Topik:
DOSEN PEMBIMBING:
OLEH:
Reza Umami (1813101020045)
Cut Thirza Talitha (1813101020061)
Irda Rahayu (1813101020063)
Diotama Nuza (1813101020065)
1. Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk:
Memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai keluhan
pasien.
Memperoleh informasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
terutama yang berhubungan dengan pembuatan gigi tiruan penuh.
Membantu penegakan diagnosa sementara
Membantu menetukan rencana perawatan
2. Pemeriksaan Ekstraoral
Pemeriksaan ekstraoral bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi di
sekitar kepala dan leher serta melihat apakah terdapat kelainan atau
kondisi patologis. Pemeriksaan dilakukan guna menegakkan diagnosis dan
menentukan rencana perawatan yang tepat. Pemeriksaan ekstraoral yang
dilakukan adalah:
Bentuk dan profil wajah bertujuan untuk pemilihan bentuk, ukuran dan
susunan gigi, dan juga sebagai pedoman penetapan hubungan rahang.
Pupil, Tragus, hidung, cara bernafas :
Bertujuan untuk menentukan garis interpupil dan garis Camper
yaitu yang ditarik dari tragus ke basis hidung pada kehilangan gigi yang
banyak. Garis interpupil ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang
insisal galengan gigit anterior. Sedangkan garis Camper ditentukan
untuk kesejajaran dengan bidang oklusal galengan gigit posterior.
Selain itu, garis yang ditarik dari tragus ke foramen infraorbita juga
dapat dipakai sebagai pedoman untuk mencetak rahang atas, yaitu garis
tersebut harus sejajar dengan lantai, supaya posisi kepala pasien agak
menunduk.
Pemeriksaan cara bernafas bertujuan untuk melihat pernapasan
pasien melalui hidung atau mulut yang dilakukan menggunakan kaca
mulut yang ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien
2
diminta untuk bernafas melalui hidung dengan mulut dalam keadaan
tertutup.
Rima Oris:
Bertujuan untuk pemilihan ukuran sendok cetak.
Bibir atas, Bibir bawah:
Bertujuan untuk melihat kondisi bibir, tonus otot bibir, serta melihat
ada atau tidaknya kelainan.
Kelenjar getah bening:
Bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat infeksi di sekitar kepala
dan leher.
Sendi rahang:
Bertujuan untuk mengetahui adanya kelaninan sendi seperti kliking,
penyimpangan gerak deviasi, trismus.
3. Pemeriksaan Intraoral
Bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi di rongga mulut dan
mengidentifikasi kelainan atau kondisi patologis rongga mulut.
Pemeriksaan dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
rencana perawatan yang tepat. Pemeriksaan intraoral yang dilakukan
adalah:
Higiene Mulut, Kalkulus, Stain
Bertujuan untuk mengetahui keadaan dan kebersihan rongga mulut
pasien.
Saliva
Bertujuan untuk melihat kuantitas dan konsistensi saliva.
Lidah
Bertujuan untuk melihat kondisi lidah meliputi ukuran, mobilitas, dan
posisi. Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu
pencetakan dan pemasangan gigi tiruan. Lidah yang aktif atau
mobilitas tinggi akan mengganggu retensi dan stabilisasi gigi tiruan.
Refleks muntah
3
Bertujuan untuk mengetahui refleks muntah pasien yang akan
berpengaruh dalam proses mencetak rahang pasien.
Gigitan
Bertujuan untuk mengetahui pola gigitan pasien.
Artikulasi
Bertujuan untuk melihat canine guidance/group function/artikulasi
seimbang, ada atau tidaknya prematur kontak/blocking.
Daya kunyah
Bertujuan untuk mengetahui daya kunyah normal/besar. Daya kunyah
yang besar akan berpengaruh dalam pemilihan bahan elemen gigi
tiruan.
Vestibulum, processus alvolaris, frenulum, palatum, tuberositas
alveolaris, undercut, ruang retromilohioid, bentuk lengkung rahang.
Bertujuan untuk melihat keadaan dari anatomi tersebut yang akan
berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan.
4. Pemeriksaan Radiograf
Pemeriksaan radiograf bertujuan untuk melihat kondisi gigi,
tulang, dan jaringan lunak di sekitarnya serta untuk mengidentifikasi
kelainan yang terjadi di rongga mulut dan sekitarnya yang tidak bisa
dilihat secara klinis. Pemeriksaan radiograf berfungsi untuk membantu
menegakkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan. Pemeriksaan
radiograf sangat penting untuk dilakukan karena sangat membantu dalam
merencanakan perawatan pre prostodontik jika dibutuhkan.
Pemeriksaan radiograf yang dapat dilakukan meliputi foto
panoramik yang berfungsi untuk melihat keadaan rongga mulut dan
sekitarnya secara luas. Untuk gambaran yang lebih detail namun hanya
pada daerah spesifik, digunakan foto periapikal.
Gambaran yang dapat dilihat pada gambar radiograf mencakup
kondisi patologis seperti abses, kista, dan tumor. Temuan seperti sisa akar
gigi, benih gigi yang tidak erupsi, serta kondisi alveolar rigde yang tajam
dan irregular juga dapat dilihat. Kondisi ketinggian tulang dan kepadatan
tulang juga dapat dilihat dari foto radiograf. Kepadatan tulang berpengaruh
4
terhadap resopsi tulang. Tulang yang mengalami resopsi akan mengurangi
tinggi dan ukuran residual ridge sehingga dapat mengurangi stabilitas gigi
tiruan penuh.
6. Pembuatan SCP
5
Bertujuan membantu dan memudahkan dalam pencetakan
fisiologis, serta adaptasi yang lebih akurat ke mulut pasien tersebut.
Penggunaan stock tray dianggap kurang mampu mencetak rongga mulut
secara detail, sehingga SCP dibutuhkan. SCP akan digunakan untuk
melakukan pencetakan fisiologis yang berfungsi untuk mencetak denture-
bearing area secara detail.
SCP dibuat berdasarkan bentuk rahang pasien dari model studi
yang telah didapatkan. Untuk membuat SCP, model studi tersebut harus
bebas dari undercut sehingga didapat SCP yang lurus, pembuatan SCP
pada model yang memiliki undercut dapat menyebabkan SCP patah pada
saat dikeluarkan dari mulut pasien.
Syarat dari SCP adalah:
Harus beradaptasi dengan baik dan stabil terhadap model studi
serta mukosa pasien
Harus rigid
Mampu menahan bahan cetak
Memiliki lubang-lubang yang berfungsi untuk menyediakan
retensi untuk bahan cetak, mengurangi tekanan pada papila tajam
dan rugae, dan mencegah jebakan gelembung udara pada cetakan.
Terdapat jarak 2 mm dari sulkus ke tepi SCP (untuk pembuatan
border molding)
7. Border Molding
Bertujuan untuk membentuk bagian tepi sendok cetak
perseorangan yang sesuai dengan luas dan bentuk vestibulum, berfungsi
untuk mendapatkan catatan otot-otot daerah tepi pada saat melakukan
gerakan fungsional. Selain itu juga untuk mendapatkan batas antara
mukosa bergerak dan tidak bergerak. Border molding juga berfungsi untuk
menentukan panjang sayap dan ketebalan tepi gigi tiruan, serta untuk
mendapatkan retensi melalui peripheral seal.
Pencetakan fungsional harus mencetak struktur jaringan
pendukung dan membentuk tepi gigi tiruan atau peripheral border yang
6
dapat menutupi pinggiran atau border seal dengan baik sehingga akan
memberi retensi dan stabilitas yang maksimal pada gigi tiruan
Struktur yang dicetak pada tahap border molding dan gerakan fungsional
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Maksila
a. Labial: menggerakkan bibir keluar, kebawah, dan kedalam, serta
instruksikan pasien untuk melakukan pergerakan pada bibir seperti
menghisap (otot zygomaticus) dan tersenyum (otot orbicularis oris).
b. Posterior lateral: menggerakkan mandibula ke kiri dan ke kanan akan
mencetak area retrozygoma untuk memberikan pergerakan prosesus
koronoid.
c. Frenulum bukalis: pipi ditarik keluar, kebawah dan ditekan kedalam,
menggerakkan kedepan dan kebelakang untuk mensimulasikan
pergerakan frenulum
d. Bukal posterior: pipi ditarik keluar, kebawah dan ditekan kedalam,
menggerakkan kedepan dan kebelakang, membuka mulut,
menggerakkan mandibula ke kanan dan ke kiri.
e. Hamular notch: tekan compound ke arah notch, instruksikan pasien
untuk membuka mulut secara lebar dan menutup kembali.
f. Posterior vibrating line: dilihat pada saat pasien mengatakan ‘AH’. Tepi
posterior dari sendok cetak ditandai dengan disposable marker
kemudian keringkan jaringan palatum lalu letakkan sendok cetak pada
7
mulut pasien. Pasien diinstruksikan mengucapkan kata ‘AH’. Sendok
cetak dilepaskan dari mulut dan mark (tanda) yang telah pindah dari
sendok cetak ke mulut pasien dibandingkan dengan vibrating line dan
hamular notch dimulut pasien. Jika kurang panjang maka dikoreksi
dengan penambahan modeling compound.
Mandibula
a. Sayap Labial: dilakukan dengan cara menarik bibir bawah keluar, keatas,
dan tekan kedalam untuk mensimulasikan pergerakan frenulum.
b. Frenulum bukalis: pipi ditarik keluar, keatas, kedalam, kebelakang dan
kedepan untuk mensimulasikan pergerakan frenulum
c. Posterior bukal: pipi ditarik kearah bukal untuk memastikan pipi tidak
terjebak dibawah sendok cetak dan pipi digerakkan keatas dan kedalam.
Efek otot masetter pada tepi cetakan diperoleh dengan menginstruksikan
pasien untuk menutup mulut, sementara dokter gigi menekan sendok cetak
kebawah.
d. Sayap lingual anterior: didapat dengan cara menginstruksikan pasien untuk
mendorong/menjulurkan lidah dan kemudian menekan lidah kebagian
depan palatum.
e. Retromylohyoid: instruksikan pasien untuk mendorong lidah kedepan
karena akan mengaktivasi otot mylohyoid dimana dasar mulut terangkat
sehingga akan memudahkan dokter gigi untuk menentukan panjang dan
ketebalan sayap lingual pada regio molar, dan kontraksi otot lidah (otot
instrinsik) tidak menimbulkan dasar mulut terangkat sehingga pasien
diinstruksikan mengucapkan huruf ‘K’. Kemudian instruksikan pasien
untuk menutup mulut dan dokter gigi menekan SCP kebawah.
f. Retromolar pad: pasien membuka mulut lebar (otot pterygoideus lateralis)
dan menutup kembali (otot maseter, otot temporalis, otot pterygoideus
medialis).
8. Cetakan Fisiologis
8
Tujuan pembuatan cetakan fisiologis adalah untuk mendapatkan
cetakan rahang ketika melakukan gerakan fungsional. Kemudian cetakan
di-cor menjadi die secondary cast atau model kerja dengan detail yang
tepat dari denture-bearing area dan otot-otot tepi saat gerakan fungsional.
Setiap detail yang tercetak dapat mempengaruhi retensi, stabilitasi, dan
support dari gigi tiruan. Selain itu, cetakan yang detail dapat membantu
mempertahankan struktur yang terdapat di rongga mulut karena basis gigi
tiruan dibuat sesuai dengan strutktur tersebut sehingga dapat mencegah
terjadinya injuri.
Cetakan fisiologis dilakuakn menggunakan SCP yang telah dibuat
dan telah dilakukan border molding, lalu dilakukan pencetakan di mulut
pasien dimana selama pencetakan pasien diminta untuk melakukan
gerakan fungsional. Cetakan dilakukan pada mulut yang siap untuk dibuat
gigi tiruan, tidak boleh terdapat inflamasi atau sisa gigi. Kemudian
dilakukan beading & boxing, dan di cor menggunakam dental stone
(Gipsum tipe III) agar menjadi model kerja.
9
Tujuan pembuatan galengan gigit adalah sebagai basis sementara
yang akan digunakan untuk mencatat relasi maxilomandibula, menentukan
tinggi oklusal plane, dan untuk melakukan penyusunan gigi.
Fungsi galengan gigit yaitu:
Membantu pemasangan model di artikulator.
Membantu menetukan panjang dan lebar gigi.
Membantu menentukan dukungan protesa pada bibir dan pipi.
Menentukan midline, garis kaninus dan garis senyum.
Syarat pembuatan galengan gigit:
Tepi oklusal bawah pada gigi caninus harus terletak di sudut mulut
Bidang oklusal rahang atas anterior harus sejajar dengan garis
interpupil
Bidang oklusal anteroposterior harus sejajar dengan garis
tragus/garis champer
Batas anterior galengan gigir rahang atas adalah 8-10 mm dari
papilla insisivus
Batas abterior galengan gigit rahang bawah 2-4 mm dibelakang
galengan gigit rahang atas
Bagian posterior bidang okusal bawah harus mencapai 1/3-2/3 dari
retromolar pad
Ketinggian galengan gigit rahang atas 12-14 mm (18-22 mm dari
vestibulum)
Ketinggian galengan gigit rahang bawah 9-10 mm (18 mm dari
vestibulum)
Ketebalan galengan gigit anterior 6-8 mm
Ketebalan galengan gigit posterior 8-10 mm
RA
RB
10
Poin terpenting adalah sebagai berikut:
• Daerah anterior galengan gigit tidak besar dan memungkinkan ruang lidah
maksimum.
• Desain galengan gigit harus mengakomodasi otot fungsional Tendon dan
perlekatan otot harus terlihat.
• Ekstensi labial dan bukal harus sesuai dengan gigi tiruan yang sudah jadi.
Lebar wax galengan gigit harus sekitar 6 mm di daerah bikuspid dan sekitar
8 mm di daerah molar.
• Wax harus diposisikan di tengah alveolar ridge. Pengecualian dapat dibuat
di daerah anterior atas di mana wax ditempatkan untuk mengakomodasi
pertimbangan estetika. Galengan gigit bisa lebih ke arah anterior untuk
memberikan dukungan bibir yang sesuai dengan pengaturan gigi anterior.
• Tepi insisal dari bagian tengah atas harus terletak sekitar 8-10 mm di
anterior papilla insisal.
Pembuatan galengan gigit dapat dilakukan dengan menggunakan roll wax
technique
1. Ambil selembar wax dan salah satu ujung lembaran dilunakkan di atas api dan
digulung secara hati-hati untuk menghindari masuknya gelembung udara
11
2. Wax yang sudah digulung dipanaskan kembali diatas spirtus lalu diletakkan di
atas dasar plat mengikuti lengkung rahang seperti pada gambar dibawah ini
3. Oklusal rim rahang atas biasanya berbentuk U dan oklusal rim rahang bawah
berbentuk V atau U yang kurang lebar.
12
4. Gulungan wax yang sudah di letakkan di atas dasar plate disatukan ke
permukaan lingual atau palatal dengan menggunakan pisau wax yang dipanaskan
5. Pada rahang atas dibentuk seperti oval sehingga bagian labial tampak lebih over
hanging
6. Bagian celah antara gulungan wax dan plate disatukan dengan mengisi wax
7. Permukaan labial/bukal oklusal rim dibentuk dengan bantuan ujung pisau wax
yang panas. Permukaan lingual juga dibentuk serupa.
13
8. Oklusal rim dibentuk sedemikian rupa sehingga terlihat tapered ke arah oklusal
dengan penampang trapesium.
9. Tinggi bidang oklusal ditandai dengan titik kemudian sisa wax dirapikan
dengan menggunakan hotplate.
10. Pengukuran diperiksa dan wax ditambahkan jika ada kekurangan sebelum
polishing.
11. Polishing dilakukan dengan menggosok secara lembut menggunakan kapas
basah di bawah air mengalir.
14
Untuk menentukan relasi sentris, ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi, diantaranya adalah:
Galengan gigit harus stabil dan retentif
Midline RA dan RB harus bertemu
Inklinasi galengan RA terhadap RB adalah 2-4mm di bagan anterior
dan 0mm di bagian posterior
Galengan RA dan RB berhimpit rapat dan tidak bercelah ketika
dioklusikan
15
Tujuan pemilihan gigi adalah didapatkan gigi pengganti gigi pasien
yang telah hilang dimana ukuran, warna, dan bentuk gigi sesuai dengan
usia, jenis kelamin, dan personality pasien untuk merehabilitasi oklusi,
mengembalikan fungsi estetika, serta mengembalikan fungsi mastikasi dan
fonetik. Ketika pemilihan gigi, libatkan pasien untuk memilih gigi yang
paling mendekati gigi aslinya, namun pasien harus diberikan informasi
yang cukup mengenai sediaan gigi tiruan. Selain dari pendapat pasien,
pemilihan gigi juga bisa berdasarkan gigi tiruan sebelumnya jika pasien
puas dengan gigi tiruan tersebut.
2. Pada sebagian besar pasein, posisi insisal edge anterior rahang atas
berperan untuk estetik dan fonetik, sementara bagian servikal gigi dan
ketebalan dari basis gigi tiruan maksila menentukan lip support.
16
3. Permukaan labial gigi anterior maksila ditempatkan sedikit ke labial pada
sayap gigi tiruan. Jika dilihat dari jaringan gigi tiruan, beberapa gigi
terlihat di luar sayap gigi tiruan.
2. Saat oklusi tidak seimbang, gigi posterior mandibula disusun pada bidang
oklusal datar dengan sumbu gigi tegak lurus terhadap bidang oklusi.
17
3. Sentral groove dan central fossa harus berada dalam satu garis lurus atau
sedikit cekung kearah lingual atau palatal.
1. Kunci oklusi
Canine key of occlusion => cusp bagian distal kaninus bawah berkontak
dengan cusp bagian mesial kaninus atas, sehingga gigi tiruan harus di
susun berdasarkan aturan ini.
Molar key of occlusion => cusp mesiobukal molar permanent rahang atas
berkontak mesiobukal groove (bukal groove) molar permanen rahang
bawah. Gigi tiruan harus di susun berdasarkan prinsip ini.
18
2. Bentuk lengkung rahang
Lengkung rahang maksila umumnya berbentuk “U” dan mandibula
berbentuk “V”. Lengkung rahang atas harus memiliki kurva yang landai
yang dibentuk oleh insisal edge anterior. Central grooves gigi posterior
harus terletak pada garis pound.
4. Neutral zone
Gigi harus disusun pada neutral zone, dimana tekanan dari otot bukal dan
otot lingual seimbang. Jika gigi disusun lebih kearah bukal/lingual, maka
salah satu otot akan membuat gigi tiruan tidak stabil.
19
5. Hubungan gigi dan ridge
Bebrapa faktor harus dipertimbangkan:
- Gigi posterior mandibula harus disusun pada ridge untuk menambah
stabilisasi
- Gigi anterior mandibula harus berinklinasi sedemikian rupa sehingga
tekanan insisivus dapat diteruskan ke puncak ridge
- Umumnya seluruh gigi posterior harus memiliki sumbu panjang gigi
yang berhimpit dengan sumbu panjang residual ridge.
Syarat-syarat penyusunan gigi adalah:
Anterior Maksila
Insisiv sentral maksila:
Insisal edge sejajar dengan galengan gigit
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal atau sejajar garis median
Insisiv lateral maksila:
Permukaan insisal 0,5 mm dibawah wax galengan gigit
Kaninus maksila:
Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal atau sejajar insisivus 2
Dari anterior, hanya setengah permukaan labial yang terlihat
Ujung sejajar dengan galengan gigit
Anterior Mandibula
Insisivus sentral : sumbu gigi sejajar garis median ± 2 mm di atas bidang
oklusal
Insisivus lateral: sumbu agak condong ke mesial
Kaninus : ujung cusp kaninus bawah terletak diantara gigi 2 dan 3 maksila
20
Penyusunan gigi posterior
Garis Pound merupakan garis yang ditarik dari mesial kaninus RB
ke tengah-tengah retromolar pad dan merupakan pedoman posisi bagi
central groove premolar 1 dan 2, central fossa molar 1, dan mesial pit
molar 2. Setelah garis pound dibuat, bagian bukal garis tersebut
dipotong, kemudian garis pound diproyeksikan ke galengan gigit RA,
sehingga diperoleh garis pedoman RA.
Maksila
Premolar 1: sumbu gigi tegak lurus dengan bidang oklusal, ujung
cusp bukal menyentuh bidang oklusal dan ujung cusp
palatal terangkat sedikit
Premolar 2: ujung cusp bukal dan palatal menyentuh bidang oklusal
Mandibula
Premolar 1 : beroklusi dengan gigi 3 dan 4 RA, central group berada
pada garis pedoman Rb
Premolar 2 : beroklusi dengan gigi 4 dan 5 atas, central group pada
garis pedoman RB
Molar 1 : cusp mesio bukal gigi 6 atas terletak pada bukal groove
gigi 6 bawah, gigi 6 bawah berkontak dengan gigi 5 dan
6 atas, cusp mesio palatal gigi 6 atas terletak pada central
fossa gigi 6 bawah
21
Molar 2 : berkontak dengan gigi 6 dan 7 atas, cusp disto palatal
gigi 6 atas dan cusp mesio palatal gigi 7 atas terletak
pada sentral fossa gigi 7 bawah, central groove gigi
posterior RB terletak pada garis pedoman RB.
16. Try-in
Try in merupakan tahapan dari pembuatan gigi tiruan dimana basis
gigi tiruan sementara yang terbuat dari wax dicobakan ke dalam mulut
pasien. Try-in bertujuan agar operator dan pasien dapat melihat kecocokan
gigi yang telah disusun dengan pasien secara langsung, mengevaluasi
apakah gigi yang telah disusun dapat mengembalikan fungsi mastikasi,
fonetik dan estetika, dan mengevaluasi apakah relasi rahang telah baik.
Try-in setelah penyusunan gigi dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu setelah
disusun gigi anterior, kemudian gigi posterior.
Pada Try-in pertama yaitu setelah disusun gigi anterior. Pada tahap
ini pasien diminta untuk tersenyum dan berbcara, hal yang dievaluasi
adalah:
Apakahkah basis gigi tiruan sementara nyaman dan apakah basis
retentif dan stabil
Apakah sayap gigi tiruan melekat baik atau mengganggu
Apakah dimensi vertikal setelah dilakukan penyusunan gigi anterior
masih sama dengan yang pertama dicatat
Apakah midline gigi RA dan RB serta midline wajah pasien segaris
Apakah penyusunan gigi tiruan sesuai dengan keinginan pasien dan
dan sesuai terhadap profile pasien
Apakah ketika pasien tersenyum dan berbicara gigi anterior terlihat
estetis
Apakah dukungan dari otot-otot wajah dan lidah baik
Apakah penyusunan gigi anterior sejajar dengan garis interpupil dan
berada pada smile line
Pasien diberikan cermin, diminta untuk tersenyum dan berbicara, dan
diberi kesempatan untuk mengevaluasi gigi yang telah disusun,
apakah pasien puas atau tidak.
22
Try-in kedua dilakukan setelah dilakukan penyusunan gigi
posterior dan penyesuaian gigi anterior jika dilakukan. Pada tahap ini ini
yang dievaluasi adalah:
Apakahkah basis gigi tiruan sementara nyaman dan apakah basis
retentif dan stabil
Lihat tepi sayap wax apakah sudah tepat dan sudah melekat ke
mukosa
Apakah gigi anterior yang dilakukan penyesuaian telah sesuai dengan
keinginan pasien
Apakah dimensi vertikal yang pertama dicatat masih sama dengan
dimensi vertikal setelah dilakukan penyusunan gigi posterior
Apakah relasi sentris sesuai dengan yang telah dicatat sebelumnya
Apakah penyusunan gigi baik dan benar, apakah bidang oklusal
sejajar dengan garis champer
Pasien diminta untuk menggigit pada intercuspal maksimal, hubungan
gigi RA dan RB harus berinterdigitasi dengan baik
Pemeriksaan basis gigi tiruan RB terhadap gerakan fungsional lidah,
sayap lingual sebaiknya tidak menghalangi gerakan lidah.
Pemeriksaan fonetik dengan menginstruksikan pasien mengucapkan
huruf S D O M R A T dengan jelas dan tidak ada gangguan
23
Gingival margin posterior dibentuk lebih rendah dibanding kaninus.
b. Interdental papila
Interdental papila harus disesuaikan dengan margin gingiva, tidak boleh
tajam dan cekung untuk menghindari impaksi makanan dan terlihat natural
c. Tonjolan Akar
Tonjolan akar gigi kaninus paling panjang.
Tonjolan akar gigi insisivus lateral sedikit lebih pendek.
Tonjolan akar gigi insisivus pertama RA panjangnya antara tonjolan akar
kaninus dan insisivus kedua RA. Untuk RB, tonjolan akar gigi insisivus
pertama lebih pendek sedikit daripada insisivus kedua RB.
Tonjolan akar gigi posterior memendek ke arah posterior, tetapi juga
tergantung pada jarak servikal gigi ke tepi basis gigi tiruan.
Permukaan lingual dibentuk mengikuti sulkus lingual.
24
Dari beberapa literatur menjelaskan postdam harus ada dalam
tahapan pembuatan gigi tiruan penuh, dan ada juga yang berpendapat
bahwa postdam tidak harus ada dalam tahapan pembuatan gigi tiruan
penuh karena postdam bukan merupakan retensi utama dari gigi tiruan
penuh. Akan tetapi belum diketahui dalam kondisi yang seperti apa suatu
gigi tiruan memerlukan postdam dan gigi tiruan tidak memerlukan
postdam.
20. Insersi
25
Insersi Gigi Tiruan Penuh merupakan tahapan dimana gigi tiruan yang
telah dibuat dipakaikan kepada pasien. Pada saat insersi, beberapa hal
perlu diidentifikasi, yaitu:
1. Identifikasi dan koreksi daerah basis gigi tiruan yang dapat menyebabkan
rasa sakit dan ketidaknyamanan.
2. Identifikasi dan koreksi bagian gigi tiruan yang mengganggu retensi dan
stabilisasi gigi tiruan
3. Menyesuaikan oklusi gigi-gigi posterior di rahang atas dan rahang bawah
26
(Gambar 1)
(Gambar 2)
Pasien tidak diinstruksikan untuk menggigit karena ditakutkan adanya
oklusi yang tidak seimbang yang dapat menggeser gigi tiruan maupun membuat
pola PIP yang salah. Maka operator yang akan melakukan penekanan dengan
27
menggunakan jari pada gigi P1 kiri dan kanan. Dilakukan sampai semua
permukaan rata.
(Gambar 2)
28
(Gambar 3)
29
(Gambar 4)
A. Perhatikan ulserasi pada midline area posterior palatal seal. B.pola PIP menunjukkan
bagian yang terlalu dalam dan terlalu tajam.
30
(Gambar 5)
A. Catatan lesi yang terkait batas gigi tiruan rahang bawah pada bagian antrior.
B. Lesi tersebut sesuai dengan pola dari pressure indicating paste pada gigi tiruan rahang
bawah (tanda panah).
D. Adanya titik tekanan (tanda panah) ditunjukkan oleh PIP yang akan dihilangkan
dan disesuaikan.
31
5. Instruksi: cara melepas pasang gigi tiruan, membersihkan gigi tiruan
dengan disikat dibawah air mengalir setiap sebelum dan setelah dipakai,
disimpan dalam wadah berisi air bersih. Pada 24 jam pertama lepas gigi
tiruan saat makan dan tidur, seterusnya pakai saat makan dan lepas saat
tidur. Jelaskan pula diawal pemakaian akan terasa tidak nyaman, banyak air
liur, sariawan dan sulit berbicara sehingga butuh latihan.
21. Kontrol
Kontrol (follow up) merupakan tahapan yang dilakukan setelah
insersi gigi tiruan penuh. Kontrol bertujuan untuk mengevaluasi kondisi
jaringan mulut, adaptasi gigi tiruan terhadap rongga mulut, dan juga
mengevaluasi kondisi oklusi yang disusun sudah baik atau belum. Secara
umum kontrol dibagi menjadi dua yaitu:
Short term follow up atau kontrol jangka pendek: kontrol yang dilakukan
setelah beberapa hari sampai beberapa minggu setelah dilakukan insersi
gigi tiruan dimana biasanya berfokus pada adaptasi gigi tiruan dan respon
jaringan pendukung gigi tiruan. Masalah yang dapat terjadi pada short
term follow up ini adalah iritasi akut yang terjadi karena adanya kesalahan
pada gigi tiruan atau adaptasi yang kurang baik pada jaringan pendukung,
dan yang paling sering terjadi dan paling banyak menimbulkan masalah
adalah ketidakseimbangan oklusi atau okulasi yang kurang baik.
Long term follow up atau kontrol jangka waktu panjang: dilakukan setelah
beberapa bulan atau beberapa tahun setelah insersi gigi tiruan long term
follow up merupakan kontrol rutin yang dilakukan oleh pasien dengan gigi
tiruan. Pada long term follow up biasanya dievaluasi kondisi denture-
bearing area atau kondisi dari gigi tiruan. Masalah yang dapat terjadi
dalam jangka waktu panjang adalah masalah yang natural terjadi yaitu
adalah resopsi residual ridge, dan juga kondisi yang timbul dalam waktu
panjang lainnya. Kontrol harus selalu dilakukan secara rutin selama pasien
tersebut memakai gigi tiruan.
Secara khusus atau berdasarkan waktu, kontrol dilakukan selama
beberapa kali di mana 3-7 hari pertama setelah dilakukan insersi harus
32
dilakukan kontrol pertama karena ini merupakan waktu yang krusial
dimana pasien pertama kali memiliki pengalaman memakai gigi tiruan
sehingga seluruh keluh kesah pasien harus didengarkan. Pada tahap ini
pasien diberi pertanyaan seperti “bagaimana pengalaman anda dalam
memakai gigi tiruan ini?” atau “Bagaimana anda bisa menahan rasa sakit
yang disebabkan oleh gigi tiruan ini?”. Tetapi pertanyaannya tidak boleh
leading questions karena dapat menyebabkan pasien hanya menjawab
pertanyaan yang diberikan dan pasien tidak bebas berekspresi sesuai
dengan apa yang pasien rasakan.
Pada kontrol pertama ini yang pertama kali harus diperiksa adalah
oklusi dari gigi tiruan Apakah oklusi sudah baik atau belum, karena jika
ada masalah pada oklusi sangat banyak masalah yang dapat timbul seperti
bengkak atau iritasi pada jaringan pendukung, gigi tiruan terasa longgar
kemudian terasa ketat, dan banyak lainnya. Oleh karena itu masalah oklusi
merupakan hal yang pertama kali harus diperhatikan.
Setelah dilakukan penyesuaian oklusi, yang harus diperhatikan
selanjutnya adalah kondisi jaringan pendukung gigi tiruan. Dalam
memeriksa jaringan lunak mulut pasien, operator tidak boleh berfokus
hanya pada keluhan utama dari pasien karena jika hanya berfokus pada
satu masalah, masalah lainnya dapat timbul. Oleh karena itu pemeriksaan
harus dilakukan secara menyeluruh pada denture-bearing area dan
jaringan pendukung di sekitarnya. Apakah terdapat iritasi, abrasi, atau luka
Jika ada masalah yang terjadi karena dari adaptasi gigi tiruan yang kurang
baik maka atas gigi tiruan harus diperbaiki seperti membebaskan frenulum
jika frenulum tertekan atau membulatkan sudut yang tajam dan
menghaluskan sisi yang kasar.
Kemudian untuk mengidentifikasi Apakah ada tekanan berlebih
yang disebabkan oleh gigi tiruan, bisa dilakukan pemeriksaan dengan
menggunakan preasure indicating paste (PIP) yang merupakan pasta
untuk melihat apakah ada tekanan yang tidak merata pada gigi tiruan. Cara
penggunaannya adalah:
33
1) PIP dioleskan pada basis gigi tiruan yang berkontak dengan mukosa
menggunakan brush yang kaku agar terlihat stroking yang jelas
2) Gigi tiruan diinsersikan ke rongga mulut dan kemudian dilepaskan lagi
3) Evaluasi permukaan gigi tiruan tersebut dan lihat apakah ada pasta yang
menghilang atau yang tidak tersentuh oleh jaringan dan sering area
4) Jika ada bagian yang terhapus berarti daerah tersebut memiliki tekanan
berlebih dan pada daerah yang stroking masih terlihat jelas berarti daerah
tersebut tidak berkontak dengan mukosa
5) Pada bagian yang memiliki tekanan berlebih harus diasah dan pada bagian
tidak kontak maka harus ditambahkan akrilik.
Kontrol pertama ini sangatlah krusial untuk memperbaiki seluruh
masalah yang ada pada gigi tiruan karena hal ini akan berkaitan dengan
kenyamanan dan kondisi psikologis dari pasien tersebut.
Kontrol selanjutnya dilakukan setelah 1 sampai 3 minggu setelah
dilakukan insersi di mana kontrol ini dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan yang dapat terjadi dari rongga mulut maupun gigi tiruan. Salah
satu sifat resin akrilik adalah menyerap air, hal ini dapat mengubah oklusi
walaupun sedikit. Jika oklusi berubah bahkan hanya sangat sedikitpun
akan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Selain daripada itu
oklusi yang tidak baik akan menyebabkan banyak masalah pada mukosa
dan jika terdapat tekanan berlebih pada salah satu sisi ridge maka dapat
terjadi resopsi residual ridge. Residual ridge lebih cepat mengalami
resopsi terutama pada pasien perempuan yang sudah mengalami
osteoporosis. Oleh karena itu pada kontrol ini, seperti kontrol sebelumnya
harus dilakukan pemeriksaan oklusi terlebih dahulu, diperbaiki
masalahnya, setelah itu diperhatikan masalah lainnya.
Perubahan oklusi yang terjadi bisa jadi sedikit atau banyak.
Perubahan oklusi yang sedikit dapat diperbaiki dengan occlusal
adjustment atau pengasahan pada gigi tiruan, namun pengasahan ini tidak
boleh sampai mengganggu estetika dari gigi tiruan tersebut. Pada
perubahan oklusi yang banyak dapat dilakukan penyusunan gigi ulang.
34
Kontrol selanjutnya merupakan kontrol rutin yang harus dilakukan
oleh pasien dengan gigi tiruan penuh. Pada pasien yang punya banyak
masalah pada rongga mulutnya disarankan melakukan kontrol rutin setiap
3-4 bulan sekali, namun pada kondisi normal pasien cukup melakukan
kontrol satu kali setahun. Pada kontrol ini masalah yang umum terjadi
adalah residual ridge resorption dimana hal ini merupakan kondisi
fisiologis, karena ridge pasti akan mengalami resopsi seterlah gigi
diekstraksi. Resobsi residual ridge menyebabkan gigi tiruan menjadi
longgar. Jika hal ini terjadi gigi tiruan bisa dilakukan relining atau akrilik
ditambahkan pada basis gigi tiruan supaya gigi tiruan dapat beradaptasi
dengan baik kembali. Namun jika tidak memungkinkan untuk dilakukan
relining lagi maka harus dilakukan rebasing atau penggantian seluruh
basis gigi tiruan tetapi dengan susunan gigi yang sebelumnya. Pada
kondisi yang parah dan susunan gigi tidak bisa dipertahankam, harus
dilakukan pembuatan gigi tiruan yang baru.
Selain daripada resopsi residual ridge, masalah yang dapat terjadi
dalam jangka waktu panjang adalah:
Masalah terkait hygiene:
1. Denture stomatitis: infeksi jamur (Candida sp.) yang terjadi pada denture-
bearing area di karena oral hygiene dan denture hygiene yang buruk.
Denture stomatitis dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien,
halitosis, dan juga sensasi terbakar pada musoka tersebut.
2. Angular cheilitis: infeksi jamur (Candida sp.) yang terjadi karena oral
hygiene yang buruk dan didukung oleh dimensi vertikal yang sudah
berkurang sehigga saliva mengepul pada sudut bibir dan terjadi kolonisasi
jamur. Angular cheilitis menyebabkan sudut bibir luka dan menimbulkan
rasa nyeri.
Pada masalah yang timbul akibat hygiene yang buruk, pasien perlu di
edukasi untuk menjaga dan meningkatkan hygiene.
35
1. Epulis fissuratum: hiperplasia jaringan lunak rongga mulut yang terjadi
karena terdapat gesekan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
2. Papillary hyperplasia: hiperplasia pada papila insisivus karena adanya
tekanan yang berlebih, atau gesekan yang terjadi secara terus menerus
dalam jangka waktu yang lama.
Pada masalah ini, adaptasi dari gigi tiruan harus diperhatikan dan
dikoreksi.
Jika terdapat masalah pada gigi tiruan atau jaringan lunak terkait
gigi tiruan, pasien diminta untuk segera menghubungi dokter gigi dan
melakukan kontrol. Jika tidak bisa dilakukan kontrol pada hari tersebut
maka pasien diinstruksikan untuk melepaskan gigi tiruan agar masalah
yang terjadi tidak semakin parah.
36
B. Retensi dan Stabilisasi Gigi Tiruan Penuh
1. Retensi Gigi Tiruan Penuh
Retensi adalah daya tahan gigi tiruan terhadap gaya yang menyebabkan
pergerakan ke arah berlawanan dengan arah pemasangannya. Retensi merupakan
kemampuan gigi tiruan untuk tahan terhadap gaya gravitasi, sifat adhesi makanan,
dan gaya-gaya yang berhubungan dengan pembukaan rahang, sehingga akan
menghasilkan gigi tiruan tetap pada posisinya di dalam rongga mulut. Jika gigi
tiruan lengkap mudah lepas saat berbicara atau makan, rasa malu yang dialami
pasien dapat menjadi trauma mental bagi pasien.
Support adalah ketahanan terhadap gerakan vertikal dari basis gigi
tiruan terhadap ridge. Support mempertahankan hubungan oklusal yang dibuat
artikulator. Gigi tiruan lengkap dapat terus berfungsi secara ideal hanya selama
ada support yang cukup untuk menahan pergerakan jaringan saat dibebani. Faktor
biologis, fisis, dan mekanis memberikan retensi, support dan stabilitas sehingga
memberikan kenyamanan bagi pasien yang menjadi salah satu indikator
keberhasilan gigi tiruan.
37
Struktur yang mempengaruhi retensi gigi tiruan penuh
1. Peripheral seal
Peripheral seal adalah kontak tepi gigi tiruan dengan jaringan di
bawahnya atau disekitarnya untuk mencegah masuknya udara atau substansi
lain. Tepi perifer gigi tiruan harus dibentuk sedemikian rupa sehingga saat
istirahat atau berfungsi, jaringan akan tetap berkontak dengan tepi gigi tiruan
sehingga mencegah masuknya udara diantara gigi tiruan dan jaringan.
Seal yang berada di posterior gigi tiruan yang berguna sebagai retensi,
ketika gigi tiruan dipakaikan antara mukosa dan gigi tiruannya itu tidak
langsung bersentuhan karena ada saliva, dan terjadi adhesi dan kohesi.
Dikarenakan adanya seal pada kanan dan kiri gigi tiruan terdapat ruang kedap
yang akan membuat retensi gigi tiruan
2. Postdam
Posterior palatal seal (postdam) merupakan bagian dari permukaan
intaglio gigi tiruan penuh rahang atas, terletak di batas posterior yang
memberikan tekanan dalam batas fisiologis pada area postdam palatum lunak,
seal ini menentukan kontak rapat basis gigi tiruan terhadap palatum lunak dan
meningkatkan retensi gigi tiruan. Posterior palatal seal mempertahankan kontak
jaringan selama pergerakan basis atau fungsi palatum lunak dan
mengkompensasi proses perubahan.
3. Residual ridge
Paska pencabutan gigi geligi, tulang alveolar mengalami resorpsi yang
menyebabkan perubahan bentuk dan berkurangnya ukuran tulang alveolus
secara terus-menerus. Perubahan bentuk tulang alveolus tidak hanya terjadi
pada permukaan tulang alveolus dalam arah vertikal saja tetapi juga dalam arah
labio-lingual/palatal dari posisi awal yang menyebabkan tulang alveolus
menjadi rendah, membulat, atau datar.
Bentuk tulang alveolus dapat memberikan dukungan terhadap gigi tiruan
disebabkan kemampuannya menahan gaya vertikal dan lateral yang terjadi
pada gigi tiruan. Resorpsi tulang alveolar juga dapat menyebabkan
berkurangnya ukuran tulang alveolus sehingga luas daerah dukungan gigi
38
tiruan penuh menjadi lebih kecil. Luas permukaan dukungan gigi tiruan penuh
berkorelasi positif dengan faktor-faktor retensi yang terjadi pada gigi tiruan.
Berkurangnya luas jaringan pendukung gigi tiruan dapat mempengaruhi
faktor-faktor retensi gigi tiruan penuh yaitu adhesi, kohesi, tegangan
permukaan, tekanan atmosfer, terjadi pada permukaan basis gigi tiruan penuh
Stabilisasi adalah ketahanan terhadap gaya horizontal dan rotasi. Sifat ini
mencegah perpindahan lateral atau anteroposterior dari basis gigi tiruan.
Stabilitas merupakan yang paling signifikan dalam memberikan kenyamanan
fisiologis pasien. Ketidakstabilan gigi tiruan mempengaruhi dukungan dan
retensi secara merugikan dan mengakibatkan kekuatan yang merusak pada
ridge edentulous selama berfungsi.
39
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilisasi gigi tiruan
40