Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok
cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik
dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya
kita mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin
akrilik dengan melakukan serangkaian praktikum, dan nantinya dalam penggunaan
atau aplikasinya tercapai dengan baik dan tidak menemui kesulitan dalam tahap-
tahap pembuatan acrylic.
Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa
kompon non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin
akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila
dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi
antara polimer dan monomer.
Acrylic berasal dari acrolain acid atau gliserin aldehid. Secara kimia
dinamakan polymethyl methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau
arang batu. Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa cairan (monomer)
monomethyl methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl
methacrylate. Berdasarkan reaksinya, resin acrylic dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 2

1. Heat Cured Acrylic (membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk
membantu proes polimerisasinya). Resin akrilik polimerisasi panas adalah
resin jenis poli (metil) metakrilat yang polimerisasinya dengan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan untuk Polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat
diperoleh dengan menggunakan pemanasan. Air atau iradiasi gelombang
mikro. Resin akrilik polimerisasi panas dipergunakan untuk bahan
pembuatan anasir gigi tiruan, basis gigi tiruan, bahan reparasi gigi tiruan,
bahan obturator, dan pembuatan sendok cetak fisiologis.
Resin akrilik polimerisasi panas dengan pemanasan air dilakukan dengan dua
cara, yaitu pemanasan air menggunakan kompor atau waterbath.
2. Self Cured Acrylic (dapat berpolimerisasi pada temperature ruang ).
3. Light Cured Acrylic Resin.
1.2 Tujuan
1) Mengerti, memahami dan bisa melakukan cara manipulasi resin akrilik.
2) Mengerti dan memahami sifat-sifat resin akrilik.
3) Mengetahui dan memahami processing acrylic
4) Memahami cara dan proses pembuatan resin akrilik






Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 3

BAB II
TEORI SINGKAT
2.1 Manipulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan manipulasi resin
akrilik polimerisasi panas yaitu:
a. Perbandingan polimer dan monomer
Perbandingan polimer dan monomer yang umumnya diguakan adalah 3: 1
satuan volume dan 2,5 : 1 satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka semua
polimer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesa
berpolimerisasi akan berglanur, tetapi monomer juga tidak boleh terlalu bnayk karna
dapat menyebabkan kontraksi yang lebih besar (21% satuan volume) dibandingkan
kontraksi yang terjadi pada adonan resin akrilik yang seharusnya (7% satuan
volume), sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai fase dough
(konsistensi) dan akhirnya menyebabkan timbulnya porositas pada resinn akrilik
b. Pencampuran
Selama reaksi pencampuran, akan terlihat perubahan bentuk fisis ke dalam
empat tahap yaitu :
1) Tahap I: Polimer meresap ke dalam monomer membentuk suatu fluid
yang tidak bersatu (sandy/granular).
2) Tahap II : permukaan polimer larut ke dalam monomer dan bahan ini
melekat dengan pot, berserabut bila ditarik (sticky).
3) Tahap III : tahap dough atau gel. Polimer telah jenuh di dalam monomer.

Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 4

Massa menjadi lebih halus dan dough like (seperti adonan). Pada tahap ini, massa
dapat dimasukkan ke dalam mold.
Tahap dough tergantung pada :
1. Ukuran partikel bubuk, Partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan
lebih cepat tercapai konsistensi liat / dough.
2. Berat molekul polimer, Lebih kecil molekul lebih cepat terbentuk
konsistensi liat.
3. Pemakaian plasticiser dalam polimer, makin banyak makin lambat.
4. Suhu, makin rendah makin lambat.
5. Perbandingan bubuk dengan cairan, bila bubuk / cairan tinggi, waktu
dough lebih singkat.
4) Tahap IV : penetrasi yang lebih lanjut dari polimer. Bahan tidak plastis
lagi dan tidak dapat dimasukkan ke dalam mold lagi (rubbery-hard).
c. Mold lining
Setelah semua malam dikeluarkan dari mold dengan cara menyiramnya
dengan air mendidih dan detergen, dinding mold harus diberi bahan separator (could
mold seal) untuk mencegah merembesnya monomer ke bahan mold dan
berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan
bahan mold dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.
d. Pengisian
Sewaktu melakukan pengisian ke dalam mold perlu diperhatikan agar mold
terisi penuh dan sewaktu di-press terdapat tekanan yang cukup pada mold, ini dapat
Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 5

dicapai dengan cara mengisikan adonan akrilik sedikit lebih banyak ke dalam mold.
Jika jumlah adonan yang dimasukkan ke dalam mold kurang, maka dapa
t menyebabkan terjadinya shrinkage porosity.
2.2 Kuring
Proses kuring resin krilik dilakukan dengan cara mengaplikasikan panas pada
resin dengan merendam kuvet dalam air yang dipanaskan hingga mencapai suhu 100
derajat C selama 20 menit dan kemudian dinaikkan secara bertahap pada sushu 1000
derajat C dan tahan selama 10 menit.
Pengaplikasian panas harus teratur karna reaksi kimia antara monomer dan
polimer bersifat eksotermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka suhu resin akrilik
akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomer akan mendidih pada temperatur 212
derajat F atau 100 derajat C.
Setelah proses polimerisasi selesai kemudian kuvet dibiarkan dingin secara
perlahan hingga sama dengan suhu ruangan. Bahan resin yang telah selesai
berpolimerisasi dikeluarkan dari bahan mold. Selanjutnya dilakukan pemolesan resin
akrilik untuk mendapatkan permukaan yang halus dan mengkilap.







Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 6

BAB III
HASIL PRATIKUM DAN PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
Kuvet
Deepent glass
Mesin press
Selopan stip
Leckron
Kompor
Panci perebusan
Cement Spatell
Kunci Sekrup
Bahan :
Cairan (monomer) monomethyl methacrylate
Bubuk (polymer) polymthtyl methacrylate
Cairan separated (pemisah) yaitu CMS
Fushin
Fleter pauder
Dentisain
Model

Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 7

3.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari Resin Akrilik ini adalah:
1. Flasking
Adalah proses menanam model ke dalam kuvet bawah dengan mengunakan gips
tipe 2. Beri vaselin untuk setiap permungkaan gigi tujuannya untuk memisahkan
gios pada kkuvet atas dan kuvet bawah dan ditutup kembali dengan cuvet atas
dan diberi kemali gips tipe 2 lalu dikunci sekrupnya
2. Wax Elimination / Boiling Out
Malam yang ada di atas model tadi dikeluarkan dari kuvet dengan cara direbus
maka cuvet pada bagian atas dan bawahnya terhindar dan bersih dari wax
3. Packing Akrilik
Disini dilakukan mixing akrilik. Memasukkan akrilik ke dalam kuvet sampai
tahap dough stage (III). Lalu olesi semua bagian gips dengan cms yang
bertindak sebagai bahan separated yaitu pemisah antara gips dengan resin
akrilik. Mixingnya dengan mencampurkan 10 ml monomer yakni Hidro qinoud
dan kemudian polimernya polimetil akrilat dan masukkan ke dalam dippen glass
dan aduk dengan cement spatell. Masukkan resin ke dalam kuvet atas dan
lakukan pressure untuk mengeluarkan sisa akrilik. Lalu rebus dengan kompor
dan panic rebusan. Lakukan dengan perebusan awal sampai mendidih dan tahan
selama 20 menit pada sushu 100 derajat lalu naikkan sampai suhu 1000 derajat
dan tahan selama 10 menit. Biarkan kuvet dalam air panas tadi sampai dingin
dan kuvet bary dikeluarkan.

Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 8

4. Deflasking
Adalah proses mengeluarka akrilik dari kuvet dan pekerjaan ini dapat dilakukan
ditunggu sampai dingin kuvetnya supaya tidak terjadi perubahan dimensi
5. Finishing
Dilakukan dengan straight untuk menghilanhkan sisa gips.
6. Polishing
Adalah tahap mengkilatkan kuvet dengan mengunakan fitrum.flether pauder dan
dentisant dan dilakukan dengan mengunakan mikromotor dan straight hand
piece dengan mengunakan mata bor polish yakni bulu domba.
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari :
1. Polimer :
b. Poli (metil metakrilat)
c. Initiator: berupa 0.2 - 0.5% benzoil peroksida
d. Pigmen: merkuri sulfit, cadmium sulfit, cadmium selenit, ferric oxide.
e. Plasticizer: dibutil pthalat
f. Opacifiers: zinc atau titanium oxide
g. Serat sintetis/organik : serat nilon atau serat akrilik
h. Partikel inorganik, seperti serat kaca, zirkonium silikat.
2. Monomer :
a) Metil metakrilat
b) Stabilizer: terdapat sekitar 0.003
0.1% metil ether hydroquinone untuk
mencegah terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan.
Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 9

c) Plasticizer: dibutil pthalat
d) Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent) seperti etilen glikol
e) dimetakrilat (EGDMA). Bahan ini berpengaruh pada sifat fisik polimer
dimana
f) polimer yang memiliki ikatan silang bersifat lebih keras dan tahan
terhadap pelarut.
3.3 Sifat-sifat
Beberapa sifat-sifat resin akrilik polimerisasi panas adalah :
a. Berat molekul
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki berat molekul primer yang tinggi
yaitu 500.000 1.000.000 dan berat molekul monomernya yaitu 100. Berat molekul
polimer ini akan bertambah hingga mencapai angka 1.200.000 setelah
berpolimerisasi dengan benar. Rantai polimer dihubungkan antara satu dengan yang
lainnya oleh gaya van der Walls dan ikatan antara rantai molekulnya. Bahan yang
memiliki berat molekul tinggi mempunyai ikatan rantai molekul yang lebih banyak
dan mempunyai kekuatan yang besar dibandingkan polimer yang memiliki berat
molekul yang lebih rendah
b. Monomer sisa
Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada
suhu tinggi berpotensi menghasilkan monomer sisa lebih tinggi. Monomer sisa yang
tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut, inflamasi dan alergi,
selain itu juga mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang dihasilkan karena
monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan resin akrilik
Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 10

menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi
secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0,2 sampai 0,5%. Proses kuring
yang adekuat pada temperature tingi sangat direkomendasikan untuk mengurangi
ketidaknyamanan pasien yang dikeahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA
(Metil Metakrilat)
c. Porositas
Porositas dapat memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan pada
kekuatan resin akrilik. Ada 2 jenis porositas yang dapat kita temukan pada basis gigi
tiruan yaitu shrinkage porosity dan gaseous porosity. Shrinkage porosity kelihatan
sebagai gelembung yang tidak beraturan bentuk di seluruh permukaan gigi tiruan
sedangkan gaseous porosity terlihat berupa gelembung kecil halus yang uniform,
biasanya terjadi terutama pada protesa yang tebal dan di bagian yang lebih jauh dari
sumber panas.
c. Absorbsi air
Resin akrilik polimerisasi panas relative menyerap air lebih sedikit pada
lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0,69%mg/cm
2
.
Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat
diabsorbsi pada permungkaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat enempati
posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer
mengalami ekspansi. Setiap kenaikan berat resin akrilik sebesar 1% yang disebabkan
oleh absorbsi air menyebabkan terjadinyya ekspansi linear sebesar 0.23%.
sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh tibulnya kontraksi.

Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 11

e. Retak
Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adany
a tekanan tarik (tensile stress) yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul
polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat
perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing (retak kecil
) dapat memperlemah gigi tiruan.
f. Ketepatan dimensional
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik
adalah ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin akrilik,
kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya
stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik.
g. Kestabilan dimensional
Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik.
Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik dapat
terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat
kecil dan secara klinis tidak bermakna.
h. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organik
Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa
lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa.
Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi
kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan
untuk membersihkan protesa.

Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 12

3.4 Kekerasan Permungkaan
Kekerasan permungkaan secara positif dihubungkan dengan tingkat
kolonisasi aktif pada biometerial. Hal ini secara langsung mempengaruhi perlekatan
awal mikroorganisme, perkembangan biofilm, dan kolonisasi bakteri. Hal ini terjadi
karena permungkaan dan pembentukkan depresi atau celah yang menyediakan
kesempatan bagi retensi mikroorganisme dan perlindungan terhadap kekuatan
pelepasan (shear protection), bahkan sewaktu pembersihan bahan basis gigi tiruan
berbasis resin akrilik. Perlekatan mikroba pada permungkaan biomaterial tergantung
pada struktur permungkaan dan komposisi biomaterial serta sifat psikokemis dari
permukaan sel mikroba. Permukaan yang halus dan terpoles dengan baik adalah
penting sepnuhnya tidak hanya bagi kenyamanan pasien tetapi juga keawetan gigi
tiruan/restorasi, hasil estetik yang baik, kesehatan rongga mulut, dan retensi plak
yang rendah.








Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 13

BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Berdasarkan praktikum resin akrilik yang telah dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1) Resin acrylic merupakan resin termoplastis, terdiri dari persenyawaan kompon
non metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organic.
a. Komposisi resin acrylic terdiri dari cairan/monomer (monomethyl
methacrylate) dan bubuk/poli (pollimthyl methacrylate). Manipulasi
dengan mencampur monomer dan polimer dengan perbandingan 1:3
menurut volume atau 1:2 menurut berat.
b. Stadium yang paling baik untuk memasukkan adonan acrylic kedalam
rongga cetak (mould space) adalah dough stage.
c. Untuk acrylic heat cured, untuk menyempurnakan polimerisasinya
memerlukan pemanasan. Ada empat tahap yang diperllikan untuk
mencapai polimerisasi sempurna, yaiut: inisiasi, propagasi, terminasi
dan chains transfers.
Sifat-sifat fisik resin akrilik adalah :
Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN.
Penghantaran panas.
Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan
pendinginannya.
Laporan Pratikum Resin Akrilik Page 14

Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm.
Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic tapi
larut dalam keton dan ester.
Adhesi akrilik terhadap logam rendah.
Sifat estetika cukup memuaskan
Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-
gejala alergi
Akrilik mempunyai sifat cold flow,

Anda mungkin juga menyukai