalah Dzat yang harus disembah. Hanya Allah yang berhak atas
cinta, rasa takut, pengharapan, dan segala bentuk penyembahan. Hal itu karena
Allah memiliki semua sifat kesempurnaan, sehingga membuat seluruh makhluk
semestinya hanya beribadah dan menyembah kepada-Nya.
9
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir kamus Arab-Indonesia : surabaya, penerbit
Pustaka progressif 1997 hal 483
memohon pertolongan kepada Tuhannya. Dalam permohonannya itu, ia bisa
menggunakan salah satu nama Allah yang seusai dengan permohonannya.
Permohonan pertolongan yang paling agung adalah dalam rangka ibadah kepada
Allah. Dan yang paling utama lagi adalah dalam rangka membaca kalam-Nya,
memahami makna kalam-Nya, dan meminta petunjuk-Nya melalui kalam-Nya.
kalimat )(الحمد هلل, kata hamd disandingkan dengan lafadz Allah yang
menunjukkan bahwa pujian tersebut hanya dikhususkan semata-mata hanya kepada
Allah SWT. dengan ini, maksud ayat ini yakni bahwa segala pujian hanya wajar
dipersembahkan kepada Allah SWT.
Ayat ini merupakan pujian kepada Allah karena Dia memiliki semua sifat
kesempurnaan dan karena telah memberikan berbagai kenikmatan, baik lahir
maupun batin; serta baik bersifat keagamaan maupun keduniawian. Di dalam ayat
itu pula, terkandung perintah Allah kepada para hamba untuk memuji-Nya. Karena
hanya Dialah satu-satunya yang berhak atas pujian. Dialah yang menciptakan
seluruh makhluk di alam semesta. Dialah yang mengurus segala persoalan
makhluk. Dialah yang memelihara semua makhluk dengan berbagai kenikmatan
yang Dia berikan. Kepada makhluk tertentu yang terpilih, Dia berikan kenikmatan
berupa iman dan amal saleh.
الرحِ ِيم
الرحْ َم ِن ه
ه
Kedua kata tersebut adalah kata sifat yang berakar pada satu kata, yaitu ar-
rahmah. Secara bahasa, kata rahmat berarti kasih di dalam hati yang mendorong
timbulnya perbuatan baik. Makna bahasa ini kurang tepat untuk menggambarkan
sifat Allah. Karena itulah, para ulama lantas lebih sepakat untuk menyatakan bahwa
kasih sayang adalah sifat yang ada dalam Dzat Allah. Kita tidak mengetahui
bagaimana hakikatnya. Kita hanya menyadari efek dari sifat kasih sayang-Nya,
yaitu berupa kebaikan.
10
Misbah 37
ِین
ِ َمالِكِ یَ ْو ِم الد
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.
Dengan kalimat hanya kepada-Mu kami menyembah (ُ) ِإیهاكَ نَ ْعبُد, Allah
membatasi penyembahan atau ibadah hanya kepada Diri-Nya semata. Dengan ayat
tersebut, kita pun harus memutuskan bahwa ibadah hanyalah satu-satunya kepada
Allah. Tidak boleh ibadah tersebut dikait-kaitkan dengan selain Allah. Ibadah juga
merupakan bentuk ketundukan manusia kepada Allah untuk mengikuti berbagai
perintah dan larangan-Nya.
Shalat merupakan bentuk ibadah yang paling dasar (asasi). Dalam hal ini,
sujud merupakan bentuk ketundukan yang paling tinggi kepada Allah. Hal ini
karena dalam bersujud, orang menundukkan wajahnya yang notabene merupakan
bagian tubuh yang paling dimuliakan. Saat bersujud, orang menempelkan wajahnya
di atas lantai yang notabene merupakan tempat yang biasa diinjak-injak oleh kaki.
Apalagi di dalam shalat, terutama shalat berjamaah, ketundukan seseorang kepada
Allah juga dipertontonkan kepada semua orang.
َ ط ْال ُم ْستَق
ِيم َ الص َرا
ِ ا ْه ِدنَا
Kata ا ْه ِدنَاberasal dari akar kata hidayah ()هدایة. Menurut al-Qasimi, hidayah
berarti petunjuk –baik yang berupa perkataan maupun perbuatan– kepada
kebaikan.Hidayah tersebut diberikan Allah kepada hamba-Nya secara berurutan.
Hidayah pertama diberikan Allah kepada manusia melalui kekuatan dasar yang
dimiliki manusia, seperti pancaindra dan kekuatan berpikir. Dengan kekuatan
inilah, manusia bisa memperoleh petunjuk untuk mengetahui kebaikan dan
keburukan. Hidayah kedua adalah melalui diutusnya para Nabi. Macam hidayah ini
terkadang disandarkan kepada Allah, para rasul-Nya, atau Alquran. Hidayah
tingkatan ketiga adalah hidayah yang diberikan oleh Allah kepada para hamba-Nya
yang karena perbuatan baik mereka. Hidayahkeempat adalah hidayah yang telah
ditetapkan oleh Allah di alam keabadian. Dalam pengertian hidayah keempat inilah,
maka Nabi Muhammad tidak berhasil mengajak sang paman, Abi Thalib, untuk
masuk Islam.
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ayat ini merupakan penjelasan dan tafsir dari ayat sebelumnya tentang apa
َ ط ْال ُم ْستَق
yang dimaksud dengan “jalan yang lurus” ( ِيم َ الص َرا
ِ ). Jadi, yang dimaksud
dengan “jalan yang lurus” adalah “jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka”. Sedangkan yang dimaksud dengan “jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka”adalah jalan orang-orang yang telah
Allah beri anugerah kepada mereka, lalu Allah pun menjaga hati mereka dalam
Islam, sehingga mereka mati tetap dalam keadaan Islam. Mereka itu adalah para
nabi, orang-orang suci, dan para wali. Sedangkan, menurut Rafi’ bin Mahran,
seorang tabi’in yang juga dikenal dengan nama Abu al-Aliyah, yang dimaksud
dengan “orang-orang yang Engkau beri nikmat itu” adalah Nabi Muhammad dan
kedua sahabat beliau, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
11
https://muslim.or.id/67-tafsir-surat-al-fatihah.html diunduh pada tanggal 19 Maret 2023
Pukul 19.35
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
https://www.academia.edu/14793660/Asbabun_Nuzul_Surat_Al_Fatihah
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir kamus Arab-Indonesia : surabaya,
penerbit Pustaka progressif 1997
Misbah. 31