BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Abses
Abses adalah infeksi akut yang terlokalisir pada rongga yang berdinding tebal,
manifestasinya berupa peradangan, pembengkakan yang nyeri jika ditekan, dan
kerusakan jaringan setempat. Penyebaran infeksi tergantung pada lokasi gigi yang
terkena serta penyebab virulensi organisme.17
infeksi tercapai, pada pasien hanya sedikit atau tidak terlihat gejalanya. Namun rasa
nyeri akan timbul bila adanya saku periodontal, inflamasi dan saluran fistula.17
c. Berdasarkan jumlah abses
1. Abses periodontal tunggal
Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor lokal
mengakibatkan tertutupnya drainase saku periodontal yang ada.17
2. Abses periodontal multipel
Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol, pasien
dengan penyakit sistemik dan pasien dengan periodontitis tidak terawat setelah terapi
antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses ini juga ditemukan pada pasien
multipel eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal ditemukan pada beberapa gigi.17
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25)C. Koloni pada perbenihan padat
berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol dan
berkilau.19,21
bentuk penanaman di pekarangan dan tidak bersifat komersial. Sebagian besar pohon
jambu biji yang ditanam oleh masyarakat Indonesia varietasnya didatangkan dari
Thailand. Di Indonesia tanaman jambu biji memiliki beberapa nama daerah misalnya
guawa (Ende), pertukal atau jambu susu (Sumatera), klutuk (Jawa Barat), goyawas
(Manado), jambu biji (Jawa Tengah dan Jawa Timur).28,29
Senyawa tanin yang terkandung dalam daun jambu biji dapat diperkirakan
sebanyak 912%.9,14 Tanin dapat menimbulkan rasa sepat pada buah dan daun jambu
biji, tetapi berfungsi memperlancar sistem pencernaan, dan sirkulasi darah. Tanin
mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik yang mengkerutkan usus
sehingga gerak peristaltik usus berkurang.14
Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi. Flavonoid
adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di
dunia tumbuhan. Quercetin adalah zat sejenis flavonoid yang ditemukan dalam buah-
buahan, sayuran, daun dan biji-bijian. Hal ini juga dapat digunakan sebagai bahan
dalam suplemen, minuman atau makanan. Quercetin memiliki aktivitas anti
inflamasi, anti viral, aktivitas anti tumor, dan antioksidan.30
Ekstrak daun jambu biji muda mengandung senyawa fenol yang cukup banyak
diantaranya flavonoid, sehingga daun jambu biji memiliki aktivitas antimikroba.
Flavonoid merupakan salah satu antiseptik tertua dengan khasiat bakteriosidal.
Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri adalah meracuni protoplasma, merusak dan
menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik
bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim esensial di dalam sel bakteri
meskipun dalam konsentrasi sangat rendah. Flavonoid dapat menyebabkan kerusakan
sel bakteri, denaturasi protein, inaktivasi enzim dan menyebabkan kebocoran sel.14,15
Triterpenoid meskipun terutama digunakan untuk kualitas aromatik, juga telah
ditemukan sebagai agen yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri dengan
cara menghambat sintesis enzim dan merusak struktur membran sel. Saponin
termasuk senyawa triterpenoid telah ditemukan memiliki efek penghambatan pada
bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dengan cara merusak struktur
membran sel. Saponin dapat sebagai antimikroba, berdasarkan sifat racunnya bagi
hewan berdarah dingin dapat menghemolisis sel darah merah.8,14,15
Dalam penelitian Aponno dkk (2014) di Manado membuktikan bahwa ekstrak
daun jambu biji dalam bentuk sedian gel memiliki efektivitas terhadap penyembuhan
luka pada kelinci yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Didalam gel ekstrak
daun jambu biji mengandung zat aktif yang mampu meningkatkan aliran darah ke
daerah luka dan juga dapat menstimulasi fibrolast sebagai respon untuk penyembuhan
luka. Penyembuhan luka terinfeksi dilihat berdasarkan adanya pembekuan darah,
terbentuknya keropeng (scab), hilangnya nanah.31
Sejalan dengan itu, penelitian Penelitian Richard dkk (2013) di Nigeria
membuktikan bahwa ekstrak daun dan batang jambu biji dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur antara lain Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermis, Microsporum gypseum, Trichophyton mentagrophytes.10
Penelitian Anas dkk (2008) di India juga membuktikan perbandingan ekstrak
daun jambu biji dengan menggunakan pelarut metanol dan air, memiliki antibakteri
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian diperoleh kadar hambat
minimum (KHM) masing-masing sebesar 625 g/ml dan 75 l sedangkan kadar
bunuh minimum (KBM) masing-masing sebesar 100 l dan 125 l. Adanya senyawa
aktif tanin yang terkandung dalam ekstrak daun jambu biji menyebabkan denaturasi
protein sehingga dapat menghambat dan membunuh bakteri.32
Penelitian Sanches dkk (2005) di Brazil juga membuktikan ekstrak daun,
batang dan akar dari jambu biji dengan pelarut etanol memiliki antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, dan Pseudomonas
aeruginosa. Adanya senyawa aktif flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun
jambu biji sehingga dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan Staphylococcus
aureus dengan kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM)
sebesar 125 g/ml dan 250 g/ml, 62,5 g/ml dan 125 g/ml, 125 g/ml dan 250
g/ml.13
Hasilnya, misal terlihat penurunan koloni bakteri sebanyak 99,9%, selain dari
percobaan kelompok kontrol, disebut Kadar Bunuh Minimum (KBM).33
Tanin merupakan komponen utama dari daun jambu biji, bersifat antibakteri
dengan cara mempresipitasi protein. Tanin senyawa polifenol yang mengikat protein
kaya prolin yang mengganggu sintesis protein dan telah terbukti memiliki aktivitas
antibakteri. Mekanisme tanin sebagai antibakteri dengan mengkerutkan dinding sel
dan membran sel, inaktivasi enzim, merusak atau inaktivasi fungsi materi genetik.
Ekstrak daun jambu biji muda mengandung senyawa fenol yang cukup banyak
diantaranya flavonoid, sehingga daun jambu biji memiliki aktivitas antimikroba.
Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri adalah meracuni protoplasma, merusak dan
menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Flavonoid dapat
menyebabkan kerusakan sel bakteri, denaturasi protein, inaktivasi enzim dan
menyebabkan kebocoran sel.
Triterpenoid meskipun terutama digunakan untuk kualitas aromatik, juga telah
ditemukan sebagai agen yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri dengan
cara menghambat sintesis enzim dan merusak struktur membran sel. Saponin
termasuk senyawa triterpenoid telah ditemukan memiliki efek penghambatan pada
bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dengan cara merusak struktur
membran sel. Saponin dapat sebagai antimikroba, berdasarkan sifat racunnya bagi
hewan berdarah dingin dapat menghemolisis sel darah merah.
Kandungan daun jambu biji: Daun Jambu Biji Impaksi dari benda
Tanin Damar asing seperti potongan
Flavonoid Asam Oksalat tusuk gigi
Anti diare
Guayaverin Garam-garam mineral
Leukosianidin Triterpenoid Anti inflamasi
Destruksi ligamen
Minyak atsiri Saponin Anti viral
Asam malat Quercetin Anti fungi periodontal dan tulang
alveolar
Anti oksidan
Anti bakteri
Pembengkakan gingiva,
mengkilat disertai rasa
sakit
Triterpenoid menghambat sintesis Tanin mengkerutkan dinding sel dan
enzim dan merusak struktur membran sel membran sel, mempresipitasi protein,
Saponin merusak struktur membran sel inaktivasi enzim, inaktivasi fungsi materi Abses periodontal
genetik
Flavonoid denaturasi protein, inaktivasi
Pus (Nanah)
enzim dan menyebabkan kebocoran sel
Bakteriostatis Bakteriosidal
Staphylococcus aureus
22
Morfologi daun jambu biji Daun Jambu Biji Buah Putih Daun jambu biji buah
buah putih putih yang diambil dari
Waktu pertumbuhan daun Perkebunan Fakultas
jambu biji buah putih Ekstrak Daun Jambu Biji Buah Putih Pertanian USU
Keadaan tanah, curah
hujan dan lingkungan
tanaman
Staphylococcus aureus
23