ABSTRAK
Berkunjung ke dokter gigi secara teratur berdampak terhadap kesehatan gigi dan mulut. Promosi kesehatan
tentang pentingnya berkunjung ke dokter gigi, memunculkan kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut pada anak sekolah dasar, sehingga meningkatkan perilaku berkunjung ke dokter gigi. Literature
review ini berjenis scoping review yang membahas tentang dampak promosi kesehatan pada anak usia 6-
12 tahun terhadap peningkatan perilaku kunjungan ke dokter gigi. Mengetahui bagaimana promosi
kesehatan memberikan dampak peningkatan perilaku kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-12 tahun.
Scoping review ini menggunakan proses pencarian yang mengacu pada pernyataan dengan metode PCC
yaitu Population (P), Concept (C), dan Context (C). Tahap pemilihan artikel menerapkan diagram
PRISMA. Program promosi kesehatan yang digunakan dalam keempat artikel yaitu HPS (Health
Promoting School), SOHPP (School Oral Health Promotion Programme) dan Edukasi. Hasil kunjungan
ke dokter gigi setelah diberikan program promosi kesehatan ditemukan meningkat pada SOHPP dan HPS,
sedangkan edukasi ditemukan tidak ada peningkatan. Program promosi kesehatan HPS dan SOHPP yang
dibuat oleh pemerintah berdampak meningkatkan kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-12 tahun.
Faktor terkait kunjungan ke dokter gigi yang ditemukan dapat dipengaruhi oleh kurangnya waktu orang tua
dan masalah logistik.
Kata kunci: Anak, Kunjungan Gigi, Perubahan Perilaku, Sekolah Atau Sekolah Dasar.
ABSTRACT
Background: Regular visits to the dentist have an impact on dental and oral health. Health promotion
about the importance of visiting the dentist, raising awareness in maintaining oral and dental health in
elementary school children, thereby improving the behavior of visiting the dentist. This literature review is
a type of scoping review that discusses the impact of health promotion in children aged 6-12 years on
improving the behavior of visits to the dentist. Objective: To find out how health promotion has an impact
on improving the behavior of visits to the dentist in children aged 6-12 years. This scoping review used a
search process that refers to statements with the PCC method, namely Population (P), Concept (C), and
Context (C). Charting method: Used a PRISMA flow diagram. Result: The health promotion programs
used in the four articles are HPS (Health Promoting School), SOHPP (School Oral Health Promotion
Programme) and Education. The results of visits to the dentist after being given a health promotion
program were found to increase in SOHPP and HPS, while education was found to be no improvement.
Conclusion: The HPS and SOHPP health promotion programs created by the government have the effect
of increasing visits to dentists in children aged 6-12 years. Factors related to visits to the dentist found can
be influenced by the lack of parental time and logistical problems.
Keywords: Children, Dental Visits, Behavior Change, School Or Elementary School.
------------------------------------------------------------------
*) Penulis Korespondensi.
E-mail: j520180048@student.ums.ac.id
Jl. Kebangkitan Nasional No. 101 Penumping,
PENDAHULUAN
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia Kesehatan mulut didefinisikan
Submisi : 1 Febuari 2022; Revisi : 10 Febuari 2022; sebagai keadaan bebas dari sakit mulut,
Penerimaan 20 Febuari 2022
kanker mulut,
1
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
luka pada rongga mulut, penyakit periodontal dan mendasar dari layanan kesehatan gigi.
(gusi), kerusakan gigi, kehilangan gigi dan Hal tersebut didefinisikan sebagai “suatu
kelainan lain yang membatasi kemampuan proses yang menginformasikan, memotivasi,
seseorang dalam beraktivitas.[1] Penyakit membantu orang untuk mengadopsi dan
mulut dapat ditimbulkan karena kesehatan memelihara praktik serta gaya hidup yang
mulut yang buruk.[2] Hal tersebut dianggap sehat”. [12] Pendidikan kesehatan gigi dan
sebagai masalah kesehatan masyarakat di mulut bertujuan untuk mempromosikan
seluruh dunia karena prevalensinya yang kesehatan melalui sarana pendidikan untuk
tinggi dan memiliki dampak sosial yang meningkatkan pengetahuan kesehatan mulut
besar. [3] untuk adopsi gaya hidup yang lebih sehat,
Masalah kesehatan gigi dan mulut di mengubah sikap serta perilaku yang
Indonesia menduduki peringkat 10 penyakit diinginkan. [13] Pendidikan dan promosi
teratas.[4] Hasil Riset Kesehatan Dasar kesehatan mulut dapat disampaikan di
(Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa beberapa forum yaitu rumah sakit, pusat
proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia perawatan kesehatan primer, klinik gigi
adalah karies gigi sebesar 45,3%.[5] Karies swasta dan sekolah.[14] Beberapa penelitian
merupakan salah satu masalah yang sering telah melaporkan hasil positif dari pemberian
terjadi pada siswa Sekolah Dasar. [6] Sekitar pendidikan kesehatan antara lain dalam hal
60-90% anak sekolah dan hampir 100% kebersihan mulut, perubahan signifikan
orang dewasa di seluruh dunia memiliki gigi dalam perilaku menjaga kesehatan mulut,
karies. [3] keterampilan menyikat gigi, pengendalian
Salah satu cara pencegahan karies karies, skor plak dan gingivitis. [15]
melalui pemberian pendidikan kesehatan.[7] Salah satu upaya untuk meningkatkan
Pemberian pendidikan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut pada anak dan
kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu remaja adalah dengan menerapkan program
hal yang sangat penting terutama pada anak promosi kesehatan mulut berbasis sekolah,
sekolah dasar usia 6-12 tahun. [8] Anak usia 6- seperti yang diusulkan oleh Organisasi
12 tahun merupakan kelompok usia yang Kesehatan Dunia (WHO).[16] Sekolah
kritis karena pada usia tersebut rentan terkena merupakan tempat yang ideal untuk promosi
berbagai masalah kesehatan yang dasarnya kesehatan mulut yang memberikan informasi
cukup kompleks dan bervariasi. [9] kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak
Naidu et al., (2020) mengungkapkan untuk mencapai tujuan program pendidikan
bahwa sebagian besar penyakit kesehatan kesehatan.[17] Program kesehatan gigi dan
gigi dan mulut kemungkinan telah dimulai mulut sekolah yang efektif adalah salah satu
[10]
pada tahun-tahun prasekolah. intervensi yang paling hemat biaya yang
Chrismilasari et al., (2019) menjelaskan dapat dilakukan suatu negara.[18] Promosi
bahwa pemberian pendidikan kesehatan gigi kesehatan secara efektif dapat meningkatkan
dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia pengetahuan anak secara signifikan sehingga
dini, karena pada usia dini anak mulai pengetahuan anak meningkat menjadi baik
mengerti akan pentingnya kesehatan serta dan cukup. Peningkatan pengetahuan pada
larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan anak dapat memberikan dampak positif salah
yang dapat memengaruhi keadaan giginya. satunya adalah meningkatnya rasa
[11]
kepedulian anak untuk menjaga kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan gigi dan mulut. Rasa ingin menjaga
salah satu strategi pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut tersebut dapat
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. dilakukan dengan rutin untuk mengunjungi
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut sebagai dokter gigi untuk mengontrol kesehatan
bagian dari promosi kesehatan gigi dan mulut secara berkala.[19] Namun, masih rendahnya
telah telah dianggap sebagai bagian penting tingkat pemberian pendidikan yang
2
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
diberikan, sehingga masih banyak anak yang sekolah dasar. Konsep yang digunakan
enggan untuk ke dokter gigi karena rasa takut adalah perubahan perilaku kunjungan ke
yang dimiliki. [20] dokter gigi, diterbitkan dari tahun 2016
Motivasi setiap individu untuk hingga 2021. Konteksnya adalah studi cross-
melakukan kunjungan ke dokter gigi secara sectional. Pencarian pertama dilakukan
rutin masih sangat perlu untuk diketahui, antara bulan November hingga Desember
khususnya dalam upaya memberikan 2021 di lima database: (1) Springer, (2)
kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan PubMed, (3) ScienceDirect, (4)
secara mandiri.[21] Kunjungan ke dokter gigi SAGEjournal, dan (5) Google Scholar. Kata
secara rutin minimal 6 bulan sekali kunci yang digunakan dalam sumber
disarankan untuk tindakan pencegahan pencarian adalah Child* AND "change
karies. Kunjungan gigi secara teratur behavior" AND “dental visit” AND “school”
memungkinkan deteksi dini dan intervensi OR “primary school”.
tepat waktu, sehingga mengurangi beban
penyakit dan mengurangi biaya Kriteria Inklusi:
pengobatan.[22] Kunjungan rutin juga dapat Kriteria inklusi yang digunakan
mencegah suatu penyakit menjadi lebih dalam literature review ini antara lain:
parah. Pengetahuan yang kurang dan responden anak sekolah dasar, usia 6 – 12
ketakutan untuk datang ke dokter gigi tahun, responden mendapat promosi
menyebabkan banyaknya orang yang datang kesehatan gigi dan mulut di sekolah, artikel
ke dokter gigi untuk pengobatan dari pada harus membahas perubahan perilaku
pencegahan.[23] Orang tua wajib membujuk kunjungan kedokter gigi, artikel cross
anak untuk ke dokter gigi untuk menangani sectional, artikel publish tahun 2016 – 2021,
masalah kesehatan gigi dan mulut anak, akan dan artikel menggunakan bahasa Inggris.
tetapi biasanya anak-anak tidak kooperatif
sewaktu proses perawatan dikarenakan rasa Kriteria Eksklusi
takut yang menyebabkan dokter gigi Kriteria ekslusi yang digunakan
menghadapi kesulitan saat perawatan gigi dalam literature review ini yaitu anak
dan mulut. [24] memiliki penyakit diabetes dan leukimia.
Berdasarkan latar belakang diatas,
dapat disimpulkan bahwa pentingnya Search Results
pemberian pendidikan kesehatan yang Pencarian pertama menghasilkan
diberikan melalui promosi kesehatan baik 18255 artikel yang diperoleh dari lima
disekolah maupun diluar sekolah guna database, 287 artikel diantaranya
meningkatkan pemahaman kepada anak terduplikasi. Sehingga didapatkan hasil akhir
bahwa berkunjung ke dokter gigi sangat adalah 17968 artikel. Tahap selanjutnya
penting dilakukan untuk memeriksakan adalah penyaringan berdasarkan judul dan
kondisi gigi geligi. Sehingga, pada scoping abstrak sesuai dengan kriteria inklusi dan
review kali ini bertujuan untuk mengetahui eksklusi. Didapatkan hasilnya menjadi 4
bagaimana dampak peningkatan perilaku artikel yang akan dinilai kelayakannya
kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-12 menggunakan ceklis Joanna Briggs Institute
tahun yang diberi promosi kesehatan. (JBI) untuk analisis studi cross-sectional.
Tahap terakhir, empat artikel disintesis
SCOPING REVIEW secara kualitatif. Tahapan seleksi dijelaskan
Strategi Pencarian secara rinci menggunakan PRISMA diagram
Proses pencarian artikel ini yang ditunjukkan pada Gambar 1.
diidentifikasi menggunakan PCC
(Population, Concepts, and Context).
Populasi pencarian literatur ini adalah siswa
3
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
HASIL
1. Karakteristik Deskriptif Artikel
4
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
5
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
6
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
1990 menjadi 2,50 pada tahun 2012.[26] Hal mengurangi risiko penyakit mulut (WHO
ini didukung pula oleh penelitian yang 2003). Pendidikan kesehatan di sekolah harus
dilakukan oleh Myint pada tahun 2020 yang mendorong perubahan perilaku seperti
merencanakan program kesehatan gigi dan menyikat gigi setiap hari, penggunaan
mulut berbasis HPS yang hemat biaya di fluoride, dan mengkonsumsi makanan yang
Myanmar. Indeks pengetahuan kesehatan sehat.[41] Penelitian yang dilakukan oleh
mulut yang dilakukan sekitar 1 tahun tikare tahun 2017 dengan memberikan
didapatkan hasil skor yang meningkat dari edukasi atau pendidikan kesehatan gigi dan
5.00 menjadi 6.72. Sedangkan untuk perilaku mulut diwilayah Arab Saudi lalu dilanjutkan
kesehatan mulut untuk kunjungan ke dokter pemeriksaan gigi. Hasil yang diperoleh yaitu
gigi meningkat secara signifikan pada waktu pendidikan kesehatan yang diberikan tidak
6 bulan dari skor 47,8 menjadi 55,9. [29] Hal efektif untuk memberikan dorongan ke
ini juga didukung oleh penelitian lain, yang dokter gigi yang diakibatkan oleh berbagai
mengatakan bahwa Di beberapa bagian faktor seperti faktor orang tua yang kurang
Australia, Kanada dan Inggris telah berupaya waktu dan masalah logistik.[28] Namun, hal
untuk menerapkan pendekatan HPS. [40] ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Program pendidikan kesehatan gigi oleh Kuo (2020) dimana pendidikan yang
dan mulut di sekolah selain HPS juga telah diberikan pada anak-anak sekolah selama 12
memberikan hasil yang memuaskan tehadap minggu memberikan hasil yang memuaskan
peningkatkan kesehatan anak secara dalam pengurangan plak gigi dan terdapat
keseluruhan.[38] SOHP atau School Oral peningkatan pengetahuan kesehatan
Health Programme telah direkomendasikan mulut.[42] Intervensi edukasi atau pendidikan
oleh WHO karena terbukti meningkatkan kesehatan mulut telah berhasil di banyak
pengetahuan anak.[37] SOHP berlandaskan negara berkembang dan negara maju di
pada pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, seluruh dunia. Misalnya, kampanye edukasi
perilaku, sikap, status, serta kualitas hidup kesehatan di kalangan siswa sekolah di China
anak-anak dan remaja.[16] Penelitian yang “Love Teeth Day” efektif untuk kesehatan
dilakukan Nguyen tahun 2016 yang mulut yang lebih baik. “Love Teeth Day”
dilakukan di Vietnam dengan sampel usia menunjukkan penurunan karies di provinsi-
anak 8–10 tahun dengan menggunakan provinsi yang melakukan kegiatan
SOHPP, yang dimana didapatkan hasil pencegahan. Studi lain yang dilakukan di
tenyata tidak ada perbedaan yang signifikan kalangan remaja Taiwan menunjukkan
untuk hasil pemeriksaan klinis setelah program pendidikan kesehatan berbasis
menerapkan SOHPP dalam perubahan sekolah meningkatkan pengetahuan dan
perilaku kebersihan mulut tekait dengan perilaku pada siswa sekolah menengah
pengurangan angka karies. Nilai DMFT pertama. [42]
karies yang terus meningkat diakibatkan oleh Institut Nasional Kesehatan dan
persepsi anak yang takut untuk melakukan Perawatan merekomendasikan kunjungan
pemeriksaan gigi.[27] Namun, hal ini berbeda gigi pencegahan interval berdasarkan risiko
dengan penelitian yang dilakukan Alsumait individu (12 bulan sebagai interval
(2019) dimana hasil dari SOHP atau program terpanjang di bawah usia 18 tahun dan 24
kesehatan gigi mulut sekolah Kuwait bulan sebagai interval terpanjang diatas usia
berdampak positif pada kesehatan gigi anak. 18 tahun). American Dental Association
Anak-anak yang terdaftar dalam program ini merekomendasikan kunjungan gigi preventif
memiliki tingkat karies yang lebih rendah.[37] pada interval yang ditentukan oleh risiko
Organisasi Kesehatan Dunia pada individu. American Academy of Pediatric
tahun 2003 menunjukkan bahwa fokus Dentistry merekomendasikan pemeriksaan
tindakan pendidikan kesehatan gigi harus pertama pada usia satu tahun dan kunjungan
meningkatkan perilaku kesehatan mulut atau
7
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
gigi pencegahan setiap 6 bulan sampai secara teratur dalam kurun waktu 12 bulan
remaja. [43] terakhir sebanyak 3 kali. [26]
Frekuensi seberapa sering anak-anak Norma budaya dan sosial yang terkait
sekolah dasar memeriksakan giginya ke dengan kunjungan ke dokter gigi dan
dokter gigi dapat diketahui dengan membuat ketersediaan layanan gigi gratis, skrining dan
kuisioner. Hal ini didasarkan pada penelitian rujukan anak sekolah dapat menjadi
yang dilakukan oleh Nguyen, Myint, dan intervensi yang efektif untuk
Lee. Penelitian yang dilakukan oleh Nguyen mempromosikan kunjungan gigi tanpa gejala
(2016) untuk mengetahui frekuensi ke dokter dan pencegahan karies gigi. [22] Penelitian
gigi, maka sebelum pemeriksaan gigi, anak- yang dilakukan Tikare (2017) yaitu dengan
anak ditanyai mengenai perilaku menyikat memberikan edukasi kepada anak-anak
gigi, frekuensi kunjungan ke dokter gigi, sekolah dasar, kemudian memberikan
frekuensi jajan dan minum manis, serta skrining melalui pemeriksaan gigi dan
konsumsi susu dan gula. Hasil yang didapat memberikan rujukan. Namun, hanya sekitar
adalah frekuensi kunjungan ke dokter gigi 23,3% anak yang datang ke klinik gigi
dalam 12 bulan terakhir cukup tinggi yaitu setelah menerima rujukan kesehatan mulut.
sekitar 60% anak pernah mengunjungi dokter Alasan yang paling utama untuk tidak datang
gigi.[27] Hal ini sejalan dengan penelitian ke dokter gigi adalah kesulitan orang tua
yang dilakukan oleh Myint (2020) dimana yang bekerja mengambil cuti, beberapa orang
penelitian tersebut menggabungkan antara tua menganggap perawatan gigi tidak penting
pemberian edukasi dan kuisioner. Pada karena tidak ada rasa sakit, biaya perawatan
penelitian tersebut dibagi menjadi 2 gigi, sulit mengambil cuti sekolah dan ujian
kelompok yaitu kelompok yang diberi sekolah. [28]
edukasi dan tidak diberi edukasi. Peneliti
memberikan 9 kuisioner yang dinilai dengan KESIMPULAN
poin 0-9 untuk mengevaluasi keterampilan Berdasarkan penelitian yang telah
dalam membaca, memahami informasi dilakukan, dapat disimpulkan bahwa program
tentang kesehatan mulut dan mengevaluasi promosi kesehatan HPS dan SOHPP yang dibuat
tentang pengetahuan mereka. Hasil yang oleh pemerintah berdampak meningkatkan
kunjungan ke dokter gigi pada anak usia 6-12
didapatkan bahwa kunjungan kedokter gigi
tahun. Faktor terkait kunjungan ke dokter gigi
yaitu untuk kelompok yang diberi edukasi
yang ditemukan dapat dipengaruhi oleh
memiliki nilai yang signifikan selama 12 kurangnya waktu orang tua dan masalah logistik.
bulan terakhir yang dilakukan 2 kali yaitu
sekitar 61,1 % sedangkan yang tidak diberi SARAN
edukasi yaitu hanya 54,9%.[29] Berdasarkan penelitian yang telah
Edukasi yang dikombinasikan dengan dilakukan, diharapkan literature review
pemberian kuesioner yang dirancang, selanjutnya dibutuhkan untuk mengetahui
bertujuan untuk mengevaluasi semua program lain selain HPS dan SOHPP yang
informasi yang diberikan untuk menilai digunakan dalam pemberian edukasi
pengetahuan siswa setelah diberikan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 6-12
pendidikan kesehatan mulut. [44] Penelitian tahun di sekolah.
yang dilakukan oleh Lee (2017) berisi 36
item kuisioner yang berkaitan dengan DAFTAR PUSTAKA
kunjungan gigi terkait karies. Hasil yang
didapatkan menyatakan bahwa sebagian 1. Yap A. Oral Health Equals Total Health:
besar (61,3%) siswa melaporkan bahwa A Brief Review. J Dent Indones.
mereka mengunjungi dokter gigi hanya 2017;24(2):59–62.
ketika sakit atau tidak nyaman dan 34,5% 2. Duangthip D, Chu CH. Challenges in
siswa melaporkan mengunjungi dokter gigi Oral Hygiene and Oral Health Policy.
8
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
9
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
10
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 5 No. 1- Maret 2022
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)
41. Stein C, Santos NML, Hilgert JB, Hugo Guthmann R. Q What is the optimal
FN. Effectiveness of oral health frequency for dental checkups for
education on oral hygiene and dental children and adults?. J Fam Pract.
caries in schoolchildren: Systematic 2017;66(11):699–700.
review and meta-analysis. Community 44. Alhayek AIA, Alsulaiman MJ,
Dent Oral Epidemiol. 2018;46(1):30–7. Almuhanna HA, Alsalem MA, Althaqib
42. Kuo MW, Yeh SH, Chang HM, Teng PR. MA, Alyousef AA, et al. The effect of
Effectiveness of oral health promotion conventional oral health education
program for persons with severe mental versus animation on the perception of
illness: a cluster randomized controlled Saudi males in primary school children.
study. BMC Oral Health. 2020 Dec J Int Oral Heal. 2018 May 1;10(3):121–
1;20(1). 6.
43. Hahn TW, Kraus C, Hooper-Lane C,
11