Anda di halaman 1dari 10

NAMA : DIAN AGUSTINA

NIM : 1912402021
MATA KULIAH : DENTAL MATERIAL I
DOSEN PENGAMPU : drg. Erni Gultom, MHSM

BAHAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PERAWATAN


REHABILITATIF

A. Pengertian Perawatan Rehabilitatif

Bahan Perawatan Rehabilitatif atau Resin akrilik merupakan salah satu bahan
kedokteran gigi yang telah banyak diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis
gigi tiruan, plat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan
jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal
fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui lebih lanjut tentang
cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan serangkaian
studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai
dengan baik. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil
dalam rumus strukturnya (Anusavice, 2003).

Perawatan Rehabilitatif atau Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari
unit-unit metil metakrilat yang berulang.Resin akrilik digunakan untuk membuat
basis gigi tiruan dalam proses rehabilitatif, untuk pelat ortodonsi, maupun restorasi
crown and bridge (Anusavice, 2003).

1. Heat Cured (Resin Akrilik Polimerisasi Panas)

Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.


Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan
menggunakan perendaman air atau microwave.Penggunaan energy termal
menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal
bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisas. i ( Ecket, dkk., 2004).

2. Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self- Cured) Autopolymerizing

Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia.Resin yang teraktivasi


secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan dapat dilakukan
pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penambahan amintersier
terhadap monomer. Bila komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan
menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas
dan polimerisasi dimulai ( Ecket, dkk., 2004).

3. Resin Akrilik Polimerisasi Microwave

Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang frekuensi


megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin akrilik. Prosedur
ini sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan pengenalan serat kaca
khusus, cocok untuk digunakan dalam oven microwave. Resin akrilik dicampur
dalam bubuk yang tepat, dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit.
Kontrol yang cermat dari waktu dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk
menghasilkan resin bebas pori dan memastikan polimerisasi lengkap ( Ecket,
dkk., 2004).

4. Resin Akrilik Polimerisasi Cahaya

Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah kopolimer
dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama dengan silika
microfine. Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan resin akrilik
yang telah dicampur dalam moldable di model master pada sebuah meja
berputar, dalam ruang cahaya dengan intensitas cahaya yang tinggi dari 400-500
nm, untuk periode sekitar 10 menit ( Ecket, dkk., 2004).

B. Macam – Macam Bahan yang Digunakan Dalam Perawatan Rehabilitatif

Komposisi Resin Akrilik


Menurut Combe (1992) dan Anusavice (1996) komposisi resin akrilik:
1) Komposisi Resin Komposit
Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain
seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.
a. Bahan utama/Matriks resin
b. Filler
Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:
 Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi
 Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal
 Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan
resisten terhadap abrasi
c. Coupling agent
Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak
dipergunakan pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal
digunakan tidak berfungsi dengan baik karena ikatan antara matriks dan filler
adalah tidak kuat. Melapiskan partikel filler dengan coupling agent
contohnya vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan matriks.
Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan
cara bereaksi secara khemis dengan keduanya.
Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat khemis dari
komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler
diakibatkan dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler.
d. Bahan penghambat polimerisasi
Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer
dimethacrylate dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan
bahan penghambat (inhibitor).
e. Penyerap ultraviolet (UV)
Ini bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses oksidasi.
f. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit
terlihat di dalam sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium
dioksida dan aluminium dioksida.
g. Pigmen warna
Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli.

 Kebaikan
Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan
resin komposit juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan
toksisitas merkuri kepada pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi
menyebabkan resin komposit digunakan untuk tujuan estetik.
 Kerugian
Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah
warna selama pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan
biasanya akan terjadi dan menyebabkan perubahan warna pada marginal
tambalan. Komposit dengan filler berukuran kecil dapat dipergunakan sehingga
9 tahun, lebih lekas rusak dibandingkan dengan tambalan amalgam.

2) Heat Cured acrylic


a. Bubuk (powder) mengandung :
 Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama
 Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%
 Reduces Translucency :Titanium dioxide
 Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan mulut :
1%
 Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil

b. Cairan (liquid) mengandung :


 Monomer :methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap.
 Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi
selama penyimpanan.
 Cross linking agent: 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat membantu
penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi panjang dan untuk
meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.

3) Self Cured Acrylic


Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator,
seperti dimethyl-p-toluidinpada liquidnya.

4) Resun Denture Base


 Akrilik (dough-type)
Bahan ini merupakan bahan basis gigi tiruan yang paling sering digunakan
karena diperoleh dari penyatuan dari liquid degan powder.Dengan nama lain
adalah poli (metilmetakrilat).
 Akrilik (gel-type)
Bahan ini merupakan hasil uraian unsure bebentuk gel yang dihasilkan
dengan cara mencampur liquid dengan powder.
 Akrilik (puor-type)
Bahan ini terbentuk dari liquid dengan powder saja.
 Akrilik (high-impact strength)
Bahan ini memiliki kekuatan tekan pada bahan yang dihasilkan dengan cara
menguraikan cabang rubber-like polimerbutadiena-styrene menjadi molekul
akrilik.
 Akrilik (rapid heat-polymerized)
Bahan ini hamper sama dengan tipe dough hanya berbeda pada proses
modifikasi saja. Terkhusus pada proses polimerisasi hybrid nya yaitu dengan
panas dan kimia.
 Polyurethane resins
Bahan ini memiliki polomerisasi dari resin dengan proses memancarkan
spectrum cahaya pada daerah biru dengan panjang gelombang antara 450-
490 nm (Anusavice, 2004).
C. Fungsi dari Bahan Perawatan Rehabilitatif

Pengunaan penggunaan perawatan regabilitatif atau resin akrilik biasanya dipakai


sebagai bahan denture base, landasan pesawat ortodonti, basis gigi tiruan, dan
sebagai bahan restorasi untuk mengganti gigi yang rusak ( Anusavice, 2003).

 kegunaan bahan perawatan rehabilitatif


 Untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan (combe,1992).
 Pelatortodonsi (combe,1992).
 Sendokcetakkhusus (combe,1992).
 Sestorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik
maupun dalam hal fungsinya(combe,1992).

Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan
resin komposit juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan
toksisitas merkuri kepada pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi
menyebabkan resin komposit digunakan untuk tujuan estetik.

D. Cara Pemakaian/Memanipulasi Bahan Perawatan Rehabilitatif (Resin Akrilik)


1. Cara Heat Cured Acrylic
Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan sturktur resin.
Perbandingan monomer dan polymer, biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume
atau 2,5/1 satuan berat.
Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer sanggup dibasahi oleh monomer
akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain itu juga tidak boleh
terlalu rendah karena sewaktu polmerisasi monomer murni terjadi pngerutan
sekitar 21% satuan volume. Pada adonan acrylic yang berasal dari perbandingan
monomer dan polymer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak
monomer, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar.

Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat
dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini
dimaksudkan supaya tidak terjadi polymerisasi awal. Bila polymer dan monomer
dicampur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1) Tahap 1 :Adonan seperti pasir basah (sandy stage)
2) Tahap 2 :Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
3) Tahap 3 :Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila
ditarik akan membentuk serat (stringy stage). Butir-butir polimer mulai larut,
monomer bebas meresap ke dalam polimer.
4) Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang dan
adonan mudah dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan.
5) Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak monomer
yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.
6) Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras
dan getas pada permukaannya, sedang keadaan bagian dalam adukan masih kenyal.

Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic


Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi dengan acrylic.
Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam kuvet (pelat logam yang
biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi dengan acrylic, lebih dulu
diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could mould
seal (CMS).
Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis
(dough stage). Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu
diperhatikan :
 Cetakan terisi penuh
 Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat dicapai
dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam cetakan. Selama
polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di
dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat menyebabkan terjadi shrinkage
porosity.
 Ruang cetak diisi dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis
(dough). Agar merat dan padat, maka dipelukan pengepresan dengan
menggunakan alat hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan dilakukan
dilakukan berulang-ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat.
2. Pemasakan(Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah pengisian
(packing) dan pengepresan perlu dilakukan pemasakan (curing) di dalam oven atau
boiling water (air panas). Di dalam pemasakan harus diperhati-kan, lamanya dan
kecepatan peningkatan suhu/temperature. Metode pemasakan dapat dilakukan dengan
cara cepat atau lambat. Ada tiga metode pemasakan resin acrylic, yaitu:
1) Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5
cm diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga
mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian
temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit).
Selanjutnya api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2) Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan selama
20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
3) Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dean
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah mendidih api
segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara
perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan
acrylic yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer.

3. Self Curing Akrilik


Komposisi serupa dengan bahan heat cured acrylic, kecuali bahwa cairannya
mengandung bahan activator seperti dimethyl-p-toluidine. Perbandingan bahan
akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :
1) Berbeda dalam metode aktivasinya.
2) Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan
activator seperti dimethyl paratoluidin.
3) Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured, meskipun tidak
mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena
terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu
kamar.
4) Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah dan
mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%.
5) Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-kira
80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang
lebih rendah.
6) Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat cured lebih baik dari self cured
karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dalam pemakaian.
Pada pengukuran creep bahan poly (polymethyl methacrylate), polimer heat cured
mempunyai deformasi awal yang lebih kecil, juga lebih sedikit creep, dan lebih
cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured.
7) Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertier dapat
terjadi penguningan setelah beberapa lama.

4. Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi
molekul yang berantai panjang (polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena
panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic dapat berolimerisasi oleh
karena panas atau cahaya.
Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah
selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi menghasilkan berat jenis yang lebih
rendah daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua
tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut
polimrisasi adisi. Tipe ini banyak dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin
acrylic. Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul ketiga
yang sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi.
Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:
Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiator benzoil peroxide
yang dibantu dengan activator (zat kimia, sinar ultraviolet,atau pemanasan).
1) Initiation Tahap terbentukknya rantai polimer.
2) Propagation Tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti, yang
ditandai dengan pertukaran sebuah atom hydrogen dari satu rantai yang terbentuk
pada rantai lain.
3) Termination Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali untuk
pertumbuhan selanjutnya.
4) ChainTransfer

5. Light Cured Acrylik Resin


Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilakukan dengan menggunakan
sinar tampak (visible light). Dengan cara ini terjadinya polimerisasi tidak
mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian
permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit, didalamnya terdapat
empat buah lampu halogen yang dapat menghasilakan panjang gelombang 400-
500 nm.

Anda mungkin juga menyukai