Anda di halaman 1dari 19

TAFSIR SURAH AL- FATIHAH

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tafsir


Tarbawih pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
Kelompok I
Yahya Santoso
NIM: 20100122012
Siti Nur Azizah
NIM: 20100122013
Rezki Saputra
NIM: 20100122015

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas
rahmat dan hidayah–Nya yang tiada henti diberikan kepada hamba–Nya. Shalawat serta
Salam tak lupa Pemakalah haturkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Kami menyusunmakalah berdasarkantugasyangdiberikanolehAyahanda Dr. H.
Syamsul Qomar, M. Th. I untuk membuat makalah yang berjudul Tafsir Surah al-
Fatihah. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, arahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu kami ucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya.
Dalam proses pembuatan makalah ini bila ada kesalahan atau kekeliruan, kami
kelompok Satu selaku Pemakalah menerima segala bentuk perbaikan dari para pembaca
demipelebaran ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Akhir kata, Pemakalah mengharapkan tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan terlebih lagi yang menyusun makalah. Mudah-mudahan Tuhan Yang
MahaKuasa tetapMencurahkanrahmat-Nya kepadakitasemua. Aamiin.

Gowa,23 Maret 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1-4

A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan ......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5-17

A. Surah Al-Fatihah dan Terjemahannya .......................................................... 5

B. Pokok Kandungan Surah Al-Fatihah ............................................................ 5

C. Tafsir Surah Al-Fatihah Ayat Demi Ayat ..................................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ............................................................................................... 18

B. Saran ......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Fatihah merupakan surah mulia yang terdiri dari tujuh ayat. Karena itu tak salah jika
Quraish Shihab Menyebutkan sebagai “mahkota tuntunan ilahi”. Ia dinamakan al-Fatihah
karena kedudukannya sebagai pembuka semua surah yang terdapat dalam alquran. Ia
diletakkan pada lembaran awal untuk menyesuaikan urutan surah dan bukan berdasarkan
urutan turunnya. Walaupun ia hanya terdiri dari beberapa ayat dan sangat singkat namun iya
telah menginterpretasikan makna dan kandungan alquran secara menyeluruh.

Al-Fatihah mengandung dasar-dasar islam yang disebutkan secara global. Terdapat


banyak cara yang ditempuh oleh para pakar alquran dalam menafsirkan ayat-ayat Allah SWT,
ada yang menyajikannya sesuai urutan ayat-ayat yang termaktub dalam surah al-Fatihah
hingga ayat terakhir hingga surah-surah lainnya. Termasuk penafsiran alquran dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa daerah yang sudah banyak dilakukan oleh para ulama’ kita di
Indonesia. Kita tidak asing lagi mendengar tafsir al-Misbah (Quraish Shihab), an- Nur
(Hamka), al-Ibriz (Bishri Musthofa) dan masih banyak lagi penerjemahan ataupun penafsiran
yang dilakukan oleh ulama’. Ada yang melakukan secara komplit 30 juz, namun ada juga
yang memberikan penafsiran hanya beberapa surah saja.

Lebih lanjut mengupas tentang penafsiran surah al-Fatihah ini, kami akan mencoba
secara sederhana menjelaskan, menggambarkan menganalisa surah berdasarkan sumber dari
beberapa tafsir dan referensi lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dirumuskan masalah berikut:
- Bagaimana tafsir surah al- Fatihah?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang akan dicapai pada rumusan masalah diatas yaitu:
- Untuk mengetahui dan memahami tafsir surah al- Fatihah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surah Al-Fatihah dan Terjemahannya

َ‫( ِايَّاكَ نَ ْعبُد ُ َواِيَّاك‬4)‫الدي ِْن‬


ِ ‫( مٰ ِل ِك يَ ْو ِم‬3) ‫الر ِحي ِْم‬ َّ (2) َ‫ب ْالعٰ لَ ِميْن‬
َّ ‫الرحْ مٰ ِن‬ ِ ‫(اَ ْل َح ْمد ُ ِ ه‬1)‫الر ِحي ِْم‬
ِ ‫ّلِل َر‬ َّ ‫الرحْ مٰ ِن‬ َّ ‫ّٰللا‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬
‫علَ ْي ِه ْم َو ََل‬ َ ‫ب‬ ِ ‫ض ْو‬ ُ ‫غي ِْر ْال َم ْغ‬ َ َ‫ط الَّ ِذيْنَ ا َ ْن َعمْت‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم ە‬ َ ‫ص َرا‬ ِ (6) ‫ط ْال ُم ْست َ ِقي َْم‬ َ ‫الص َرا‬
ِ ‫( ِا ْه ِدنَا‬5) ُ‫نَ ْست َ ِعيْن‬
(7) َ‫الض َّۤا ِليْن‬

Terjemah:

1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.


2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
3. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
4. Pemilik hari pembalasan.
5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan.
6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
B. Pokok Kandungan surah al- Fatihah
Al-Qur’an, Surat Al-Fatihah tercatat sebagai surat ke 1, yang terdiri dari 7 Ayat. Secara
umum, ayat demi ayat serta surat demi surat yang ada dalam al-Qur’an memanglah penting.
Keseluruhan huruf demi huruf yang ada dalam al-Qur’an menjadi pegangan teologis kaum
muslimin yang tidak bisa ditawar lagi. Namun, secara spesifik, surat al-Fatihah memiliki
banyak kelebihan dibanding dengan surat-surat lain, atau setidaknya, ia memiliki
keistimewaan berbeda dibandingkan dengan keistimewaan surat lain.
Menurut Quraisy Shihab kandungan tematik surat Al-Fatihah terdapat uraian tentang:

1.Tauhid, terdapat dalam ayat-ayatNya yang pertama, kedua dan ketiga.

)3( ‫الرحِ ي ِْم‬ َّ (2) َ‫ب ْال ٰعلَ ِميْن‬


َّ ‫الر ْحمٰ ِن‬ ِ ‫(ا َ ْل َح ْمد ُ ِ ه‬1)‫الرحِ ي ِْم‬
ِ ‫ّلِل َر‬ َّ ‫الرحْ مٰ ِن‬
َّ ِ‫ّٰللا‬
‫بِس ِْم ه‬

2.Keniscayaan Hari Kemudian, yang dikandung oleh ayatNya yang keempat.

)4( ‫الدي ِْن‬


ِ ‫مٰ لِكِ يَ ْو ِم‬

3.Ibadah kepada Allah dikandung dalam Ayat:

5
)5( ‫اِيَّاكَ نَ ْعبُد ُ َو ِايَّاكَ نَ ْست َ ِع ْي ُن‬

4.Pengakuan tentang kelemahan manusia dan meminta pertolongan hanya kepadaNya

dalam Ayat:

)6( ‫ط ْال ُم ْست َ ِقي َْم‬


َ ‫الص َرا‬
ِ ‫اِ ْه ِدنَا‬

5.Keanekaragaman manusia sepanjang sejarah menghadapi tuntunan Ilahi. Ada yang

menerima, ada yang menolak setelah mengetahui, dan ada juga yang tersesat, yaitu

yangdikandung oleh Ayat:

(7) َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََل الض َّۤا ِليْن‬


َ ِ‫غي ِْر ْال َم ْغض ُْوب‬ َ َ‫ط الَّ ِذيْنَ ا َ ْنعَ ْمت‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم ە‬ َ ‫ص َرا‬
ِ

C. Tafsir Surah Al-Fatihah Ayat Demi Ayat

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Lafaz ini disebut dengan istilah basmalah )‫(البسملة‬

[‫]بسم‬: Asal penulisan kalimat ini adalah: ‫( با سم‬terdapat huruf alif setelah huruf ba,
namun karena sering digunakan, huruf alif-nya dibuang untuk memberikan kesan ringan
dalam bacaannya).

Huruf ‫ ب‬dalam kalimat ‫ بسم‬menunjukkan adanya keterkaitan dengan kata kerja yang
mendahuluinya. Kata kerja tersebut tidak tampak secara tulisan, namun dapat ditangkap dari
pekerjaan apa yang akan dia laksanakan.

Maka ketika seseorang mengawali bacaan al-Qurannya dengan membaca


Bismillahirrahmanirrahim, pada hakekatnya dia sedang mengatakan: “Saya membaca al-
Quran ini dengan menyebut nama Allah.....”, ketika seseorang hendak bangun dari duduknya,
lalu dia mengatakan (‫ )بسم هللا‬maka pada hakikatnya dia sedang mengatakan: “Saya bangun
dengan menyebut nama Allah.....”, dan begitulah seterusnya.

]‫ [ هللا‬kalimat ini dikenal sebagai Lafzul Jalalah )‫( لفظ الخاللة‬.Lafzul Jalalah merupakan
nama bagi Tuhan tabaraka wa Ta’ala. Bahkan dikatakan bahwa dia merupakan nama yang
paling mulia karena disifati dengan semua sifat-sifat yang ada, sebagaimana firman Allah
Ta'ala :
ُ ‫ّٰللا ُ الَّذِي َل ِإ َلهَ ِإَل ه َُو ْال َم ِلكُ ْالقُد‬
‫ُّوس السَّال ُم‬ َّ ‫ ه َُو‬. ‫الرحِ ي ُم‬َّ ‫الر ْح َم ِن‬ َّ ‫ش َهادَة ه َُو‬ ِ ‫عا ِل ُم ْالغَ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ َ ‫ه َُو هللا الذي َل إله إَل ه َُو‬
‫ص ِو ُر لَهُ ْاْل َ ْس َماء ْال ُح ْسنَى‬
َ ‫ئ ْال ُم‬
ُ ‫ار‬ِ ‫ ه َُو ّٰللاَّ ُ ْال َعالِقَ ْال َب‬. َ‫ع َّما يُ ْش ِركُون‬ ُ ‫َّار ْال ُمتَك َِب ُر‬
َ ُ‫س ْب َحانَ هللا‬ ُ ‫يز ْال َجب‬
ُ ‫ْال ُمؤْ ِم ُن ْال ُم َه ْي ِم ُن ْال َع ِز‬
)24-22 : ‫يز ْال َحكِي ُم (الحشر‬
ُ ‫ض َوه َُو ْالعَ ِز‬
ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫سبِ ُح لَهُ َما السموا‬
َ ُ‫ي‬

“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah yang
tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha
Sejahtera Yang mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa,
Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan. Maha suci Allah dari apa yang mereka
perseketukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Yang mempunyai nama-nama yang paling Baik. Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit
dan di bumi. Dan Dial-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (al-Hasyr 22-24)

Ibnu Abbas sebagaimana diriwayatkan dalam tafsir at-Thobari mengatakan bahwa:


Lafaz [‫( ] هللا‬dari segi bahasanya) adalah sesuatu yang disembah oleh segala sesuatu dan oleh
setiap makhluk.

[‫ ]الرحمن الرحيم‬dua dari nama-nama Allah yang mulia (Asma’ul Husna), keduanya
berasal dari akar kata ‫ الر حمة‬yang mengandung makna kasih sayang. Namun para ulama
membedakan sifat yang terkandung dari kedua nama tersebut.

(Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan
kekuatakn kecuali Allah Ta’ala) maka dikatakan kepadanya: Engkau telah dicukupi,
dilindungi, diberi petunjuk dan setan telah menghindar darimu, lalu dia berkata kepada setan
yang lainnya. Mau apa lagi engkau dengan seseorang yang telah diberi petunjuk, dicukupi
dan dilindungi ?”.

1. Allah Ta’ala berfirman: [‫ األنعام‬: 118]

‫علَ ْي ِه إِن كُنت ُ ْم بِآيَاتِ ِه ُمؤْ مِي َن‬ َّ ُ‫فكلوا مما ذكر اسم‬
َ ُ ‫ّٰللا‬

“Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika
menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya” (al-An’am 118)

7
2. .Tafsir Ibnu Katsir, juz 1, hal 19

Ar-Rahman adalah kasih sayang Allah yang bersifat umum di dunia ini, kepada
seluruh makhluknya tanpa terkecuali, bahkan kepada orang kafir sekalipun. Sedangkan sifat
ar-Rahim hanya diberikan kepada orang-orang beriman berupa hidayah dan kenikmatan di
Syurga. Karena itu Allah Ta’ala berfirman:

]59 : ‫[الفرقان‬

َّ ‫علَى ا ْل َع ْر ِش‬
ُ‫الر ْح َمن‬ َ ‫ث ُ َّم ا ْست ََوى‬

“Kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, (Dialah) Ar-Rahman”

‫الحمد العرب العالمين‬

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

[‫ ]حمد‬artinya: “pujian yang disertai rasa cinta dan pengagungan”, Dimasukkannya ‫ال‬
pada kalimat tersebut memberi makna: Menyeluruh ( ‫)اَلستغراق‬, maksudnya seluruh bentuk
pujian.

)‫ الالم (هللا‬pada Lafzuljalalah menunjukkan Istihqoq (kepemilikan). Maka semua pujian yang
benar dari seorang hamba hanya milik Allah.

Firman Allah Ta’ala:

]1 : ‫[التغابن‬

ُ ‫لَهُ ْال ُم ْلكُ َولَهُ ْال َح ْمد‬

“Baginya segala kerajaan dan segala pujian” qs.at-Taghabun: 1

Rasulullah bersabda:

‫للهم لك الحمد كله‬

“Ya Allah, bagimu segala pujian”

Maka bagi Allah segala pujian, dengan segala kesempurnaan sifat- Nya, dan
perbuatannya yang berkisar pada kemurahan dan keadilan, baginya pujian mutlak dari
berbagai sisi.
Ayat ini mengingatkan setiap hamba untuk selalu mengingat-ingat kebesaran Allah
Ta’ala dan keagungan Nama dan Sifat-Nya, juga atas lautan nikmat-Nya yang tak bertepi, tak
habis dihitung meskipun ada yang mencoba menghitungnya. Allah Ta'ala berfirman:

(34 : ‫)إبراهيم‬

ِ َّ َ‫وإِ ْن تَعُدُّوا نِ ْع َمة‬


ُ ْ‫ّٰللا ََل تُح‬
‫صوهَا‬

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya".(Ibrahim:
34)

Maka sebagaimana tidak terputusnya nikmat Allah kepada seorang hamba,


semestinya pujian hamba kepada Allah Ta'ala tidak boleh berhenti. Karena itu dalam sebuah
riwayat Rasulullah bersabda:

َ ‫عاءِ ْال َح ْمد ُ هلل أ َ ْف‬


َ‫ض ُل ِإلَه‬ َ ‫ وأ َ ْف‬، ‫أفضل الذكر َل إله إَل هللا‬
َ ُّ‫ض ُل الد‬

"Sebaik-baiknya zikir adalah Laa Ilaaha Illallah, dan ssebaik-bai doa adalah al-
Hamdulillah".

Karena itu sebagaimana shalawat Nabi hamdalah juga dianjurkan untuk selalu
dibaca pada pembukaan doa-doa kita kepada Allah Ta'ala).

[‫ ]رب‬Segi bahasa berarti pemilik dan pengatur, dalam bahasa Arab kalimat rabb juga
digunakan dengan makna tuan dan orang yang mengatur untuk kebaikan.

Kata tersebut untuk selain Allah tidak digunakan dalam bentuk tunggal, namun
disandarkan kepada yang lainnya, seperti kalimat:‫) ربُّ الثار‬pemilik rumah). Sedangkan dalam
bentuk tunggal hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala.

]‫[العالمين‬bentuk jamak dari ‫ العالم‬yaitu Segala sesuatu selain Allah Ta’ala atau semua makhluk
yang ada di langit dan bumi serta segala isinya. Sebagaimana Allah kisahkan jawaban nabi
Musa alaihissalam kepada Fir’aun:

َ‫ َو َما َربُّ ْال َعالَمِين‬: ‫ع ْو ُن‬


َ ‫قا َل ف ِْر‬

Fir’aun berkata: Siapakah Tuhan semesta alam ?” Maka Nabi Musa menjawab: -23 : ‫الشعراء‬
124

ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
‫ض َو َمابَ ْينَ ُه َما إِ ْن كُنت ُ ْم ُموقِنِين‬ ِ ‫س َم َوا‬
َّ ‫ َربُّا ل‬: ‫قال‬

9
Musa menjawab: “Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya
(Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayainya”(asy-syu’ara 23-24)

Sebagai Rabb, Allah Ta’ala menciptakan seluruh alam ini. Sebagai Rabb, Allah
Ta’ala mengatur dan menentukan segala sesuatu di alam ini, sebagai Rabb, Allah Ta'ala
merawat dan menjaga alam ini. Segala puji bagi Allah yang Maha Berkuasa terhadap alam
ini, karena tidak ada satu makhlukpun di dunia ini kecuali dia berada dibawah pengawasan
dan pengaturan Allah Ta'ala.

ِ ‫س َماءِ َو ْاْل َ ْر‬


]3 ‫ض[فاطر‬ َّ ‫ّٰللا َي ْر ُزقُكُ ْم مِنَ ال‬
ِ َّ ‫غي ُْر‬ ٍ ‫ه َْل م ِْن خَا ِل‬
َ ‫ق‬

Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan
bumi?(Fathir 3).

ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
]189 ‫ض[آل عمران‬ َّ ‫ّلِل ُم ْلكُ ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ ِ َّ ِ ‫َو‬

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi." (Ali Imron 189)

‫الرحمن الرحيم‬

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Penjelasan tentang makna ar-Rahman dan ar-Rahim telah dijelaskan sebelumnya


dalam penjelasan tentang makna basmalah. Lalu mengapa lafaz ini diulang kembali ?

Bagi sebagian ulama, diulangnya lafaz ini menguatkan pendapat yang menyatakan
bahwa basmalah bukan merupakan bagian dari surat al-Fatihah. Maksudnya adalah, jika
basmalah merupakan bagian dari surat al-Fatihah, maka tidak perlu adanya pengulangan lafaz
yang sama dengan makna yang sama pula. Sehingga dengan demikian, jika ada yang
bertanya: “mengapa ar-Rahman ar-Rahim diulang kembali (dalam satu surat), padahal sudah
disebutkan dalam kalimat basmalah sebelumnya ?”, maka jawabnya adalah: “tidak ada
pengulangan, karena kalimat basmalah yang terdapat padanya ar- Rahman ar-Rahim bukan
merupakan bagian dari surat al Fatihah”).

Akan tetapi al-Qurthubi menilai -sebagaimana dikutip oleh ! Katsir dalam tafsirnya-
bahwa penempatan ar-Rahman ar-Ro setelah kalimat Rabbil ‘Alamin (padahal sudah
disebutkan sebelumnya dalam basmalah), memiliki makna khusus, yaitu : Sebagai dorongan
atau motivasi (Targhib) setelah adanya ancaman (Tarhib). Karena disebutkannya sifat Allah
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan mendatangkan pengharapan (roja) setelah
disebutkan bahwa Allah adalah penguasa Alam yang mendatangkan kesan rasa takut (khouf)
kepada hambanya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Ta’ala: Al-Hajr 49-50

“Kabarkanlah kepada hamba-hambaku, bahwa sesungguhny aAku-lah Yang Maha


Pengampun lagi Maaha Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang
sangat pedih”

‫مالك يوم الدين‬

Yang menguasai hari pembalasan

(‫ )مالك‬Kalimat ini dapat dibaca dengan alif (‫ )مالك‬atau tanpa Alif (‫)ملك‬. Keduanya
berasal dari periwayatan yang shahih. (‫ )مالك‬artinya adalah Pemilik, sedangkan (‫ )ملك‬artinya
adalah: raja. Hal tersebut menunjukkan kekuasaan Allah yang Maha Besar, sebab di antara
makhlukNya ada yang menjadi raja, namun tidak memiliki kekuasaan apa-apa, ada juga yang
memiliki kekuasaan, namun dia bukan raja. Tapi Allah Ta’ala, Dia adalah Raja dan Dia juga
pemilik kekuasaan, maka Allah adalah raja di atas segala raja ( ِ‫) َما ِلكُ ْال ُم ْلك‬

)‫(يوم الدين‬، ‫ الدين‬secara bahasa berart: PembalasanSebagaimana dikatakan:

‫َك َما تَدِي ُن تُدَا ُن‬

“Sebagaimana kamu berbuat, begitulah kamu di balas”.

Karena itu, yang dimaksud ‫ يوم الدين‬dalam ayat ini adalah hari kiamat, karena pada hari
itu semua perbuatan akan dibalas oleh Allah Ta’ala.

Dalam surat al-Mu’min ayat 17, ketika berbicara tentang hari kiamat, Allah Ta’ala
berfirman:

‫ب‬ َ ِ‫س ِري ُع ْالح‬


ِ ‫سا‬ َ َّ ‫ ََل ظُ ْل َم ْاليَ ْو َم إِ َّن‬، ‫ت‬
َ ‫ّٰللا‬ َ َ‫] ْاليَ ْو َم أَح َْرى كُ ُّل نَ ْف ٍس بِ َما ك‬17 : ‫[المؤمن‬
ْ َ‫سب‬

“Pada hari itu tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada
yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”

Bahkan balasan pada hari itu, juga diberlakukan kepada hewan, Sebagaimana sabda
Rasulullah:

ِ‫مِن ْالقَ ْرتَاء‬


ْ ِ‫ق إِلَى أ َ ْه ِل َها يَ ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َحتَّى يُقَادَ لِل َّناةِ ْال َح ْل َحاء‬
ِ ‫لتودُّنَ ْال ُحقُو‬

11
“Pada hari kiamat, semua hak-hak akan dikembalikan kepada pemiliknya, bahkan kambing
yang tidak bertanduk diberikan pembalasannya kepada yang bertanduk”

‫إياك نعبد وإياك نستعين‬

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan”

[‫ ]إياك‬adalah kalimat yang khusus disandingkan kepada dhomir (kata ganti). Sedang
‫ك‬adalah dhomir mukhothob (kata ganti kedua). Memiliki kedudukan sebagai maful (objek)
yang merujuk kepada lawan bicara, dalam hal ini adalah Allah Ta’ala.

[‫ ]نعبد‬Fill Mudhori yang mengandung kata ganti pertama jamak, yaitu: kami ( َ‫ )ن‬dan
memiliki kedudukan sebagai fa’ll (subjek). Sedangkan kalimat ‫ عبد‬berarti ibadah. Secara
etimologis (bahasa), ibadah (‫ )عبادة‬dalam bahasa Arab berarti tunduk atau rendah (‫)ذلة‬. Karena
َّ ‫ ال‬atau
itu, terhadap jalan yang telah direndahkan (baca: diratakan) dikatakan: ‫طري ُق ُمعبَّد‬
terhadap onta yang telah dijinakkan dikatakan ‫البعير ُمعبد‬
ُ

sedangkan dalam syariat, makna ibadah adalah :

َّ ‫ضاهُ م ِْن اْل َ ْق َوا ِل َو ْاْل َ ْع َما ِل ال‬


‫ظاه َِر ِة َوالباطنة‬ َ ‫اِ ْس ُم َجامِ ٌع ِلكُ ِل َما يُحِ بُّهُ هللا َويَ ْر‬

“Ungkapan menyeluruh bagi segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah; baik berupa
ucapan maupun perbuatan, yang tampak (zahir), maupun tersembunyi (batin)”

[‫]نستعين‬fil Mudhori dengan dhomir mutakallim yang menjadi subyeknya. Berasal dari
bentukan ‫ َي ْست َ ْفعِل اِ ْست َ ْف َعل‬yang umumnya bermakna permintaan atau permohonan dari bentukan
asalnya. Misalnya;‫غفَر‬ َ َ ‫ يُعين – أ‬yang
َ artinya mengampuni, maka ‫ اِ ْست َ ْغف ََر‬berasal dari kata َ‫عان‬
artinya menolong. Maka ‫ يستعين – استعان‬artinya meminta pertolongan.

Didahulukannya maful (objek) dari fa’ll (subjek) dalam kalimat ‫ نستعين إياك‬dan ‫نعبد إياك‬
dalam kaidah bahasa Arab mengandung makna Al-Hashr artinya pengkhususan dengan tidak
memberi peluang kepada yang lain. Sehingga maknanya menjadi lebih kuat dan tegas, yaitu
hanya Allah yang dimintakan pertolongan, tidak ada selain-Nya yang disembah dan dimintai
pertolongan.

Ibnu Katsir, menafsirkan ayat ini dengan ungkapan:

‫علَيْكَ إِال تَت ََو َّك ُل َو َال إياكَ إال نعبد ال‬
َ

“Kami tidak menyembah kecuali kepadaMu dan kami tidak bertawakkal kecuali kepadaMu”
Dengan demikian makna ayat ini sejalan dengan makna kalimat Tauhid Laa Ilaaha
Illallah. Maka ayat ini berisi kandungan yang sangat dalam tentang makna tauhid kepada
Allah, di mana seorang menyatakan dengan tegas untuk mentauhidkan Allah dalam
ibadahnya dan pertolongannya serta menyingkirkan segala bentuk kemusyrikan dalam kedua
kedua hal tersebut (ibadah dan minta pertolongan).

Sebab dalam kenyataan sering didapatkan ketimpangan dari kedua sisi ini; Ada
sebagian orang yang beribadah rajin; shalat, puasa, haji, shodaqoh dll. Namun ternyata ketika
dia memohon sesuatu -selain kepada Allah- dia juga mohon kepada kuburan, wali-wali dan
orang-orang shaleh yang telah mati. Atau sebaliknya, ada orang yang ketika memohon, dia
memohon dengan penuh harap kepada Allah, namun ibadahnya banyak dia abaikan. Maka
yang terbaik adalah orang mu’min yang menjaga ibadahnya dengan benar seraya terus
memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala semata dalam ibadahnya dan semua urusannya.

Kekhususan ayat ini dalam surat al Fatihah.

Ayat ini merupakan konsekwensi dari ayat-ayat sebelumnya. Yaitu ketika seorang
hamba telah meyakini dan memuji kebesaran Allah Ta’ala dengan segala sifat-sifat-Nya yang
mulia, maka konsekwensi wajar dari hal tersebut adalah lahirnya sikap rendah, tunduk dan
patuh serta penuh harap kepada-Nya. Maka kemudian dia menyatakan bahwa hanya kepada-
Nya dia akan beribadah dan hanya kepada-Nya dia memohon pertolongan.

‫ط ْال ُم ْست َ ِقي َْم‬


َ ‫الص َرا‬
ِ ‫اِ ْه ِدنَا‬

Berilah kami petunjuk jalan yang lurus

‫ داِه‬adalah fiil Amr (perintah) yang berasal dalam kalimat ‫ هداية يَهدي َهدَى‬berarti petunjuk
sedangkan ‫ ن‬kata ganti pertama jamak (kami).

Hidayah dalam bahasa Arab memiliki dua makna:

1.Petunjuk (‫ )البيان‬dan Penjelasan (‫)اإلرشاد‬

Yang dimaksud hidayah dengan makna ini adalah, bahwa manusia diberi petunjuk
dan pengetahuan tentang jalan yang benar. Hal tersebut Allah wujudkan dengan menurunkan
kitab-kitab-Nya serta para rasul-Nya untuk menjelaskan ajaran Allah Ta’ala.

Maka dalam kontek ini, hidayah Allah telah diturunkan kepada semua hamba-Nya,
baik yang beriman maupun yang kafir. Sebagaimana firmannya:

13
‫ البقرة‬: 185

‫شهر‬
ُ َ‫ضان‬ ِ ُ ‫اس هُدًى ْالقُ ْرآ ُن فِي ِه أ‬
َ ‫نز َل الَّذِي َر َم‬ ِ ‫ان ََو ْال ُهدَى مِنَ َو َب ِينَا‬
ِ َّ‫ت لِلن‬ ِ َ‫ْالفُ ْرق‬

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramdhan, bulan di dalamnya diturnkan al-
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (al-Baqarah 185)

‫النَّ َع ِم ُح ُم ِر م ِْن لَكَ َخيْر َواحِ د َر ُجل ِبكَ يُ ْهدَى ألن‬

“Seseorang mendapatkan hidayah denganmu, maka lebih baik bagimu dari onta merah”.

Al-Quran juga dapat menjadi hidayah, firman Allah Ta’ala: [‫ النحل‬89]

‫ع َليْكَ َون ََّز ْلنَا‬


َ ‫ش ْيء لكُ ِل تبيانا ً الكتاب‬
َ ‫ُشرى َو َر ْح َمة َوهُد ًى‬
َ ‫ال ُمس ِلمِينَ َوي‬

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sntuk menjelaskan segala sesuatu dan
perunjuk sera rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (an-Nahl 89)

2.Taufiq (‫ )التوفيق‬Taufiq

Yang dimaksud taufiq di sini adalah ditutupnya jalan keburukan dan dimudahkan
jalan kebaikan oleh Allah Ta’ala kepada seorang hamba”

Artinya orang tersebut telah diberikan ilham oleh Allah Ta’ala sesuai kehendak Allah
dalam syariat-Nya; baik dalam keimanan maupun amal perbuatan.

Hidayah dengan makna seperti ini, mutlak hanya milik Allah dan hanya Dia berikan
kepada orang yang Dia kehendaki. Tidak seorangpun dari makhlukNya yang memiliki hak
ini, bahkan sekalipun Rasulullah.

Allah Ta’ala berfirman:

‫ البقرة‬: 272

َ ‫علَيْكَ لَي‬
‫ْس‬ َ ‫ّللا َولَك َِّن هُدَاهُ ْم‬
َ َّ ‫يَشَاء َم ْن يَ ْه ِدي‬

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang
memberi petunjuk (memberi taufiq siapa yang dikehendakiNya”

[‫ ]صراط‬jalan yang jelas.

[‫ ]المستقيم‬Lurus, tidak bengkok. Garis lurus adalah garis terpendek yang


menghubungkan antara dua titik.
Maka ‫ المستقيم الصراط‬adalah jalan Yang jelas yang tidak ada membengkokan padanya.

Terdapat beberapa penafsiran para ulama tentang [‫]المستقيم الصراط‬, di antaranya Agama
Islam, al-Quran, Rasulullah saw dan kedua shahabatnya; Abu Bakar dan Umar
radhiallahuanhu. Semua penafsiran tersebut satu sama lain memiliki keterkaitan sangat erat
2). Kesimpulannya adalah bahwa [‫ ]المستقيم الصراط‬adalah Ajaran Islam yang benar dan yang
terhindar dari penambahan dan pengurangan, suci dari bid’ah dan khurafat; dialah jalan
terdekat yang dapat mengantarkan seseorang kepada apa yang dicintai dan diridhoi Allah
seperti apa yang Dia perintahkan dan sebagaimana yang disampaikan Rasulullah saw.

Karena itu jalan Allah hanya satu, tidak terbagi-bagi, tidak berkelok-kelok dan tidak
tersembunyi. Allah Ta’ala berfirman:

‫ص َراطي َهذَا َوأَن‬


ِ ً ‫ع ْن بِكُ ْم فتفرق السبل تَتَّبِعُوا َو َال فَاتَّبِعُوهُ مستقيما‬ َ ‫ األنعام[تَتَّقُون لَعَلَّكُ ْم بِ ِه ذَ ِلكُ ْم َو‬: 153]
َ ، ‫صاكُ ْم‬
َ ‫سبِي ِل ِه‬

“dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalang- jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beriakn
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
bertakwa”(Al-An’am 153)

َ‫علَ ْي ِه ْم َو ََل الض َّۤا ِليْن‬


َ ‫ب‬ ُ ‫غي ِْر ْال َم ْغ‬
ِ ‫ض ْو‬ َ َ‫ط الَّ ِذيْنَ ا َ ْن َعمْت‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم ە‬ َ ‫ص َرا‬
ِ

(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugrerahkan ni’mat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat

ْْ ‫( ِص َرا َط الَّ ِذيْنَ ا َ ْنعَ ْمتَ َعلَ ْي ِهم‬Yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat
kepada mereka.

Pada ayat ْْ ‫علَ ْي ِهم‬


َ َ‫ط الَّ ِذيْنَ ا َ ْنعَ ْمت‬
َ ‫ص َرا‬
ِ Ayat ini memperjelas tentang sebelumnya, yaitu bahwa jalan
yang diinginkan adalah jalan yang telah ditempuh oleh mereka-mereka yang telah
mendapatkan nikmat dari Allah Ta’ala berupa ibadah dan ketaatan kepadaNya “ mereka yang
Allah gambarkan dalam surat an-Nisa ayat 69 dimana Allah Ta’ala berfirman:

‫ّللاَ يُطِ ِع َو َم ْن‬


َّ َ‫الرسُول‬ َّ ‫علَ ْي ِه ْم للا ُ ال َع َم الَّ ِذيْنَ َم َع فَأُو َلئِكَ َو‬
َ ‫صدِيقِينَ النَّيْنَ ِم َن‬ َّ ‫ رفيقا ً أُولَئِك َو َحسُنَ َوال‬. ‫ذلك‬
ُّ ‫صالِحينَ وال‬
َّ ‫ش َهدَاء َوال‬
‫ض ُل‬ْ َ‫ّللا مِنَ ْالف‬ِ َّ ‫علَيْما ً ِباهلل َو َكفَى‬
َ [‫ النساء‬: 69-70]

“Dan barang siapa yang menta’ati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugrehi ni’mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin,

15
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-
baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui”

Maka dengan demikian jelas, bahwa jalan yang dimaksud adalah jalan para Nabi, ash-
Shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shaleh. Hal ini sekaligus menunjukkan keinginan
setiap muslim untuk selalu meneladani sifat-sifat mereka yang mulia.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa jalan yang dimaksud. Bukanlah jalan dalam
artian lahiriah, namun jalan yang berarti nilai dan ajaran.

Mereka yang dimurkai ‫عليهم المغضوب‬. Mereka yang sesat (‫ )الضالين‬Para ulama tafsir
sepakat bahwa yang dimaksud ‫ عليهم المغضوب‬adalah orang Yahudi sedangkan [‫ ]الضالين‬adalah
Orang Nashrani. Rasulullah saw bersabda:

ُ ‫صوب ْاليَ ُهود‬


ُ ‫علَ ْي ِه ْم َم ْع‬
َ ، ‫ارى‬
َ ‫ص‬َ َّ‫ض ََلل َوالن‬
َ

“Orang Yahudi adalah mereka yang dimurkai, sedangkan Orang Nashrani adalah mereka
yang sesat”

Mengapa Orang Yahudi dimurkai dan orang Nashrani dikatakan sesat?

Orang Yahudi dimurkai oleh Allah Ta’ala karena mereka mengetahui kebenaran dari Allah
Ta’ala namun mereka mengingkarinya atau tidak mengamalkannya; baik karena sombong,
dengki, atau menginginkan kekuasaan.

Di antaranya adalah pengingkaran mereka terhadap Rasulullah, padahal mereka telah


mengetahui tanda-tandanya, sebagaimana orang tua mengetahui tanda-tanda anak-anaknya.

Allah Ta’ala berfirman:

َ ‫علَى يَ ْست َ ْفتحُونَ قَ ْب ُل م ِْن َوكَانُوا َمعَ ُه ْم لما ُم‬


‫صدِق للا عند من ِكت َاب َجا َءهُ ْم َولَ َّما‬ َ َ‫ع َرفُوا َما َجا َءهُ ْم فَلَ َّما َكف َُروا الذين‬
َ ‫بِ ِه َكف َُروا‬
ُ‫ّللا فَلَعَنَة‬
َّ ‫علَى‬ َ َ‫ البقرة[ ْالكَاف ِِرين‬: 89]

“Dan setelah datang kepada mereka al-Quran dari Alah yang membernarkan apa yang ada
pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk
mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang
telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang
yang ingkar itu” (al-Baqarah 89)

‫من بِشَر أَللكُم ه َْل قُ ْل‬


ْ َ‫ّللاُ لَ َعنهُ َم ْن للا عِندَ َملُوبَة ذلِك‬
َّ ‫ب‬ َ َِ ‫ير ْالق َِردَة َ ِمنْ ُه ُم َو َج َع َل‬
ِ ‫علَيْه َوغ‬
َ ‫َض‬ ُ ‫عبَدَ َو ْال َمن َِاز‬ َّ ‫ال‬
َ ‫طاغُوتَ َو‬

[‫ المائدة‬: 60]
“Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentan gorang-orang yang lebih buruk
pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu di sisi Allah, yatitu orang yang dikutui dan
dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yand dijadikan kera dan babi dan (orang yang)
menyembah thaghut?”(al-Ma’idah 60)

Sedangkan orang-orang Nashrani dikatakan sesat, karena amal yang mereka lakukan
tidak dilandasi ilmu yang benar dari Allah Ta’ala. Mereka mengarang-ngarang ibadah dengan
akal dan perasaan, tidak berdasarkan petunjuk Allah dan RasulNya. Seperti kepercayaan
mereka tentang trinitas, atau pengamalan mereka tentang rahbaniah (kependetaan) dll.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Al-Qur’an, Surat Al-Fatihah tercatat sebagai surat ke 1, yang terdiri dari 7 Ayat.
Secara umum, ayat demi ayat serta surat demi surat yang ada dalam al-Qur’an
memanglah penting. Keseluruhan huruf demi huruf yang ada dalam al-Qur’an
menjadi pegangan teologis kaum muslimin yang tidak bisa ditawar lagi. Namun,
secara spesifik, surat al-Fatihah memiliki banyak kelebihan dibanding dengan surat-
surat lain, atau setidaknya, ia memiliki keistimewaan berbeda dibandingkan dengan
keistimewaan surat lain.
 Menurut Quraisy Shihab kandungan tematik surat Al-Fatihah terdapat uraian tentang:
tauhid, keniscayaan, ibadah, Pengakuan tentang kelemahan manusia, keaneka
ragaman manusia.
B. Saran
Kami harap kepada pembaca agar memaknai dan menerapkan ini dengan baik,agar
untuk kedepannya kita dapat dengan bijak memaknai/menerjemahkan ayat dengan dengan
bijak, bukan hanya secara kontekstual akan tetapi dengan keilmuan sehingga apa yang kita
baca akan senantiasa menjadi hudan/petunjuk bagi kita semua, amin yarobbal alamin Serta
apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, pembaca di harapkan memberi kami
kritik atau saran agar kami memperbaikinya. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
ataupun
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an

Qusyairi suhail, ahmad. Tafsir surah Al-Fatihah. Kantor kejaksaan da’wah,al-sulay,2003

19

Anda mungkin juga menyukai