Anda di halaman 1dari 26

ILMU TADLIIL HADIS

(KEHUJAHAN DAN KEMUKJIZATAN HADIS)

‫علم ت دليلا لحديث‬


‫حديث‬
) ‫(حجية و إعجاز ا ل‬

Naspi Arsyad (202510017)


Bukti-Bukti Kenabian Dalam Hadis Nabi
(Dalâ’il Nubuwwah)

Allah SWT berfirman:


‫ون َأ ْق ٰلَ َمهُ ْم َأيُّهُ ْم يَ ْكفُ ُل‬
َ ُ‫نت لَ َد ْي ِه ْم ِإ ْذ ي ُْلق‬
َ ‫ْك ۚ َو َما ُك‬
َ ‫وحي ِه ِإلَي‬
ِ ُ‫ب ن‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
ِ ‫ك ِم ْن َأ ۢنبَٓا ِء ْٱل َغ ْي‬
‫ون‬ ِ َ‫نت لَ َد ْي ِه ْم ِإ ْذ يَ ْخت‬
َ ‫ص ُم‬ َ ‫َمرْ يَ َم َو َما ُك‬
“Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-
berita gaib yang Kami wahyukan kepada kamu
(Muhammad).” (QS. Ali Imran:44).
1. Berita Nabi Tentang Peristiwa Yang Jauh
Jaraknya Dihari Terjadinya Peristiwa Tersebut.
Semisal kematian Raja An-Najasyi.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah dalam sahih Bukhari, bahwa Nabi
Muhammad mengumumkan kematian An-
Najasyi pada hari dimana Raja Negeri Habasyah
itu wafat sementara jarak antara Arab dengan
Habasyah sangat jauh yang membutuhkan
waktu beberapa hari untuk perjalanan antara
keduanya.
2. Proyeksi Nabi Terhadap Peristiwa Masa Depan
( ‫)إخباره ص لىهللا عليه وسلم ب ا لغيوبا لمستقبلة ا لتيت حققتب ع د وفاته‬

A. Pembebasan Baitul Maqdis, berdasarkan hadis


Nabi Muhammad Saw. 
‫ي صلى هللا عليه وسلم فِي‬ َّ ِ‫ْت النَّب‬ُ ‫ َأتَي‬:‫عوف بن مالك رضي هللا عنه أنه قال‬
ِ ‫ال " ا ْع ُد ْد ِستًّا بَي َْن يَ َد‬
‫ ثُ َّم‬،‫ َم ْوتِي‬،‫ى السَّا َع ِة‬ َ َ‫ َو ْه َو ِفي قُبَّ ٍة ِم ْن َأ َد ٍم فَق‬،‫ك‬ َ ‫َغ ْز َو ِة تَبُو‬
‫س‬ِ ‫ت ْال َم ْق ِد‬
ِ ‫فَ ْت ُح بَ ْي‬
“Aku mendatangi Nabi SAW pada Perang Tabuk, dan
beliau berada di atas kubah lalu bersabda.
“Perhatikan enam tanda-tanda hari Kiamat: pertama,
wafatku; kedua, penaklukan Baitul Maqdis..." (HR
Bukhari dari 'Auf bin Malik RA). 
‫‪B. Penaklukan Konstantinopel‬‬
‫‪Nabi memproyeksikan bahwa Konstantinopel,‬‬
‫‪ibukota Romawi Timur akan ditaklukkan oleh‬‬
‫‪sebaik-baik pemimpin dan pasukan saat itu.‬‬
‫‪Proyeksi ini akhirnya terwujud pada tahun 857‬‬
‫‪H/1453 M atau setelah 8 abad usai‬‬
‫‪meninggalnya Nabi Muhammad Saw.‬‬
‫العاص ‪ ،‬و ُسِئ َل أيُّ المدينتي ِْن تُفت ُح‬
‫ِ‬ ‫بن‬
‫بن عمرو ِ‬ ‫كنا عند عب ِد هللاِ ِ‬
‫ق ‪ ،‬قال ‪ :‬فأخرج‬ ‫ق له ِحلَ ٌ‬ ‫أواًل القسطنطينيةُ أو روميَّةُ ؟ فدعا عب ُد هللاِ بصندو ٍ‬
‫رسول هللاِ نكتبُ ‪ ،‬إذ ُسِئ َل رسو ُل‬ ‫ِ‬ ‫منه كتابًا‪ ‬قال ‪ :‬فقال عب ُد هللاِ ‪ :‬بينما ُ‬
‫نحن حو َل‬
‫هللاِ ‪ :‬أىُّ المدينتي ِْن تُفت ُح أواًل القسطنطينيةُ أو روميَّةُ ؟ فقال رسو ُل هللاِ ‪ :‬مدينةُ‬
‫هرق َل تُفت ُح أواًل ‪ :‬يعني قسطنطينية‬
“Kami berada di sisi Abdullah bin Amr bin Ash
dan beliau ditanya tentang kota mana yang
dibuka terlebih dahulu, apakah Konstantinopel
ataukah Romawi? Maka beliau meminta untuk
diambilkan sebuah kotak, lalu beliau
mengeluarkan sebuah kitab lalu berkata:
‘Berkata Abdullah bin Mas’ud: Tatkala kami
bersama Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa
Sallam, tiba-tiba beliau ditanya: Manakah kota
yang terlebih dahulu dibuka, apakah
Konstantinopel ataukah Romawi? Maka beliau
menjawab: ‘Yang dibuka terlebih dahulu adalah
kota Heraklius, yaitu Konstantinopel.”
Otoritas (Hujjiyyah) Hadis
Dalam Islam
Ada beberapa dalil yang
menunjukkan atas kehujahan sunnah
dijadikan sebagai sumber hukum
Islam, yaitu sebagai berikut:
A. Dalil Al-Qur’an

Beberapa ayat yang memerintahkan untuk


menjadikan hadits sebagai hujjah :
1. QS. Ali Imran:179 (Sebagai konsekwensi
iman dan taat kepada Allah)
‫فَآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه ۚ َوِإ ْن تُْؤ ِمنُوا َوتَتَّقُوا فَلَ ُك ْم َأ ْج ٌر َع ِظي ٌم‬
“...Karena itu berimanlah kepada Allah dan
Rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan
bertakwa, maka bagimu pahala yang besar”
2. QS. An-Nisa:136 (Allah sandingkan ketaatan
kepada Rasulullah dengan ketaatan kepada
diri-Nya)
ِ ‫ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬ ِ ‫ين آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل‬
‫ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
kepada kitab yang Allah turunkan kepada
Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
kepadanya”
B. Dalil Hadis

‫هللا َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه‬


ِ ‫اب‬ ِ َ‫ت فِي ُك ْم َأ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬
َ َ‫ضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬ ُ ‫تَ َر ْك‬
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan
sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab
Allah dan sunnahku (HR. Al-Hakim dan Malik)

Hadis diatas menegaskan bahwa manusia tidak akan tersesat di


dalam hidupnya apabila ia berpegang teguh pada Al-Quran dan
sunnah. Kehujahan hadis adalah konsekuensi dari mashum-
nya Rasulullah. Kebenaran Al-Qur’an sebagai mukjizat
disampaikan oleh sunnah. Demikian juga kebenaran
pemahaman Al-Qur’an dielaborasi kembali dalam praktik hidup
beliau yakni dalam hadis. Kehujahan hadis tidak terlepas dari
kehujahan Al-Qur’an.
C. Perbuatan Sahabat

Para sahabat senantiasa mentaati perintah dan


menjauhi larangan Rasulullah Saw. Mereka tidak
membeda-bedakan antara hukum yang
bersumberkan dari Al-Qur’an dan hukum yang
bersumberkan dari Rasulullah Saw.
Ingkar Sunnah
Ingkar Sunnah adalah paham yang muncul pada
kelompok minoritas umat Islam yang menolak
Sunnah sebagai dasar hukum Islam. Baik
sunnah fi’liyyah, qauliyyah atau taqririyyah.
Kelompok ini disinyalir mulai muncul sejak
zaman sahabat, secara khusus saat Imran bin
Husain sedang mengajarkan hadis lalu
seseorang menolak pembelajaran hadis
tersebut meski setelah dijelaskan oleh Imran,
orang tersebut akhirnya menyesal.
Argumen Pengingkar Hadis/Inkar Sunnah

Sebagai suatu paham atau aliran, ingkar as-


sunnah memiliki beberapa argumen sebagai
landasan pemikiran dalam mempertahankan
faham mereka, diantaranya :
a. Argumen Naqli (Al-Qur’an dan Sunnah)
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami
bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang
saksi atas mereka dari mereka sendiri
dan Kami datangkan kamu (Muhammad)
menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan Kami turunkan kepadamu
Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri.” (QS. An
Nahl:89)
ۡ ُ ُ ۤ ‫اَّل‬ ٰۤ ‫اۡل‬
‫اح ۡي ِه اِ ا َم ٌم اَمۡ ثَالـ ُكمۡ‌ؕ َما فَرَّطنَا‬ ِ ‫َو َما ِم ۡن َدٓابَّ ٍة ِفى ا َ ۡر‬
َ َ‫ض َواَل ط ِٕٮ ٍر ي َِّط ۡي ُر بِ َجن‬
ِ ‫فِى ۡالـ ِك ٰت‬
‫ب ِم ۡن َش ۡى ٍ‌ء ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِهمۡ ي ُۡح َشر ُۡو َن‬
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami
alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dikumpulkan.” (QS. Al An’am:38)

B. Rasulullah pernah melarang para


sahabat untuk menulis hadits/sunnah
(HR. Muslim dari Abu Said Al Khudry)
Dari dalil-dalil naqli ini dapat dipahami
bahwa para pengingkar sunnah adalah
orang yang berpendapat bahwa Nabi
Muhammad Saw tidak berhak sama
sekali untuk menjelaskan Al-Qur’an
kepada umatnya. Beliau hanya bertugas
untuk menerima wahyu dan
menyampaikannya kepada pengikutnya.
Selain itu, Nabi tidak memiliki
kewenangan.
Dalam Al Qur’an dinyatakan bahwa
orang-orang yang beriman
diperintahkan untuk pada Rasulullah
yang menurut mereka hanya berlaku
saat Rasulullah masih hidup, yakni
tatkala jabatan sebagai ulul amri
berada ditangan beliau. Setelah beliau
wafat maka jabatan ulul amri berpindah
kepada orang lain sehingga kewajiban
patuh kepada Nabi Muhammad Saw
menjadi gugur.
Dalil Aqli
- Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad dalam bahasa Arab. Orang-
orang Arab yang memiliki pengetahuan bahasa
Arab mampu memahami Al-Qur’an secara
langsung tanpa penjelasan dari Nabi. Dengan
demikian tidak diperlukan hadits Nabi untuk
memahami Al-Qur’an
- Hadits merupakan karangan kaum Yahudi
untuk menghancurkan Islam dari dalam.
- Nabi Muhammad Saw tidak perlu lagi
menjelaskan ajaran Al-Qur’an karena Al-Qur’an
itu sudah sempurna.
Respon Ulama
 Allah berfirman “Dan tidaklah patut bagi

laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi


perempuan mukminah, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka...”
(QS. 33:36).
 Allah berfirman “... apa yang diberikan

Rasul kepadamu maka terimalah, dan


apa yang dilarangnya maka
tinggalkanlah...” (QS. Al Hasyr:7)
 Penguasaan bahasa Arab dengan baik
diperlukan untuk memahami kandungan Al-
Qur’an. Namun bukan berarti orang lantas
boleh meninggalkan sunnah Nabi Saw yang
bahkan Al-Qur’an sendirilah yang
memerintahkan untuk menerima dan
mengikuti sunnah Nabi Saw tersebut.
 Diakui bahwa diantara hadis Nabi ada yang

periwayatannya cacat atau keliru, oleh karena


itu tidak semua hadis dapat diterima, kecuali
yang jelas sahih. Sehubungan dengan itu,
adalah keliru jika menolak otoritas
kehujjahan hadis secara keseluruhan.
 Penggunaan hadis oleh mereka untuk
menolak kehujjahan hadis juga menunjukkan
inkonsistensi mereka. Apatah lagi hadis yang
mereka gunakan adalah hadis dhaif.
SUNNAH TASYRI’IYYAH DAN
GHAYR TASYRI’IYYAH
‫سنة تشريعيَّة وسنة غي ِر تشريعيَّة‬
Sunnah Tasyri’iyyah
Secara normatif, sunnah nabi bersifat tasyri’iyah
atau mengikat selama tidak terdapat dalil
kontradiktif yang lebih kuat. Apatah lagi dalam
perkara akidah dan ibadah yang bersifat
tsawabit yang selalu berlandaskan kitabullah
dan sunnah Nabi sebagai landasan hukum dan
operasionalnya.
Contoh sunnah tasyri’iyyah, hadits Nabi:
‫رواه البخاري)) صلوا كما رأيتموني أصلي‬
“Sholatlah sebagaimana kalian mendapati aku
sholat) (HR. Bukhari).
Sunnah Ghayr Tasyri’iyyah
Secara terminologis, istilah ini notabene adalah
istilah baru, meski tetap memiliki dasar historis.
Hal ini disebabkan karena domain khas sunnah
Nabi adalah masalah aqidah dan ibadah yang
membutuhkan kepastian hukum (Tasyri’).
Adapun masalah keduniaan –politik, ekonomi,
dll- tidak mendapatkan penetapan hukum
(Tasyri’) secara tekstual dari Nabi sehingga
membuat ruang intervensi bagi ijtihad, tradisi,
dan budaya lokal yang membuat perkara
politik, ekonomi, dan sejenisnya menjadi tidak
kaku.
Maka sunnah Nabi dalam beberapa perkara
semisal peperangan, kepemimpinan, ekonomi,
hukum perdata notabene bukan sunnah yang
mengikat (Ghair Tasyri’iyyah).
Allahu A’lam bish-shawab
Alhamdulillah Rabbil
‘Alamin

Anda mungkin juga menyukai