MANAJEMEN RESTORASI GIGI ANTERIOR BAWAH

THE STARTING POINT FOR THE OCCLUSAL TITIK AWAL UNTUK SKEMA OCLUSAL
SCHEME Gigi Anterior Bawah
Lower Anterior Teeth
Susunan seluruh skema oklusal dimulai
Do not downplay the importance of the dengan gigi anterior bawah. Sama seperti
lower anterior teeth. The arrangement of gigi insisivus bawah yang erupsi dipandu ke
the entire occlusal scheme starts with the posisinya oleh lidah dan bibir sebelum gigi
lower anterior teeth. Just as the erupting anterior atas erupsi, demikian juga posisi
lower incisors are guided into position by tepi insisal bawah harus ditentukan
the tongue and lips before the upper sebelum posisi dan kontur gigi anterior atas
anterior teeth erupt, so too must lower dapat diselesaikan. Menentukan posisi
incisal edge position be determined before yang benar untuk gigi anterior bawah
the position and contour of the upper adalah salah satu keputusan terpenting
anterior teeth can be finalized. Determining yang harus kita buat dalam merencanakan
the correct position for lower anterior perawatan restoratif. Posisi gigi seri bawah
teeth is one of the most important juga diakui sebagai prioritas pertama dalam
decisions we must make in planning diagnosis ortodontik dan perencanaan
restorative treatment. The position of the perawatan. Stabilitas oklusal, estetik, dan
lower incisors is also recognized as the first ruang yang tersedia di lengkung mandibula
priority in orthodontic diagnosis and semuanya bergantung pada posisi segmen
treatment planning. Occlusal stability, anterior bawah yang benar. Banyak dari
esthetics, and space available in the kegagalan yang kita lihat dalam ortodontik
mandibular arch all depend on correct dan kedokteran gigi restoratif dapat
positioning of the lower anterior segment. dihindari bahkan dengan sedikit modifikasi
Many of the failures we see in orthodontics pada posisi atau kontur tepi insisal gigi
and restorative dentistry could have been anterior bawah. Lima tujuan penting dalam
avoided with even slight modifications in perawatan oklusal bergantung pada posisi
position or contour of the incisal edges of dan kontur tepi insisal bawah yang benar,
the lower anterior teeth. Five important sebagai berikut:
goals in occlusal treatment depend on
correct position and contour of the lower 1. Estetika: Selama berbicara, bagian gigi
incisal edges, as follows: yang paling terlihat adalah setengah incisal
dari gigi anterior bawah. Juga, posisi yang
1. Esthetics: During speaking, the most benar dari gigi anterior atas tergantung
visible part of the dentition is the incisal pada penempatan tepi insisal bawah yang
half of the lower anterior teeth. Also, benar.
correct positioning of the upper anterior
teeth depends on correct lower incisal edge 2. Fonetik: Hubungan spasial antara tepi
placement. insisal bawah dan permukaan gigi yang
berlawanan sangat penting untuk
2. Phonetics: The spatial relationships pembentukan berbagai pola suara.
between the lower incisal edges and the Hubungan mereka dengan lidah dan bibir
opposing tooth surfaces are critical to the juga mempengaruhi formasi fonetik.
formation of various sound patterns. Their
relationship to the tongue and lips also 3. Bidang oklusal: Bidang insisal bawah
affects phonetic formations.
3. The occlusal plane: The lower incisal
plane is the starting point in front for the
occlusal plane. An incorrect incisal plane on
the lower jaw may require compensations
to be made in all other occlusal segments
including the upper anterior teeth.
4. The anterior guidance: The lingual
surfaces of the upper anterior teeth are
determined by how the mandible, in
function, moves the lower incisal edges. If
the lower edges are incorrectly positioned
or contoured, the position or contour of the
upper anterior teeth must be
compromised.
5. Stability: Long-term stability depends on fungsinya. Jika gigi mengganggu
harmony between the teeth and the
structures that relate to them in function. If struktur tersebut, proses adaptif akan
the teeth interfere with anatomic or
functional harmony of those structures, the ketidakseimbangan tersebut. Hasilnya akan
adaptive process will attempt to correct the berupa kelonggaran gigi, keausan
imbalance. The result will be either
loosening of teeth, excessive wear, or tooth
migration.
Analysis of lower anterior teeth
The correctness of the lower anterior
segment can be analyzed from several
different perspectives. If the teeth are
stable, function comfortably, and are
esthetically acceptable to the patient, there
would rarely be a need to change them. If
there are signs of instability, evidenced by
excessive wear, hypermobility, or tooth
migration, or if functional or esthetic
problems are present, changes in tooth
position or contour may be required.
Likewise, if teeth are missing or improperly
restored, so that positional landmarks have
been lost, the correct relationship can be
determined if a sequential approach is used
in analysis. Some determinations must be
made in a certain order. As an example, it is
adalah titik awal di depan bidang oklusal.
Sebuah bidang insisal yang salah pada
rahang bawah mungkin memerlukan
kompensasi yang harus dibuat di semua
segmen oklusal lainnya termasuk gigi
anterior atas.
4. Bimbingan anterior: Permukaan lingual
gigi anterior atas ditentukan oleh
bagaimana mandibula, dalam fungsinya,
menggerakkan tepi insisal bawah. Jika tepi
bawah salah posisi atau berkontur, posisi
atau kontur gigi anterior atas harus
dikompromikan.
5. Stabilitas: Stabilitas jangka panjang
tergantung pada keselarasan antara gigi
dan struktur yang berhubungan dengan
keselarasan anatomis atau fungsional dari
berusaha untuk memperbaiki
berlebihan, atau migrasi gigi.
Analisis gigi anterior bawah
 Perbaikan segmen anterior bawah
dapat dianalisis dari beberapa
perspektif yang berbeda.
 Jika gigi stabil, berfungsi dengan
nyaman, dan secara estetik dapat
diterima oleh pasien, jarang ada
kebutuhan untuk mengubahnya.
 Jika ada tanda-tanda
ketidakstabilan, dibuktikan dengan
keausan berlebihan, hipermobilitas,
atau migrasi gigi, atau jika ada
masalah fungsional atau estetik,
perubahan posisi atau kontur gigi
mungkin diperlukan.
 Demikian juga, jika gigi hilang atau
tidak direstorasi dengan benar,
sehingga penanda posisi telah
hilang, hubungan yang benar dapat
ditentukan jika pendekatan
difficult to finalize incisal edge contours
until after incisal edge position is
determined. Incisal edge position cannot be
refined until an acceptable incisal plane
determines the height of each incisal edge.
Analysis to determine the best esthetics
may seem unrelated to occlusion, but every
contour has a purpose that is related to
function. Thus, it is almost always true that
the better the esthetics, the better the
function will be, and vice versa. It is also
important to the patient that occlusal
therapy does not destroy the appearance
of a natural smile. For that mreason,
esthetically correct contour should always
be a goal along with the determination of
what is functionally correct since the incisal
edges are the most visible part of the lower
teeth when speaking.
LOWER TOOTH ANTERIOR QUALITY
CONTROL
The restoration of lower anterior teeth
requires two key determinations:
1. Incisal edge position
2. Incisal edge contour
The contour of lower incisal edges cannot
be precisely determined until their position
as part of the incisal plane has been
defined. Quality control for restoring lower
anterior teeth is a three-step process that
must be followed in proper sequence. The
steps are:
1. Determination: Determining exact
guidelines for every contour and position is
always the starting point.
2. Communication: After each specific
sekuensial digunakan dalam analisis.
Beberapa penentuan harus dibuat
dalam urutan tertentu. Sebagai
contoh, sulit untuk menyelesaikan
kontur tepi insisal sampai setelah
posisi tepi insisal ditentukan. Posisi
tepi insisal tidak dapat
disempurnakan sampai bidang
insisal yang dapat diterima
menentukan ketinggian setiap tepi
insisal. Analisis untuk menentukan
estetika terbaik mungkin tampak
tidak terkait dengan oklusi, tetapi
setiap kontur memiliki tujuan yang
terkait dengan fungsi. Jadi, hampir
selalu benar bahwa semakin baik
estetika, semakin baik fungsinya,
dan sebaliknya. Penting juga bagi
pasien bahwa terapi oklusal tidak
merusak penampilan senyum alami.
Untuk alasan itu, kontur yang benar
secara estetis harus selalu menjadi
tujuan bersama dengan penentuan
apa yang benar secara fungsional
karena tepi insisal adalah bagian
yang paling terlihat dari gigi bawah
saat berbicara.
KONTROL KUALITAS ANTERIOR GIGI
BAWAH
Restorasi gigi anterior bawah memerlukan
dua penentuan utama:
1. Posisi tepi insisal
2. Kontur tepi insisal
Kontur tepi insisal bawah tidak dapat
ditentukan secara tepat sampai posisinya
sebagai bagian dari bidang insisal
ditentukan. Kontrol kualitas untuk
merestorasi gigi anterior bawah adalah
proses tiga langkah yang harus diikuti
dalam urutan yang benar. Langkah-
langkahnya adalah:
1. Determinasi: Menentukan pedoman
yang tepat untuk setiap kontur dan posisi
selalu menjadi titik awal.
guideline has been determined, it must be
communicated to the laboratory
technician. Instructions must be so clear
that nothing is left to chance.
3. Verification: Any method of
communication that cannot be verified is
not acceptable. Both the technician and the
dentist must be able to verify that each
communicated guideline has been correctly
followed.
The Esthetic and Restorative Checklist
In my early years of practice,
communication with my technician was by
written prescription and word of mouth.
Even though I had my own private
laboratory in which I would sit with my
technicians and explain in detail what I
wanted, it was easy (and common) for
some specific details to be missed. As I
learned how important minute details were
to the finished result, it became obvious
that we needed more precise, verifiable
methods of communicating every detail. It
also meant that before I could
communicate any precise detail, I had to
determinemexactly what I wanted. The
result of our efforts to achieve a reliable
system of verifiable communication is a
combination of clinical steps to determine
each guideline coupled with a specific
method for precise communication utilizing
a checklist for quality control (Figure 18-1).
The system revolutionized my practice and
gave me control over every restorative
case. It eliminated major waste of time.
This system has been in continuous use in
my practice ever since its inception. It is the
cornerstone for quality control for all
restorative cases. We will demonstrate its
use as we outline the requirements for
perfecting lower anterior restorations. If all
guidelines on the Esthetic Checklist for
lower anterior teeth are followed (Figure
18-2), the result will be a natural
2. Komunikasi: Setelah setiap pedoman
khusus ditentukan, pedoman tersebut
harus dikomunikasikan kepada teknisi
laboratorium. Instruksi harus sangat jelas
sehingga tidak ada yang tersisa untuk
kebetulan.
3. Verifikasi: Metode komunikasi apa pun
yang tidak dapat diverifikasi tidak dapat
diterima. Baik teknisi maupun dokter gigi
harus dapat memverifikasi bahwa setiap
pedoman yang dikomunikasikan telah
diikuti dengan benar.
Daftar Periksa Estetika dan Restoratif
Pada tahun-tahun awal praktik saya,
komunikasi dengan teknisi saya dilakukan
dengan resep tertulis dan dari mulut ke
mulut. Meskipun saya memiliki
laboratorium pribadi saya sendiri di mana
saya akan duduk dengan teknisi saya dan
menjelaskan secara rinci apa yang saya
inginkan, mudah (dan umum) untuk
beberapa detail spesifik untuk dilewatkan.
Saat saya mempelajari betapa pentingnya
detail menit untuk hasil akhir, menjadi jelas
bahwa kami membutuhkan metode yang
lebih tepat dan dapat diverifikasi untuk
mengomunikasikan setiap detail. Itu juga
berarti bahwa sebelum saya dapat
mengomunikasikan detail yang tepat, saya
harus menentukan dengan tepat apa yang
saya inginkan. Hasil dari upaya kami untuk
mencapai sistem komunikasi terverifikasi
yang andal adalah kombinasi dari langkah-
langkah klinis untuk menentukan setiap
pedoman yang digabungkan dengan
metode khusus untuk komunikasi yang
tepat dengan menggunakan daftar periksa
untuk kontrol kualitas (Gambar 18-1).
Sistem ini merevolusi praktik saya dan
memberi saya kendali atas setiap kasus
restoratif. Ini menghilangkan pemborosan
waktu. Sistem ini terus digunakan dalam
praktik saya sejak awal. Ini adalah landasan
untuk kontrol kualitas untuk semua kasus
appearance that is functionally correct.
Thus the checklist serves as a constant
reminder of correct contour for both the
technician and the dentist. Used properly, it
requires the dentist to determine each
guideline before the patient is dismissed
from the operatory. It also requires the
dentist to determine the method of
communicating each guideline so the
technician has clear instructions. It further
serves as a verification checklistto insure
that each guideline has been faithfully
followed.
INCISAL EDGE POSITION
The determination of incisal edge position
requires three
decisions:
1. The curvature of the incisal plane
2. The height of the incisal plane
3. The horizontal position of the incisal
edges
The Curvature of the Incisal Plane
The curvature of the incisal plane is as
important to phonetics as it is to esthetics.
This relationship to phonetics has a
profound effect on function, and mistakes
in the contour of the incisal plane are often
responsible for problems of discomfort as a
result of phonetic disharmony. If the jaw
must be repeatedly moved to a strained
position to shape certain sounds, the result
can be muscle fatigue. Patients may
complain of a tired face and difficulty in
being understood when they have been
talking a lot (Figures 18-3 and 18-4).
To ensure that the jaw-to-jaw relationship
during S sounds is in harmony with the
restoratif. Kami akan mendemonstrasikan
penggunaannya saat kami menguraikan
persyaratan untuk menyempurnakan
restorasi anterior bawah. Jika semua
pedoman pada Daftar Periksa Estetika
untuk gigi anterior bawah diikuti (Gambar
18-2), hasilnya akan menjadi penampilan
alami yang benar secara fungsional. Jadi
daftar periksa berfungsi sebagai pengingat
konstan kontur yang benar untuk teknisi
dan dokter gigi. Digunakan dengan benar,
mengharuskan dokter gigi untuk
menentukan setiap pedoman sebelum
pasien diberhentikan dari operasi. Ini juga
mengharuskan dokter gigi untuk
menentukan metode mengkomunikasikan
setiap pedoman sehingga teknisi memiliki
instruksi yang jelas. Ini selanjutnya
berfungsi sebagai daftar periksa verifikasi
untuk memastikan bahwa setiap pedoman
telah diikuti dengan setia.
POSISI TEPI INSISAL
Penentuan posisi incisal edge
membutuhkan tiga
keputusan:
1. Kelengkungan bidang insisal
2. Ketinggian bidang insisal
3. Posisi horizontal tepi insisal
Kelengkungan Bidang Insisal
Kelengkungan bidang insisal sama
pentingnya dengan fonetik dan estetika.
Hubungan dengan fonetik ini memiliki efek
mendalam pada fungsi, dan kesalahan
dalam kontur bidang insisal sering
menyebabkan masalah ketidaknyamanan
akibat ketidakharmonisan fonetik. Jika
rahang harus digerakkan berulang kali ke
posisi tegang untuk membentuk suara
tertentu, akibatnya bisa terjadi kelelahan
otot. Pasien mungkin mengeluhkan wajah
lelah dan kesulitan untuk dimengerti ketika
mereka banyak berbicara (Gambar 18-3
dan 18-4).
Untuk memastikan bahwa hubungan
rahang-ke-rahang selama bunyi S selaras
envelope of function, remember this rule:
Always use relaxed, gentle, softly spoken S
sounds for harmony with a comfortable,
unstrained envelope of function.
As a general rule, the more convex the
incisal plane is on the upper teeth, the
more convex it will be on the lower teeth.
The reason for this relationship is apparent
if one understands the necessity of a wide,
flat flow of air to make the sharp S sound. A
convex upper incisal plane cannot fit end to
end with a convex or flat plane on the
lower teeth without leaking air out the
sides (Figure 18-5). Thus the S sound is
necessarily made with the upper teeth
overlapping the lower teeth so that the
lower edges can evenly approximate the
concavity of the lingual arch form. If a
patient with convex incisal planes is
accustomed to making S sounds with an
overlapped anterior relationship, altering
the lower incisal plane can create a
significant problem with speech. If a
naturally convex lower incisal plane is
mistakenly flattened, it will no longer fit the
concave lingual arch form and the air will
be funneled into an open area in the
center, rather than maintained as the flat
band that is required for a crisp clear S
sound (Figure 18-6). If the lower incisal
plane is made concave to fit the convex
upper plane in protrusive relation, the
patient will be able to make a clear S sound
by protruding the mandible to the edge-to-
edge position. But such mandibular
movements are not normal for patients
who are used to speaking with less
horizontal motion of the jaw, and they will
routinely complain of tiredness or strain
when they talk a lot. In addition, the
natural harmony of the lower incisal edges
is lost, and the esthetic result is often
severely compromised. It is a common but
very erroneous belief that all upper and
lower incisors must be in contact
dengan selubung fungsi, ingat aturan ini:
Selalu gunakan suara S yang santai, lembut,
diucapkan dengan lembut untuk harmoni
dengan fungsi yang nyaman dan tidak
tegang.
Sebagai aturan umum, semakin cembung
bidang insisal pada gigi atas, semakin
cembung pada gigi bawah. Alasan untuk
hubungan ini jelas jika seseorang
memahami perlunya aliran udara yang
lebar dan datar untuk membuat suara S
yang tajam. Bidang insisal atas yang
cembung tidak dapat dipasang ujung ke
ujung dengan bidang cembung atau datar
pada gigi bawah tanpa membocorkan
udara ke samping (Gambar 18-5). Jadi bunyi
S harus dibuat dengan gigi atas yang
tumpang tindih dengan gigi bawah
sehingga tepi bawah dapat secara merata
mendekati kecekungan bentuk lengkung
lingual. Jika pasien dengan bidang insisal
cembung terbiasa membuat suara S dengan
hubungan anterior yang tumpang tindih,
mengubah bidang insisal bawah dapat
menimbulkan masalah yang signifikan
dengan bicara. Jika bidang insisal bawah
yang cembung secara alami diratakan
secara keliru, itu tidak akan lagi sesuai
dengan bentuk lengkung lingual yang
cekung dan udara akan disalurkan ke area
terbuka di tengah, daripada dipertahankan
sebagai pita datar yang diperlukan untuk S
yang jernih dan tajam. suara (Gambar 18-
6). Jika bidang insisal bawah dibuat cekung
agar sesuai dengan bidang atas yang
cembung dalam hubungan protrusif, pasien
akan dapat membuat suara S yang jelas
dengan menjulurkan mandibula ke posisi
edge-to-edge. Tetapi gerakan mandibula
seperti itu tidak normal bagi pasien yang
terbiasa berbicara dengan gerakan rahang
yang kurang horizontal, dan mereka akan
secara rutin mengeluh lelah atau tegang
ketika mereka banyak berbicara. Selain itu,
harmoni alami dari tepi insisal bawah
hilang, dan hasil estetik seringkali sangat
throughout the entire protrusive range and
that all four incisors should meet
edgetoedge at the end of the protrusive
path. If the upper and lower anterior teeth
are in harmony with the functional
movements of the mandible, there is no
tendency to overload them whether there
be two teeth or four teeth in protrusive
contact with the opposing arch. With very
convex upper incisal planes, it would be
unusual to have more teeth in edgetoedge
contact than the central incisors in the
maxillary arch and the four incisors in the
lower arch. It is not unusual for the lower
lateral incisors to also be discluded. If the
lower incisal plane does not closely
approximate the contour of the upper arch
during the S sound, another common
problem of speech may also be caused.
Lisping is the result of using the tongue to
fill in the void so that the air can be
squeezed into the flattened band that is
necessary for making a crisp S sound. There
is a characteristic difference, however,
between the eth sound made with the soft
tongue surface versus the clear S sound
that comes from approximation of hard
tooth surfaces.
If the lower incisal plane relates to the
upper arch form in a manner that produces
a small roundish opening instead of the
uniform space across the width of the
incisors, the result is a whistle. Remember
that the organ of mastication is also a
critical component of the organ of speech.
The masticatory system was designed to be
compatible with both functions. By using
phonetics as a guide for functional
relationships, we will rarely find that it is
inconsistent with either masticatory
function or esthetics.
terganggu. Ini adalah kepercayaan umum
tetapi sangat keliru bahwa semua gigi seri
atas dan bawah harus bersentuhan di
seluruh rentang protrusif dan bahwa
keempat gigi seri harus bertemu
edgetoedge di ujung jalur protrusif. Jika gigi
anterior atas dan bawah selaras dengan
gerakan fungsional mandibula, tidak ada
kecenderungan untuk membebani gigi
tersebut baik ada dua gigi atau empat gigi
yang berkontak protrusif dengan lengkung
rahang yang berlawanan. Dengan bidang
insisal atas yang sangat cembung, tidak
biasa memiliki lebih banyak gigi dalam
kontak edge-toedge daripada insisivus
sentral di lengkung rahang atas dan empat
insisivus di lengkung bawah. Tidak jarang
gigi insisivus lateral bawah juga
disingkirkan. Jika bidang insisal bawah tidak
mendekati kontur lengkung atas selama
bunyi S, masalah umum lain dalam
berbicara juga dapat terjadi. Lisping adalah
hasil dari penggunaan lidah untuk mengisi
kekosongan sehingga udara dapat ditekan
ke dalam pita pipih yang diperlukan untuk
membuat suara S yang tajam. Akan tetapi,
ada perbedaan karakteristik antara suara et
yang dibuat dengan permukaan lidah yang
lembut versus suara S yang jernih yang
berasal dari pendekatan permukaan gigi
yang keras.
Jika bidang insisal bawah berhubungan
dengan bentuk lengkung atas dengan cara
yang menghasilkan bukaan bulat kecil alih-
alih ruang seragam di seluruh lebar gigi seri,
hasilnya adalah peluit. Ingatlah bahwa
organ pengunyahan juga merupakan
komponen penting dari organ bicara.
Sistem pengunyahan dirancang agar
kompatibel dengan kedua fungsi tersebut.
Dengan menggunakan fonetik sebagai
panduan untuk hubungan fungsional, kita
akan jarang menemukan bahwa itu tidak
konsisten dengan fungsi pengunyahan atau
estetika.
FIGURE 18-3 If S sounds are made at an
overlap position, the lower incisal plane
must be curved to fit the lingual contour of
the upper lingual surfaces. This is necessary
to constrict the air into a broad flat band
between the hard surfaces of the lower and
upper teeth. Because the air must be
constricted rather uniformly for the width
of the incisal plane, the lower incisal edges
must relate to the upper teeth with near
contact at the jaw relationship that is in
harmony with the normal envelope of
function.
GAMBAR 18-3 Jika bunyi S dibuat pada
posisi tumpang tindih, bidang insisal bawah
harus dilengkungkan agar sesuai dengan
kontur lingual dari permukaan lingual atas.
Hal ini diperlukan untuk menyempitkan
udara menjadi pita datar yang lebar antara
permukaan keras gigi bawah dan atas.
Karena udara harus mengerut agak
seragam untuk lebar bidang insisal, tepi
insisal bawah harus berhubungan dengan
gigi atas dengan kontak dekat pada
hubungan rahang yang selaras dengan
fungsi normal.
FIGURE 18-4 If S sounds are normally made
at an end-to-end relationship, the incisal
plane on the lower anterior teeth will be
fairly flat, to match up with the incisal
edges of the upper teeth. This is often what
is found on near end-to-end occlusions. A
flat smile line that dictates flatter incisal
plane contours for the upper teeth does
not necessarily result in an endtoend
phonetic relationship. The dictating factor
that controls phonetics is the jaw-to-jaw
relationship that is in harmony with the
envelope of function during S sounds. A flat
smile line may dictate a flat upper incisal
plane because the upper incisal edges
contact the lower lip in F sounds. The lower
incisal edges relate to the upper tooth
surfaces at the S sound, and that
relationship can be anywhere between
overlapped and end-to-end, as dictated by
the envelope of function.
FIGURE 18-5 Convex upper and lower
incisal planes cannot make a clear S sound
at the end-to-end position because air leaks
out at the sides. A broad band of air is
necessary for a clear S sound.
GAMBAR 18-4 Jika suara S biasanya dibuat
pada hubungan ujung-ke-ujung, bidang
insisal pada gigi anterior bawah akan cukup
datar, agar sesuai dengan tepi insisal gigi
atas. Ini sering ditemukan pada oklusi end-
to-end. Garis senyum datar yang
menentukan kontur bidang insisal yang
lebih rata untuk gigi atas tidak selalu
menghasilkan hubungan fonetik ujung ke
ujung. Faktor pendikte yang mengontrol
fonetik adalah hubungan rahang-ke-rahang
yang selaras dengan selubung fungsi
selama bunyi S. Garis senyum datar dapat
menentukan bidang insisal atas yang datar
karena tepi insisal atas bersentuhan dengan
bibir bawah dalam bunyi F. Tepi insisal
bawah berhubungan dengan permukaan
gigi atas pada bunyi S, dan hubungan
tersebut dapat terjadi di mana saja antara
overlapping dan end-to-end, seperti yang
ditentukan oleh selubung fungsi.
GAMBAR 18-5 Bidang insisal atas dan
bawah yang cembung tidak dapat
membuat suara S yang jelas pada posisi
ujung ke ujung karena udara bocor keluar
dari samping. Pita udara yang lebar
diperlukan untuk suara S yang jernih.
FIGURE 18-6 A, If a convex lower incisal
plane is flattened, it will no longer relate
correctly to the concave upper lingual
contour. This creates an open area in the
center and destroy the relationship
required for a clear S sound. B, To
compensate, the patient must fill the space
with the tongue, but this results in a lisp
and produces a typical eth sound. This is a
common mistake that is made because of
an erroneous belief that all incisal edges
must contact edge-to-edge during the
protrusive position. Some patients will
compensate by protruding the jaw to an
end-to-end tooth relationship in order to
make a crisp S sound, but that is not in
harmony with their envelope of function. It
produces fatigue in the facial and
masticatory muscles.
FIGURE 18-7 Ideal occlusal curve along
lower incisal edges.
GAMBAR 18-6 A, Jika bidang insisal bawah
yang cembung diratakan, itu tidak akan lagi
berhubungan dengan benar dengan kontur
lingual atas yang cekung. Ini menciptakan
area terbuka di tengah dan menghancurkan
hubungan yang diperlukan untuk suara S
yang jernih. B, Untuk mengimbanginya,
pasien harus mengisi ruang dengan lidah,
tetapi ini menghasilkan cadel dan
menghasilkan suara et yang khas. Ini adalah
kesalahan umum yang dibuat karena
keyakinan yang salah bahwa semua tepi
insisal harus berkontak tepi-ke-tepi selama
posisi protrusif. Beberapa pasien akan
mengkompensasi dengan menonjolkan
rahang ke hubungan gigi ujung ke ujung
untuk membuat suara S yang tajam, tetapi
itu tidak selaras dengan fungsi amplop
mereka. Ini menghasilkan kelelahan pada
otot-otot wajah dan pengunyahan.
GAMBAR 18-7 Kurva oklusal ideal di
sepanjang tepi insisal bawah.
The Height of the Incisal Plane
Relating lower incisal edges to the occlusal
plane In ideal instances, the lower incisal
edges form a continuous gentle curve that
is an extension of the posterior occlusal
plane (Figure 18-7). There should be no
sudden variation in height between the
incisal edges and the posterior cusp tips. As
wear occurs, there is a tendency for the
plane to become flatter, but there should
still be no sudden changes in height. If the
incisal plane is greatly higher than the
posterior occlusal plane, that is an
indication of elongation of the anterior
segment, almost always the result of no
stable holding contacts on the anterior
teeth. When the lower incisors erupt, they
do not erupt out of the alveolar bone.
Rather the alveolar process itself elongates,
moving the teeth vertically until a stable
stop is met. That stop preferably is the
opposing tooth, but it also may be the
tongue or the lip. The absence of any stop
allows the lower anteriors to erupt all the
way to the palatal tissue, creating an incisal
plane that is at a different level from the
posterior plane of occlusion. The critical
element in determining the height of the
lower incisal edges will in most instances be
the relationship with the upper anterior
teeth. It is often necessary to reshape or
reposition the upper anterior teeth to get
an acceptable position and contour of the
lower incisors. This working out of both the
upper and lower anterior teeth relationship
is the first step in solving most of the
complex problems of occlusal
malrelationships. The goal is to establish
stable holding contacts for the lower
incisors at an esthetically acceptable
height.
Ketinggian Bidang Insisal
Menghubungkan tepi insisal bawah dengan
bidang oklusal Dalam kasus yang ideal, tepi
insisal bawah membentuk kurva lembut
kontinu yang merupakan perpanjangan dari
bidang oklusal posterior (Gambar 18-7).
Seharusnya tidak ada variasi tinggi yang
tiba-tiba antara tepi insisal dan ujung cusp
posterior. Saat keausan terjadi, ada
kecenderungan bidang menjadi lebih datar,
tetapi tetap tidak boleh ada perubahan
ketinggian yang tiba-tiba. Jika bidang insisal
jauh lebih tinggi dari bidang oklusal
posterior, ini merupakan indikasi
pemanjangan segmen anterior, hampir
selalu akibat tidak adanya kontak penahan
yang stabil pada gigi anterior. Ketika gigi
seri bawah erupsi, mereka tidak keluar dari
tulang alveolar. Sebaliknya proses alveolar
itu sendiri memanjang, menggerakkan gigi
secara vertikal sampai berhenti stabil
terpenuhi. Perhentian itu lebih disukai
adalah gigi yang berlawanan, tetapi
mungkin juga lidah atau bibir. Tidak adanya
stop apapun memungkinkan anterior
bawah untuk erupsi sampai ke jaringan
palatal, menciptakan bidang insisal yang
berada pada tingkat yang berbeda dari
bidang oklusi posterior. Elemen penting
dalam menentukan ketinggian tepi insisal
bawah dalam banyak kasus adalah
hubungannya dengan gigi anterior atas.
Seringkali perlu untuk membentuk kembali
atau memposisikan ulang gigi anterior atas
untuk mendapatkan posisi dan kontur yang
dapat diterima dari gigi seri bawah.
Pengerjaan dari kedua hubungan gigi
anterior atas dan bawah ini adalah langkah
pertama dalam memecahkan sebagian
besar masalah kompleks dari malrelasi
oklusal. Tujuannya adalah untuk
membentuk kontak penahan yang stabil
untuk gigi insisivus bawah pada ketinggian
yang dapat diterima secara estetis.
Relating lower incisal edges to the lips
Every patient does not look like the ideal
norm in the textbook, so trying to adapt
every patient’s dentition to the average can
result in some very unacceptable results.
There is merit, however, in knowing what
the norms are because they serve as basic
guidelines toward which treatment can be
directed.
We can relate the height of the incisal
edges to the lips using three norms. If we
analyze a large number of attractive
dentitions, we find a consistency in the
amount of lower anterior tooth surface
that is exposed during certain lip
relationships, as listed in the following
section.
Exposure of the lower teeth varies with lip
positions required for phonetics in different
patients, and it must be remembered that
every smile is an individual characteristic
that cannot be stereotyped. If a patient is
happy with his or her smile, and the
anterior teeth are stable, there is rarely a
reason to change it just because it does not
fit an exact pattern of average “normalcy.”
Some attractive smiles do not fit the norms
described above, and in many situations
the length of the lips or other
configurations simply does not permit a
“normal” relationship. Common sense and
clinical judgment must prevail.
The Horizontal Position of the Lower
Incisal Edges
The key to determining the horizontal
position of lower incisal edges lies in
establishing stable holding contacts with
the upper anterior teeth. If there is doubt
Menghubungkan tepi insisal bawah ke bibir
Setiap pasien tidak terlihat seperti norma
ideal dalam buku teks, jadi mencoba
menyesuaikan gigi setiap pasien dengan
rata-rata dapat menghasilkan beberapa
hasil yang sangat tidak dapat diterima.
Akan tetapi, ada baiknya mengetahui apa
norma-norma itu karena norma-norma itu
berfungsi sebagai pedoman dasar ke arah
mana pengobatan dapat diarahkan.
Kita dapat menghubungkan tinggi tepi
insisal ke bibir menggunakan tiga norma.
Jika kami menganalisis sejumlah besar gigi
yang menarik, kami menemukan
konsistensi dalam jumlah permukaan gigi
anterior bawah yang terbuka selama
hubungan bibir tertentu, seperti yang
tercantum di bagian berikut.
Paparan gigi bawah bervariasi dengan
posisi bibir yang diperlukan untuk fonetik
pada pasien yang berbeda, dan harus
diingat bahwa setiap senyum adalah
karakteristik individu yang tidak dapat
distereotipkan. Jika pasien senang dengan
senyumnya, dan gigi anterior stabil, jarang
ada alasan untuk mengubahnya hanya
karena tidak sesuai dengan pola rata-rata
“normal” yang tepat. Beberapa senyuman
yang menarik tidak sesuai dengan norma
yang dijelaskan di atas, dan dalam banyak
situasi panjang bibir atau konfigurasi
lainnya sama sekali tidak memungkinkan
hubungan "normal". Akal sehat dan
penilaian klinis harus menang.
Posisi Horizontal Tepi Insisal Bawah
Kunci untuk menentukan posisi horizontal
tepi insisal bawah terletak pada
pembentukan kontak penahan yang stabil
dengan gigi anterior atas. Jika ada keraguan
about where the upper anterior teeth
should be, that question must be resolved
before a final decision can be made for the
lower teeth.
The question of horizontal position for
lower anterior teeth is one of the most
important decisions that must be made on
every anterior restorative patient. It is a
decision that cannot be made without
knowing the jaw-to-jaw relationship in
centric relation, which is the reason for
using mounted diagnostic casts. The
diagnostic wax-up is the best possible way
to determine lower incisal edge position
(Figure 18-8). On many occasions, it is
necessary to alter the upper anterior teeth
to accommodate an acceptable lower
incisal edge position (Figure 18-9).
Remember that the diagnostic wax-up is
used with a putty matrix to fabricate the
provisional restorations, which then must
be refined to a final contour in the mouth
(Figure 18-10).
Upper and lower provisionals are placed
and refined in the mouth until the patient
approves. Following this process will show
any clinician how important minute
changes in contour can be to patient
comfort. In this very tight neutral zone, the
correct position of the upper incisal edges
is close to the lower labial surfaces,
indicating a very vertical envelope of
function. As the upper labial contours had
to be reduced back to accommodate the
lip-closure path and phonetics, the lower
incisal edges also had to be moved lingually
before functional jaw movements could be
made with total comfort. This degree of
accuracy can only be achieved in the
mouth, and it requires a sequential process
for determining what is correct.
tentang di mana seharusnya gigi anterior
atas, pertanyaan itu harus diselesaikan
sebelum keputusan akhir dapat dibuat
untuk gigi bawah.
Pertanyaan tentang posisi horizontal untuk
gigi anterior rahang bawah merupakan
salah satu keputusan penting yang harus
diambil pada setiap pasien restorasi
anterior. Ini adalah keputusan yang tidak
dapat dibuat tanpa mengetahui hubungan
rahang-ke-rahang dalam relasi sentris, yang
merupakan alasan untuk menggunakan gips
diagnostik terpasang. Wax-up diagnostik
adalah cara terbaik untuk menentukan
posisi tepi insisal bawah (Gambar 18-8).
Pada banyak kesempatan, perlu untuk
mengubah gigi anterior atas untuk
mengakomodasi posisi tepi insisal bawah
yang dapat diterima (Gambar 18-9).
Ingatlah bahwa wax-up diagnostik
digunakan dengan matriks putty untuk
membuat restorasi sementara, yang
kemudian harus refine hingga kontur final
di dalam mulut (Gambar 18-10).
Provisional atas dan bawah ditempatkan
dan dihaluskan di dalam mulut sampai
pasien menyetujuinya. Mengikuti proses ini
akan menunjukkan kepada dokter mana
pun betapa pentingnya perubahan kontur
dalam waktu singkat untuk kenyamanan
pasien. Pada zona netral yang sangat rapat
ini, posisi yang benar dari tepi insisal atas
dekat dengan permukaan labial bawah,
menunjukkan fungsi yang sangat vertikal.
Karena kontur labial atas harus direduksi
kembali untuk mengakomodasi jalur
penutupan bibir dan fonetik, tepi insisal
bawah juga harus dipindahkan ke lingual
sebelum gerakan rahang fungsional dapat
dilakukan dengan kenyamanan total.
Tingkat akurasi ini hanya dapat dicapai di
mulut, dan itu membutuhkan proses
berurutan untuk menentukan apa yang
benar.
FIGURE 18-8 Diagnostic wax-up helps determine lower incisal edge position.
GAMBAR 18-8 Diagnostic wax-up membantu menentukan posisi tepi insisal bawah.
FIGURE 18-9 Adjusting upper anterior teeth to accommodate lower incisal edge position.
FIGURE 18-10 Provisional restorations in the mouth.

GAMBAR 18-9 Menyesuaikan gigi anterior atas untuk mengakomodasi posisi tepi insisal
bawah.
GAMBAR 18-10 Restorasi sementara di mulut.
PROCEDURE Communicating PROSEDUR Mengkomunikasikan detail kepada teknisi
details to the technician
Setelah restorasi sementara gigi bawah disetujui,
After the lower provisional cetakan dibuat, dan indeks silikon putty disesuaikan
restorations are approved, an dengan cetakan dan dipangkas agar sesuai dengan
impression is made, and a kontur permukaan labial.
putty silicone index is adapted
to the cast and trimmed to
conform with the contour of
the labial surfaces.

The index is used by the
technicians to precisely locate
the incisal edges and labial
contours so the finished
restorations copy the cast of
the temporary restorations.
Indeks digunakan oleh teknisi untuk secara tepat
menemukan tepi insisal dan kontur labial sehingga
restorasi yang telah selesai meniru cetakan dari
restorasi sementara.
When the technician is sure
that all details have been
faithfully duplicated, the
checklist is checked off. This
process eliminates all
guesswork and results in
restorations that are precise
and correct. Ketika teknisi yakin bahwa semua detail telah
diduplikasi dengan benar, daftar periksa dicentang.
Proses ini menghilangkan semua dugaan dan
menghasilkan restorasi yang tepat dan benar.

LOWER INCISAL EDGE CONTOUR KONTUR TEPI INSISAL BAWAH

The most important contour on the lower incisal
edges is the
labio-incisal line angle (Figure 18-11). The
“leading edge” is important for natural
appearance but also to achieve a stable holding
contact against the upper lingual stop. Use of the
Esthetic Checklist reminds the technician to do
this on every lower anterior restoration (Figure
Kontur terpenting pada tepi insisal
bawah adalah
sudut garis labio-incisal (Gambar 18-
11). "Tepi terdepan" penting untuk
penampilan alami tetapi juga untuk
mencapai kontak penahan yang stabil
terhadap lingual stop gigi atas.
Penggunaan Daftar Periksa Estetika
18-12). Loss of this leading edge contour is
usually the start of progressive wear and
instability of the anterior guidance.
The lingual-incisal line angle is an important key
to natural-looking incisal edges and a
consideration before the teeth are prepared for
restorations (Figure 18-13). As lower incisors
wear into the thicker part of the tooth, the incisal
edges get thicker and rounder (and unesthetic). If
extensive wear also occurs on the upper anterior
teeth, the lower teeth tend to move forward and
the upper teeth may move lingually (the neutral
zone is compressive). If the diagnostic wax-up
indicates a need to move thick incisal edges
lingually to permit better lingual contours on the
upper anterior teeth, the preparation for lower
anterior restorations will require more reduction
on the labial to permit thin normal incisal edge
contours on the restorations. If the incisal edges
need to be moved labially, the bulk of the
reduction will be on the lingual. What you don’t
want is convex contours on the lingual, so more
tooth reduction may be needed on severely worn
teeth to produce natural looking contours on the
incisal edges.
mengingatkan teknisi untuk
melakukan ini pada setiap restorasi
anterior bawah (Gambar 18-12).
Hilangnya kontur ujung depan ini
biasanya merupakan awal dari
keausan progresif dan ketidakstabilan
pemandu anterior.
Sudut garis insisal lingual merupakan
kunci penting untuk mendapatkan
tepi insisal yang tampak alami dan
pertimbangan sebelum gigi
dipreparasi untuk restorasi (Gambar
18-13). Saat gigi seri bawah masuk ke
bagian gigi yang lebih tebal, tepi
insisal menjadi lebih tebal dan bulat
(dan tidak estetis). Jika keausan
ekstensif juga terjadi pada gigi
anterior atas, gigi bawah cenderung
bergerak maju dan gigi atas dapat
bergerak ke lingual (zona netral
bersifat tekan). Jika wax-up diagnostik
menunjukkan kebutuhan untuk
memindahkan tepi insisal yang tebal
ke lingual untuk memungkinkan
kontur lingual yang lebih baik pada
gigi anterior atas, preparasi untuk
restorasi anterior bawah akan
membutuhkan lebih banyak reduksi
pada labial untuk memungkinkan
kontur tepi insisal yang tipis dan
normal pada restorasi. Jika tepi insisal
perlu dipindahkan ke labial, sebagian
besar reduksi akan berada di lingual.
Yang tidak Anda inginkan adalah
kontur cembung pada lingual,
sehingga pengurangan gigi lebih
banyak mungkin diperlukan pada gigi
yang sangat aus untuk menghasilkan
kontur yang terlihat alami pada tepi
insisal.
FIGURE 18-11 Red circle shows area
of labioincisal line angle.

GAMBAR 18-11 Lingkaran merah

menunjukkan luas sudut garis
labioincisal.

FIGURE 18-12 Corresponding Esthetic

Checklist area reminds technician to
check labio-incisal line-angle on every
restoration.

GAMBAR 18-12 Area Checklist

Estetika yang Sesuai mengingatkan
teknisi untuk memeriksa sudut garis
labio-incisal pada setiap restorasi.
FIGURE 18-13 Corresponding Esthetic
Checklist area reminds technician to
check lingual-contour on every
restoration. Convex contours on
lingual is never desirable.

GAMBAR 18-13 Area Checklist

Estetika yang Sesuai mengingatkan
teknisi untuk memeriksa kontur
lingual pada setiap restorasi. Kontur
cembung pada lingual tidak pernah
diinginkan.
FIGURE 18-14 Checking proper
contour of labial embrasures.

GAMBAR 18-14 Memeriksa kontur

lubang labial yang benar.
FIGURE 18-15 Checking lingual
silhouette.

GAMBAR 18-15 Memeriksa siluet

lingual.

FIGURE 18-16 Preparation and

placement of bonded veneers have
been an excellent solution for
restoring defective incisal edges. Note
the definite labio-incisal line angles on
the leading edges.

GAMBAR 18-16 Persiapan dan

penempatan veneer bonded telah
menjadi solusi yang sangat baik untuk
memulihkan tepi insisal yang rusak.
Perhatikan sudut garis labio-incisal
yang pasti pada tepi terdepan.

FIGURE 18-17 Both function and

optimum esthetics result from
anterior restorations in harmony with
a precise and correct anterior
guidance as restored by Dr. Michael
Sesemann, DDS.

GAMBAR 18-17 Fungsi dan estetik

yang optimal dihasilkan dari restorasi
anterior yang selaras dengan panduan
anterior yang tepat dan benar seperti
yang direstorasi oleh Dr. Michael
Sesemann, DDS.
Proper contouring of the labial embrasures
completes the outline of the incisal edge
contour (Figure 18-14). A common mistake
is to round the incisal edges. Incisal edges,
except in prepuberty, have a flat surface
outlined with definite line angles. The
incisal edge is higher on the lingual, and
there are no embrasures on the lingual
(Figure 18-15).
The principles that relate to the incisal
edge’s position and contour apply
regardless of the type of restoration. The
use of laminates for restoring deformed
incisal edge contour is an excellent way to
restore the leading edge of lower anterior
teeth when the labio-incisal line angle has
been worn down to a steep angular
contour. The importance of correct position
and contour of lower incisal edges cannot
be overemphasized. The entire occlusion
can be compromised by instability if lower
incisal edges are not correct. It is a critical
point for analysis and treatment of anterior
teeth (Figures 18-16 and 18-17).
Kontur yang tepat dari embrasur labial
melengkapi kontur tepi insisal (Gambar 18-
14). Kesalahan umum adalah membulatkan
tepi insisal. Tepi insisal, kecuali pada masa
prapubertas, memiliki permukaan datar
yang digariskan dengan sudut garis
tertentu. Tepi insisal lebih tinggi di lingual,
dan tidak ada lubang di lingual (Gambar 18-
15).
Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan
posisi dan kontur tepi insisal berlaku
terlepas dari jenis restorasi. Penggunaan
laminasi untuk memulihkan kontur tepi
insisal yang terdeformasi adalah cara
terbaik untuk mengembalikan tepi
terdepan gigi anterior bawah ketika sudut
garis labio-incisal telah aus hingga kontur
sudut yang curam. Pentingnya posisi yang
benar dan kontur tepi insisal bawah tidak
dapat terlalu ditekankan. Seluruh oklusi
dapat terganggu oleh ketidakstabilan jika
tepi insisal bawah tidak benar. Ini adalah
titik kritis untuk analisis dan perawatan gigi
anterior (Gambar 18-16 dan 18-17).
(a) Pre-operative photograph showing Turner's hypoplasia of 11 and 21. (b) Post-operative
photograph showing Ceramic edge-up partial crowns cemented. (c) Composite resin build-up
of 11 and 21. (d) Tooth preparation to receive ceramic partial crown. (e) Temporary crowns
cemented1

2
1. Biyani A, Singh P, Rajkumar B, C. Boruah L, Gupta V. Endodontics in mandibular
hypomobility. IP Indian J Conserv Endod. 2019;4(1):39–41.
2. Aggarwal V, Singla M. Endodontic management of a patient with oral submucous
fibrosis using custom modified endodontic instruments. J Conserv Dent.
2012;15(1):89–91.