Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SKILL LAB REHABILITASI 1

OLEH:
ALVINA DAMAYANTI 10620006

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2022/2023
1. Pencetakan Menggunakan Putty
Material cetak dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yakni elastis dan non
elastik. Sedangkan material cetak yang banyak dipakai dalam kedokteran gigi adalah material
cetak elastik. Ada dua jenis material cetak elastik, material cetak hidrokoloid yang banyak
mengandung air, yaitu agar dan alginat, dan material cetak elastomer (McCabe&Walls,2008)
Kegunaan material cetak elastomer adalah untuk membuat model gypsum, cetakan,
dan dies yang melibatkan lima langkah utama, yaitu: 1)menyiapkan sendok cetak, 2)
menyiapkan bahan, 3) membuat cetakan, 4) melepaskan cetakan, dan 5) menyiapkan cetakan
untuk stone dan die (Anusavice, 2003).
Material cetak elastomer merupakan salah satu jenis material cetak elastis. Material
cetak ini merupakan material cetak berbasis polimer sintesis yang secara kimiawi berikatan
rantai ketika set dan dapat diregangkan, namun akan dengan cepat kembali ke dimensi
awalnya, seperti karet vulkanisir alami (karet yang terdiri atas campuran karet dan belerang.
(Anusavice, 2003). Material cetak elastomer bersifat lebih kuat dan lebih stabil dari pada
material cetak hidrokoloid. Hal tersebut disebabkan karena material cetak elastomer tidak
dimanipulasi dengan air sehingga tidak memiliki sifat sineresis (mengerut) seperti material
cetak hidrokoloid. Hal tersebut membuat elastomer memiliki batas waktu untuk membuat
model positi0 lebih panjang dari material cetak hidrokoloid (tahan hingga satu minggu).
Secara umum, material cetak elastomer memiliki sifat sebagai berikut:
a. Dapat menciptakan cetakan yang sangat detail karena memiliki viskositas rendah
b. Koefisien ekspansi termal tinggi.
c. Hampir semua jenis material cetak elastomer (kecuali polyether) bersifat
hydrophobic, sehingga harus berhati-hati ketika menuangkan adonan gypsum ke
dalam cetakan negative agar tidak ada udara yang terjebak, selain itu saat akan
diaplikasikan untuk pencetakan jaringan di dalam rongga mulut, permukaan yang
mau dicetak harus dipastikan kering juga harus kering agar flow elastomer baik.
d. Tear strength baik sehingga tahan terhadap sobekan. (Manappallil,2010)

Karena bahan cetak elastomer memiliki sifat-sifat seperti yang disebut di atas,
material cetak ini dapat digunakan untuk:
a. Sebagai material cetak untuk membuat gigi tiruan tetap
b. Sebagai material cetak untuk membuat gigi tiruan lepasan pada rahang bergigi
maupun tidak bergigi.
c. Sebagai rekam gigit.
d. Untuk membuat model duplikasi (tiruan)
e. Polyether digunakan sebagai ujung cetakan pada custom trays rahang tak bergigi
(Manappallil, 2010)
Elastomer dikemas dalam dua komponen, yaitu pasta base dan pasta katalis (atau
cair) yang kemudian dicampur sebelum membuat cetakan. Pencampuran material cetak
elastomer dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain adalah hand mixing, static
mixing dan dynamic mechanical mixing (Anusavice,2012).
a. Hand Mixing
Metode ini dilakukan dengan mengeluarkan kedua pasta di atas mixing pad atau glass
lab dengan ukuran panjang yang sama. Kemudian kedua pasta tersebut diratakan
melebar di atas mixing pad, kemudian diaduk secara melipat ke depan dan ke
belakang hingga homogen. Adonan sudah dikatakan homogen apabila kedua warna
pasta telah tercampur dengan baik. Untuk material cetak elastomer jenis silikon yang
memiliki viskositas putty metode pencampuran dilakukan dengan menakar volume
kedua pasta dengan sendok takar dan kemudian mencampur kedua pasta dengan
melipat adonan menggunakan tangan hingga warnanya menjadi homogen.
b. Static Mixing
Metode ini dilakukan dengan menggunakan gun untuk menekan material cetak
elastomer yang terdiri dari base dan katalis di dalam cartridge. Pengaplikasian pada
area yang akan dicetak dibantu oleh mixing tip yang berbentuk silinder. Material
adonan cetak dapat langsung diaplikasikan pada tray atau langsung pada gigi yang
telah disiapkan.
c. Dynamic Mechanical Mixing
Metode ini dilakukan dengan menggunakan motor untuk menjalankan parallel
plungers, mendorong material cetak keluar menuju mixing tip dan menuju sendok
cetak.
2. Jembatan Sementara
Prosedur pembuatan bridge memerlukan waktu beberapa hari sehingga pasien
mengalami masa kehilangan gigi (ompong), untuk mengatasi hal tersebut dibuatkan bridge
sementara . Menurut Prajitno (1994) Jembatan sementara yang baik ialah yang memenuhi
persyaratan sebagai perlindungan pulpa, stabilitas kedudukan, fungsi oklusal, mudah
dibersihkan, kekuatan dan retensi, dan estetika (Rosenstiel,dkk, 2001). Prosedur pembuatan
bridge sementara di laboratorium dapat menggunakan bahan self curing acrylic atau heat
curing acrylic. Bahan heat curing memiliki beberapa kelebihan dalam hal kekuatan, warna,
porositas minimal.
Menurut Prajitno (1994) Jembatan sementara yang baik ialah yang memenuhi
persyaratan sebagai perlindungan pulpa, stabilitas kedudukan, fungsi oklusal, mudah
dibersihkan, kekuatan dan retensi, dan estetika.
Pembuatan immediate bridge sebagai protesa sementara merupakan salah satu cara
untuk mengatasi kehilangan gigi antar waktu menunggu bridge permanen selesai dibuat.
Immediate bridge ini selain memberikan keuntungan secara estetik, juga membantu proses
penyembuhan luka pasca pencabutan gigi.
Jembatan sementara terbuat dari akrilik self cure. Cara membuatnya sebagian besar
dilakukan di luar mulut kemudian dilakukan penyesuaian di dalam mulut. Cara pembuatan
jembatan sementara ada 2, yaitu:
a. Cara pertama
● Pada model pembahasan dibuatkan model malam pada daerah edentulusnya
sehinggamembentuk deretan gigi yang utuh.
● Cek oklusinya dengan gigi antagonisnya.
● Cetak dengan alginate menggunakan sendok cetak sebagian.
● Berilah malam lunak pada daerah undercut.
● Buatlah adonan akrilik yang warnanya sesuai dengan warna gigi.
● Masukkan adonan akrilik ke dalam cetakan alginate.
● Sebelum di cetakan lagi, permukaan preparasi diulasi dengan silicon grease
dan segera cetakkan alginate beradonan akrilik pada pasiennya dengan posisi
dan kedudukan yang benar.
● Akrilik yang tersisa digunakan untuk mengecek apakah sudah terasa plastis,
yaitu saat untuk mengeluar-masukkan cetakan tersebut.
● Hasil cetakkan dirapikan dan dilakukan pemolesan.
● Penyemenan menggunakan zinc okside eugenol.
b. Cara kedua
● Hasil preparasi gigi dicetak menggunakan alginate.
● Hasil cetakkan di cor gips sehingga menjadi model gips dengan cetakan
preparasi yang sudah jadi.
● Pada model tersebut dibuatkan model malam pada daerah edentulusnya
sehinggamembentuk deretan gigi yang utuh.
● Cek oklusinya dengan gigi antagonisnya
● Cetak dengan alginate menggunakan sendok cetak sebagian.
● Berilah malam lunak pada daerah undercut.
● Buatlah adonan akrilik yang warnanya sesuai dengan warna gigi.
● Masukkan adonan akrilik ke dalam cetakan alginate.
● Sebelum di cetak lagi, permukaan preparasi diulasi dengan silicon grease dan
segera cetakan alginate beradonan akrilik pada model tersebut dengan posisi
dan kedudukan yang benar.
● Akrilik yang tersisa digunakan untuk mengecek apakah sudah terasa plastis,
yaitu saat untuk mengeluar-masukkan cetakan tersebut.
● Hasil cetakkan dirapikan dan dilakukan pemolesan.
● Penyemenan menggunakan zinc okside eugenol.
Jembatan sementara harus diteliti ketepatannya di dalam mulut, meskipun hanya
sementara pemakaiannya. Dalam halitu dapat digunakan articulating paper untuk mengecek
oklusinya supaya tidak terjadi kontak prematur dengan gigi antagonisnya.

3. Casting Logam
Casting adalah proses pengecoran atau pelelehan logam yang kemudian dialirkanke
mould yang ada hingga terisi penuh. Menurut Jablowsy, S., 1982, yang dimaksud dengan
casting adalah suatu proses untuk membuat / membentuk restorasi atau rehabilitasi gigi
dengan bahan logam. Casting juga merupakan suatu teknik yang sering dilakukan di
kedokteran gigi dalam pembuatan tumpatan gigi, mahkota gigi tiruan, jembatan rangka
gigitiruan dan lain-lain dengan bahan logam.
Proses casting ini menggunakan metode yang disebut lost wax process. Pada
prinsipnya pola malam dan bentuk restorasi atau rehabilitasi gigi ditanam dalam adonan
bahan investment gigi (dental investment) yang ada di dalam casting ring. Kemudian pada
malam ini dihilangkan dengan jalan dipanaskan pada suhu tertentu, sampai pola malam hilang
sama sekali, sehingga meninggalkan ruang cetak (mould space) di dalam adonan investment.
Selanjutnya logam dilelehkan / dicairkan dengan pemanasan dan lelehan logam tersebut
dituangkan kedalam ruang cetak dengan tekanan sentrifugal / tekanan udara,sehingga ruang
cetak tersebut terisi oleh lelehan dengan bentuk sesuai dengan pola malamnya.
a. Kegunaan
Casting dibidang kedokteran gigi adalah untuk pembuatan restorasi, rehabilitasi atau
rekonstruksi pada gigi dengan bahan logam yang dilelehkan dengan proses casting.
Misalnya Untuk pembuatan inlay crown and bridge atau gigi tiruan kerangka logam,
dll.
b. Tujuan
Casting bertujuan untuk mengisi ruang/rongga (mould) bekas malam dengan logam
chromium cobalt (untuk gigi tiruan kerangka logam) yang telah dicairkan.
c. prosedur
1. Model Wax Up GTKL didalam Bumbung tuang yang telah diisi phospate
bonded investment dan sudah di lost-wax / buang malam.
2. Sebelum melakukan casting, masukkan model tersebut ke dalam mesin
furnaceterlebih dahulu dengan suhu 900ºC sampai model benar benar bersih
dari malam (±15menit), karena jika model masih ada sisa malam maka akan
mengakibatkan logamtidak terisi penuh.
3. Nyalakan mesin casting, lalu masukkan logam Cobalt-Chromium ke dalam
mesincasting dan tunggu hingga logam benar-benar mencair (titik lebur yaitu
1200-1300 derajat C), setelah itu keluarkan model dari mesin furnace dengan
menggunakan alatcapit.
4. Setelah itu, masukan model ke dalam mesin casting. Lalu tunggu hingga
logam masuk ke dalam model, dan pastikan logam benar benar terisi ke
dalam model.
5. Jika sudahselesai, Ambil model tersebut dengan menggunakan capit, lalu
tunggu hingga dingin.Kemudian lakukan deflasking dan sandblasting.

Anda mungkin juga menyukai