Bukti-Bukti Kenabian Dalam Hadis Nabi (Dalâ’il Nubuwwah)
Allah SWT berfirman:
ون َأ ْق ٰلَ َمهُ ْم َأيُّهُ ْم يَ ْكفُ ُل َ ُنت لَ َد ْي ِه ْم ِإ ْذ ي ُْلق َ ْك ۚ َو َما ُك َ وحي ِه ِإلَي ِ ُب ن َ ِٰ َذل ِ ك ِم ْن َأ ۢنبَٓا ِء ْٱل َغ ْي ون ِ َنت لَ َد ْي ِه ْم ِإ ْذ يَ ْخت َ ص ُم َ َمرْ يَ َم َو َما ُك “Yang demikian itu adalah sebagian dari berita- berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu (Muhammad).” (QS. Ali Imran:44). 1. Berita Nabi Tentang Peristiwa Yang Jauh Jaraknya Dihari Terjadinya Peristiwa Tersebut. Semisal kematian Raja An-Najasyi. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam sahih Bukhari, bahwa Nabi Muhammad mengumumkan kematian An- Najasyi pada hari dimana Raja Negeri Habasyah itu wafat sementara jarak antara Arab dengan Habasyah sangat jauh yang membutuhkan waktu beberapa hari untuk perjalanan antara keduanya. 2. Proyeksi Nabi Terhadap Peristiwa Masa Depan ( )إخباره ص لىهللا عليه وسلم ب ا لغيوبا لمستقبلة ا لتيت حققتب ع د وفاته
A. Pembebasan Baitul Maqdis, berdasarkan hadis
Nabi Muhammad Saw. ي صلى هللا عليه وسلم فِي َّ ِْت النَّبُ َأتَي:عوف بن مالك رضي هللا عنه أنه قال ِ ال " ا ْع ُد ْد ِستًّا بَي َْن يَ َد ثُ َّم، َم ْوتِي،ى السَّا َع ِة َ َ َو ْه َو ِفي قُبَّ ٍة ِم ْن َأ َد ٍم فَق،ك َ َغ ْز َو ِة تَبُو سِ ت ْال َم ْق ِد ِ فَ ْت ُح بَ ْي “Aku mendatangi Nabi SAW pada Perang Tabuk, dan beliau berada di atas kubah lalu bersabda. “Perhatikan enam tanda-tanda hari Kiamat: pertama, wafatku; kedua, penaklukan Baitul Maqdis..." (HR Bukhari dari 'Auf bin Malik RA). B. Penaklukan Konstantinopel Nabi memproyeksikan bahwa Konstantinopel, ibukota Romawi Timur akan ditaklukkan oleh sebaik-baik pemimpin dan pasukan saat itu. Proyeksi ini akhirnya terwujud pada tahun 857 H/1453 M atau setelah 8 abad usai meninggalnya Nabi Muhammad Saw. العاص ،و ُسِئ َل أيُّ المدينتي ِْن تُفت ُح ِ بن بن عمرو ِ كنا عند عب ِد هللاِ ِ ق ،قال :فأخرج ق له ِحلَ ٌ أواًل القسطنطينيةُ أو روميَّةُ ؟ فدعا عب ُد هللاِ بصندو ٍ رسول هللاِ نكتبُ ،إذ ُسِئ َل رسو ُل ِ منه كتابًا قال :فقال عب ُد هللاِ :بينما ُ نحن حو َل هللاِ :أىُّ المدينتي ِْن تُفت ُح أواًل القسطنطينيةُ أو روميَّةُ ؟ فقال رسو ُل هللاِ :مدينةُ هرق َل تُفت ُح أواًل :يعني قسطنطينية “Kami berada di sisi Abdullah bin Amr bin Ash dan beliau ditanya tentang kota mana yang dibuka terlebih dahulu, apakah Konstantinopel ataukah Romawi? Maka beliau meminta untuk diambilkan sebuah kotak, lalu beliau mengeluarkan sebuah kitab lalu berkata: ‘Berkata Abdullah bin Mas’ud: Tatkala kami bersama Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam, tiba-tiba beliau ditanya: Manakah kota yang terlebih dahulu dibuka, apakah Konstantinopel ataukah Romawi? Maka beliau menjawab: ‘Yang dibuka terlebih dahulu adalah kota Heraklius, yaitu Konstantinopel.” Otoritas (Hujjiyyah) Hadis Dalam Islam Ada beberapa dalil yang menunjukkan atas kehujahan sunnah dijadikan sebagai sumber hukum Islam, yaitu sebagai berikut: A. Dalil Al-Qur’an
Beberapa ayat yang memerintahkan untuk
menjadikan hadits sebagai hujjah : 1. QS. Ali Imran:179 (Sebagai konsekwensi iman dan taat kepada Allah) فَآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه ۚ َوِإ ْن تُْؤ ِمنُوا َوتَتَّقُوا فَلَ ُك ْم َأ ْج ٌر َع ِظي ٌم “...Karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar” 2. QS. An-Nisa:136 (Allah sandingkan ketaatan kepada Rasulullah dengan ketaatan kepada diri-Nya) ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا ِ ين آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan kepadanya” B. Dalil Hadis
هللا َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه
ِ اب ِ َت فِي ُك ْم َأ ْم َري ِْن لَ ْن ت َ َضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت ُ تَ َر ْك “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku (HR. Al-Hakim dan Malik)
Hadis diatas menegaskan bahwa manusia tidak akan tersesat di
dalam hidupnya apabila ia berpegang teguh pada Al-Quran dan sunnah. Kehujahan hadis adalah konsekuensi dari mashum- nya Rasulullah. Kebenaran Al-Qur’an sebagai mukjizat disampaikan oleh sunnah. Demikian juga kebenaran pemahaman Al-Qur’an dielaborasi kembali dalam praktik hidup beliau yakni dalam hadis. Kehujahan hadis tidak terlepas dari kehujahan Al-Qur’an. C. Perbuatan Sahabat
Para sahabat senantiasa mentaati perintah dan
menjauhi larangan Rasulullah Saw. Mereka tidak membeda-bedakan antara hukum yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan hukum yang bersumberkan dari Rasulullah Saw. Ingkar Sunnah Ingkar Sunnah adalah paham yang muncul pada kelompok minoritas umat Islam yang menolak Sunnah sebagai dasar hukum Islam. Baik sunnah fi’liyyah, qauliyyah atau taqririyyah. Kelompok ini disinyalir mulai muncul sejak zaman sahabat, secara khusus saat Imran bin Husain sedang mengajarkan hadis lalu seseorang menolak pembelajaran hadis tersebut meski setelah dijelaskan oleh Imran, orang tersebut akhirnya menyesal. Argumen Pengingkar Hadis/Inkar Sunnah
Sebagai suatu paham atau aliran, ingkar as-
sunnah memiliki beberapa argumen sebagai landasan pemikiran dalam mempertahankan faham mereka, diantaranya : a. Argumen Naqli (Al-Qur’an dan Sunnah) “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang- orang yang berserah diri.” (QS. An Nahl:89) ۡ ُ ُ ۤ اَّل ٰۤ اۡل اح ۡي ِه اِ ا َم ٌم اَمۡ ثَالـ ُكمۡؕ َما فَرَّطنَا ِ َو َما ِم ۡن َدٓابَّ ٍة ِفى ا َ ۡر َ َض َواَل ط ِٕٮ ٍر ي َِّط ۡي ُر بِ َجن ِ فِى ۡالـ ِك ٰت ب ِم ۡن َش ۡى ٍء ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِهمۡ ي ُۡح َشر ُۡو َن “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan.” (QS. Al An’am:38)
B. Rasulullah pernah melarang para
sahabat untuk menulis hadits/sunnah (HR. Muslim dari Abu Said Al Khudry) Dari dalil-dalil naqli ini dapat dipahami bahwa para pengingkar sunnah adalah orang yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad Saw tidak berhak sama sekali untuk menjelaskan Al-Qur’an kepada umatnya. Beliau hanya bertugas untuk menerima wahyu dan menyampaikannya kepada pengikutnya. Selain itu, Nabi tidak memiliki kewenangan. Dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa orang-orang yang beriman diperintahkan untuk pada Rasulullah yang menurut mereka hanya berlaku saat Rasulullah masih hidup, yakni tatkala jabatan sebagai ulul amri berada ditangan beliau. Setelah beliau wafat maka jabatan ulul amri berpindah kepada orang lain sehingga kewajiban patuh kepada Nabi Muhammad Saw menjadi gugur. Dalil Aqli - Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab. Orang- orang Arab yang memiliki pengetahuan bahasa Arab mampu memahami Al-Qur’an secara langsung tanpa penjelasan dari Nabi. Dengan demikian tidak diperlukan hadits Nabi untuk memahami Al-Qur’an - Hadits merupakan karangan kaum Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. - Nabi Muhammad Saw tidak perlu lagi menjelaskan ajaran Al-Qur’an karena Al-Qur’an itu sudah sempurna. Respon Ulama Allah berfirman “Dan tidaklah patut bagi
laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka...” (QS. 33:36). Allah berfirman “... apa yang diberikan
Rasul kepadamu maka terimalah, dan
apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah...” (QS. Al Hasyr:7) Penguasaan bahasa Arab dengan baik diperlukan untuk memahami kandungan Al- Qur’an. Namun bukan berarti orang lantas boleh meninggalkan sunnah Nabi Saw yang bahkan Al-Qur’an sendirilah yang memerintahkan untuk menerima dan mengikuti sunnah Nabi Saw tersebut. Diakui bahwa diantara hadis Nabi ada yang
periwayatannya cacat atau keliru, oleh karena
itu tidak semua hadis dapat diterima, kecuali yang jelas sahih. Sehubungan dengan itu, adalah keliru jika menolak otoritas kehujjahan hadis secara keseluruhan. Penggunaan hadis oleh mereka untuk menolak kehujjahan hadis juga menunjukkan inkonsistensi mereka. Apatah lagi hadis yang mereka gunakan adalah hadis dhaif. SUNNAH TASYRI’IYYAH DAN GHAYR TASYRI’IYYAH سنة تشريعيَّة وسنة غي ِر تشريعيَّة Sunnah Tasyri’iyyah Secara normatif, sunnah nabi bersifat tasyri’iyah atau mengikat selama tidak terdapat dalil kontradiktif yang lebih kuat. Apatah lagi dalam perkara akidah dan ibadah yang bersifat tsawabit yang selalu berlandaskan kitabullah dan sunnah Nabi sebagai landasan hukum dan operasionalnya. Contoh sunnah tasyri’iyyah, hadits Nabi: رواه البخاري)) صلوا كما رأيتموني أصلي “Sholatlah sebagaimana kalian mendapati aku sholat) (HR. Bukhari). Sunnah Ghayr Tasyri’iyyah Secara terminologis, istilah ini notabene adalah istilah baru, meski tetap memiliki dasar historis. Hal ini disebabkan karena domain khas sunnah Nabi adalah masalah aqidah dan ibadah yang membutuhkan kepastian hukum (Tasyri’). Adapun masalah keduniaan –politik, ekonomi, dll- tidak mendapatkan penetapan hukum (Tasyri’) secara tekstual dari Nabi sehingga membuat ruang intervensi bagi ijtihad, tradisi, dan budaya lokal yang membuat perkara politik, ekonomi, dan sejenisnya menjadi tidak kaku. Maka sunnah Nabi dalam beberapa perkara semisal peperangan, kepemimpinan, ekonomi, hukum perdata notabene bukan sunnah yang mengikat (Ghair Tasyri’iyyah). Allahu A’lam bish-shawab Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin