Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU KALAM

“Dalil Hadits Tentang Ilmu Kalam”

Dosen Pengampu: Drs.Kamaluddin,M.A

Disusun Oleh:

Ilham Ramadhan Daulay (0402222031)

Muhammad Fadly Chaniago (0402223028)

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah
memberikan hidayah,taufik dan rahmat –Nya kepada kami sehingga mampu menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam kami hanturkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang
terang menderang ini dengan penuh ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk golongan umatnya
yang telah mendapatkan syafaatnya di hari kiamat.Aamiin.

Tugas makalah ini kami perbuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam yang
berjudul “Dalil Hadits Tentang Kalam” Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat
untuk kita semua, khususnya bagi kami selaku penyusun. Akhir kata, kami ucapkan terima kasi.
Jika terdapat kekeliruan kata ataupun kalimat, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 18 Maret 2023

Penulis

i|Ilmu Kalam
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam


B. Ruang Lingkup Ilmu Kalam
C. Dasar-dasar Hadits Ilmu Kalam

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii | I l m u K a l a m
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kalam merupakan objek kajian berupa ilmu pengetahuan dalam agama Islam yang
dikaji dengan menggunakan dasar berfikir berupa logika dan dasar kepercayaan-kepercayaaan
pribadi atau suatu golongan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan akan eksistensi atau
keberadaan Tuhan,bagaimana Tuhan, seperti apa wujudnya dan pertanyaan-pertanyaan sejenis
lainnya yang berhubungan dengan Tuhan. Pembahasan di atas terlihat merupakan dasar-dasar
dari pembahasan ilmu kalam itu sendiri dan bagaimana peranannya atau korelasinya dengan
kurikulum pendidikan agama Islam. Dengan begitu diharapkan kita mampu meenguasai dasar
pembahasan tentang ilmu kalam dan korelasinya dengan kurikulum pendidikan Islam. Adapun
tujuan utama dari ilmu kalam adalah untuk menjelaskan landasan keimanan umat Islam dalam
tatanan yang filosofis dan logis. Bagi orang yang beriman, bukti mengenai eksistensi dan segala
hal yang menyangkut dengan Tuhan yang ada dalam al-qur an, Hadits,ucapan sahabat yang
mendengar langsung perkataan Nabi dan lain sebagainya, sudah cukup. Namun masalah ini
dihadapkan pada dunia yang lebih luas dan terbuka, maka dalil-dalil naqli tersebut tidak begitu
berperan. Sebab, tidak semua orang meyakini kebenaran al-qur an dan beriman
kepadanya.Karenanya diperlukan lagi interpretasi akal terhadap dalil yang sudah ada dalam al-
qur'an tersebut untuk menjelaskannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Ilmu Kalam?
2. Bagaimana Ruang Lingkup Ilmu Kalam?
3. Apa Dasar Hadits Ilmu Kalam?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu kalam
2. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup Ilmu kalam
3. Untuk mengetahui Dasar Hadits Ilmu kalam

1|Ilmu Kalam
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam

Ilmu kalam pada dasarnya adalah ilmu yang membicarakan segala yang menyangkut
dengan keyakinan kepada Tuhan. utusan-utusan-Nya serta hal yang berkenaan dengan alam
ghaib. Ada beberapa definisi yang dikemukakan sebagai berikut:

Ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat
yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang tidak ada pada-Nya dan membicarakan tentang Rasul-
rasul Tuhan, untuk menetapkan ke-Rasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada
padanya, sifat-sifat yang tidak mungkin terdapat pada-nya.1

Pengertian lain tentang Ilmu kalam ialah: membahas masalah- masalah yang masyhur
dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat di antara ulama-ulama kurun pertama yaitu
apakah "Kalam Allah" (wahyu) yang dibacakan itu baharu atau qadim. Dan ada kalanya pula
karena ilmu Tauhid itu dibina oleh dalil akal atau ratio, dimana bekas nyata kelihatan dari
perkataan setiap para ahli yang turut berbicara tertang ilmu itu.2

Pendapat lain, ada mengatakan bahwa Ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang
penetapan aqidah-aqidah keagamaan (agama Islam) dengan dalil-dalil yang yakin.3 Menurut Ibnu
Khaldun mengemukakan bahwa ilmu kalam adalah. ilmu yang berisi alasan-alasan
mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan berisi bantahan
terhadap orang-orang yang menyelewengkan dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan
Salaf dan Ahli Sunnah.4

Masih banyak definisi-definisi yang bekenaan dengan ilmu kalam, akan tetapi
kesemuanya itu adalah bermakna yang sama yakni ber kisar pada persoalan keyakinan tentang
Tuhan dengan sifat-sifat-Nya yang wajib, mustahil dan jaiz, serta membahas tentang Rasul-rasul

1
A. Hanafi MA (1978) Theologi Islam (Jakarta), h. 10.
2
Syekh Muhammad Abduh (1979) Tjm H. Firdaus, Risalah Tauhid (Jakarta Butan Bintang), h.37
3
Syaid Husain Afandy Al-Jisri Al-Tarabilisi Al-Husnul Al-Hamidiyah (1969) Al Husnul Al-Hamidiyah
(Surabaya: Al-Maktabah Sakafiyah), h. 6
4
A Hanafi MA, Theologi Islam, h. 10

2|Ilmu Kalam
Allah dengan sifat-sifatnya, dan kebenaran berita yang dibawanya sekitar alam ghaib dan hari
akherat.

Apabila dilihat dari segi bahasa maka "kata Al-Kalam" yang dalam bahasa Arab diartikan
perkataan, firman, ucapan dan pembicaraan.5 Arti semula adalah dari kata Al-Kalam ialah kata-
kata yang tersusun untuk menunjukkan salah satu dari sifat Tuhan, yaitu sifat Allah yang
berbicara, seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 253 berbunyi:

ٍ ‫ ورفَ ع ب ع ض ه م د رج‬Gۖ ‫ ِم ْن ه م م ن َك لَّ م اللَّ ه‬Gۘ‫ض‬ َ ‫تِ ْل‬


Gۚ‫ات‬ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ ُ ٍ ‫ض ُه ْم َع لَ ٰى َب ْع‬ َ ‫ض ْل نَ ا َب ْع‬
َّ َ‫الر ُس ُل ف‬
ُّ ‫ك‬
ِ َّ ِ َ‫وآ َت ي نَ ا ِع يس ى اب ن م رمَي الْ ب ِّي ن‬
ِ ‫ات َوَأيَّ ْد نَاهُ بِ ُر‬
َ ‫ َولَ ْو َش اءَ اللَّ هُ َم ا ا ْق تَ تَ َل ال ذ‬Gۗ‫وح الْ ُق ُد ِس‬
‫ين‬ َ َ َْ َ ْ َ ْ َ
‫آم َن َو ِم ْن ُه ْم َم ْن‬ ِ ِ ٰ ِ ِ ِِ ِ
ْ ‫ات َولَ ك ِن‬
َ ‫اخ َت لَ ُف وا فَ م ْن ُه ْم َم ْن‬ ُ َ‫م ْن َب ْع د ه ْم م ْن َب ْع د َم ا َج اءَ ْت ُه ُم الْ َب ِّي ن‬

ُ ‫ َولَ ْو َش اءَ اللَّ هُ َم ا ا ْق تَ َت لُ وا َو ٰلَ ِك َّن اللَّ هَ َي ْف َع ُل َم ا يُ ِر‬Gۚ ‫َك َف َر‬


‫يد‬

Artinya: ”Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di
antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah
meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa
mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya
tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang
kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara
mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah
menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya.”6

Demikian juga dalam firman Allah Surah An-Nisa Ayat 164 berbunyi:

5
Prof H Malmud Yunus (tt). Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Al-
Qur'an), h. 382
6
Departemen Agama RI (1971). Al-Qur'an Dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemahan Al-Qur'an). h. 62

3|Ilmu Kalam
ِ َ ‫ورس اًل قَ ْد قَ ص ص نَ اه م ع لَ ي‬
َ ‫ َوَك لَّ َم اللَّ هُ ُم‬Gۚ ‫ك‬
‫وس ٰى‬ َ ‫ص ُه ْم َع لَ ْي‬
ْ ‫ص‬
ُ ‫ك م ْن َق ْب ُل َو ُر ُس اًل مَلْ َن ْق‬ ْ َ ُْ ْ َ ُ َُ
ً ِ‫تَ ْك ل‬
‫يم ا‬
Artinya: ” Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.
Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”.7

Perkataan Al-Kalam secara lebih luas lagi adalah untuk menun- jukkan suatu cabang ilmu
yang berdiri sendiri yang kita kenal dewasa ini dengan "Ilmu Kalam" yang untuk pertamakalinya
dipakai pada masa Abbasiyah, tegasnya pada masa Khalifah Al-Makmun. Sebelumnya disebut
sebagai kepercayaan-kepercayaan tentang Islam disebut "Al- Fiqh fi al-din" sebagai imbangan
terhadap "Al-Fiqh fi al-Timi" Abu Hanifah menamakan bukunya tentang kepercayaan-
kepercayaan "Al- Figh al-akbar".8

Istilah kalam ini muncul atas prakarsa dari tokoh-tokoh Mu'tazilah dimana mereka
setelah mempelajari buku-buku filsafat Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
dimana mereka memadukan metode filsafat dengan ilmu kalam sehingga menjadi ilmu yang
berdiri sendiri yang dinamai "Ilmu Kalam" dan sejak saat itulah pemakaian kata Al-Kalam
terhadap ilmu kalam. Dan untuk lebih memudahkan pemahaman kita terhadap ilmu ini, tentu
tidak lepas dari pemakaian untuk ilmu ini. Maka dapatlah dikemukakan tentang nama yang
dipergunakan bagi penyebutan nama kepada ilmu kalam ini yaitu:

1). Ilmu Kalam

Diberikan nama ilmu kalam karena persoalan yang amat penting dibicarakan adalah "Firman
Allah" (Kalam Allah) itu azaly atau non azaly (baharu). Di samping menggunakan dasar ilmu ini
adalah dalil fikiran. Hal ini berpengaruh dalam pembicaraan para Mutakallimin, mereka jarang
menggunakan atau kembali kepada dalil nagali (Al-Quran dan Hadits)".9 Kecuali mereka sudah
mene- tapkan kebenaran pokok persoalan lebih dahulu, serta mereka membuktikan kepercayaan-
kepercayaan agama menyerupai logika dan filsafat.

2). Ilmu Tauhid

Dinamakan ilmu tauhid karena yang terpenting dalam ilmu ini adalah, ilmu yang membicarakan
tentang ke-Esaan Allah dengan sebersih-bersihnya.10 Sedangkan menurut A. Hanafi, MA
mengemukakan bahwa dinamai dengan ilmu tauhid, karena tujuannya menetapkan ke-Esaan

7
Ibid., h. 151
8
A Hanafi, MA, Theologi Islam, h. 11
9
Ibid., h. 12
10
Prof. KH. Thaib Thahir Abdul Mu'in (1974). Ikhtisar Ilmu Tauhid (Jakarta: Wijaya), h. 10.

4|Ilmu Kalam
Allah dalam zat dan perbuatan-Nya dalam menciptakan alam semesta hanya ialah yang menjadi
tempat tujuan terakhir alam ini.11

3). Ilmu Ushuluddin

Dinamakan dengan Ilmu Ushuluddin karena membicarakan pokok- pokok agama Islam, yang
oleh A. Hanafi, MA menyebutkan sebagai "ilmu Aqaid", karena persoalan kepercayaan yang
menjadi pokok ajaran agama itulah yang menjadi pokok pembicaraan.12

4). Theologi Islam

Ilmu ini juga dinamakan dengan Theologi Islam oleh karena membahas hal-hal yang berkenaan
dengan Ketuhanan (ilmu Allahut) baik yang berhubungan dengan zat, sifat dan perbuatan (Af’al)
Tuhan.

B. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Kalam

Bertitik tolak dari definisi-definisi yang telah dikemukakan tentang ilmu kalam, dimana
ilmu ini adalah membicarakan dasar-dasar agama Islam yang meliputi pembahasan tentang Allah
Swt. dengan sifat-sifat- Nya, utusan-utusan-Nya dan perkara-perkara yang ghaib termasuk hari
kiyamat. Oleh karenanya, ilmu ini dapat memantapkan keimanan serta menolak aqidah ataupun
pemikiran yang tidak menggunakan dalil-dalil naqli. Untuk itulah aqidah Islam ini bersumber
kepada Al- Quran yang tidak mungkin diragukan lagi kebenarannya.

Untuk lebih memudahkan pemahaman terhadap ruang lingkup pembahasan ilmu kalam
ini dapat dikategorikan kepada tiga bahagian yaitu:

Pertama: Qismun Ilahiyah atau lebih dikenal dengan Ma'rifat al- Mabda, yaitu
mengetahui Allah dan sifat-sifat-Nya, sehingga mengenal dengan yakin terhadap Allah Swt.
sebagai pencipta alam semesta, hal yang demikian sering diartikan sebagai wujud yang
Sempurna, Wajibul Wujud. Al-Kindi menyebutkan sebagai "Wujud Yang Haq" (benar) yang
bukan asalnya tidak ada. kemudian menjadi ada. Ia mustahil tiada ada. Pengenalan ini meliputi
zat, sifat baik yang wajib mustahil dan jaiz serta af al-Nya.

Kedua; Qismun Nubuwah atau yang dikenal dengan Ma'rifat al- Wasitah, yaitu beriman
dengan utusan-utusan Allah Swt, Malaikat- Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, dan para Rasul-rasul
Allah Swt. sehingga umat Islam wajib beriman kepada utusan-utusan Allah. Bagian ini
dinamakan juga dengan Qismu al-Nubuwat. Yaitu mengenal dengan yakin tentang utusan Allah
Swt. yang mencakup para Rasul-rasul Allah, Malaikat-malaikat-Nya serta Kitab-Kitab Allah
yang menjadi perantara antara Allah Swt. dengan umat manusia untuk menyampaikan pedoman
hidup.

11
A. Hanafi MA, Thelogi Islam, h. 12.
12
Ibid., h. 12.

5|Ilmu Kalam
Ketiga, Qismun Syamiyat13 atau dikenal juga dengan Ma'rifat al- Maad,14 yaitu beriman
dan mempercayai hari pembangkitan, hisab, balasan dan sebagainya. Bagian ini dinamakan
Qismu Samyat, yaitu mempercayai bahwa adanya kehidupan kembali setelah mati yakni hari
kiyamat. Pada hari itu akan matilah semua makhluq yang masih hidup. Bumipun akan berganti,
dengan kehidupan baru yaitu hari akhirat, untuk menerima pembalasan dari apa yang telah
diperbuat oleh manusia di dunia ini. Pembalasan tersebut akan diterima setelah diadili
dipengadilan terakhir oleh Allah Rabbul Jalil.

C. Dasar-dasar Hadits Ilmu Kalam

Selain dasar-dasar yang telah diungkapkan al-Qur’an, Rasulullah secara tidak langsung
telah menegaskan tentang akan mencuatnya perdebatan tentang ketuhanan (ilmu kalam), dan
merupakan biang terjadinya perpecahan dalam umat Islam. Demikian ini sebagaimana hadis
riwayat Mu’awiyyah bin Abi Sufyan :

Dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan bahwa Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang sebelum
kamu dari pengikut Ahlil-kitab terpecah belah menjadi 72 golongan. Dan umat ini akan
terpecah menjadi 73 golongan, 72 dua golongan akan masuk ke neraka, dan satu golongan yang
akan masuk surga, yaitu golongan al-jama'ah."

Hadis tersebut juga diriwayatkan di dalam beberapa kitab hadis, seperti al-Darimi, Imam
Ahmad, dan juga al-Hakim. Dan hadis tersebut dinilai sebagai hadis shahih oleh al-Zahabi,
demikian juga Ibn Hajar dalam karyanya “Takhrij al-Kasysyaf” 63, beliau menilainya sebagai
hadis hasan. Setidaknya berdasarkan sabda Rasulullah Saw., sebagaimana di atas kita diantarkan
pada dua kesimpulan. Pertama, adanya indikasi munculnya perpecahan dalam internal umat
Islam. Kedua, disaat umat Islam berpecah belah, maka hanya satu dari beberapa macam sekte
yang dapat dibenarkan.

Intinya hadis tersebut merupakan gambaran jelas yang telah ditegaskan oleh Rasulullah
Saw., tentang akan adanya perbedaan-perbedaan yang akan muncul di dalam tubuh umat Islam,
13
Prof. KH. Thaib Thahir Abdul Mu'in, Ikhtisar Ilmu Tauhid, h. 188.
14
Sayid Sabiq (1978). Aqidah Islam (Bandung. Diponegoro), h. 429.

6|Ilmu Kalam
dan ternyata penegasan Rasulullah Saw., sebagaimana di atas benar-benar terjadi pasca
berpulangnya beliau keharibaan ilahi. Puncaknya selepas wafatnya khalifah Utsman bin ‘Affan.
Tentu, munculnya hadis iftiraq al-ummah sebagaimana di atas bukanlah hadis hanya sekedar
informasi, melainkan hadis yang menuntun umat Islam agar membentengi diri mereka dengan
manhaj yang telah ditetapkan dalam agama Islam. Oleh sebab itu, umat Islam yang berpegang
teguh terhadap manhaj Islami, maka mereka dalam hadis iftiraq disebut dengan Ahlussunnah
wal-jama’ah, sedangkan mereka yang melenceng dari manhaj tersebut adalah kelompok yang
celaka.

Khusus tentang manhaj Islam yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw., yang paling
sentral ialah yang berkaitan dengan i’tiqad (keyakinan), dan keilmuan yang menyinggung
tentang keyakinan disebut dengan ilmu kalam. Karenanya dapat disimpulkan bahwa hakekatnya
ilmu kalam ialah cabang keilmuan Islam, yang oleh Rasulullah Saw., telah dilegitimasi.

Secara praktis Rasulullah juga telah mempraktekkan ilmu kalam pada masa hidupnya,
sebagaimana dalam kasus dialog antara beliau dengan Malaikat :

7|Ilmu Kalam
Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, Telah menceritakan kepada kami Isma'il
bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah dari Abu
Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari muncul kepada
para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: "Apakah
iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan
kamu beriman kepada hari berbangkit". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah Islam itu?"
Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak
menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang
diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan
itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah
melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu". (Jibril 'Alaihis
salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: "Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan
terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para
penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama
lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam membaca: "Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat" (QS.
Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
berkata; "hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi
bersabda; "Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama

8|Ilmu Kalam
mereka." Abu Abdullah berkata: "Semua hal yang diterangkan Beliau shallallahu 'alaihi
wasallam dijadikan sebagai iman.

Dialog yang terjadi antara Malaikat dengan Nabi sebagaimana termaktub dalam hadis
tersebut hakaketnya memiliki pesan tersembunyi (hidden meaning) tentang aspek ketuhanan,
pada redaksi hadis di atas ada sebuah pernyataan tegas dari Rasulullah Saw., “ hendaknya
menyembah Allah dan larangan menyekutukannya”. Makna dari pernyataan tersebut
mengandung makna bahwa Allah adalah satu-satunya dzat yang berhak disembah sebab Dia-lah
tuhan seru sekalian alam, maka siapapun yang memalingkan keyakinannya dalam hal
sesembahan kepada selain-Nya maka dia termasuk seorang musyrik.

Tentu pesan yang demikian ini secara tidak langsung mengungkap kesesatan-kesesatan
agama diluar Islam, yakni agama-agama paganis (penyembah berhala), atau paham-paham yang
meyelewengkan ajaran-ajaran tauhid, seperti paham trinitas para penganut agama Kristen, dan
lain-lain. Dan perihal yang telah dipraktekkan Rasulullah Saw. dalam dialog yang terjadi antara
beliau dengan malaikat Jibril, merupakan pertanda diperbolehkannya ilmu kalam, sekaligus
menunjukkan tentang pentingnya ilmu kalam.

9|Ilmu Kalam
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu kalam pada dasarnya adalah ilmu yang membicarakan segala yang menyangkut
dengan keyakinan kepada Tuhan. utusan-utusan-Nya serta hal yang berkenaan dengan alam
ghaib. Pendapat lain, ada mengatakan bahwa Ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan tentang
penetapan aqidah-aqidah keagamaan (agama Islam) dengan dalil-dalil yang yakin.

Masih banyak definisi-definisi yang bekenaan dengan ilmu kalam, akan tetapi
kesemuanya itu adalah bermakna yang sama yakni ber kisar pada persoalan keyakinan tentang
Tuhan dengan sifat-sifat-Nya yang wajib, mustahil dan jaiz, serta membahas tentang Rasul-rasul
Allah dengan sifat-sifatnya, dan kebenaran berita yang dibawanya sekitar alam ghaib dan hari
akherat.

Selain dasar-dasar yang telah diungkapkan al-Qur’an, Rasulullah secara tidak langsung
telah menegaskan tentang akan mencuatnya perdebatan tentang ketuhanan (ilmu kalam), dan
merupakan biang terjadinya perpecahan dalam umat Islam.

Intinya hadis tersebut merupakan gambaran jelas yang telah ditegaskan oleh Rasulullah
Saw., tentang akan adanya perbedaan-perbedaan yang akan muncul di dalam tubuh umat Islam,
dan ternyata penegasan Rasulullah Saw., sebagaimana di atas benar-benar terjadi pasca
berpulangnya beliau keharibaan ilahi. Puncaknya selepas wafatnya khalifah Utsman bin ‘Affan.
Tentu, munculnya hadis iftiraq al-ummah sebagaimana di atas bukanlah hadis hanya sekedar
informasi, melainkan hadis yang menuntun umat Islam agar membentengi diri mereka dengan
manhaj yang telah ditetapkan dalam agama Islam. Oleh sebab itu, umat Islam yang berpegang
teguh terhadap manhaj Islami, maka mereka dalam hadis iftiraq disebut dengan Ahlussunnah
wal-jama’ah, sedangkan mereka yang melenceng dari manhaj tersebut adalah kelompok yang
celaka.

B. Saran

Sebagai umat islam kita harus tau tentang dalil-dalil hadits yang terkandung dalam ilmu
kalam, mengingat ilmu kalam itu adalah ilmunya allah jadi kita harus mempelajarinya.

10 | I l m u K a l a m
DAFTAR PUSTAKA

Buku Tauhid Ilmu Kalam dari Prof. Dr. Sukiman, M.Si

A. Hanafi MA (1978) Theologi Islam (Jakarta)

Syekh Muhammad Abduh (1979) Tjm H. Firdaus, Risalah Tauhid (Jakarta Butan Bintang)

Syaid Husain Afandy Al-Jisri Al-Tarabilisi Al-Husnul Al-Hamidiyah (1969) Al Husnul Al-Hamidiyah
(Surabaya: Al-Maktabah Sakafiyah)

Prof H Malmud Yunus (tt). Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemahan Al-
Qur'an)

Departemen Agama RI (1971). Al-Qur'an Dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan Penyelenggara


Penterjemahan Al-Qur'an).

Prof. KH. Thaib Thahir Abdul Mu'in (1974). Ikhtisar Ilmu Tauhid (Jakarta: Wijaya)

Prof. KH. Thaib Thahir Abdul Mu'in, Ikhtisar Ilmu Tauhid

Sayid Sabiq (1978). Aqidah Islam (Bandung. Diponegoro)

Buku Ilmu Kalam dari Dr. H. Faisol Nasar Bin Madi, M.A

11 | I l m u K a l a m

Anda mungkin juga menyukai