Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat

menggunakanresin poli(metil metakrilat). Resin poli(metil metakrilat)

merupakan plastik lentur yangdibentuk dengan menggabungkan molekul-

molekul metil metakrilat multiple. Resin inimerupakan resin transparan

dengan kejernihan yang sangat baik, bahan ini meneruskansinar dari sinar

ultra violet sampai sinar yang mencapai panjang gelombang sebesar 250nm.

Mempunyai modulus elastisitas sekitar 2,4 Gpa (2400 MPa). Resin ini

bersifatsangat stabil dan tidak berubah warna serta sifatnya tahan lama.

Secara kimia poli(metilmetakrilat) cukup stabil terhadap panas dan melunak

pada suhu 125 0C (Anusavice,2013).

Untuk membuat konstruksi gigi tiruan dalam kedokteran gigi bahan

yang biasadigunakan yaitu resin akrilik. Terdapat dua kelompok resin

akrilik yang menarik dalamkedokteran gigi, yaitu asam akrilik dan asam

metakrilik. Resin akrilik memiliki beberapasifat yang menguntungkan, yaitu

memiliki fungsi estetika yang baik, memiliki kestabilanwarna terhadap

perubahan suhu, daya serap air yang relatif rendah dan perubahandimensi

kecil. Berdasarkan cara aktivasinya resin akrilik dibedakan menjadi 2, yaitu

resinakrilik kuring panas dan resin akrilik kuring dingin (Hussain, 2004).
Resin akrilik hampir secara universal digunakan untuk membuat

konstruksi gigi tiruan dalam kedokteran gigi. Resin akrilik merupakan

turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya

(Anusavice, 2013).
1.2 Tujuan

Mahasiswa dapat memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas pada mould

space dengan tepat

1.3 Manfaat

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui klasifikasi dan cara

manipulasi fase dough resin akrilik pada mould space.


BAB II

METODE PENGAMATAN

2.1 Bahan resin akrilik

a. Bahan

1. Serbuk polimer (1/2 tutup botol monomer) dan cairan monomer (1,5)

2. Cairan CMS

3. Gipsum putih untuk untuk kuvet kecil

4. Gipsum biru untuk kuvet kecil

5. Malam merah secukupnya (2.5 cm x 1 cm)

6. vaselin secukupnya

b. Alat

1. Stellon pot/gelas kaca

2. Pipet ukur

3. Bowl spatula gypsum

4. Kuas kecil

5. Timbangan

6. Crownmess/blade scapel

7. Kuvet kecil (atas dan bawah)

8. Masker

9. Sarung tangan
10. Platik cellphan

11. Spatula kecil

12. Press kuvet kecil

13. Curing unit (kompor dan panci)

2.2 Cara Kerja

a. alat dan bahan

Gambar 2.1.1 Alat dan bahan praktikum

b. Mengaduk gypsum putih secukupnya

Gambar 2.1.2 gipsum putih diaduk


c. .Menuangkan adonanan gypsum putih ke kuvet bawah sampai setengah

tinggi kuvet

gambar 2.1.3 menuangkan gypsum putih dikuvet

d. mengaduk gypsum biru secukupnya

gambar 2.1.4 gipsum biru diaduk dengan menggunakan spatula dan bowle

e. Menuangkan adonan gypsum biru kekuvet bawah sampai memenuhi kuvet

gambar 2.1.5 mengaduk gypsum biru


f. Menanam pola malam merah merah (2,5 cm x 1 cm) tepat ditengah kuvet

bawah

gambar. 2.1.5 meletakkan malam ditengah kuvet

g. Menyesuaikan kuvet atas pada kuvet bawah sambil menunggu gypsum

setting (kuvet atas dengan kuvet bawah sudah sesuai apabila sudah ada

kontak logam atas dan bawah)

h. Mengolesi vaselin secukupnya pada gypsum pada gypsum pada kuvet

bawah yang telah setting

gambar 2.1.6 mengolesi vaselin diatas malam dan gypsum biru


i. Mengaduk gypsum biru secukupnya dilanjutkan menuangkan adonan

gypsum biru tersebut setinggi setengah kuvet atas yang sudah dipasang

pada kuvet bawah.

Gambar 2.1.7 menuangkan gypsum biru yang sudah diaduk diatas malam

j. Mengaduk gypsum putih secukupnya dilanjutkan menuangkan adonan

gypsum putih tersebut sampai kuvet penuh dan berlebih pada kuvet atas

yang sudah dipasang pada kuvet bawah.

Gambar 2.1.8 menuangkan gypsum putih diatas gypsum biru


k. Menutup kuvet atas dilanjutkan megepres kuvet kecil dengan press kuvet

kecil sampai adonan gypsum yang belum setting telah tumpah dari kuvet.

Tunggu sampai gypsum setting.

Gambar 2.1.8 menutup kuvet dan dilanjutkan dengan mengepres kuvet

kecil dengan press kecil sampai adonan gypsum putih yang belum setting

telah tumpah dari kuvet.

l. Proses buang malam dengan merebus kuvet ± 1 jam pada panci yang

berisi air mendidih.

Gambar 2.1.9 merebus kuvet sekitar 1 jam yang berisi dengan air mendidih
m. Melepas kuvet perlahan, cek pola cetakkan (mould space) apakah ukuran

dan kontur sudah sesuai dengan pola malam.

Gambar 2.1.10 ukuran dan kontur sesuai dengan pola malam, Apabila di

dpatakan sisa malam, segera disiram menggunakan air panas untuk

menghilangkan mlam yang tersisa

.
2. Manipulasi Resin Akrilik pada Mould Space

a. cetakan gips dalam kuvet atas dan bawah diolesi CMS menggunakan kuas kecil

gambar 2.2.1 mengolesi cairan CMS diatas cetakan gips menggunakan kuas kecil

b. Tuangkan cairan monomer diukur menggunakan pipet ukur sebanyak 1,5 ml

(atau sesuai dengan petunjuk pabrik dari merek resin akrilik yang digunakan)

kedalam stellon pot

c. serbuk polimer ditimbang sebanyak 3 gr atau setengah tutup botol monomer,

kemudian dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam stellon pot sampai semuai

polimer terbasahi oleh monomer.

Gambar 2.2.2 memasukkan cairan monomer dan serbuk polimer kedalam stellon

pot
d. Mengaduk campuran dengan spatula kecil secara perlahan sampai homogeny.

Selanjutnya stellon pot ditutup kedap cahaya. Amati fase sandy, sticky, dough

dengan membuka tutup stellon pot dan catat waktu sampai tercapainya fase dough

(±6 menit).

gambar 2.2.3 mengaduk campuran dengan spatula kecil secara perlahan sampai

homogeny.

e. setelah adonan mencapai fase dough, adonan dimasukkan kecetakan kuvet

hingga penuh, kemudia ditutu dengan plastic cellphan yang telah dibasahi dengai

air. Setelah itu, kuvet ditutup (kuvet atas dan bawah tidak boleh terlalu rapat.

Pengepressan awal dilakukan pengepressan akhir (kuvet atas dan bawah rapat)

serta kuvet biarkan tetap pada pressnya.

Gambar 2.2.4 memasukan adonan yang telah mencapai fase dough kedalam pila

malam lalu ditutupi menggunakan plastic cellphan dan dipress.


g. setelah pengisian akrilik, kuvet dibiarkan 10 menit dan dimasukkan air hangat

sampai mendidih selama 30 menit. Kemudian biarkan sampai air dingin kembali.

Gambar 2.2.5 setelah akrilik dipress lalu direbus kedalam air yang mendidih

sekitar 30 menit

h. Sampel plat akrilik diambil dari cetakan secara hati-hati menggunakan

crownmess kemudian lakukan finishing dengan bur stone dan polishing.

Gambar 2.2.6 setelah akriliknya direbus selanjutnya plat akriliknya difinishing

dan dipolishing menggunakan bur stone dan dipolish menggunakan pumice dan

kryt untuk membuatnya lebih halus dan mengkilat


BAB III

HASIL PENGAMATAN

Berdasarkan praktikum hari ini menunjukkan yaitu:

1. Tidak terjadi porositas

2. Setelah di rebus/ godok dengan baik dan sesuai prosedur mendapatkan resin

akrilik yang keras. Pada permukaanya terdapat sedikit gypsum yang

menempel. Karena itu gypsum yang masih menempel pada akrilik

dihilangkan menggunakan stone hijau hingga gips hilang.

3. Sayap pada tepi akrilik didapati kelebihan sedikit pada akriliknya

4. Ada gipsum yang menempel pada hasil akhir cetakan akrilik. Hal ini dapat

dikarenakan oleh permukaan mould yang kurang bersih saat akan digunakan

sehingga masih ada sisa gipsum yang menempel.

5. Setelah melakukan pembersihan pada gypsum yang masih menempel,

selanjutnya adalah polishing dan finishing menggunakan bur stone hijau yang

dijalankan menggunakan mikromotor dan straight haandpiece dan dilanjutkan

menggunakan stone merah untuk mendapatkan hasil yang halus dan rapi.

Kemudian dilanjutkan menggunakan felt cone dan diberi pumice agar hasil

lebih mengkilat.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Resin Akrilik

Resin akrilik hampir secara universal digunakan untuk membuat

konstruksi gigitiruan dalam kedokteran gigi. Resin akrilik merupakan turunan

etilen yang mengandunggugus vinil dalam rumus strukturnya (Anusavice, 2013).

Ada dua kelompok resinakrilik yang menarik bagi kedokteran gigi, yaitu

kelompok turunan asam akrilik, CH2=CHCOOH dan kelompok dari asam

metakrilikCH2=C(CH3)COOH. Poli asam memiliki struktur yang keras dan

transparan, polaritasnyaberkaitandengan kelompok karboksil, menyebabkan

asam tersebut menyerap air. (Anusavice, 2013).

Resin akrilik aktivasi kimia dapat disebut self-cured, cold-cured atau

autopolymerising material. Resin akrilik aktivasi kimia (cold cured) biasanya

digunakan untuk mahkota dan jembatan sementara, untuk pembuatan special

trays, Untuk perbaikan gigi tiruan, relining, dan rebasing, untuk membuat

removable orthodontic appliances, untuk menambahkan post-dam ke gigi tiruan,

untuk membuat basis gigi tiruan sementara dan permanen, untuk membuat inlay

dan post core patterns (McCabe, 2013)


Resin akrilik pada dasarnya memiliki dua komposisi dasar yaitu bubuk
polimer dan cairan monomer.

 Polimer

Secara umum polimer resin akrilik terdiri dari poli (metil metakrilat), initiator
(0.2-0.5% benzoil peroksida), pigmen (merkuri sulfat, cadmium selenit, ferric
oxide), plasticizer (dibutil ptalat), opacifiers (zinc atau titanium oxide), bahan
tambahan berupa serat sintetis organik (serat nilon atau serat akrilik) dan
anorganik (serat kaca, zirkonium silikat). Untuk resin akrilik jenis self cured ,
ada bahan tambahan aktivator berupa amin tersier, sedangkan pada light cured
terdapat aktivator berupa camphoroquinone. (Steward, 2013)

 Monomer

Monomer resin akrilik terdiri dari metil metakrilat, stabilizer (0.003 – 0.1%
metil ether hydroquinone untukmencegah terjadinya proses polimerisasi
selama penyimpanan), plasticizer (dibutil pthalat), bahan untuk memacu ikatan
silang (cross-linking agent) yaitu etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Cross-
link agent ini berpengaruh pada sifat fisik polimerdimana polimer yang
memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahanterhadap pelarut (Steward,
2013)

Semua dental material harus memenuhi syarat-syarat anatara lain :

1. Biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, dan tidak
mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau
cairan lain yang dimasukkan ke dalam mulut, dan tidak dapat ditembus
cairan mulut.

2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit
atau pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat
terjadi di dalam rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil
dimensinya dibawah semua keadaan, termasuk perubahan termal serta
variasi-variasi dalam beban.

3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga


cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat
diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau
penampilan setelah pembentukan.

4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik


selama penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk,
dan diproses, mudah dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak
disengaja, resin harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.

5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses


tersebut tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal (Van Noort,
2007)

Polimerisasi

a. Kimia Polimerisasi

Monomer dapat bergabung bersama-sama dengan cara baik

penambahan atau reaksi kondensasi. Dalam polimerisasi selain itu,

monomer diaktifkan satu persatu dan ditambahkan bersama-sama dalam

urutan untuk membentuk rantai berkembang. Dalam larutan polimerisasi

(juga dikena lsebagai polimerisasi langkah pertumbuhan), komponen yang

difungsi dan semua atau menjadi reaktif secara bersamaan. Chains

kemudian tumbuh dengan menghubungkan bertahap dari monomer

bifunctional yang biasanya, tapi tidak selalu, menghasilkan berat molekul

rendah dengan produk, seperti air ataua lkohol, untuk "kentalkeluar" -

hence polimerisasi jangka kondensasi. (Anusavice KJ 2013)


b. Penambah polimerisasi

Kebanyakan resin gigi dipolimerisasi oleh mekanisme di mana

monomer menambahkan berurutan pada akhir rantai berkembang.

Polimerisasi selain dimulai dari pusat aktif, menambahkan satu monomer

pada waktu untuk secara cepat membentuk rantai. Secara teori, rantai

dapat tumbuh tanpa batas sampai seluruh monomer habis. Prosesnya

sederhana, tetapi tidak mudah untuk mengontrol. Dua tipe dasar selain

monomer polimerisasi ditemukan dalam produk gigi saat. Pertama

berdasarkan pembukaan ikatan rangkap karbon-karbon dan bergabung

untuk membentuk ikatan tunggal, dan yang lainnya didasarkan pada reaksi

pembukaan cincin di mana cincin tiga atom rusak terbuka dan kemudian

bergabung dengan cincin yang rusak lain untuk membentuk ikatan tunggal

.unit double-ikatan karbon-karbon (-C = C-) dikenal sebagai kelompok

vinyl, dan yang paling sering di contohkan dalam kedokteran gigi oleh

monomer metakrilat (-C = C (CH3) -COOR). Monomer pembukaan cincin

yang diwakili oleh senyawa imina yang mengandung yang mengandung

dua karbon ditambah satu cincin nitrogen, seperti ditemukan dalam bahan

kesanpolieter dan oleh senyawa epoksi dengan cincin yang mengandung

dua karbon dan satuo ksigen, seperti yang ditemukan dalam perekat

silorane dan resin restoratif. Dibandingkan dengan polimerisasi langkah-

pertumbuhan (dibahas kemudian dalam babini), polimerisasi selain dapat

menghasilkan molekul raksasaukuran hamper tak terbatas. Tidak ada

perubahan dalam komposisi selama polimerisasi selain. Artinya,


makromolekul yang terbentuk dari monomer tanpa perubahan komposisi

karena monomer dan polimer memiliki rumus empiris yang sama, di mana

struktur monomer diulang berkali-kali dalam polimer. (Anusavice K.J.

2013)

c. Free radikal Polimerisasi

Reaksi polimerisas iradikal bebas biasanya terjadi dengan

molekul tak jenuh yang mengandung ikatan ganda, seperti yang

ditunjukkan oleh persamaan berikut, dimana R merupakan salah organic

kelompok, klorin, atau hidrogen. Dalam jenis reaksi, tidak ada produk

sampingan diperoleh. Reaksi berlangsung dalam tiga tahap, yang disebut

tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi. Reaksi dapat dipercepat oleh

panas, cahaya, dan jejak peroksida, serta trialkylborane dan bahan kimia

lainnya. Dalam kasus apapun, reaksi dimulai oleh radikal bebas, yang

dapat diproduksi oleh salah satu metode yang disebutkan, seperti yang

ditunjukkan dalam persamaan di p. 190. Radikal bebas yang cukup untuk

polimerisasi dapat diproduksi pada suhu kamar dengan reaksi akselerator

kimia seperti aminatersier atau asam sulfinat dengan peroksida organik.

FLNdihidroksietil para-toluidin, telah banyak digunakan sebagai

akselerator dalam produk gigi. (Craig R.G Dan Powers J.M 2002)

1. Induction Untuk memulai proses polimerisasi adisi, harus terdapat radikal

bebas. Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul

monomer dengan sinar ultraviolet, sinar biasa, panas, atau pengalihan

energy dari komposisi lain yang bertindak sebagai radikal bebas. Kimiawi
radikal bebas yang digunakan untuk memulai polimerisasi bukanlah suatu

katalis, karena masuk kedalam reaksi kimia dan menjadi bagian akhir dari

komposisi kimia. Suatu istilah yang lebih akurat adalah inisiator / pemulai.

Metode ini bergantung kepada pembentukan suatu persenyawaan dengan

electron tidak berpasangan (radikalbebas).Elektron yang tidak berpasangan

membuat radikal tersebut amataktif.(AnusaviceK.J.2004)

2. Propagasi

Dihasilkan radikal bebas-monomer kompleks kemudian bertindak

sebagai pusat radikal bebas baru ketika mendekati monomer lain untuk

membentuk dimer, yang juga menjadi radikal bebas. spesies reaktif ini,

pada gilirannya, dapat menambahkan berturut-turut untuk sejumlah besar

molekul etilen sehingga proses polimerisasi terus melalui penyebaran

pusat reaktif. Karena sedikit energi diperlukan sekali pertumbuhan rantai

dimulai, proses berlanjut dengan evolusi panas dan menyebabkan molekul

polimer besar dalam hitungan detik. Secara teoritis, reaksi berantai harus

terus sampai semua monomer telah dikonversi ke polimer antara set awal

dan set terakhir. proses berlanjut untuk menyelesaikan pembentukan

polimer yang diinginkan. Namun, reaksi polimerisasi tidak pernah cukup

diselesaikan.Pertumbuhan rantai polimer berhenti ketika pusat reaktif

dihancurkan oleh salah satu dari sejumlah reaksi pemutusan mungkin.

Seluruh proses polimerisasi Selain dapat digambarkan sebagai serangkaian

reaksi berantai. Proses ini terjadi dengan cepat, hampir seketika, dengan
pelepasan energi eksotermal, dan berkembang panas yang cukup besar.

(Anusavice K.J. 2013)

3. Rantai transfer

Dalam proses ini radikal bebas aktif rantai berkembang ditransfer

ke molekul lain (misalnya, monomer atau polimer tidak aktif rantai) dan

radikal bebas baru untuk pertumbuhan lebih lanjut dibuat. Misalnya,

sebuah molekul monomer dapat diaktifkan oleh makromolekul

berkembang sedemikian rupa bahwa penghentian terjadi di kedua Jadi, inti

baru untuk hasil pertumbuhan. Dalam cara yang sama, rantai sudah

dihentikan mungkin diaktifkan melalui transfer rantai, dan itu akan terus

tumbuh. (Anusavice K.J. 2013)

4. Terminasi

Meskipun pemutusan rantai dapat hasil dari transfer rantai, reaksi

polimerisasi Selain yang paling sering dihentikan baik oleh kopling

langsung dari dua radikal bebas ujung rantai atau dengan pertukaran atom

hidrogen dari satu rantai berkembang ke yang lain. (Anusavice K.J. 2013)

4.2 Interpresntasi hasil

Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum ). Resin akrilik

polimerisasi panas adalah resin jenis poli(metil) metakrilat yang

polimerisasinya dengan cara dilakukan pemanasan. Bahan resin akrilik

juga digunakan sebagai pilihan dalam pembuatan basis gigi tiruan lepasan,

karena proses pembuatannya yang mudah, harganya murah, mudah


direparasi, estetik bagus. Ada dua komposisi dalam pembuatan resin

akrilik heat cured, yaitu polimer (powder) dan monomer (liquid). Dalam

pembuatan akrilik heat cured ini melalui beberapatahap yaitu

mixing,pengisian (packing), flasking, pengepresan, curing dan

deflasking.Bahan yang dibutuhkan adalah polimer polimetilmetakrilat dan

liquid metal metakrilat dengan perbandingan yang dipakai dalam

praktikum ini adalah 3:1.

Resin akrilik mengalami beberapa tahapan polimerasi yaitu inisiasi,

propagasi, dan, terminasi.

1. Inisiasi : proses polimerisasi membutuhkan penggerak berupa radikal

bebas yaitu suatu peroksida yang sangat reaktif dan mempunyai inisiator.

Pada reaksi ini satu molekul benzoil peroksida menghasilkan dua radikal

bebas yang menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut inisiator

yang diaktifkan dengan cara menguraikan peroksida melalui pemanasan.

2. Propagasi : pembentukan rantai polimer dari reaksi antara molekul yang

aktif dengan molekul lain.

3. Terminasi: reaksi antara dua rantai yang saling tumbuh sehingga

terbentuk molekul yang stabil.

Dalam praktikum kali ini , menyediakan alat dan bahan. Lalu aduk

gypsum putih setelah homogeny letakkan didalam kuvet dengan setinggi

setengah kuvet tersebut. Lalu selanjutnya aduk gypsum biru dan letakkan

diatas gypsum putih yang telah setting sampai penuh kemudian

meletakkan malam yang telah dipotong dengan ukuran 2,5 cm x 1 cm


ditengah gypsum biru setengah setting. Apabila sudah setting olesi malam

dan sekitarnya dengan vaselin secukupnya dengan merata. Lalu tutupi

malam dengan adonan gypsum biru lagi dan gypsum putih seperti

sebelumnya. Setelah itu kuvet dipress menggunakan press kecil dan

direbus dalam air mendidih sekitar 1 jam . setelah itu press diangkat dari

air mendidih, kuvetnya pun dibuka dengan keadaan malam telah hilang

sehingga tercetaklah sebuah pola yang akan nanti diletakkan bahan akrilik.

Tahap yang kedua ialah menuangkan cairan monomer sebanyak

1,5 ml dengan serbuk polimer sebanyak 3 gr kedalam stellon pot kemudian

aduk sampai homogeny sehingga menunjukkan adanya fase sandy, sticky

dan dough stage letakkan di dalam pola dan dipress menggunakan press

kecil sebelum dipress letakkan plastic diatas bahan akrilik agar sisa sisa

dari bahan akriliknya bisa dibuang atau dipotong ulangi sampai 3-4 kali

sampai bahan akriliknya tidak ada lagi yang menyebar lalu yang terakhir

rebus kuvet kedalam air mendidih selama 30 menit. Kemudian akrilik

dapat diambil dari cetakan dengan hati hati Langkah selanjutnya adalah

dilakukan finishing dan polishing. Apabila pada permukaan akrilik masih

terdapat gypsum yang menempel dapat dibersihkan menggunakan stone

berwarna hijau agar gypsum yang menempel hilang. Setelah itu proses

selanjutnya adalah polishing dan finishing pada akrilik yaitu menggunakan

mata bur putih setelah sebelumnya menggunakan stone bewarna hijau

yang dijalankan dengan menggunakan mikromotor dan straighandpiece


untuk mendapatkan hasil yang halus dan rapid an untuk membuat hasilnya

glossy atau mengkilat polish menggunakan pumice dan kryt.


DAFTAR PUSTAKA
.

Craig. RGmJ. 2006. Restorative Dental Materials. 12 th ed. St. Louis, Missousi.
Hal : 333-44.
Hatrick, CD. Eakle, WS & Bird, WF. 2011. Dental Materials: Clinical
Applications for Dental Hygiensts. Second Edition. St. Louis: Saunders
Elsevier. P. 184-185.
McCabe JF and Walls A. 2008. Applied Dental Material Nine Edition. USA :
Blackwell publishing
McCabe JF, Walls AW. 2013. Applied dental materials. 9 ed: USA : Blackwell
Publishing.
Stewart and Michael Bagby. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials : Theory,
Practice, and Cases. 4th ed. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.
pp. 153
Anusavice KJ., Shen Ch., Rawls HR. 2009. Philips’ science of dental materials.
12th Edition. Missouri: Elvisevier. Hal : 205-48

Anusavice, Kenneth J. 2013. Philips’ Science of Dental Materials. Edition 12.


USA: ElsevierSaunder

Hussain, Sharmila. 2004. Textbook of Dental Materials. New Delhi, India: Jaypee
Brothers Medical Publisher.
Van Noort R. 2007.Introduction Dental Materials.3rded. Mosby Elsevier Science
Limited Edinburgh,London,New York. pp. 217
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Pada Resin Akrilik aktivasi panas (Heat Cured) mencapai hasil

yang tepat bila manipulasi dilakukan secara benar. Fase yang tepat

untuk penuangan adonan ke dalam cetakan (mould) adalah fase Dough

. Karena pada fase dough, flow nya tinggi dan mudah dimanipulasi.

Begitupulah hasil yang didapat lbih halus daripada Packing pada fase

lainnya. Namun pada praktikum ini, masih didapatkan porous. Hal ini

terjadi karena kesalahan saat manipulasi. Perubahan suhu yang terlalu

drastis pada deflasking dapat menyebabkan porositas. Pada percobaan

ini kita memang melewati proses deflasking yang tidak sesuai dengan

prosedur dikarenakan untuk menghemat waktu. Kegagalan yang lain

pada semua percobaan adalah adanya sayap. Sayap ini dikarenakan

karena kurang bersihnya pemotongan sisa adonan yang kurang tepat

dan pengepresan yang kurang sempurna..

5.2 SARAN

Diharapkan kepada mahasiswa agar lebih hati-hati lagi dalam

melakukan praktikum dan harus seuai dengan prosedur serta

kebersihan harus terus dijaga.

Anda mungkin juga menyukai