Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TAFSIR TAUHIDI

“Ayat- Ayat Tentang Kenabian”

DOSEN PENGAMPU :

Amrul Luthfi, M.Pd

DISUSUN OLEH :

TIA RAHAYU(12010124684)

NURUL JADIDAH RAMBE( 12010126733)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan
yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Ayat Tentang Kenabian”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua,
yangmerupakansebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna
dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Tafsir Tauhidi Wa Akhlaqi. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Ayat Tentang Kenabian.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya
makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembaca.
Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, Penulis meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah ini, untuk
kemudian kami akan merevisi kembali pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.

Pekanbaru,25 September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam keyakinan kaum muslim, terdapat salah satu keyakinan akan adanyamanusia
sempurna pembawa kabar gembira, yakni keyakinan kepada nabi-nabiAllah. Umat muslim
meyakini adanya duapuluh lima nabi sebagaimana yangtermaktub dalam al-Qur’an. Para nabi
diutus oleh Allah bukan tanpa alasan, melainkan mereka diutus untuk membawa peringatan dari
Allah dan kabar gembira bagi umatnya. Masing-masing nabi mengalami cobaan dan perjalanan
yang mengharukan. Keteladanan yang dicontohkan oleh para nabi terekam dari beberapa hadis
nabi Muhammad dan kitab-kitab tarikh. Semua perjalananhidup digambarkan didasarkan dengan
penjelasan al-Qur’an.

Makalah ini berusaha membahas secara singkat tentang pengertian nabi, ajaran para nabi,
tugas para nabi dan keistimewaannya, serta posisi nabi Muhammadsebagai penutup para nabi
sebelumnya. Semua keterangan pembahasan penulisdasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja ayat dan tafsir yang membahas tentangKenabian ?

2. Apa hikmah yang bisa dipetik dari ayat tentang kenabian dan Bagaimana Kaitan penafsiran
ayat tentang kenabian dengan Aklakh?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui ayat dan tafsir yang membahas tentang Kenabian

2. Untuk Mengetahui hikmah yang bisa dipetik dari ayat-ayat tersebut dan Kaitan penafsiran
ayat tentang kenabian dengan Aklakh
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat Dan Tafsir Tentang Kenabian

1. Seputar Pengertian Nabi

Secara istilah, nabi adalah seorang hamba Allah yang secara khusus dipilih dan diberikan
wahyu untuk dia amalkan. Wahyu tersebut adalah kabar gembira yang harus diamalkan oleh
umatnya.Adapun rasul, oleh sebagian para ulama bahasa mendefinisikan sebagai manusia yang
diutus oleh Allah kepada segenap manusia dengan membawa risalah. Secara istilah, rasul adalah
hamba Allah yang dipilih dan diberi wahyu serta diutuskepada kaum yang kafir untuk
menyampaikan wahyu Allah tersebut. Al-Dahlawi menerangkan sebab diutusnya nabi atau rasul
adalah karena Allah mengetahui bahwa suatu masyarakat yang baik adalah terletak pada
kepatuhan mereka kepada Allah semata.1

Hasan al-Turabi, pemikir dan arsitek utama Republik Islam Sudan, menyatakan ciri
utama agama adalah bersumber dari wahyu dan bukan produk manusia Abdurrahman Badawi,
Sarjana berkembangsaan Mesir, menegaskan bahwa menganulir kenabian sebagai dasar berarti
menganulir agama itu sendiri. Oleh sebab itu, nabi adalah orang yang membawa kabar tentang
Allah dan ajarannya.

Menurut Mawlana Muhammad 'Ali, kata nabi berasal dari kata naba‟a (jamaknya
anbiyā') yang artinya adalah " membertahukan sesuatu yang besar faedahnya," menyebabkan
orang-orang mengetahui sesuatu. Imam alRaghib al-Asfahani dalam kitabnya alMufradāt fī
Gharīb al-Qur'ān menambahkan bahwa maksud berita ialah bukan berita biasa, tetapi berita yang
tidak mungkin salah2

Kata nabi memiliki banyak definisi. Nabi adalah seseorang yang menerima wahyu dari
Allah SWT melalui perantaraan malaikat atau ilham maupun mimpi yang benar. Mereka juga
adalah mubasysyir (pembawa berita baik, yaitu mengenai ridha Allah dan kebahagiaan hidup di
dunia serta di akhirat bagi orang-orang yang mengikutinya) dan mundzir (pemberi peringatan,
yaitu pembalasan bagi mereka serta kesengsaraan terhadap orang-orang yang ingkar)

(QS. al-Baqarah [2]: 213):

1
M. Sayuthi, metodologi penelitian agama ; pendekatan teori dan praktik ( jakarta : PT Grafindo persada, 2002), h.
1.
2
M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi alQur'an (Jakarta: Paramadina, 1997), 303.
‫اس فِ ْي َما‬ ِ ‫ب بِا ْلح‬
ِ َّ‫َق ِليَحْ كُ َم بَ ْينَ الن‬ َ ‫ّٰللاُ النَّبِ ّٖينَ ُمبَش ِِر ْينَ َو ُم ْنذ ِِر ْينَ ۖ َوا َ ْن َز َل َمعَ ُه ُم ا ْل ِك ٰت‬‫ث ه‬ ِ ‫اس ا ُ َّمةً َّو‬
َ َ‫اح َدةً ۗ فَبَع‬ ُ َّ‫كَانَ الن‬
ْۢ
‫ف ِف ْي ِه ا ََِّّل الَّ ِذ ْينَ ا ُ ْوت ُْو ُه ِم ْن َب ْع ِد َما ج َۤا َءتْ ُه ُم ا ْل َب ِي ٰنتُ َب ْغيًا ْۢ َب ْينَ ُه ْم ۚ فَ َهدَى ه‬
‫ّٰللاُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ِل َما‬ َ َ‫اختَل‬
ْ ‫اختَلَفُ ْوا ِف ْي ِه ۗ َو َما‬
ْ
ْ ‫ِي َم ْن يَّش َۤا ُء ا ِٰلى ِص َراطٍ ُّم‬
‫ست َ ِقي ٍْم‬ ْ ‫ّٰللاُ يَ ْهد‬ ‫َق ِباِذْنِ ّٖه ۗ َو ه‬ ِ ‫اختَلَفُ ْوا فِ ْي ِه ِمنَ ا ْلح‬ ْ

Terjemahan

“Manusia itu (dahulunya) umat yang satu (dalam ketauhidan). (Setelah timbulperselisihan,) lalu
Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan.Allah
menurunkan bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.Tidak ada yang berselisih tentangnya,
kecuali orang-orang yang telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada
mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri.Maka, dengan kehendak-Nya, Allah
memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka
perselisihkan.Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus
(berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).”

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah
menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Qatadah,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa jarak antara Adam dan Nuh adalah
sepuluh generasi, semuanya berada di atas suatu syariat yang diturunkan oleh Allah Swt. Lalu
mereka berselisih, kemudian Allah mengutus nabi-nabi untuk membawa kabar gembira dan
pemberi peringatan.Ibnu Jarir mengatakan bahwa hal yang sama dikatakan pula oleh qiraah
(bacaan) Abdullah, yaitu:

"‫"كَانَََال َّناسََأ َّمةََ َواحِ دَةََفَا ْخت َ َلفوا‬.

Pada mulanya manusia itu umat yang satu, lalu mereka berselisih.Riwayat ini diketengahkan
oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadis Bandar, dari Muhammad ibnu
Basysyar; kemudian ia mengatakan bahwa riwayat itu sahih sanadnya, tetapi keduanya (Imam
Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.

Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Abu Ja'far Ar-Razi, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu
Ka'b. Disebutkan bahwa Ubay ibnu Ka'b membaca ayat ini dengan qiraah berikut:

ََّ َََ‫اخت َََلفواَفَ َب َعث‬


"ََ‫ّللاَالنَّ ِب ِي ِينَََم َبش ِِرينَََ َوم ْنذ ِِرين‬ ْ َ‫"كَانَََال َّناسََأ َّمةََ َواحِ دَةََف‬.

Pada mulanya manusia itu umat yang satu, lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para
nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan
dengan makna firman-Nya: Manusia itu adalah umat yang satu. (Al-Baqarah: 213) Yakni pada
mulanya mereka berada dalam jalan petunjuk, lalu mereka berselisih pendapat, maka Allah
mengutus para nabi. (Al-Baqarah: 213) Nabi yang mula-mula diutus oleh Allah adalah Nabi
Nuh.

Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid, yakni sama dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu
Abbas tadi.

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Manusia itu
adalah umat yang satu. (Al-Baqarah: 213) Yaitu pada mulanya adalah kafir. maka Allah
mengutus para nabi sebagai pemberi berita gembira dan pemberi peringatan. (Al-Baqarah: 213)

Tetapi pendapat yang pertama dari Ibnu Abbas lebih sahih sanad dan maknanya, karena manusia
itu pada mulanya berada pada agama Nabi Adam a.s. dan lama-kelamaan mereka menyembah
berhala. Maka Allah mengutus kepada mereka Nabi Nuh a.s. Dia adalah rasul pertama yang
diutus oleh Allah kepada penduduk bumi ini.

Karena itulah maka dalam firman selanjutnya disebutkan:

{َ‫ِنَبَ ْع َِدَ َماَ َجا َءتْهمََ ْالبَ ِينَاتََبَ ْغيا‬


َْ ‫فَفِي َِهَ ِإالَالَّذِينَََأوتوهََم‬
ََ َ‫اسَفِي َماَا ْختَلَفواَفِي َِهَ َو َماَا ْختَل‬ َِ ‫َابَ ِب ْال َح‬
َ ِ ‫قَ ِليَ ْحك ََمَبَيْنَََال َّن‬ ََ ‫َوأَنزلَََ َم َعهمََ ْال ِكت‬
‫}بَ ْينَه َْم‬

Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. (Al-Baqarah:
213)

Yakni sesudah hujah-hujah melumpuhkan mereka. Tidak sekali-kali mereka terdorong berbuat
demikian (perselisihan) kecuali perbuatan aniaya sebagian dari mereka atas sebagian yang lain.

Dalam firman selanjutnya disebutkan:

ِ َ‫نَيَشَاءََإِلَى‬
{َ‫ص َراطََم ْستَقِيم‬ َْ ‫ّللاَيَ ْهدِيَ َم‬ َِ ‫اختَلَفواَفِي َِهَمِنَََ ْال َح‬
ََّ ‫قَبِإ ِ ْذنِ َِهَ َو‬ ْ َ‫}فَ َهدَىَّللاَََّالَّذِينَََآ َمنواَ ِل َما‬

Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang
mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Al-Baqarah: 213)

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Sulaiman Al-A'masy,
dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah sehubungan dengan firman-Nya: Maka Allah memberi
petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu
dengan kehendak-Nya. (Al-Baqarah: 213), hingga akhir ayat.

Ibnu Wahb meriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya sehubungan
dengan makna firman-Nya: Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. (Al-Baqarah: 213)
Mereka berselisih pendapat mengenai hari Jumat. Akhirnya orang-orang Yahudi mengambil hari
Sabtu dan orang-orang Nasrani mengambil hari Ahad, dan Allah memberi petunjuk umat Nabi
Muhammad kepada hari Jumat.Mereka pun berselisih pendapat mengenai kiblat. Orang-orang
Nasrani menghadap ke arah timur, sedangkan orang-orang Yahudi menghadap ke arah Baitul
Maqdis, dan Allah memberi petunjuk umat Muhammad ke arah kiblat.Juga berselisih pendapat
dalam cara salat. Di antara mereka ada yang rukuk tanpa sujud, ada yang sujud tanpa rukuk, ada
yang salat sambil berbicara, dan ada yang salat sambil berjalan. Maka Allah memberi petunjuk
umat Muhammad kepada jalan yang benar dalam melakukan salat.

Mereka berselisih pendapat mengenai puasa. Di antara mereka ada yang puasanya hanya
setengah hari, ada pula yang puasa hanya meninggalkan jenis makanan tertentu. Maka Allah
memberi petunjuk umat Muhammad kepada cara puasa yang benar.Mereka berselisih pendapat
mengenai Nabi Ibrahim a.s. Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah
pemeluk agama Yahudi, sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan bahwa Nabi Ibrahim
adalah pengikut agama Nasrani. Allah menjadikan Nabi Ibrahim seorang yang hanif lagi muslim,
maka Allah memberi petunjuk umat Muhammad ke jalan yang benar dalam hal ini.Mereka
berselisih pendapat mengenai Isa a.s. Orang-orang Yahudi mendustakannya dan mereka
menuduh ibunya berbuat dosa yang besar (yakni zina). Sedangkan orang-orang Nasrani
menjadikannya sebagai tuhan dan anak tuhan, padahal kenyataannya Isa diciptakan oleh Allah
melalui roh ciptaan-Nya dan perintah-Nya. Maka dalam masalah ini Allah memberi petunjuk
umat Muhammad kepada jalan yang benar.

Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Maka Allah memberi petunjuk
orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan
kehendak-Nya. (Al-Baqarah: 213) Yakni di saat mereka berselisih pendapat, maka umat
Muhammad berada pada jalan seperti apa yang dibawa oleh rasul-rasul sebelum mereka (umat
terdahulu) berselisih pendapat. Umat Muhammad menegakkan keikhlasan hanya kepada Allah
Swt. semata dan hanya menyembah kepada-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, mendirikan salat serta
menunaikan zakat. Mereka menegakkan perkara yang semula sebelum terjadi perselisihan dan
menjauhkan diri dari segala bentuk perselisihan. Mereka (umat Muhammad) menjadi saksi atas
umat manusia semuanya kelak di hari kiamat; mereka menjadi saksi atas kaum Nabi Nuh, kaum
Nabi Hud, kaum Nabi Saleh, kaum Nabi Syu'aib, dan keluarga Fir'aun; bahwa para rasul telah
menyampaikan risalah Allah kepada mereka, tetapi mereka mendustakan para rasulnya.

Menurut qiraah (bacaan) Ubay ibnu Ka'b disebutkan:

ِ َ‫نَيَشَاءََ ِإلَى‬
"َ‫ص َراطََم ْستَقِيم‬ ََّ ‫َ َو‬،ِ‫اسَ َي ْو ََمَ ْال ِق َيا َمة‬
َْ ‫ّللاَ َي ْهدِيَ َم‬ َ ِ َّ‫علَىَالن‬
َ َ‫" َو ِل َيكونواَش َهدَا ََء‬

Dan agar mereka menjadi saksi atas umat manusia di hari kiamat, dan Allah memberi petunjuk
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.Abul Aliyah selalu mengatakan
sehubungan dengan ayat ini, bahwa ayat ini merupakan jalan keluar dari berbagai macam
syubhat, kesesatan, dan fitnah.Firman Allah Swt. yang mengatakan bi-iznihi artinya dengan
sepengetahuan-Nya dan dengan petunjuk yang Dia berikan kepada mereka. Demikianlah
menurut Ibnu Jarir.

AJARAN PARA NABI:


1) Surah Ali Imran: 84:

َ‫س ٰى َوٱلنَّبِيُّون‬ َ ‫سبَاطِ َو َما ٓ أُوت َِى ُمو‬


َ ‫س ٰى َوعِي‬ ْ َ ‫وب َو ْٱْل‬ َ ‫س ٰ َح‬
َ ُ‫ق َويَ ْعق‬ ْ ِ‫س ٰ َمعِي َل َوإ‬
ْ ِ‫علَ ٰ ٓى إِب ٰ َْرهِي َم َوإ‬
َ ‫نز َل‬ِ ُ ‫نز َل عَلَ ْينَا َو َما ٓ أ‬
ِ ُ ‫ٱّلل َو َما ٓ أ‬
ِ َّ ِ‫قُ ْل َءا َمنَّا ب‬
‫س ِل ُمون‬ ْ ‫ق بَ ْينَ أ َ َح ٍد ِمنْ ُه ْم َونَ ْح ُن لَ ۥه ُ ُم‬ ُ ‫مِن َّربِ ِه ْم ََّل نُفَ ِر‬

Artinya: Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang
diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri"(84)

Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 84

Setelah ayat sebelumnya memaparkan bahwa para rasul diambil sumpah janjinya untuk
mengimani kerasulan nabi Muhammad dan menolong agamanya, maka melalui ayat ini, Allah
hendak menguatkan kesamaan tuhan dan risalah di antara rasul-rasul-Nya, yaitu dengan
memerintahkan nabi Muhammad untuk mengimani semua rasul dan kitab-kitab yang dibawanya.
Katakanlah, wahai nabi Muhammad, kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kami, Al-Qur'an, dan yang diturunkan kepada ibrahim, ismail, ishak, yakub,
dan anak cucunya, yang ada dua belas, di mana mereka beriman kepada Allah dan semua rasul
tanpa membeda-bedakannya, tidak seperti yang dilakukan sebagian ahli kitab, dan apa yang
diberikan kepada musa, taurat, isa, injil, dan para nabi lainnya dari tuhan mereka yang tidak
diketahui kisah-kisahnya. Kami juga tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka
dalam mengimaninya, sebab mengingkari seorang rasul berarti mengingkari semuanya, dan
hanya kepada-Nya kami berserah diri. Jika agama yang dibawa oleh nabi Muhammad adalah
sama dengan inti ajaran nabi-nabi sebelumnya, yakni tauhid, maka barangsiapa mencari agama
selain islam setelah terutusnya nabi Muhammad dia tidak akan diterima karena Allah tidak
meridainya, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi, karena ia berhak atas siksa-Nya.3

Beberapa ayat di atas menunjukkan adanya keterhubungan agama islam


sebagaiajaran Nabi muhammad dengan ajaran Nabi ibrahim serta nabi -nabi lainnya
yangmenunJukkan kepasrahan dan mengesakan Allah. Al -Qur’an memberikan
isyarat bahwa pada set iap kaum, Allah akan menurunkan utusan untuk patuh dan
berserah padaNya.Hal ini semak in menguatkan bahwa nabi-nabi yang diutus Allah
sebelum Muhammad juga mengajarkan islam dan menjadi seorang muslim.

Ajaran kepasrahan Islam kepada Tuhan yang Esa yang diserukan Nabi Muhammad
juga diserukan jauh sebelumnya, yakni oleh Nabi Musa.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa persaksian dan kepasrahan kepada Allah telah dilakukan oleh
para nabi terdahulu. Riwayat ibnu Abbas semakin menguatkan bahwa ajaran-ajaran nabi sebelum
Muhammad adalah islam (kepasrahan padaAllah).

3
https://tafsirweb.com/1216-surat-ali-imran-ayat-84.html
Inti ajaran para nabi adalah menyeru pada ketauhidan. Meninggalkan bentuk-bentuk tuhan
Ciptaan manusia itu sendiri.Selain ayat-ayat diatas, al-Qur’an juga memberikan keterangan
terkait ajaran nabi Nuh. Ayat yang menerangkan adanya hubungan mendasar antara ajaran islam
Nabi Muhammad dengan nabi Nuh (Q.S:As-Syura :13):

ْ ‫س ٰ ٓى أ َ ۡن أَقِي ُموا ْ ٱلدِينَ َو ََّل تَتَفَ َّرقُوا‬


َ ‫س ٰى َوعِي‬َ ‫ِى أ َ ۡو َح ۡينَا ٓ إِلَ ۡيكَ َو َما َوص َّۡينَا بِ ِٓۦه إِ ۡب ٰ َرهِي َم َو ُمو‬
ٓ ‫ِين َما َوص َّٰى بِِۦه نُو ًحا َوٱلَّذ‬
ِ ‫ع لَكُم ِمنَ ٱلد‬
َ ‫ش ََر‬
‫ِيب‬
ُ ‫ِى إِلي ِه َمن يُن‬ ۡ َ ۡ ۡ َ َ ۡ ۡ َ ۡ
َّ ‫على ٱل ُمش ِركِي َن َما ت َدعُوهُمۡ إِلي ِه‬ ۡ ۡ َ
ٓ ‫شا ٓ ُء َويَهد‬َ َ‫ٱّلل ُ يَجتبِ ٓى إِلي ِه َمن ي‬ َ ‫فِي ِه َكب ُ َر‬

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh
dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yangtelah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orangmusyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agamaitu orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada
(agamaNya) orang yang kembali kepadaNya.

Tafsir Kemenag:

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah mensyariatkan agama kepada Muhammad saw
dan kaumnya sebagaimana Dia telah mewasiatkan pula kepada Nuh dan nabi-nabi yang datang
sesudahnya yaitu Ibrahim, Musa dan Isa.

Syariat yang diwasiatkan kepada Nabi Muhammad saw dan nabi-nabi sebelumnya memiliki
kesamaan dalam pokok-pokok akidah seperti keimanan kepada Allah swt, risalah kenabian dan
keyakinan adanya hari pembalasan atau hari Kiamat. Sedangkan landasan agama yang menjadi
misi utama para rasul tersebut adalah beribadah kepada Allah swt dan tidak menyekutukan-Nya.

Allah berfirman: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad),
melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain
Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya’/21: 25) Sedangkan perbedaan yang tidak mendasar di
antara risalah para nabi adalah dalam bidang syariat yang bersifat furu’iyyah.Beberapa bentuk
ibadah dan rinciannya, sesuai dengan perkembangan masa, kebutuhan, dan kemaslahatan umat
manusia.

Allah berfirman: Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
(al-Ma’idah/5: 48) Hadis Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah berbunyi: Rasulullah saw
bersabda, “Aku adalah manusia yang lebih utama daripada Isa bin Maryam di dunia dan akhirat.”

Para sahabat bertanya, “Mengapa wahai Rasulullah?”Nabi menjawab, “Para Nabi merupakan
bersaudara dari berbagai keturunan.Ibu mereka banyak, namun agama mereka hanya satu. Dan
tidak ada antara kami (Nabi Muhammad dan Isa) seorang nabi pun.” (Riwayat Ahmad dan
Muslim)

Allah hanya menyebut nama-nama nabi tersebut di atas karena posisi mereka yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nabi-nabi lain yang tidak disebutkan, mempunyai tanggung jawab yang
besar dan berat, dan karena ketabahan mereka menghadapi cobaan dan kesulitan-kesulitan yang
ditimbulkan oleh kaum mereka sehingga mereka itu mendapat julukan Ulul Azmi dari Allah.

Dengan disebutkan nama Musa dan Isa diharapkan orang-orang Yahudi dan Nasrani bisa sadar
dan tertarik kepada agama yang dibawa oleh Muhammad saw, agama Samawi yang banyak
persamaannya dengan agama mereka, yang tertera jelas di dalam Kitab Taurat dan Injil terutama
mengenai tauhid, salat, zakat, puasa, haji dan akhlak yang baik seperti menepati janji, jujur,
menghubungkan silaturahmi, dan lain-lain.

Allah memerintahkan agar agama Islam yang dibawa Muhammad saw itu dipelihara dan
ditegakkan sepenuhnya; pengikutnya dilarang berselisih sesamanya yang dapat mengakibatkan
perpecahan dan merusak persatuan.

Ayat selanjutnya:

‫س ٰى‬
َ ‫سبَاطِ َو ِعي‬ْ َ ‫وب َو ْٱْل‬ َ ُ ‫ق َويَ ْعق‬ َ ‫س ٰ َح‬ ْ ‫مِن بَ ْع ِدِۦه ۚ َوأ َ ْو َحيْنَا ٓ ِإلَ ٰ ٓى ِإب ٰ َْرهِي َم َو ِإ‬
ْ ‫س ٰ َمعِي َل َو ِإ‬ ٍ ُ ‫ِإنَّا ٓ أ َ ْو َحيْنَا ٓ إِلَ ْيكَ َك َما ٓ أ َ ْو َحيْنَا ٓ ِإلَ ٰى ن‬
ْۢ َ‫وح َوٱلنَّ ِبيِۦن‬
ً ُ‫َاو َد َزب‬
‫ورا‬ ٰ
‫س َو َه ُرونَ َوسُلَ ْي ٰ َم َن ۚ َو َءات َ ْينَا د ُۥ‬ َ ُ‫وب َويُون‬ َ ُّ‫َوأَي‬

Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan
wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus,
Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud

Bahkan lebih jauh lagi, al-Qur’an memberi keterangan bahwa ajaran islam Nabi Muhammad pun
telah ada sejak Adam. Ayat-ayat di atas memang tidak secara khusus menyebut ajaran para nabi
sebelum Muhammad- dengan islam. Namun keterangan al-Qur’an menunjukkan bahwa ajaran
pasrah Islam tidak saja berasal dari Nabi Ibrahim, tetapi jauh sebelumnya yakni Nabi Nuh dan
Adam.

Jadi, dapat dipahami bahwa wahyu yang Allah turunkan dari Nabi Adam hingga Penutup para
nabi dan rasul yakni Nabi Muhammad adalah ajaran untuk bertauhid kepada Allah Ta’ala.

Tugas Kenabian Serta Keistimewaanya

Menurut Murtadha Mutahhari, nabi adalah seorang manusia yang bertindak sebagai penerima
wahyu dan kemudian menyampaikan pesan-pesan Tuhan (baca: wahyu) kepada umat manusia.
Nabi adalah manusia pilihan yang memenuhi prasyarat untuk menerima pesan-pesan tersebut
dari alam gaib. 4 Pengutusan para nabi atau rasul oleh Tuhan merupakan adanya garis perbedaan
antara Tuhan dan makhluk. Dalam hal tersebut, Hammudah Abdalati menyatakan tujuan

4
Murtadha Muthahhari, Falsafah Kenabian (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), 9
kenabian adalah menunjukkan apa yang harus atau yang dapat diketahui manusia dan mengajar
apa yang tidak atau belum diketahui dan dimengerti. 5

Diutusnya seorang nabi oleh Allah bukan tanpa maksud dan tujuan.Allahmemiliki tujuan
tersendiri pada saat mengutus para nabi kepada umatnya.Dalamayat-ayat al-Quran, Allah
menerangkan bahwa diutusnya nabi adalah untuk memberi kabar gembira dan peringatan Allah.

Surah al-Baqarah ayat 213:

“Manusia itu adalah umat yang satu , setelah timbul perselisihan, maka Allahmengutus para
nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersamamereka Kitab yang benar,
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Tidaklah berselisih tentang kitab itumelainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka
Kitab, yaitu setelahdatang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki
antaramereka sendiri.maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepadakebenaran
tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendakNya. DanAllah selalu memberi
petunjuk Orang yang dikehendakiNya kepadajalan yanglurus.”

Ayat di atas menerangkan bahwa pada mulanya umat manusia adalah satu, sejak masa nabi
Adam hingga nabi Nuh. Tetapi kemudian berpecah belahakibat dari perselisihan.Lalu Allah
menurunkan rasulnya dengan membawa kitab sebagai kabar gembiraagar mereka bersatu.Selain
pada ayat di atas, Allah juga menerangkan tujuan pengutusan nabi untuk membawa kabar
gembira pada surah al-Nisa ayat 165:

“Mereka kami utusselaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar
supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudahdiutusnya rasul-rasul itu. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “

Al-Maraghi menjelaskan bahwa Allah telah mengutus para rasulNya seperti dikisahkan, untuk
memberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Mereka orang-orang yang beriman
akan mendapat pahala besar yang abadi. Melalui ayat ini, Allah sekaligus memberi peringatan
bagi orang-orang kafir. Ayatini akan menjawab pertanyaan orang-orang kafir saat mereka
bertanya mengapaTuhan tidak mengutus rasul.

Kata Nabi yang merupakan derivasi dari kata naba', yang berarti bahwa Allah memberikan kabar
kepadanya melalui wahyu kepada siapa saja yang dikehendaki (QS. At-Taubah [9]: 94):

َ‫س ۡولُ ٗه ث ُ َّم ت َُرد ُّۡون‬


ُ ‫ع َملَـكُمۡ َو َر‬ َ ُ ‫ّٰللا‬
‫س َي َرى ه‬َ ‫ّٰللا ُ م ِۡن ا َ ۡخ َب ِاركُمۡ ؕ َو‬
‫َي ۡعت َ ِذ ُر ۡونَ اِلَ ۡيكُمۡ اِذَا َر َج ۡعت ُمۡ اِلَ ۡي ِهمۡ ؕ ق ُ ْل ََّّل ت َۡعت َ ِذ ُر ۡوا لَ ۡن نُّ ۡـؤمِ نَ لَـكُمۡ قَ ۡد نَـ َّباَنَا ه‬
ۡ
َ‫ش َها َد ِة فَيُنَبِئُكُمۡ ِب َما كُنت ُمۡ ت َ ۡع َملُ ۡون‬ ۡ
ِ ‫اِلى ٰعل ِِم الغَ ۡي‬
َّ ‫ب َوال‬ ٰ

" Mereka mengemukakan 'uzurnya kepadamu, jika Telah kembali kepada mereka (dari medan
perang). Katakanlah: "Janganlah kamu mengemukakan(alasan) 'uzur; kami tidak percaya lagi

5
Hammudah Abdalati, Islam Dalam Sorotan (terj) Anshari Thayib (Surabaya: Bina Ilmu,1981), 32.
kepadamu, (karena) Allah telah memberitahukan kepada kami informasi yang sebenarnya.
Allah serta rasulnya akan melihat pekerjaanmu, Kemudian kamu dikembalikan kepada yang
Maha Nengetahui lagi ghaib serta yang nyata, lalu dia memberitahukan kepadamu apa yang
Telah dikerjakan."

Berdasarkan ayat di atas, maka nabi mempunyai tugas menyampaikan apa saja yang diwahyukan
kepadanya. Oleh karena itu, setiap nabi wajib menyampaikan apa yang diwahyukan kepadanya
berupa syari'at. Jika tabligh (penyampaian) merupakan buah dari kenabian, maka tidak ada dalam
hukum Allah orang yang diberi wahyu tapi tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. 6

B. Hikmah yang bisa dipetik dari ayat-ayat dan Kaitannya Dengan Akhlak

Penulis menyimpulkan Beberapa Hikmah yang dapat dipetik dari ayat- ayat yang telah
penulis papar kan pada tulisan diatas beserta dengan kaitannya dengan Akhlak, beberapa
diantaranya:

1. Mengenalkan manusia kepada Allah Ta’ala dan hikmah penciptaan mereka, yakni melakukan
ibadah hanya kepada-Nya semata.

2. Melalui di utusnya para Nabi dan Rasul , kita mengetahui Allah Ta’ala, Rabb yang telah
menciptakan kita, lebih mengetahui tentang apa saja yang dapat memperbaiki diri dan keadaan
kita, apa saja yang dapat menyucikan jiwa dan membersihkan akhlak kita.

3. Menyelamatkan manusia dari perselisihan tentang hal-hal prinsip-prinsip dalam kehidupan


mereka

4. Menegakkan agama dan mencegah terjadinya perpecahan di dalamnya, yakni dengan


menegakkan hukum yang diturunkan dari Allah Ta’ala

5. Memberi kabar gembira kepada mu’minin, dan memberi peringatan kepada orang-orang kafir,
yakni menegakkan hujjah /argumentasi

6. Para rasul ‘alaihimus salam diutus untuk memberikan uswahhasanah (keteladanan yang baik)
bagi manusia bagaimana berperilaku yang lurus, berakhlak yang utama, beribadah yang shahih
dan beristiqamah di atas petunjuk Allah Ta’ala

7. Melalui Pengajaran para nabi serta teladan nya yang memberikan contoh kepada manusia,
manusia dapat terbebas dari kebodohan hingga dapat mengetahui hal baik yang harus dilakukan

8. Mengajarkan kepada manusia bahwa dari sebelum datangnya agama Islam , ajaran yang
dibawa oleh para Rasul adala bertauhid kepada Allah.

6
Eni Zulaiha. “FENOMENA NABI DAN KENABIAN DALAM PERSPEKTIF ALQURAN”. Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur’an
dan Tafsir 1, 2 (Desember 2016): 149-164
9. Didalam makalah penulis membahas pada ajaran para nabi , yang mana dapat diambil hikmah
bahwa Allah tidak menyebut agama para nabi sebelum Muhammad dengan agama
Islam . Tetapi ketundukan dan kepasrahan mereka terhadap Allah menunjukkan
keberislaman mereka

10. Mengajari kit a untuk pent ingnya mencari ilmu, Terlebih lagi dalam pendidikan
untuk mengarahkan tujuan hidup kita kepada Allah , serta mengajarkan anak didik
kita untu mampu menghambakan dirinya kepada Allah Ta’ ala.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam istilah, kenabian adalah pesan atau informasi khusus yang Allah berikan kepada
seseorang di antara hamba-hamba-Nya dan mengistimewakan hamba tersebut dari manusia
lainnya, sedangkan wahyu adalah pemberitahuan petunjuk oleh Allah kepada hamba pilihan-Nya
secara sembunyi dan cepat (tertutup). Dengan demikian, maka Nabi adalah orang yang menjadi
pilihan Allah untuk menerima wahyu Nya. Wahyu inilah yang kemudian dipahami oleh
sementara pakar sebagai agama.

Maka erat lah kaitannya dengan Akhlak, dimana manusia sudah memiliki fitrah( potensi dasar)
yang sudah erat kaitannya dengan Tuhan, Lalu fitrah tersebut berkembang dengan bertambahnya
pengetahuan, dimana manusia mendapati pengetahuan melalui risalah para nabi yang diwahyu
dari Allah Ta’ala.

B. Saran

Melalui makalah ini penulis berharap agar pembaca tidak terbatas membaca sampai disini saja,
diperlukan bacaan-bacaan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan topik yang dibahas untuk
mendukung kebenaran dari makalah yang disusun ini. Makalah ini masih banyak mempunyai
kekurangan dalam hal penyajiannya. Maka dari itu segala saran, kritikan dan nasehat untuk
membantu penyempurnaan makalah ini dikemudian hari sangat kami harapkan. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai