Anda di halaman 1dari 5

1.

Pemeriksaan intra oral dan ekstra oral

A. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


a) Muka : lonjong/persegi/segitiga/kombinasi
b) Profil : lurus/cembung/cekung
 Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan elemen gigi,
dan juga digunakan sebagai pedoman untuk penetapan hubungan rahang.
c) Pupil : sama tinggi/tidak sama tinggi
d) Tragus : sama tinggi/tidak sama tinggi
e) Hidung : simetris/asimetris; pernafasan melalui hidung: lancar/tidak
 Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan garis interpupil dan garis camper (garis yang
ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi. Garis interpupil
ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang insisal galengan gigit anterior, sedangkan garis
camper ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang oklusal galengan gigit posterior.
 Pemeriksaan cara bernafas pasien dilakukan dengan menggunakan kaca mulut yang
ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk bernafas melalui
hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut terlihat berembun, berarti
pernafasan melalui hidung lancar. Bila pernafasan tidak lancar, akan menimbulkan
kesulitan pada waktu dilakukan pencetakan karena pasien sulit bernafas yang
mengakibatkan rasa ingin muntah.
f) Rima oris : sempit/normal/besar; panjang/normal/pendek
 Rima oris yang sempit akan menghalangi penempatan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam
mulut, maka pemilihan ukuran bahan cetak harus lebih diperhatikan.
g) Bibir atas dan bibir bawah : hipotonus/normal/hipertonus; tebal/tipis; simetris /asimetris
 Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi anterior.
Sedangkan panjang pendeknya bibir menetukan letak bidang insisial dan garis tertawa.
h) Sendi rahang :
Kanan dan kiri : bunyi/tidak
Buka mulut : ada deviasi ke kanan atau kek kiri /tidak ada deviasi
Trismus : ada trismus (tuliskan mm nya)/tidak
 Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis yang ditarik dari tragus ke
sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus. Kemudian pasien diminta untuk membuka dan
menutup mulutnya berkali-kali secara perlahan dan dengarkan apakah ada bunyi ’klik’ pada
waktu membuka dan menutup mulut.
 Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien mengalami
kesulitan pada waktu membuka mulutnya (trismus).
i) Kelainan lain yang ada di rongga mulut

B. PEMERIKSAAN INTRA ORAL


PEMERIKSAAN UMUM
1. Saliva
Kualitas dan kuantitas saliva mempengaruhi retensi terutama pada gigi tiruan lengkap.
a. Kuantitas : sedikit/normal/banyak
b. Kualitas : encer/normal/kental
2. Lidah
a. Ukuran: kecil/ normal/besar
 Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan pemasangan gigi
tiruan. Pasien akan merasa ruang lidahnya sempit, sehingga terjadi gangguan bicara dan
kestabilan protesa
b. Posisi wright: Kelas I/II/III
 Posisi kelas I : Posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah
 Posisi kelas II : Posisi lidah lebih tertarik ke belakang
 Posisi kelas III :Lidah menggulung ke belakang sehingga terlihat frenulum lingualis
Posisi lidah yang menguntungkan adalah kelas I
 Mobilitas: Lidah yang mobilitasnya tinggi (aktif) akan mengganggu retensi dan stabilisasi
gigi tiruan
3. Refleks Muntah : tinggi/ rendah
 Refleks muntah pasien mempengaruhi proses pencetakan. Bila reflex muntah tinggi, perlu
diupayakan dengan misalnya penyemprotan anestetikum ke bagian palatum pasien. Cara
lain adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain, mengajak pasien
mengobrol, dst.
4. Gigitan : ada/tidak ada
 Gigitan dikatakan ada dan stabil bila model rahang atas dan bawah dapat dikatupkan
dengan baik di luar mulut dan terlihat 3 titik bertemu yaitu 1 di bagian anterior dna 2 di
bagian posterior. Bila terlihat banyak gigi yang aus dan kontak antara rahang atas dan
bawah kurang meyakinkan, maka dikatakan gigitan ada namun tidak stabil.
 Nilai overjet dan overbite normal berkisar 2-4mm. bila lebih, harus diwaspadai adanya
perubahan dalam relasi maksilo-mandibula. Dengan demikian, oklusi yang lama tidak bisa
dipakai pedoman penentuan gigit.
 Bila ada gigitan terbuka atau gigitan silang, harus dituliskan pada region berapa. Hal ini
penting diperhatikan, terutama pada pembuatan gigi tiruan cekat yang mempunyai
antagonis dengan region tersebut.
 Hubungan rahang ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk pada dasar vestibulum
anterior RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB.
Ortognati  bila ujung kedua jari terletak segaris vertical
Retrognati  bila ujung ibu jari lebih ke arah pasien
Prognati  bila ujung jari telunjuk lebih ke arah pasien
5. Artikulasi
Diperiksa pada sisi kanan dan kiri, dapat berupa:
a. Cuspid protected
b. Grup function
c. Balanced occlusion (artikulasi seimbang)
 Pemeriksaan ada tidaknya kontak premature dan blocking. Jika terdapat kontak premature
setelah peletakan kertas artikulasi di permukaan oklusal gigi pasien, perlu dilakukam occlusal
adjustment.
 Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada atau tidak hambatan.
Hambatan pada gigi caninus jangan terburu-buru diasah, karena bisa jadi hal tersebut
merupakan cuspid protected occlusion yang perlu dipertahankan.
6. Daya kunyah : normal/ besar
 Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang tidak tajam dan permukaan
yang mengkilat, kemungkinan tekanan kunyah pasien besar. Pada keadaan ini, bila ridge sudah
rendah hindari pemakaian elemen gigi porselen terutama untuk gigi posterior. Bidang oklusal
gigi geligi juga jangan dibuat terlalu besar
7. Kebiasan buruk
a. Bruxism / clenching
b. Menggigit bibir / benda keras
c. Mendorong lidah
d. Mengunyah satu sisi kanan atau kiri
e. Hipermobilitas rahang dll

 Melalui anamnesis, pasien ditanyai mengenai kebiasaan buruk yang dimiliki. Bruxism atau
clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi. Kebiasaan ini akan membuat
gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak stabil, dan dapat menjadi etiologi kelainan
sendi rahang.
 Kebiasaan mengigigit bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan GTC pada gigi
anterior, yaitu dalam penentuan bahan yang akan dipakai.
 Kebiasaan mendorong lidah dan mengunyah satu sisi biasanya menyebabkan stabiltas gigi
tiruan berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat menimbulkan kelainan sendi
rahang.
 Pada hipermobilitas rahang, kesulitan yang akan timbul adalah kesulitan penentuan relasi
sentrik (Phoenix,2003 & Carr, 2005)
Dapus :
 Phoenix RD, Cagna DR. Stewart’s Clinical Remivable Partial Prosthodontics. 3rd Edition.
Chicago : Quintessence. 2003.
 Carr AB, McGivney GP. McCracken’s Removable Padtial Prostodontics. 12th Ed. St. Louis :
Elsevier Mosby. 2005.

2. Pemilihan desain sesuai dengan alternatif


Salah satu alternatif GTSL pada kasus klas I atau klas II Kennedy yang membutuhkan estetik adalah
GTSL kerangka logam dengan kombinasi bahan fleksibel, cangkolan dan sadel terbuat dari bahan
fleksibel untuk estetik dan komponen lain seperti konektor mayor dan rest dari bahan logam sehingga
stabilitas maksimum serta kekuatan dapat tercapai dari kerangka logam.
Beberapa aspek dalam pembuatan desain GTSL kerangka logam yaitu:
(1) Statis dinamis, mempertimbangkan distribusi gaya vertikal dan horizontal diantara gigi-gigi
penyangga dengan mukosa untuk mempertahankan stabilitas fungsional gigi tiruan
(2) Biologis yaitu mengurangi efek pemakaian jangka panjang yang merusak seperti karies
(3) Estetis yaitu dengan membuat bagian-bagian GTSL kerangka logam tidak terlihat
(4) Kenyamanan yaitu desain gigi tiruan tidak mengalami pergerakan selama berfungsi, tidak
mengiritasi lidah dan tidak terjadi penumpukan sisa makanan

Bahan fleksibel yang digunakan dalam pembuatan gigi tiruan adalah nilon termoplastik (poliamida)
yang dapat mencair bila dipanaskan pada suhu 274 – 293 derajat celcius. Manipulasi laboratorium
bahan ini dilakukan dengan teknik injection moulding (Yuliharsini,2016).

Dapus:

 Yuliharsini,Sri & Syafrinani.2016. GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN KERANGKA


LOGAM KOMBINASI BAHAN FLEKSIBEL SEBAGAI UPAYA MEMENUHI
KEBUTUHAN ESTETIK PADA GIGI PENYANGGA DENGAN RESESI GINGIVA
(LAPORAN KASUS). Jurnal B-Dent, Vol 3, No. 1, Juni 2016 : 9- 17

Anda mungkin juga menyukai