Anda di halaman 1dari 27

Topik 7

Bahan Akrilik
Kelas E
Kelompok 2
Nama Kelompok 2

1. Refky Arya prasetya (2020-11-099)


2. Esthuning Vidya.P (2020-11-100)
3. Muhammad Mahdy Jilan(2020-11-101)
4. Lina Ridwan (2020-11-102)
5. Wahyuni Nur Hanifah (2020-11-104)
6. Mariska Tamara Anggi.P (2020-11-105)
7. Keisha Alma Primasha (2020-11-106)
Definisi Bahan Akrilik
Resin akrilik adalah polimer yang keras, rapuh, dan seperti kaca. Plastik
komersial disebut Plexiglas adalah produk resin akrilik. Resin akrilik bening dan
tidak berwarna, menjadikannya bahan pengganti yang sangat baik untuk kaca
dalam badai pintu. Resin akrilik mudah diwarnai. Secara teknis, resin akrilik
adalah diklasifikasikan sebagai bahan termoplastik, dan banyak produk
komersialnya dibuat dengan bahan akrilik injection moulding. Dalam kedokteran
gigi, bagaimanapun, akrilik resin ditangani lebih seperti bahan termoset, yaitu
setelah mengeras, tidak dipanaskan dan dibentuk.
Klasifikasi Bahan Akrilik

 Cold-Cure or Chemically Activated


Acrylic Resins
 Heat-Activated Acrylic Resins
 Light-Activated and Dual-Cure Acrylic
Resins
 Acrylic Resin Systems and Porosity
 Cold-Cure or Chemically Activated Acrylic Resins
Sistem resin akrilik pengawet dingin atau yang diaktifkan secara
kimiawi disediakan sebagai bubuk dan cairan, seperti yang ditunjukkan
pada (Gambar 1.). Ini adalah bahan yang sama digunakan untuk teknik
penumpukan "sikat-manik" untuk kuku buatan

Gambar 1. Foto sistem resin akrilik, bubuk,


dan cair
 Cold-Cure or Chemically Activated Acrylic Resins

Komponen tipikal tercantum dalam (Tabel 1).

Tabel 1. Komponen Sistem Resin Akrilik


 Heat-Activated Acrylic Resins

Sistem resin akrilik yang diaktifkan oleh panas sangat mirip


dengan sistem kimiawi yang diaktifkan. Pengecualian utama
adalah tidak adanya aktivator kimiawi dalam cairan. Perbedaan
kecil adalah berkurangnya inhibitor di dalam cairan. Penghambat
tidak diperlukan untuk menyediakan waktu kerja, berfungsi
sebagai pengawet, bereaksi dengan mencegah radikal bebas
polimerisasi selama penyimpanan
 Light-Activated and Dual-Cure Acrylic Resins

Sistem resin akrilik yang diaktifkan dengan cara ini memang tidak
sepopuler komposit yang mengaktifkan cahaya dan penyembuhan ganda.
Baru-baru ini, material komposit yang diaktifkan dengan cahaya dan
penyembuhan ganda untuk mahkota sementara, custom baki, dan
penggunaan resin akrilik lainnya telah diperkenalkan. Karena ini material
komposit lebih kuat, mereka semakin diterima. Sebagai harga berkurang,
mereka dapat sepenuhnya menggantikan resin akrilik untuk beberapa
kegunaan.
 Acrylic Resin Systems and Porosity

Terlepas dari jenis aktivasi sistem resin akrilik, porositas adalah perhatian
utama. Metil metakrilat dan monomer lainnya dengan mudah menguap pada suhu
kamar. Jika monomer menguap selama penanganan atau pemrosesan, maka
material yang dihasilkan akan menjadi keropos. Bahan porositas melemah. Selain
itu, gigi tiruan cenderung mengumpulkan kotoran di pori-pori dan berkembang bau
dan rasa yang menyinggung. Banyak upaya telah dilakukan untuk mencegah
porositas saat resin akrilik diproses. Kontrol tekanan dan suhu digunakan untuk
meminimalkan porositas
Komposisi Bahan Akrilik

 Acrylic Resins
 Methylmethacrylate
 Poly(Methylmethacrylate) (PMAA)
 Acrylic Resins

Resin akrilik merupakan turunan dari etilen dan mengandung kelompok


vinil (–C = C–) dalam rumus strukturnya: H2C = CHR. Satu deret diturunkan
dari asam akrilat, CH2 = CHCOOH, dan lainnya dari asam metakrilat, CH2 =
C (CH3) COOH. Keduanya berpolimerisasi dengan penambahan. Meskipun
polyacids begitu keras dan transparan, polaritasnya, terkait dengan gugus
karboksil, menyebabkan mereka menyerap air. Air cenderung memisahkan
rantai dan menyebabkan pelunakan dan kehilangan secara umum kekuatan,
membuat bahan ini umumnya tidak cocok untuk digunakan pada gigi
 Methylmethacrylate
PMMA dengan sendirinya tidak banyak digunakan dalam prosedur
pencetakan kedokteran gigi. Sebaliknya, metilmetakrilat monomer cair (Gambar
2.) dicampur dengan polimer, yang disuplai dalam bentuk bubuk. Sebagian
monomer melarutkan polimer untuk membentuk bahan seperti adonan plastik.
Dalam pembuatan gigi palsu dan berbagai peralatan lepasan ini adonan dikemas
ke dalam cetakan, dan monomer dipolimerisasi dengan salah satu metode yang
dibahas sebelumnya. Akibatnya, monomer methylmethacrylate cukup banyak
pentingnya dalam kedokteran gigi

Gambar 2. Molekul Methylmethacrylate


Sifat fisik Methylmethacrylate :

• Molecular weight = 100


• Melting point = 48 °C
• Boiling point (bp) = 100.8 °C
• Density = 0.945 g/mL at 20 °C
• Heat of polymerization = 12.9 kcal/mol
 Poly(Methylmethacrylate) (PMAA)

PMMA adalah resin transparan dari kejernihan seperti air yang


transparan terhadap cahaya yang terlihat dan rentang ultraviolet hingga
panjang gelombang 250 nm. Memiliki kekuatan tarik sekitar 60 MPa,
kepadatan 1,19 g /cm3, dan modulus elastisitas sekitar 2,4 GPa. Juga
sangat stabil karena tidak berubah warna dalam sinar ultraviolet dan itu
menunjukkan sifat penuaan yang luar biasa.
Cara Pembuatan Bahan Akrilik

1. Pencetakan rahang, adalah bentuk negatif dari seluruh jaringan pendukung


geligi tiruan. Setelah dicor, maka akan didapatkan bentuk positif dari rahang
atau model rahang.
2. Desain geligi tiruan, bersihkan model dari sisa-sisa gips dan buat desain
geligi tiruan yang akan dibuat, membuat garis median denture out line.
3. Perencanaan dimensi vertical dan oklusi sentries, pasien yang kehilangan
sebagian giginya berarti sudah kehilangan bidang oklusi, tinggi gigitan atau
dimensi vertical, oklusi sentrik.
Cara Pembuatan Bahan Akrilik

4. Memilih gigi, pada kasus pasien ompong, memilih gigi berpedoman pada
bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk menentukan warna dan
tingkat keaausanya, sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi
pada tangul gigitan
5. Penyusunan gigi, penyusunan gigi dilakukan diatas malam/ wax
6. Conturing, setelah bentuk kontur geligi tiruan dipendam dalam kuvet.
7. Packing, proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik
8. Procesing, polimerasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya bila
dipanaskan atau ditambahakan zat kimia.
Cara Pembuatan Bahan Akrilik
9. Deflasking, bila curing telah selesai, maka flask dibiarkan sampai pada
suhu kamar, kemudian flask boleh dibuka
10. Pemasangan kembali dan pengasahan selektif, pemasangan kembali
geligi dalam artikulator bertujuan untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak
harmonis dari geligi tiruan yang baru selesai diproses atau dimasak.
11. Penyelesain geligi tiruan, ini dilakukan dengan cara membuang sisa-sisa
resain akrilik pada batas geligi tiruan
12. Pemolesan geligi tiruan, menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan
tanpa merubah kontur.
Manipulasi Bahan Akrilik
Tujuannya agar akrilik ini nantinya mampu memenuhi
persyaratan sebagai material yang digunakan pada kedokteran gigi
dengan sifat fisik dan mekanik yang sesuai dengan
pengaplikasiannya pada kedokteran gigi

Manipulasi kedokteran gigi meliputi


menentukkan perbandingan polimer dan
monomer, pencampuran keduanya,
pengisian, serat terakhir adalah proses
curring
 Perbandingan monomer dan polimer
Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu
menyebabkan pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier.
Selain itu keadaaan dimana:

a. Konsentrasi Bubuk > Cairan


Keadaan ini mampu menyebabkan terbentuknya granula-granula pada
adonan. Hal ini dikarenakan bubuk tidak sepenuhnya mampu dibasahi oleh
cairan
 Perbandingan monomer dan polimer

b. Konsentrasi Cairan > Bubuk


Keadaan ini mampu menyebabkan kontraksi pada adonan resin akrilik,
akibatnya akan terjadi perubahan dimensi yang tampak, serta adanya
pengerutan volumetrik dan linier yang telah dijelaskan sebelumnya.

dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang tepat.


Perbandingannya 3:1 dilihat berdasarkan volumenya
 Pencampuran
Tahap yang nampak setelah dilakukan pencampuran antara cairan dan bubuk
adalah sebagai berikut:

a. Sandy stage
Pada tahap ini interaksi tingkat molekuler belum sepenuhnya
terjadi atau bahkan belum sama sekali.

b. Sticky stage
Pada tahap ini mulai terjadi interaksi antara bubuk dan cairan. Dimana
cairan mulai larut pada bubuk yang dapat berakibat pada terdispersinya
rantai polimer (pada bubuk) pada monomer (cairan).
 Pencampuran
c. Dough Stage

Pada tahap ini adalah kesempurnaan dari sticky stage. Yaitu tahap
dimana polimer dalam jumlah besar telah terlarut sepenuhnya pada
monomer. Dengan demikian adukan yang terbentuk tidak lagi
berserat ataupun lengket

d. Rubber hard stage

Tahap ini adalah tahap yang telah dikatakan sebelumnya, yaitu


ketika adukan sudah tidak lagi mampu dilakukan pembentukkan
dengan teknik kompresi konvensional
 Pengisian
→tahap penuangan resin kedalam mould. Pada proses manipulasi yang perlu
diperhatikan pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan mengisi
rongga mould. Apabila terjadi keadaan:

a.Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih


pada pembuatan basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi
elemen gigi protesa di dalamnya

b.Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya


memenuhi rongga mould akan mampu menimbullkan porus
 Pengisian

Pada tahap selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould


adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan press yang
diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar
2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya
ditemukan flash, yaitu adanya kelebihan bahan.
 Curring

→Proses terjadinya pengerasan, dimana yang menjadi komponen


pembantu dalam terjadinya curring dibagi menjadi:

a.Heat curring : yaitu terjadinya curring yang diaktivasi dengan adanya


panas. Dimana panas yang diperlukan untuk terjadinya polimerasi dan
tercapainya curring yang sempurna adalah 740C (1650F) yang
dilakukan pada bak air dengan menjaga suhu tersebut selama 8-12 jam
tanpa adanya prosedur pendidihan terminal. Baru selanjutnya masuk ke
tahap yang kedua dengan meningkatkan suhu mencapai 100oC dan
diproses selama 1 jam.
 Curring

b.Self curring : cukup dilakukan pada suhu ruang dikarenakan aktivator


yang digunakan telah mengunakan amin tersier

c.Light curring : proses curring dicapai dengan dipaparkannya cahaya


tampak dengan panjang gelombang sebesar 400-500nm dengan
kemampuan menembus ketebalan sebesar 5-6 mm dengan pemaparan
radiasi selama 10-25 menit
Thanks

Anda mungkin juga menyukai