PENETAPAN GIGIT
Seorang pasien laki-laki usia 65 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi ingin
dibuatkan gigi tiruan pada rahang atas dan bawah. Anamnesis : pasien
menyatakan bahwa semua giginya hilang oleh karena pencabutan dan pasien
belum pernah membuatkan gigi tiruan sebelumnya. Pemeriksaan klinis :
kesehatan umum baik; diagnosis oral : full edentulous ridge. Rencana perawatan
yang dilakukan oleh dokter gigi adalah pembuatan gigi tiruan lengkap (GTL).
Tahapan yang dikerjakan saat ini adalah pembuatan galengan gigit pada model
kerja, kemudian pengukuran dimensi vertikal fisiologis dan penentuan dimensi
vertikal oklusal, serta melakukan penetapan gigit dengan metode Niswonger.
1
STEP 1
1. Penetapan gigit
Untuk memperoleh kondisi ideal RB terhadap RA dari dalam mulut
kemudian diproyeksikan keluar mulut dengan bantuan sarana galengan
gigit
2. Galengan gigit
Bentukan malam (wax) yang digulung dan diletakkan diatas basis yang
digunakan sebagai oklusi sementara biasanya digunakan untuk
menentukan tinggi bidang oklusal, bentuk lengkung (yang dikaitkan
dengan aktivitas bibir, pipi dan lidah), catatan awal hubungan antar rahang
dalam arah vertikal dan horizontal, dan perkiraan jarak interoklusal
5. Model kerja
Dilakukan cetakan anatomis atau model studi menggunakan alginat
kemudian dicetak lagi dengan elastomer sehingga menjadi model kerja.
Model kerja dibuat untuk dijadikan model fungsional
2
kontraksi otot-otot minimal yang cukup untuk mempertahankan kondisi
tersebut.
STEP 2
STEP 3
Penampilan natural
3
Mudah untuk dimanipulasi
Mudah dibersihkan
Radiopaque
2. Galengan malam.
Shelac base plate dibuang dengan gunting, 1-2 mm dari tepi landasan/
Apabila masih terdapat ruang, maka diisi kembali dengan shelac base
plate yang sudah dicairkan.
Dirapikan tepi-tepinya
4
ii. Membuat galengan malam
Basis harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas atau bergerak
karena dapat mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya
5
gigi dalam arah anteroposterior paling sedikit sama terlibat dalam relasi
vertikal rahang dan dalam perbaikan tonus kulit.
Kontur labial tergantung pada struktur intrinsik serta dukungan di
belakangnya. Karena itu dokter gigi harus pertama kali membentuk kontur
permukaan labial galangan gigit sehingga semirip mungkin dengan posisi
anteroposterior gigi-gigi serta kontur basis gigi tiruan, yang juga harus
menggantikan dan memperbaiki dukungan jaringan yang diberikan oleh
struktur aslinya.
Kontur labial dari galangan gigit rahang atas dibentuk untuk
mengembalikan bibir atas ke posisi pra pencabutan.
Pasien harus nampak normal seakan-akan seperti bergigi. Hal ini dilihat
dari sulkus naso-labialis dan philtrum pasien nampak tidak terlalu dalam
atau hilang alurnya
Pedoman untuk galangan gigit rahang atas adalah low lip line. Yaitu
pada saat pasien dalam keadaan rest position, garis insisal / bidang
oklusal / bidang orientasi galangan gigit rahang atas setinggi garis bawah
bibir atas dilihat dari muka. Sedangkan apabila dilihat dari lateral sejajar
dengan garis tragus-alanasi.
4. Bidang orientasi
6
Bidang orientasi didapat dengan mensejajarkan:
Bagian anterior dengan garis antarpupil
1. Adaptasi basis
Basis harus diam di tempat, tidak boleh mudah lepas atau bergerak
karena dapat mengganggu pekerjaan tahap selanjutnya.
Pada rahang bawah tidak dapat sebaik rahang atas karena basis lebih
sempit serta ada gangguan pergerakan lidah.
7
Faktor seni dan pengalaman lebih berperan daripada faktor
keilmuan
8
MAPPING
Pemeriksaan
GTL
Pembuatan
Galengan GIgit
Penentuan Dimensi
Vertikal Oklusal &
Fisiologis
Penetapan Gigit
9
STEP 5
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tentang :
1. Syarat-syarat GTL
2. Alat dan bahan GTL
3. Prsedur pembuatan GTL
4. Prosedur pembuatan galengan gigit
5. Prosedur penetapan gigit (macam-macam metode pengukuran penetapan
gigit)
STEP 7
10
berjalan 2-3 minggu setelah hilangnya gigi, namun pada beberapa orang dapat
berlangsung selama beberapa bulan.
Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap
(1) adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih
mempunyai beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak
mungkin diperbaiki,
(2) keadaan processus alveolaris masih baik,
(3) kondisi mulut pasien baik,
(4) keadaan umum pasien baik, dan
(5) pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap.
11
Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi
gigi tiruan lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak bergerak
disebut mucobuccal fold dan fornik. Batas ini harus diteliti dengan seksama untuk
mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.
Syarat gigi tiruan yang baik adalah (1) material tidak berbau, berasa, halus,
bersih, dan tidak mengiritasi, ukuran dan bentuk harus sesuai, serta mempunyai
retensi dan stabilisasi waktu dipakai dan berfungsi sehingga enak dipakai, (2)
dapat berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan kata dengan jelas,
gerakan seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan lain-lain, (3) estetis dalam
ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi, (4) tidak menimbulkan gangguan atau
kelainan dan rasa sakit, dan juga (5) cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan
dan pengaruh zat dalam makanan, minuman, cairan ludah dan obat.
Gigi tiruan lengkap yang baik harus memiliki retensi dan stabilitasasi yang
baik. Retensi adalah ketahanan dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat
gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Stabilisasi adalah ketahanan suatu gigi
tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan
fungsional). Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980), retensi didapat dari
gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension, sedangkan faktor
stabilisasi GTL didapat dari pemasangan gigi-gigi pada processus alveolaris,
tekanan yang merata, balanced occlution, relief area, sliding, over jet dan over
bite. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan
gigiA tiruan lengkap.
12
LO 2 ALAT DAN BAHAN
Bahan Cetak
Bahan cetak dapat digolongan menurut beberapa pertimbangan.
Berdasarkan sifatnya, dikenal kelompok ini :
1. Bahan Cetak Tegar (Rigid Material), yang setelah mengeras
konsistensinya kaku, seperti Plaster of Paris dan Metallic Oxyde Paste.
2. Bahan Cetak Termoplastik (Thermoplastic Material), yang menjadi
plastis pada suhu tinggi tetapi menjadi keras kembali seperti semula bila
suhu diturunkan, contohnya Modelling Plastic dan Impression Waxes.
3. Bahan Cetak Elastis (Elastic Material), yang tetap dalam keadaan elastis
atau fleksibel setelah dikeluarkan dari mulut, seperti Agar-agar, Alginat,
Mercaptan, dan Silikon.
Bahan cetak yang paling banyak digunakan dalam pembuatan gigi tiruan
adalah Alginat. Pada umumnya dikenal dua macam alginat atau Irreversible
Hirdrokoloid :
1. Quick Setting Alginate, yang mengeras dalam 1 menit dan digunakan
untuk mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual.
2. Regular Setting Alginate, menegras dalam 3 menit dan dipakai untuk
pemakaian rutin.
Bahan cetak yang dipilih harus sesuai fungsinya. Macam bahan cetak :
Pasta zinc okside eugenol
Rubber base
Alginate
Gips cetak
Masing masing bahan tersebut mempunyai sifat kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan basis geligi tiruan dapat
digolongkan dalam:
13
A. Bahan Basis Logam (Metallic Base Materials). Termasuk ke dalam
golongan ini adalah :
1. Logam Campur Emas Kuning (Yellow Gold Alloy)
2. Logam Campur Emas Putih (White Gold Alloy)
3. Logam Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
4. Logam Camput Kobalt Kronium
14
PENATALAKSANAAN
1. Kunjungan I
15
a) Pemeriksaan Subjektif dan Objektif
Pada kunjungan pertama, dilakukan pengisian kartu status prostodonsia
yang terdiri dari data demografi pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif,
diagnosis, rencana perawatan, dan alternatif rencana perawatan. Pasien
diinformasikan tentang diagnosis, yakni edentulus rahang atas dan rahang bawah
serta rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigitiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
diberitahu tentang waktu kunjungan yang akan dilakukan dan biaya perawatan.
Setelah informasi ini diberikan dan pasien setuju, pasien diminta menandatangani
informed consent.
Setelah selesai, cetakan tersebut dicor sebanyak dua kali dengan gips stone
Gambar 4 Sendok cetak edentulus sediaan nomor dua
(Blue Dental Plaster, Korea) sehingga diperoleh model studi dan model kerja.
Model studi disimpan untuk dipelajari sedangkan model kerja untuk membuat
sendok cetak individual.
16
2. Kunjungan II
a) Mencoba Sendok Cetak Individual ke Pasien
Sendok cetak individual mencakup semua semua daerah kecuali frenulum,
baik rahang atas maupun rahang bawah. Tidak boleh ada undercut yang dapat
menghalangi pada saat nanti dilakukan pencetakan fisiologis.
17
b) Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa ada
retensi saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan
menggunakan greenstick compound (Peri compound border moulding impression
material, GC Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah greenstick
dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam di dalam air selama beberapa detik agar
pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah dilunakkan dan agar
greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan sedikit demi sedikit pada tepi
luar sendok cetak individual.
Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan greenstick
compound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke
kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch dan sayap
bukalis. Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik
ke luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir
ditarik ke depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah
frenulum labialis. Untuk membentuk daerah posterior palatum durum yang
merupakan batas antara palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan
untuk mengucapkan ah.
Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah
buccal shelf, maka setelah greenstick dilunakkan, dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian pasien diminta untuk membuka
mulut kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Kemudian,
untuk membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid maka pasien
diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior
palatum durum. Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada
pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke bibir
atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan memberikan instruksi yang
sama dengan instruksi border moulding rahang atas.
18
Gambar 6 Hasil border moulding pada sendok cetak individual
c) Membuat Cetakan Fisiologis
Tahap berikutnya yakni membuat cetakan dengan menggunakan bahan
elastomer (polyvinylsiloxane). Bahan elastomer (Exaflex Hydrophilic Vinyl
Polysiloxane Impression Material Regular Type, GC America Inc., Jepang) ini
bersifat hidrofobik sehingga harus dalam lingkungan yang kering agar bisa
tercetak dengan baik. Oleh karenanya, sebelum pencetakan, mukosa yang akan
dicetak dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan tampon. Pasien
diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang. Teknik
mencetak rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan pada bagian
posterior kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior. Penekanan dilakukan
hingga dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di mulut pasien. Hasilnya dapat
dilihat pada gambar 7.
19
Gambar 7 Hasil cetakan fisiologis dengan bahan silikon yaitu polyvinyl siloxane (exaflex)
Setelah selesai mencetak, cetakan negatif tadi dicor dengan menggunakan
gips stone sehingga diperoleh model positif cetakan fisiologis (Gambar 8).
Selanjutnya model positif tersebut diserahkan ke tekniker untuk pembuatan basis
dan galengan gigit.
3. Kunjungan III
Pada kunjungan ini, pasien dicobakan basis gigitiruan dan galengan gigit
atau bite rim rahang atas dan rahang bawah. Basis dan bite rim terbuat dari
baseplate wax. Periksa kestabilan basis dengan melihat ketebalan dan kerapatan
basis rahang atas dan bawah. Bite rim harus dibuat sesuai dengan lengkung
rahang. Tinggi bite rim
anterior labial bawah
sebesar 18 mm dan
labial atas 22 mm.
Ga
mbar 9 Basis dan bite rim
20
Tahap selanjutnya adalah melakukan kesejajaran pada bite rim atas.
Dimulai dengan membuat garis nasoauricular atau garis camper dengan cara
menarik benang mulai dari bawah hidung pasien ke bagian atas tragus telinga
pasien untuk membantu menilai kesejajaran. Lalu, masukkan bite rim rahang atas
ke dalam mulut dan sejajarkan bite rim rahang atas dengan garis camper dengan
bantuan fox plane guide.
Pada saat melakukan kesejajaran pada bite rim rahang atas, beberapa hal
yang harus diperhatikan seperti penentuan tinggi bite rim rahang atas dan garis
servikal yang berjarak 2 mm dari low lip line bibir atas pada saat pasien
tersenyum, penyesuaian labial fullness, dan penentuan kesejajaran galengan gigit
rahang atas anterior dan posterior terhadap garis camper. Bite rim disesuaikan
sehingga bite rim bawah berimpit rapat dengan rim atas pada saat beroklusi.
Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan penentuan dimensi vertikal.
Gambar 10 Kesejajaran galengan gigit yang terlihat dari fox plane terhadap garis camper
21
oklusi diperoleh dari dimensi vertikal saat istirahat dikurangi dengan free way
space sebesar 3 mm sehingga diperoleh dimensi vertikal oklusi sebesar 80 mm.
Kemudian, bite rim atas dan bawah dimasukkan kembali ke dalam mulut, lalu
pasien diminta menelan dan mengigit dalam oklusi sentris, kemudian dilakukan
pengukuran dimensi vertikal oklusi kembali. Bite rim bawah dikurangi hingga
diperoleh dimensi vertikal oklusi yang telah ditetapkan. Selama proses
pengurangan bite rim bawah ini, bite rim atas dikeluarkan dari mulut agar basis
yang terbuat dari malam tidak berubah bentuk.
Tahap selanjutnya yakni melakukan penentuan posisi distal, yakni
sandarkan dental unit diatur agar pasien berada pada posisi supinasi. Dari sini
mandibula berada pada posisi yang paling distal. Kemudian tentukan garis median
dan garis kaninus. Fiksasi bite rim rahang atas dengan rahang bawah dengan
menancapkan paper clip yang telah dipanaskan. Kemudian, bite rim atas dan
bawah yang sudah terfiksasi tersebut dikeluarkan bersamaan dengan cara pasien
diinstruksikan membuka mulut selebar mungkin. Lalu, bite rim atas dan bawah
dimasukkan pada model kerja. Bila telah sesuai bite rim atas dan bawah dipasang
pada artikulator. Kemudian model dan artikulator dikirim ke tekniker untuk
penyusunan gigi anterior, disertai instruksi mengenai pemilihan gigi artifisial.
Pada kasus ini, dilakukan teknik pemasangan model rahang atas dan
bawah yang dipasang bersamaan di artikulator, setelah sebelumnya telah
dilakukan kesejajaran dan dimensi vertikal. Namun sebaiknya pemasangan model
rahang atas dipasang terlebih dahulu pada artikulator, dilanjutkan dengan
pengukuran dimensi vertikal, dan setelah itu baru dilakukan pemasangan rahang
bawah pada artikulator. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
kesalahan-kesalahan oklusi pada gigi tiruan yang telah selesai dibuat.
PENYUSUNAN GIGI
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan gigi anterior
atas, gigi anterior bawah , gigi posterior atas, gigi posterior bawah, gigi M 1
bawah dan gigi posterior bawah lainnnya. Dengan syarat utama :
22
1. Setiap gigi mempunyai dua macam kecondongan yakni
a. Inklinasi mesio distal
b. Inklinasi antero posterior/ inklinasi bukopalatal/lingual sesuai dengan
kecondongan tanggul gigitan. Bila terlalu ke labial akan tampak penuh
dan bila terlalu ke palatal akan tampak ompong.
2. Dilihat dari oklusal berada diatas lingir rahang. Penyusunan gigi harus
disesuaikan dengan keadaan lingir , pada pasien yang sudah lama ompong
sering sudah terjadi resopsi lingir. Resorpsi pada lingir atas berjalan ke
atas dan ke palatal yang menyebabkan bibir jatuh dan tampak masuk ,
maka penyusunan gigi tidak di lingir tapi lebih ke labial dan sebaliknya
resopsi lingir bawah mengarah ke anterior sehingga penyusunan gigi lebih
ke linhgual.
3. Tanggul gigitan malam dipotong bertahap supaya tidak kehilangan jejak
selebar mesio distal dan sedalam lebar antero posterior gigi yang akan
disusun di tempat tersebut.
4. Gigi yang akan disusun harus memuhi syarat inklinasi mesio distal dan
inklinasi antero-posteriornya serta dilihat dari bidang oklusal tepi insisal
gigi anterior atas berada diatas lingir rahang dan sesuai lengkung lingir
rahang.
4. Kunjungan IV
Pada kunjungan ini, model telah ditanam pada artikulator dan penyusunan
gigi anterior rahang atas dan bawah telah selesai sehingga pasien dapat melakukan
try-in untuk mengetahui kesesuaian susunan gigi-geligi dan dukungan bagi posisi
dan bentuk bibir.
23
Try-in gigi anterior dimulai dengan pemeriksaan susunan gigi anterior
terlebih dahulu dengan melihat kesesuaian susunan gigi, bentuk gigi, ukuran gigi
dan posisi gigi pada model dengan keadaan dalam mulut pasien dan oklusi dalam
mulut pasien jangan sampai ada yang terlihat open. Kemudian periksa ketepatan
garis median, posisi distal, stabilitas, retensi, serta fonetik dengan meminta pasien
mengucapkan huruf f atau s.
5. Kunjungan V
Pada kunjungan ini, penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah
telah selesai sehingga pasien dapat melakukan try-in dan penyesuaian susunan
gigi tiruan rahang atas dan bawah baik bagian anterior maupun posterior secara
keseluruhan.
Beberapa hal yang diperhatikan pada saat try-in penyusunan gigi yaitu :
1. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran, dan posisi gigi di dalam mulut pasien.
2. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas
dan bawah harus interdigitasi dengan baik.
3. Pemeriksaan basis gigi tiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional
lidah, sayap lingual sebaiknya tidak menghalangi gerakan lidah
4. Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigi tiruan rahang atas.
5. Pemeriksaan estetis dengan melihat garis kaninus.
6. Pemeriksaan fonetik dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan
huruf S, D, O, M, R, A dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak
ada gangguan.
Setelah semuanya telah sesuai, pasien diminta untuk bercermin. Apabila
pasien telah puas dan tidak ada keluhan, maka basis malam gigi tiruan sebagian
tersebut dikirim ke tekniker untuk packing akrilik.
6. Kunjungan VI
Pada kunjungan ini pasien melakukan try-in gigitiruan yang telah jadi,
dengan kata lain bahan malam telah diganti dengan resin akrilik. Cobakan
gigitiruan ke dalam mulut pasien dan perhatikan:
a) Retensi
Pemeriksaan retensi dengan cara menggerak-gerakkan pipi dan bibir, prostesis
lepas atau tidak.
24
b) Oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper,
titik-titik kontak prematur atau daerah yang mengalami tekanan lebih besar
diasah dengan menggunakan bur gurinda. Prosedur ini dilakukan untuk
mencari dan menghilangkan semua hambatan oklusal pada gerak lateral dan
protrusi. Pengasahan dilakukan pada permukaan oklusal gigi yang tampak
miring atau memanjang karena pemasakan. Pada oklusi eksentrik tidak
dilakukan pengasahan pada bagian distobukal molar dua bawah. Semua
pengasahan di sisi keseimbangan dilakukan terhadap bagian lingual dari
permukaan oklusal molar dua bawah.
c) Stabilitas
Pemeriksaan stabilitas gigitiruan dengan cara menekan gigi molar satu kiri dan
kanan secara bergantian apakah ada sisi yang terungkit atau tidak.
Pemeriksaan gigitiruan di dalam mulut saat mulut berfungsi, tidak boleh
mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya.
Apabila sudah tidak ada gangguan, maka prostesis dapat dipolis.
Selain itu, periksa juga adaptasi basis dan tepi gigitiruan, posisi distal,
dimensi vertikal, fonetik, estetik, dan keadaan jaringan pendukung gigitiruan juga
diperiksa. Pastikan tidak ada gingiva yang menerima tekanan yang besar. Hal ini
akan nampak jika terlihat gingiva yang berwarna pucat yang diakibatkan oleh
tekanan dari gigitiruan. Perhatikan juga pipi dan bibir pasien jangan ada yang
kendur. Bila setelah bercermin pasien merasa puas dengan gigitiruannya serta
tidak ada keluhan, maka try-in sudah selesai dan sudah dapat dilakukan insersi
gigitiruan untuk kemudian dilakukan kontrol seminggu kemudian (Gambar 12).
25
Gambar 12 Try-in gigitiruan penuh
26
Sebagai latihan, pertama-tama sebaiknya makan makanan yang lunak atau
makanan yang mudah dimakan. Apabila tidak ada keluhan, maka boleh
makan makanan biasa.
Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan.
Hindari makanan yang keras, makanan dan minum yang lengkat ataupun
yang terlalu panas.
Apabila ada rasa tidak nyaman atau sakit, gangguan bicara, gigitiruan tidak
stabil, ataupun terjadi kerusakan pada gigitiruan dianjurkan untuk
menghubungi operator.
7. Kunjungan VII
Kontrol pertama
Seminggu setelah insersi dilakukan kontrol pada gigitiruan tersebut
(gambar 16). Dari pemeriksaan terlihat ulkus pada posterior kanan rahang atas
sehingga dilakukan pengurangan secukupnya pada bagian dalam dari gigitiruan
pada daerah tersebut. Setelah itu dilakukan pemeriksaan keadaan jaringan
pendukung, fungsi mastikasi dan fonetik, retensi, stabilitas, dan oklusi. Apabila
semuanya sudah diperiksa dan tidak ada keluhan lagi dari pasien, beri instruksi
yang sama pada saat insersi sebelumnya. Setelah itu pasien dibolehkan pulang.
27
LO 4 TAHAPAN PEMBUATAN GALENGAN GIGIT
28
Berfungsi untuk memperoleh kondisi ideal rahang atas dan rahang bawah
di dalam rongga mulut dengan memproyeksikannya keluar mulut. Beberapa
istilah yang digunakan dalam menentukan penetapan gigit, diantaranya:
Vertical relations = D.V = relasi vertikal = tinggi gigit
Horisontal relations = relasi horisontal = letak gigit
Orientation relations = hubungan rahang terhadap sendi rahang
29
2. Menetapkan relasi vertikal
3. Menetapkan relasi horisontal
4. Mencatat relasi sentrik
1. Persiapan
Syarat Galengan Gigit :
Galengan gigit RA dimasukan lebih dahulu dalam mulut, kemudian
periksa:
o Dari depan : panjang gal gigit yang nampak disesuaikan dengan bibir
penderita
Bibir normal 1-2 mm dibawah bibir
Bibir panjang tidak kelihatan
Bibir pendek 5-6 mm dibawah bibir
Sejajar dengan garis interpupil
o Dari samping :
Lengkung depan kontur labial membentuk lip support yang
baik untuk menunjang retensi
o Dengan bantuan alat bite plate, bid. Oklusal dilihat :
Dari depan : dibuat sejajar garis interpupil
Dari samping: sejajar dengan garis champer (grs yg dibuat
melalui tragus alanasi)
Galengan gigit RB dimasukkan dalam mulut penderita, kmd perhatikan:
o Gal gigit RA dan RB dibuat kontak merata dan seimbang, tidak terjadi
kontak semu
30
Membuat potret wajah dari arah samping dengan
menggunakan kamera , gigi oklusi maksimal diperbesar
diukur anatomical landmark dibandingkan hasil
penngukuran anatomical lanmark penderita
31
Kemudian penderita diinstruksikan mengucapkan huruf S dan
perhatikan (periksa) jarak antara bidang Oklusal RA dan RB dan
keharmonisan wajah
Faktor seni dan pengalaman lebih berperan daripada faktor
keilmuan
2. Cara Willis
Jarak antara pupil mata (titik tengah iris mata) ke rima oris
(pertemuan bibir atas dan bibir bawah ) akan sebanding dengan
jarak antara dasar hidung ke batas terbawah dagu
Dengan alat Willis bite gauge
32
Bila pengukuran menggunakan cara Willis, ada 3 hal yang perlu
diperhatikan:
- posisi lengan jangka yang mati di bawah hidung,
- posisi lengan gesernya di bawah dagu,
- orientasi vertikal dari alat ukur.
Bila pasien mempunyai sudut nasolabial yang tajam, lengan yang
mati dapat ditempatkan dengan akurat. Bila sudut nasolabial tumpul, perlu
diberi tanda kecil pada kulit bibir atas dan lengan yang mati ditempatkan
pada tanda tersebut.
Lengan gesernya harus digerakkan sehingga hanya menyentuh
ringan pada permukaan bawah dagu. Bila tekanan yang tidak semestinya
diberikan pada kulit, posisi mandibula akan berubah. Ini akan
menimbulkan ketidaktepatan pada pengukuran selanjutnya karena tidak
mungkin kita memberikan tekanan dengan derajat yang sama pada
pengukuran-pengukuran selanjutnya. Ketidaktepatan mungkin terjadi bila
bentuk dagu tidak memungkinkan penempatan lengan geser dengan benar.
Hal ini tidak akan terjadi bila alat ukur sebelumnya telah dimodifikasi
dengan mengurangi panjang lengan tersebut serta mengubah sudutnya.
33
(a) Bentuk sudut nasolabial memungkinkan lengan mati alat ukur Willis
ditempatkan secara akurat. (b) Bila sudut nasolabial tumpul, dapat
digunakan sebuah tanda pada bagian bawah hidung.
3. Cara Silverman
Penetapan tinggi gigit melalui metode pelisanan beberapa huruf
(closest speaking space). Dilakukan apabila otot2 yang terlibat dalam
keadaan berfungsi berbicara yang fisilogis.
Cara:
Galengan gigit dimasukkan dalam RM
34
Kemudian penderita dianjurkan melisankan huruf S DV
kedua gal gigit adalah 2 mm (bervariasi 0-10 mm), > 8-10 mm
metode lain
35
Dibuat keratan bentuk V pada regio M1 galengan gigit RB (bagian
oklusal)
Oklusal RA posterior cukup dibuat keratan pada lokasi berhadapan
Pada keratan diberi malam lunak, kemudian dilakukan relasi sentris atau
memakai steples.
Kemudian galengan gigit dikeluarkan dari dalam mulut dalam keadaan
kontak dan difiksir
36
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih bahasa
Hutauruk C. Jakarta: EGC; 2006. p.208-10, 215.
2. Basker, R.M., dkk . Perawatan Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi Alih
Bahasa oleh Titi S. Soebekti. Jakarta: EGC.
3. Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Alih bahasa: Sumawinata N.
Jakarta: EGC; 1995. hal. 102.
4. Geering AH, Kundert M, Kelsey CC. Complete denture and overdenture
prosthetics. New York: Thieme Medical Publisher, Inc; 1993. p. 3.
5. Veeraiyan DN, Ramalingam K, Bhat V. Textbook of prosthodontics. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2007. p. 4, 16, 50, 55,
80.
6. Goiato MC, Filho HG, Santos DM, Barao VAR, Freitas ACJ. Insertion and
follow-up of complete dentures: A literature review. J Gerodontol 2011;
28: 200-12
7. Gunadi, Haryanto A, dkk. 2012. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
Jilid 1. Jakarta : Hipokrates.
8. Arini. Keadaan dan masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.
[internet]. Available from URL: http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/dentistry-oral-medicine/2300424-keadaan-dan-masalah-kesehatan-
gigi/#ixzz2OLd2doBF. Accessed on 27th March 2013.
9. Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonsi
untuk pasien tak bergigi menurut Boucher. Alih bahasa:Mardjono D,
Koesmaningati H. Jakarta: EGC; 2002. hal. 159, 270, 276, 429.
10. Basker RM, Davenport JC. Prosthetic treatment of edentulous patient. 4th
ed. Oxford: Blackwell Publishing Company; 2002. p.58, 71, 146-7, 177,
188, 190, 211, 260,263-4.
11. Gunadi HA, Burhan LA, Suryatenggara F. Buku ajar ilmu geligi tiruan
sebagian lepasan. Jilid 1. Jakarta: Hipokrates; 1995. hal. 13.
12. Thomson H. Oklusi. Ed 2. Alih Bahasa: Yuwono L. Jakarta: EGC; 2007.
hal. 248.
38
13. Hobkirk, J.A. A Colour Atlas of Complete Dentures. Institute of Dental
Surgery, University of London and Honorary Consultant, Eastman Dental
Hospital, London. Diakses melalui www.egydental.com/vb.
14. Hunter F. Healthy eating in older people.[internet]. Available from URL:
http://www.bbc.co.uk/health/treatments/healthy_living/nutrition/life_older
adults.shtml. Accessed on 27th March 2013.
15. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete denture.
Shelton: Peoples Medical Publishing House; 2009. p. 33-4, 113-4.
16. Sumarsongko T, Adenan A. Rasa nyeri pada mukosa jaringan pendukung
gigitiruan penuh dan penanggulangannya. J Dentofasial 2011; 10(3): 190-
5.
17. Itjiningsih WH. Geligi tiruan lengkap lepas. Jakarta: EGC; 1996. hal. 62,
67-9.
39
40