Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMATERIAL II

RESIN AKRILIK

OLEH :
NAMA : BRAMANTIO
NIM : 10618019

DOSEN PEMBIMBING :
Drg. Rudi S, Sp.Prost

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Resin akrilik sering digunakan sebagai bahan untuk membuat gigi tiruan, baik gigi
tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap, dan gigi tiruan sementara karena memiliki
kualitas estetik yang baik, harga terjangkau, dan mudah untuk diproses (Diaz-arnold et al.
2008, Noort 2008)

Masyarakat pada umumnya menggunakan gigi tiruan dengan bahan dasar resin
akrilik. Keuntungan yang dimiliki resin akrilik sebagai basis gigi tiruan adalah memiliki
sifat yang tidak toksik, mudah dalam proses reparasi apabila terjadi kerusakan, dan mudah
dalam proses pembuatannya, namun kekurangan yang dimiliki dari resin akrilik, yaitu
keterbatasan terhadap kekuatan benturan, dan juga mudah fraktur (Kurniawan et al., 2011).

Masalah yang sering timbul dalam pemakaian gigi tiruan yaitu fraktur atau
patahnya gigi tiruan. Ada dua kekuatan yang dapat membuat fraktur pada basis gigi tiruan,
yaitu kekuatan impak dan kekuatan fleksural (Anusavice, 2003).

Kekuatan fleksural atau disebut juga kekuatan transversal dari resin akrilik
merupakan kemampuan resin akrilik untuk menahan sejumlah beban mastikasi tanpa
terjadi fraktur (Diaz-arnold et al., 2008). Faktor yang mempengaruhi kekuatan fleksural
resin akrilik antara lain adalah cara memanipulasi, jumlah monomer sisa, dan banyaknya
mikroporositas (Pantow et al., 2015)

Hal yang dapat dilakukan dalam menambah kekuatan resin akrilik yaitu dengan
menambahkan fiber karena sifat fiber yang estetik, mampu meningkatkan sifat fisik dan
mekanik dari resin akrilik, dan juga mampu meningkatkan kekuatan fleksural plat resin
akrilik (Sitorus & Dahar, 2012).

2
Resin akrilik basis gigi tiruan dikemas dalam sistem bubuk-cairan. Cairan
mengandung metil metakrilat tidak terpolimer dan bubuk mengandung polimetil metakrilat
pra-polimerisasi dalam bentuk butir-butir kecil. Jenis resin akrilik tersedia dalam berbagai
bentuk, diantaranya resin polimerisasi panas (heat-cured resins), resin polimerisasi kimia
(cold-cured resins), dan resin polimerisasi sinar (visible-light cured resins). Polimerisasi
tersebut dapat menggunakan energi gelombang mikro dan panas yang akan menyebabkan
dekomposisi benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas (Anusavice, 2004).
Penambahan radikal bebas berubah menjadi bentuk polimetil metakrilat (PMMA) dengan
monomer metil metakrilat (MMA). Konversi dari monomer menjadi polimer melibatkan
tahapan yang meliputi aktivasi, inisiasi, propagasi, dan terminasi (Noort, 2007 )

Salah satu komponen penguat dalam resin akrilik adalah serat alam. Serat alam
memiliki kelebihan yang dimiliki serat alam itu sendiri yaitu dapat didaur ulang, dapat
diperbarui dan dapat terdegradasi di lingkungan. Serat alam juga memiliki sifat mekanik
yang baik dan dapat diperoleh dengan harga yang murah dibanding serat sintetik (Subyakto
et al, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian resin akrilik?
2. Apa saja jenis-jenis resin akrilik?
3. Alat apa saja yang akan digunakan untuk prosesing resin akrilik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian resin akrilik.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis resin akrilik.
3. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat prosesing resin akrilik.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. RESIN AKRILIK

1. Definisi
Resin akrilik hampir secara universal digunakan untuk membuat
konstruksi gigi tiruan dalam kedokteran gigi. Resin akrilik merupakan turunan
etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya (Anusavice, 2013).

Ada dua kelompok resin akrilik yang menarik bagi kedokteran gigi, yaitu
kelompok turunan asam akrilik, CH2=CHCOOH dan kelompok dari asam
metakrilik CH2=C(CH3)COOH. Poli asam memiliki struktur yang keras dan
transparan, polaritasnya berkaitan dengan kelompok karboksil, menyebabkan asam
tersebut menyerap air (Anusavice, 2013).

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa dibuat


menggunakan resin poli(metil metakrilat). Resin poli(metil metakrilat) merupakan
plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-molekul metil
metakrilat multiple. Resin ini merupakan resin transparan dengan kejernihan yang
sangat baik, bahan ini meneruskan sinar dari sinar ultra violet sampai sinar yang
mencapai panjang gelombang sebesar 250 nm. Mempunyai modulus elastisitas
sekitar 2,4 Gpa (2400 MPa). Resin ini bersifat sangat stabil dan tidak berubah warna
serta sifatnya tahan lama. Secara kimia poli(metil metakrilat) cukup stabil terhadap
panas dan melunak pada suhu 125 0C (Anusavice, 2013).
Poli(metil metakrilat) tidak berwarna, transparan dan padat. Oleh karena itu,
untuk mempermudah penggunaannya dalam bidang kedokteran gigi, polimer
diwarnai untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik
tetap stabil dibawah kondisi mulut yang normal, dan sifat-sifat fisiknya telah

4
terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Warna yang biasa digunakan dalam
pembuatan protesa basis gigi tiruan yaitu pigmen dengan warna merah muda
dikarenakan pigmen ini memiliki stabilitas warna yang baik dan telah terbukti
untuk melelehkan garam kadmium dari dasar gigi tiruan hanya dalam jumlah menit
(McCabe, John 2008).

2. Klasifikasi
a. Resin akrilik teraktivasi dengan panas (head cured)
Bahan-bahan teraktivasi dengan panas digunakan dalam
pembuatan hampir semua basis protesa. Energi termal yang diperlukan
untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan perendaman air atau oven (microwave). Karena prevalensi
dari resin ini, sistem teraktivasi dengan panas lebih ditekankan
(Anusavice, 2003).
b. Resin akrilik teraktivasi secara kimia (self cured)
Resin yang teraktivasi secara kimia sering disebut resin cold-curing,
self curing, atau otopolimerisasi. Pada kebanyakan keadaan, aktivasi kimia
dicapai melalui penambahan amin tersier, seperti dimetil-para-toluidin,
terhadap cairan basis protesa yaitu monomer.
Umumnya derajat polimerisasi yang dicapai dengan menggunakan
resin yang teraktivasi kimia tidaklah sesempurna seperti yang dicapai resin
yang teraktivasi panas. Ini menunjukkan ada monmer dalam jumlah yang
lebih besar yang tidak bereaksi dalam basis protesa yang dibuat melalui
proses aktivasi kimia (Anusavice, 2003).
c. Resin basis protesa teraktifasi dengan sinar
Bahan ini digambarkan sebagai komposit yang memiliki matriks
uretan dimetakrilat, silika ukuran mikro, dan monomer resin akrilik berberat
molekul tinggi. Sinar yang terlihat oleh mata adalah aktivator, sementara
champoroquinone bertindak sebagai pemulai polimerisasi. Resin basis
komponen tunggal dipasok dalam bentuk lembaran dan benang serta
dibungkus dalam kantung kedap cahaya untuk mencegah polimerisasi yang
tidak diinginkan (Anusavice, 2003).

5
d. Resin jenis rapid head cured
Perkembangan material untuk pembuatan basis gigi tiruan telah
dirasakan pada saat ini. Pabrik pembuat material rapid heat cured
menyatakan bahwa resin akrilik ini mempunyai fitting yang baik,
komfortabel, free bubble, kuat cadmium-free. Keunggulan jenis resin
akrilik ini tidak memerlukan waktu yang lama untuk proses polimerisasi.
Menggunakan perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik yang
tepat berdasarkan petunjuk pabrikdan jenis resin akrilik ini hanya
memerlukan waktu 20 menit untuk proses polimerisasi (Yuliati A, 2005)

3. Komposisi
a. Komposisi Resin Akrilik heat cured

Sebagian besar resin polimetil metakrilat terdiri dari serbuk dan


komponen cair. Serbuk terdiri dari polimetil metakrilat dan sejumlah
kecil benzoil peroksida sebagai inisiator, yang bertanggung jawab untuk
memulai proses polimerisasi. Cairan didominasi oleh non-polimerisasi
metil metakrilat monomer dengan sejumlah kecil hydroquinone.
Hydroquinone ditambahkan sebagai inhibitor, yang mencegah
polimerisasi yang tidak diinginkan atau pengaturan dari cairan selama
penyimpanan. Inhibitor juga menghambat proses kuring, dan dengan
demikian meningkatkan waktu kerja (Anusavice, 2013).

Komposisi material basis gigi tiruan akrilik

1) Powder
 Polimer : Butir-butir polimetilmetakrilat
 Inisiator : Suatu peroksida seperti benzoil
peroksida (sekitar 0,5%)
 Pigmen : Garam-garam kadmium atau besi atau
pewarna organic

6
2) Liquid
 Monomer : Metilmetakrilat
 Bahan Pengikat silang : Etilen glikoldimetakrilat
(sekitar 10%)
 Inhibitor : Hidrokuinon (amat sangat sedikit)
 Activator : N N’-dimetil-p-toluidin (sekitar 1%).
(McCabe dan Walls, 2014)

Sebelum dilaplikasikan pada pasien, resin akrilik harus


dimanipulasi dan diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria
pengaplikasian klinis yang baiak. Menurut Krisnawati, tahun 2015 Resin
akrilik heat cured dimanipulasi dengan beberapa tahapan sebagai berikut :
1) Induksi
Merupakan masa permulaan berubahnya molekul
dari inisiator menjadi bergerakatau bertenaga, dan
memulai memindahkan energi pada molekul monomer.
Proses polimerisasi induksi umumnya teraktivasi melalui
salah satu dari tiga proses yaitu panas, sinar dan kimia.
2) Propagasi
Tahap pembentukan rantai yang terjadi karena
adanya pengaktifan monomer. Kemudian terjadi reaksi
antara monomer dengan radikal bebas.
3) Transfer Rantai
Tahap pengikatan antar rantai polimer dan
monomer. Rantai yang telah diakhiri dapat diaktifkan
kembali dengan pemindahan rantai dan rantai tersebut
akan terusberikatand.
4) Terminasi
Terjadi karena adanya reaksi antara radikal bebas 2 rantai yang
sedang tumbuhsehingga terbentuk molekul yang stabil.
Reaksi rantai dapat diakhiri, baik dengan penggabungan

7
langsung atau pertukaran atom hidrogen dari satu rantai
yang tumbuh ke rantai yang lain (Krisnawati, 2015).

b. Komposisi Resin Akrilik Teraktivasi Secara Kimia ( self Cured )


1) Powder
 Poli (metil metakrilat),
 Benzoil peroksida (inisiator)
2) Liquid

 Metil metakrilat,
 Hidroquinon (inhibitor yaitu komponen yang
mencegah atau menghambat polimerisasi cairan
monomer selama penyimpanan)
 Etilen glikol (cross-link)Tersier amin (aktivator).
(Hatrick, 2011)

4. Sifat – Sifat
a. Sifat Resin Akrilik heat cured
Resin akrilik mempunyai sifat sebagai berikut (Wijayanti, 2012):
1) Berat molekul
 Polimer bubuk memiliki berat molekul sebesar
500.000 sampai 1.000.000
 Monomer memiliki berat molekul sebesar 100
 Polimer yang telah diproses memiliki berat
molekul sebesar 1.200.000
2) Sisa monomer
Sisa monomer berpengaruh pada berat molekul rata-
rata, walaupun telah dilakukan proses pembuatan akrilik
dengan benar. Pembuatan akrilik yang dilakukan pada
suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu yang singkat
menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Hal ini

8
sebaiknya dicegah karena dapat menyebabkan hal-hal
sebagai berikut :
 Sisa monomer dapat lepas dari gigi tiruan dan dapat
mengiritasi jaringan mulut
 Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticiser dan
membuat resin menjadi lunak dan lebih lentur.
3) Porusitas dapat memberi pengaruh yang tidak
menguntungkan pada kekuatan dan sifat-sifat optis resin
akrilik.
4) Absorbsi air
Absorbsi air selama pemakaian mencapai
keseimbangan sekitar 2%. Absorpsi air dapat
menimbulkan kenaikan berat akrilik sebesar 1%, sehingga
menyebabkan ekspansi linear sebesar 0,23%. Sebaliknya,
pengeringan bahan ini dapat menimbulkan kontraksi. Oleh
karena itu, bahan hendaknya selalu dijaga kelembabannya.
5) Retak
Terjadi akibat adanya kekuatan tarik yang dapat
menyebabkan terpisahnya molekul-molekul primer.
6) Kestabilan dimensi
Kestabilan dimensi berhubungan dengan absorbsi air
dan hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan.
7) Fraktur
Terjadi karena adanya impact (gigi tiruan jatuh pada
permukaan yang keras) dan fatigue (gigi tiruan mengalami
bending secara berulang-ulang selama pemakaian).
Kebutuhan-kebutuhan suatu material basis gigi
tiruan dapat dinyatakan dengan tepat dengan istilah sifat-
sifat fisikal, mekanikal, kimiawi, biologikal, dan lain-
lainnya, sebagai berikut (McCabe dan Walls, 2014) :

9
1) Sifat-sifat fisikal
 Suatu material basis gigi tiruan yang ideal
warnanya harus
 Sesuai dengan warna natural jaringan periodontal.
Pentingnya hal ini tergantung pada apakah basis
akan tertampakkan saat penderita membuka
mulutnya.
 Suatu polimer yang digunakan untuk membentuk
basis gigi tiruan, harus mempunyai nilai suhu
transisi kaca (glass transition temperature/Tg) yang
cukup tinggi untuk mencegah pelunakan dan
distorsi selama penggunaan gigi tiruan tersebut.
 Basis harus mempunyai stabilitas dimensional
yang baik agar bentuk gigi tiruan tidak berubah
pada jangka waktu tertentu.
 Material secara ideal harus mempunyai nilai
gravitasi spesifik rendah (specific gravity) agar
gigi tiruan dapat menjadi seringan mungkin.
Keadaan ini mengurangi tekanan pemindahan
gravitasional (gravitional displacing forces) yang
dapat bereaksi terhadap gigi tiruan rahang atas.
 Basis gigi tiruan secara ideal harus radiopak.
2) Sifat-sifat mekanikal
 Basis gigi tiruan harus kaku, dalam hal ini nilai
modulus elastisitas yang tinggi sangat dibutuhkan.
Nilai limit elastis yang tinggi dibutuhkan untuk
memastikan bahwa stress yang diterima saat
menggigit dan mengunyah tidak menyebabkan
deformasi permanen. Kombinasi dari nilai
modulus elastisitas yang tinggi dan nilai limit
elastis yang tinggi dapat memberikan tambahan

10
keuntungan yaitu akan memungkinkan basis dapat
dibuat tipis.
 Basis gigi tiruan harus mempunyai kekuatan lentur
(flexural strength) yang cukup untuk menahan
fraktur.
 Material basis gigi tiruan harus mempunyai daya
tahan yang cukup tehadap abrasi (abrasion
resistance) untuk mencegah pemakaian berlebihan
(excessive wear) dari material pembersih yang
abrasif maupun dari bahan makanan.
3) Sifat-sifat kimiawi
 Material basis gigi tiruan harus merupakan bahan
yang secara
 kimiawi bersifat lamban (inert) dalam penyerapan.
Secara umum, bahan ini harus tidak larut dalam
cairan oral dan tidak menyerap air atau saliva
karena keadaan tersebut dapat mengubah sifat-sifat
mekanikal material dan menyebabkan gigi tiruan
menjadi tidak higenis.
4) Sifat-sifat biologikal
 Pada keadaan yang tidak dicampur, material basis
gigi tiruan
 Harus tidak berbahaya bagi operator berkaitan
dengan pengolahannya
 Material basis gigi tiruan yang mengeras harus
tidak toksik dan
 Tidak mengiritasi pasien.
5) Sifat-sifat lainnya
 Suatu material basis gigi tiruan yang ideal harus
relatif tidak mahal dan mempunyai masa pakai

11
panjang sehingga dapat disimpan tanpa menjadi
rusak.
 Material harus dapat dengan mudah dimanipulasi
untuk pemrosesannya.
 Material harus mudah diperbaiki saat terjadi
fraktur
b. Sifat Resin Akrilik Self Cured
Diantaranya adalah :
1) Berat molekul lebih rendah.

2) Pengerutan pemprosesan lebih kecil dibandingkan


pengerutan pada resin akrilik kuring panas
3) Kekuatan kuring dingin hanya 80 % dari kuring panas.
4) Monomer sisa lebih banyak, umumnya menujukan 3%-5%
monomer bebas
5) Memiliki risiko sensitivitas yang lebih besar, karena
kandungan monomer sisa yang lebih banyak.
6) Akurasi dimensi gigi palsu yang terbuat dari resin dingin
cenderung lebih baik. Karena pada proses pengolahan
resin dingin memiliki suhu yang lebih rendah, sehingga
mengakibatkan tekanan internal yang lebih rendah dan
mengurangi kontraksi termal. (Williams, 1979)

5. Polimerisasi
Polimer merupakan molekul rantai panjang dan besar dibentuk oleh ikatan
kimia yang bergabung bersama molekul yang lebih kecil, disebut monomer. Ketika
dua atau lebih jenis monomer bergabung, terbentuk kopolimer. Kopolimer
diproduksi untuk meningkatkan sifat fisik material. Tindakan membentuk polimer
disebut polimerisasi (Hatrick, 2011).
Polimerisasi memiliki dua jenis yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi
kondensasi. Polimerisasi adisi merupakan reaksi antara dua molekul untuk
membentuk molekul yang lebih besar tanpa menghasilkan produk samping pada

12
akhir polimerisasi. Monomer dari polimerisasi adisi diaktifkan pada satu waktu
untuk membentuk growing chain. Sedangkan polimerisasi kondensasi merupakan
reaksi antara dua molekul untuk membentuk molekul yang lebih besar dan
menghasilkan produk samping pada akhir polimerisasi. Produk samping tersebut
berupa air, alkohol, asam halogen, dan amonia. Produk tersebut dihasilkan karena
struktur monomernya yang dapat bereaksi berulang (Anusavice, 2013).

6. Tahapan Polimerisasi
a. Sandy stage
Tahap pertama yang terlihat ketika bubuk (polimer) dan cairan (monomer)
dicampur disebut sandy stage, campuran terlihat kasar, mirip dengan pasir
dan air, dan memiliki konsistensi berair.
b. Stringy stage (sticky)
Tahap ini terjadi ketika partikel bubuk menyerap cairan ke permukaan.
Campuran terlihat lengket ketika diolah.

c. Dough stage
Lebih banyak bubuk yang larut menjadi campuran yang lebih kental dan
lebih mudah untuk di manipulasi.
d. Rubbery stage
Campuran menjadi seperti karet yang sudah tidak dapat dimanipulasi lagi
untuk membentuk basis gigi tiruan. (Hatrick, 2011)

13
7. Alat dan Bahan
a. Bahan
1) Plastic Selopan

2) Vaseline

3) Could Mould Seal ( CMS )

4) Air

14
5) Gips Putih ( Dental Plaster tipe II )

6) Gips Biru ( Dental Stone tipe III )

7) Malam Merah ( Modeling Wax )

8) Powder dan Liquid Akrilik Heat Cured

15
b. Alat - alat
1) Masker

2) Sarung Tangan

3) Straight Hand Piece

4) Mikrromotor

16
5) Kuvet

6) Alat Press

7) Pisau Model

8) Pisau Malam

9) Bowl

17
10) Spatula

11) Stellon Pot

12) Alat Grinding

13) Vibrator

14) Pipet Ukur

18
15) Bur Polishing

16) Amplas

8. Cara Manipulasi
Manipulasi adalah suatu bentuk tindakan atau proses rekayasa terhadap
suatu hal dengan menambah ataupun mengurangi variabel yang berkaitan agar
tercapai sifat mekanik maupun fisik yang diinginkan. Sebelum diaplikasikan
pada pasien, resin akrilik harus dimanipulasi dan diolah sedemikian rupa
sehingga memenuhi kriteria pengaplikasian klinis yang baik. Secara umum, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses manipulasi resin akrilik,
antara lain :

a. Perbandingan monomer dan polimer


Perbandingan yang sering digunakan adalah 3,5:1 satuan volume
atau 2,5:1 satuan berat. Bila komposisi monomer terlalu sedikit maka tidak
semua polimer dapat dibasahi oleh monomer, sehingga mengakibatkan
akrilik yang telah berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, komposisi
monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengakibatkan
terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik (Khindria, Mittal dan
Sukhija, 2009).

19
b. Pencampuran
Komposisi polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar
dicampurkan pada tempat yang tertutup lalu didiamkan beberapa menit
sampai mencapai fase dough. Pada saat pencampuran ada empat tahapan
yang terjadi, yaitu :
1) Sandy stage : adalah fase saat terbentuknya campuran yang
menyerupai pasir basah.
2) Sticky stage : adalah saat merekatnya bahan ketika serbuk mulai
larut dalam cairan dan terasa berserat ketika ditarik.
3) Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan
tidak lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk
memasukkan adonan ke dalam mould.
4) Rubber hard stage : adalah tahap saat konsistensi adonan seperti
karet dan tidak dapat dibentuk dengan kompresi konvensional
(Khindria, Mittal dan Sukhija, 2009).
c. Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap memasukan
adonan resin kedalam mould. Perlu diperhatikan saat proses manipulasi
pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan dalam mengisi rongga
mould. Pengisian pada rongga mould dilakukan secara bertahap. Tahap
selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah
dilakukannya press pada kuvet. Kekuatan press yang diberikan pada kuvet
sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar 2200 psi selama 5 menit
juga. Seringkali ditemukan flash selama proses press dilakukan, flash yaitu
adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan dipisahkan dengan
bagian resin yang mengisi mould. Setelah dilakukan tahap ini, tahap
berikutnya adalah dilakukannya curing (Khindria, Mittal dan Sukhija,
2009).

20
d. Curring
Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap
jenis resin akrilik memiliki kekhususan tersendiri.
1) Heat cured acrylic resin: yaitu terjadinya curring yang
diaktivasi oleh adanya panas
2) Self cured acrylic resin: curring dapat dilakukan pada suhu
ruangan karena adanya aktivator amin tersier
3) Light cured acrylic resin: proses curring dicapai dengan
terpapar cahaya tampak (Khindria, Mittal dan Sukhija,
2009).

Setelah itu dilakukan tindakan finishing adalah mengubah plat akrilik kasar
menjadi halus dansiap untuk dipulas. Pada tindakan finishing, tidak hanya
menghaluskan permukaanyang kasar tetapi juga membentuk outline plat sesuai
desain yang diinginkan. (Serra G, 2013)

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Resin akrilik hampir secara universal digunakan untuk membuat konstruksi gigi
tiruan dalam kedokteran gigi. Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung
gugus vinil dalam rumus strukturnya. Sifat fisik resin akrilik antara lain pengerutan
polimerisasi, porositas, larutan, tekanan waktu pemrosesan, penyerapan air, creep, crazing,
dan kekuatan.
Resin akrilik dibedakan menjadi dua yaitu, resin akrilik kuring panas dan resin akrilik
kuring dingin. Resin akrilik kuring panas dan resin akrilik kuring dingin mempunyai
kekuatan yang berbeda. Kekuatan tekan pada basis gigi tiruan dipengaruhi oleh monomer
sisa, tekanan dan bahan yang diberikan. Nilai kekerasan untuk resin kuring panas lebih
besar dibandingkan resin kuring dingin. Jadi, resin akrilik kuring panas lebih efektif untuk
pembuatan basis gigi tiruan.
B. Saran
Sebagai mahasiswa kedokteran gigi, penting bagi kita untuk mengetahui bahan dan
alat – alat yang digunakan dalam Resin akrilik beserta fungsinya dan manipulasinya agar
dapat mengaplikasikannya dengan benar dan tepat pada saat praktik selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. 2013. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

Anusavice, K.J. 2003. Phillips’ Science on Dental Materials. 11th ed. Saunders Elsevier Science
: St Loius, h. 33-37, 152, 166, 188, 401, 415-416.

Hatrick, Carol Dixon. 2011. Dental Materials: Clinical Applications for Dental Assistants and
Dental Hygienists. USA : Saunders Elsevier

Khindria, S. K., Mittal. S., Sukhija, V. 2009. Evolution Of Denture Base Material. J. Indian Prost
Soc ; 9 : 64
Krisnawati, F. (2015). Perbedaan Pengaruh Ekstrak Buah Lerak ( Sapindus rarak DC.) 0,01% Sebagai
Pembersih Gigi Tiruan Terhadap Candida Albicans pada Lempeng Resin Akrilik dan
nilon Termoplastik .Universitas Jember

Williams, D F & J Cunningham. 1979. Materials in Clinical Dentistry. London: Oxford Medical
Publication.

McCabe, John F & W G Walls. 2008. Applied Dental Materials, ed.9th. UK: Blackwell Publishing
Ltd.

McCabe JF, Walls AWG. 2014. Applied Dental Material. London : Blackwell Munksgaard

Serra G, de Morais LS, Elias CN. Surface Morphology Changes Of Acrylic Resinsduring Finishing
and Polishing Phases. Dental Press J Orthod 2013;18(6): 26-30.
Van-Noort, Richard. 2008. Dental Materials. London: Elsevier Limited

23

Anda mungkin juga menyukai