Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN SKILL LAB BIOMATERIAL 1

APLIKASI RESIN AKRILIK UNTUK PEMBUATAN LEMPENG GIGIT

Instruktur :
1. drg. Priesta Honeste
2. drg. Marsecall Dhira Brata Moffan

Disusun oleh :
Janatin Aliya
10621034

S1 KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak
aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok
cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik
dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya
kita mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin
akrilik dengan melakukan serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam
penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai dengan baik. Resin akrilik adalah jenis
resin termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon non metalik yang dibuat
secara sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih
dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh
karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer. Acrylic
berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan polymethyl
methacrylate yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini
disediakan dalam kedokteran gigi berupa cairan (monomer) mono methyl
methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl methacrylat.
Akrilik dikenal sebagai polymetil metakrilat. Polymetil metakrilat ini
merupakan senyawa yang dapat kita buat dari bahan-bahan seperti minyak bumi, gas
bumi atau arang batu. Resin akrilik yang dipakai dalam bidang kedokteran gigi
terdiri dari komposisi cairan monometil metakrilat dan dalam bentuk bubuk
polimetil metakrilat. Secara umum, penggunaan resin akrilik dalam bidang
kedokteran gigi digunakan sebagai bahan denture base, orthodontik base, bahan
dasar gigi tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan (artificial teeth) dan bisa juga
digunakan sebagai bahan untuk merestorasi atau mengganti gigi yang rusak.

1.2 Tujuan
1) Mahasiswa mampu membuat lempeng akrilik dan melakukan processing akrilik
pada kuvet besar dengan benar
2) Mahasiswa dapat melakukan buang malam (boiling out) dan dapat
memanipulasi dengan tepat resin akrilik polimerisasi panas
1.3 Manfaat
1) Mahasiswa mengetahui pengaplikasian membuat lempeng akrilik dan
melakukan processing akrilik pada kuvet besar dengan benar
2) Mahasiswa mengetahui buang malam (boiling out) dan dapat memanipulasi
dengan tepat resin akrilik polimerisasi panas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Resin Akrilik


Resin akrilik adalah suatu turunan etilen yang dalam rumus struktur kimianya
mengandung gugus vinil. Resin akrilik murni memiliki sifat tidak berwarna, transparant
dan padat, sesuai dengan persyaratan dari bahan basis gigi tiruan yang harus memiliki
warna yang serupa dengan jaringan disekitar, dalam jangka waktu tertentu bentuknya
tidak berubah karena mempunyai dimensional stability yang baik, mempunyai spesifik
gravitasi yang rendah agar gigi tiruan menjadi ringan, sehingga pemakainya mampu
mempertahankan kesehatan mukosa rongga mulut dan merasakan rangsangan panas
dan dingin yang normal karena mempunyai thermal conductivity yang tinggi (McCabe
dan Walls, 2014).
Resin akrilik merupakan bahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan
gigi tiruan. Resin akrilik tersedia dalam bentuk bubuk dan larutan. Komponen utama
dari bubuk resin akrilik adalah Polymethylmethacrylate sedangkan komponen utama
dari larutan resin akrilik adalah methacrylate (MMA). Akrilik resin di klasifikasikan
menjadi 5 tipe yaitu Heat-processing polymers, autopolymerised polymers,
thermoplastic blank or powder, light activated materials, dan microwave-cured
material. Namun tipe yang sering digunakan adalah tipe heat processing polymer atau
heat cured dan Autopolymerised polymers atau self cured. (McCabe & Walls, 2008).

2.2 Komposisi Resin Akrilik


Resin akrilik heat cured terdiri dari bubuk dan larutan:
1) Bubuk
a) Polimer : polymethylmethacrylate
b) Inisiator : peroksida seperti benzoil peroksida
c) Pigmen : salts of cadmium or iron or organic dyes
2) Larutan
a) Monomer : methylmethacrylate
b) Agen Cross-linking : ethyleneglycoldimethacrylate
c) Inhibitor : Hydroquinone
2.3 Tahapan Manipulasi Resin Akrilik
Tahap manipulasi resin akrilik dibagi menjadi 2 tahap, yaitu :
1. Tahap Pencampuran (Mixing)
Rasio dalam pencampuran bubuk dan larutan sangat penting untuk
mengontrol ‘work ability’ agar bubuk dan larutan resin akrilik dapat tercampur
rata saat perubahan dimensi atau setting, untuk mengurangi level shrinkage,
rasio bubuk/larutan 3:1 dari berat, rasio ini biasanya digunakan karena dapat
memberi volumetric polymerization shrinkage sekitar 5-6%. Tahap
pencampuran antara bubuk dan larutan resin akrilik selesai pada tahap dough,
sehingga pada tahap ini campuran resin akrilik bisa diletakkan pada cetakan
gips putih untuk direbus. Fase pertama kali setelah pencampuran bubuk dan
larutan adalah fase ‘sandy’ dan akan menjadi bentuk ‘sticky’ dalam waktu yang
singkat, dilanjutkan fase ‘strings’ dimana pada fase ini proses pangadukan harus
dihentikan. Fase berikutnya adalah ‘dough’, fase ini resin akrilik dapat diletakan
pada mould space gips putih. Fase ‘rubbery’ adalah fase terakhir dimana resin
akrilik menjadi keras dan padat. (McCabe & Walls, 2008).
2. Tahap Perebusan (Curing)
Setelah resin akrilik diletakkan pada mould saat fase dough, tahap yang
selanjutnya adalah perebusan. Umumnya proses final resin akrilik menjadi basis
gigi tiruan ini dengan merebus clamped flask atau kuvet yang sudah diapit
kedalam air mendidih. Metode yang populer untuk merebus resin akrilik
didalam kuvet selama 7 jam pada suhu 70o C dilanjutkan 3 jam pada suhu 100o
C. Konversi monomer ke polimer terjadi ketika perebusan selama 7 jam pada
suhu 70o C, sedangkan 3 jam terakhir pada suhu 100o C dimaksudkan untuk
menyelesaikan konversi dari monomer pada area basis gigi tiruan yang tipis.
Sebelum dilakukan deflasking, flask atau kuvet didinginkan pada suhu ruangan.
Suhu yang dingin dapat mengakibatkan terbentuknya tekanan internal atau
internal stresses di dalam basis, internal stresses bisa dikurangi dengan cara
menurunkan suhu secara perlahan dari suhu perebusan.

2.4 Sifat Fisis, Mekanis, Kimia, dan Biologi Resin Akrilik


1) Sifat Fisis
Salah satu kelebihan resin akrilik adalah warnanya yang selaras dengan
gingiva pasien. Akrilik resin memiliki specific grativity yang relative rendah
karena resin akrilik memiliki unsur karbon, oksigen, dan hidrogen. Unsur
tersebut menguntungkan karena dapat meminimalisir adanya pergerakan gigi
palsu. Resin akrilik bersifat radiolusen karena mengandung atom C, H dan O
yang bersifat mudah diserap sinar X-ray. Hal tersebut merugikan pasien bila
pasien tidak sengaja menelan atau menghisap resin akrilik sehingga sangat sulit
terdeteksi oleh sinar radiograf. Resin akrilik mempunyai sifat insulator termal
yang baik, konduksi termal resin akrilik 100-1000 kali lebih rendah dibanding
alloy. Hal ini merupakan kerugian basis gigi tiruan karena jaringan lunak mulut
akan mempunyai stimuli termal yang buruk, akibatnya pasien tidak memiliki
respon reflek panas dan dingin yang baik. (McCabe & Walls, 2008).
2) Sifat Mekanis
Dibanding dengan alloy, resin akrilik tergolong halus, lemah dan
fleksibel. Basis gigi tiruan resin akrilik memiliki kekuatan dan rigiditas atau
kekakuan yang adequate. Resin akrilik memiliki kekuataan transversal yang
cukup untuk melindungi dari beban pengunyahan yang bisa menyebakan
fraktur. Resin akrilik memiliki kekuatan fatigue dan kekuatan impak yang
relative rendah. Kekuatan impak dibutuhkan resin akrilik untuk mencegah
terjadinya crack atau retak. Crazing bisa terjadi pada permukaan resin akrilik,
crazing adalah adanya beberapa keretakan pada permukaan basis yang akan
membuat efek lemah. Jika pasien sering melepas gigi palsu ditempat yamg
kering maka akan dapat meningkatkan kekuatan tekanan tensil pada pemukaan
basis dan akan menyebabkan crazing (McCabe & Walls, 2008).
Rendahnya konduktifitas termal dan kekuatan mekanis, kerapuhan,
koefisien ekspansi termal yang tinggi serta rendahnya modulus elastisitas pada
resin akrilik menyebabkan resin akrilik rentan terhadap fraktur (Phillips, 1991).
Fraktur atau patahnya gigi tiruan diakibatkan oleh beban mastikasi dan beban
impak saat terjatuh dari ketinggian (Meng dan Latta, 2005).
3) Sifat Kimia dan Biologi
Resin akrilik lambat dalam absorbsi air, absorbsi air dapat menyebabkan
perubahan dimensi. Berhubungan dengan penyerapan air, organisme dapat
berkoloni pada basis resin akrilik, seperti candida albicans. Organisme tersebut
dapat memberikan masalah klinis seperti denture stomatitis (McCabe & Walls,
2008).
2.5 Tahapan Polimerisasi Resin Akrilik
Tahap-tahap polimerisasi resin akrilik terdapat 4 yaitu sebagai berikut
(Krisnawati,2015) :
1. Induksi
Merupakan masa permulaan berubahnya molekul dari inisiator menjadi bergerak
atau bertenaga, dan memulai memindahkan energi pada molekul monomer. Proses
polimerisasi induksi pada umumnya teraktivasi melalui salah satu dari tiga proses
yaitu panas, sinar, dan kimia.
2. Propagasi
Merupakan tahap pembentukan rantai yang terjadi karena adanya pengaktifan
monomer. Terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas, karena diperlukan
sedikit energi begitu terjadi pertumbuhan, proses terus berlanjut dengan kecepatan
tertentu. Secara teoritis, rekasi rantai harus berlanjut dengan terbentuknya panas,
sampai semua monomer telah menjadi monomer.
3. Transfer Rantai (transfer chain reaction) Merupakan tahapan pengikatan antara
rantai polimer dan monomer. Rantai yang telah diakhiri dapat diaktifkan kembali
dengan pemindahan rantai dan rantai tersebut akan terus berikatan.
4. Terminasi Terjadi karena adanya reaksi antara radikal bebas 2 rantai yang sedang
tumbuh sehingga terbentuk molekul yang stabil. Reaksi rantai dapat diakhiri, baik
dengna penggabungan langsung atau pertukaran atom hidrogen dari satu rantai yang
tumbuh ke rantai yang lain
2.6 Definisi Basis Gigi Tiruan
Basis gigi tiruan adalah bagian dari suatu gigi tiruan yang bersandar di atas
tulang yang ditutupi dengan jaringan lunak. Merupakan tempat anasi gigi tiruan
dilekatkan. Daya tahan dan sifat-sifat dari suatu basis igigi tiruan sangat dipengaruhi
oleh bahan dari basis gigi tiruan tersebut, seperti logam dan resin.
2.7 Syarat Basis Gigi Tiruan
Berdasarkan International Organization for Standardization (ISO), syaratsyarat
bahan basis gigi tiruan yang ideal adalah :
1. Biokompatibel : tidak toksik dan non iritan
2. Karakteristik permukaan : permukaan halus keras dan mengkilap
3. Warna : translusen dan warna merata
4. Stabilitas warna : tidak boleh menunjukkan perubahan dalam warna, ayng
hanya dapat dilihat bila diperhatikan
5. Translusensi : dapat dilihat dari sisi lawan lempeng uji specimen
6. Bebas dari porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosong
7. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 MPa
8. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang
dipolimerisasi dengan panas dan paling sedikit adalah 1500 MPa untuk
polimer swapolimerisasi
9. Tidak ada monomer sisa
10. Tidak menyerap cairan
11. Tidak dapt larut
BAB III
HASIL PRAKTIKUM

3.1 Pembuatan Lempeng Akrilik


A. Bahan
1. Gips putih
2. Model rahang tak bergigi
3. Gips biru
4. Air
5. Kertas pasir / ampelas
6. Vaselin
7. Baseplate wax
8. Heat cured acrylic
9. kertas chellopan
10. CMS
11. Pumice
12. Kryet
B. Alat
1. Rubber Bowl
2. Spatula gips
3. Vibrator
4. Pisau model
5. Pisau gips
6. Pisau malam
7. Pensil tinta
8. Kuvet besar
9. Press beugel besar
10. Api bunsen / brander
11. Glass plate ukuran 10 cm x 10 cm x 0.1 mm
12. Mata bur Frazer berbagai bentuk
13. Mata bur Stone merah dan hijau berbagai bentuk
14. Straight low speed hand piece
15. Micromotor unit
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Model Malam
a. Siapkan model rahang tak bergigi yang telah dibuat sebelumnya
b. Buat outline lempeng gigit dan garis median pada model menggunakan
pensil tinta.
Rahang bawah = (melewati anatomi landmark vestibulum, frenulum,
retromolar pad, retromylohyoid)
Rahang Atas = (melewati anatomi landmark vestibulum, frenulum,
hamular notch, tuberositas maksila, AH line/2 mm depan fovea palatina)

c. Panaskan baseplate wax dan aplikasikan pada model rahang tak bergigi
d. Bentuklah wax dengan pisau model dan panaskan dengan api Bunsen
kemudian sesuaikan dengan outline yang telah dibuat

e. Haluskan dan kilapkan permukaan malam

f. Fiksasi malam pada model


2. Penanaman dalam Kuvet
a. Siapkan model kerja dan model malam yang telah dibuat
b. Ulasi seluruh permukaan gips dengan vaselin, permukaan model
malam tidak perlu diulas vaselin

c. Buatlah adonan gips putih dan isikan ke dalam kuvet bawah yang telah
diulasi vaselin hingga penuh

d. Tanam model rahang beserta model malam dalam kuvet bagian bawah.
Posisi model rahang atas dalam kuvet (bagian anterior lebih tinggi
daripada posterior). Posisi rahang bawah dalam kuvet sejajar dengan
lantai. Setelah itu tunggu hingga setting dan rapikan dengan kertas
pasir

e. Buatlah adonan gips biru secukupnya


f. Tutup dengan kuvet bagian atas yang sebelumnya telah diulas dengan
vaselin, aplikasikan gips biru tepat diatas model malam baseplate saja

g. Buatlah adonan gips putih dan penuhi kuvet dengan adonan gips putih

h. Perhatikan jangan ada udara yang terjebak


i. Letakkan pada press beugel

j. Lakukan buang malam dengan menggodok kuvet yang tetap berada


pada press beugel
3. Packing Akrilik
a. Untuk packing akrilik pada kuvet besar lakukan press sampai tiga kali
pengepresan
4. Processing Akrilik
a. cetakan gips dalam kuvet atas atau bawah diolesi selapis CMS
menggunakan kuas kecil

b. tuangkan cairan monomer diukur menggunakan pipet ukur sebanyak


2,5 ml (atau sesuai dengan petunjuk pabrik dari merek resin akrilik
yang digunakan) ke dalam stellon pot

c. serbuk polimer ditimbang, kemudian dimasukkan secara perlahan-


lahan ke dalam stellon pot sampai semua polimer terbasahi oleh
monomer
d. hitung awal waktu pengadukan dengan stop watch, kemudian aduk
campuran dengan spatula kecil sampai homogen. Selanjutnya stellon
pot ditutup. Amati fase sandy, sticky, dough dengan membuka tutup
stellon pot dan catat waktu sampai tercapainya fase dough. Apabila
belum mencapai fase dough, stellon pot ditutup lagi
e. Setelah adonan mencapai fase dough, adonan dimasukkan ke cetakan
kuvet hingga penuh, kemudian ditutup dengan plastik cellophan yang
telah dibasahi air. Setelah itu, kuvet ditutup (kuvet atas dan bawah tidak
boleh terlalu rapat). Pengepresan awal dilakukan sampai tercapai
kondisi metal to metal (kuvet atas dan bawah rapat)

f. Kuvet dibuka dan plastik cellophan diambil. Kelebihan resin akrilik


diambil dengan crownmess secara cepat (kurang lebih 30 detik). Kuvet
ditutup lagi dan dilakukan dan dilakukan pengepresan akhir (kuvet atas
dan bawah rapat) serta kuvet biarkan tetap pada pressnya.

g. Setelah pengisian akrilik, kuvet dibiarkan 10 menit dan dimasukkan air


hangat sampai mendidih selama 30 menit. Kemudian biarkan sampai
air dingin kembali.
h. Sampel plat akrilik diambil dari cetakan secara hati-hati menggunakan
crownmess kemudian lakukan finishing dengan bur stone
BAB IV
PEMBAHASAN

Skill lab kali ini melakukan pembuatan lempeng gigit akrilik heat cured, dengan
bantuan studi model yang pernah dilakukan pada pertemuan pertama skill lab sebagai
cetakan mould space dengan gypsum biru, gypsum putih serta malam baseplate sebagai
cetakan tempat resin. Tujuan dari penggunaan resin akrilik adalah sebagai basis dari
pembuatan gigi tiruan. Gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih tetapi tidak semua
gigi serta jaringan sekitarnya biasanya menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan (Naini,
2012).
Dalam skill lab kali ini, resin akrilik yang digunakan adalah type heat cured,
dimana proses pengerasan atau curing menggunakan pemanasan dengan cara kuvet yang
berisikan adonan resin akrilik direbus dalam air mendidih selama 30 menit. Resin akrilik
setelah setting dan diambil dari cetakan kuvet dan didinginkan sebentar, lalu setelah itu
dilakukan proses finishing dan polishing. Pada tahapan ini ada beberapa alat dan bahan
yang dibutuhkan, seperti micromotor, straight hand piece dan beberapa bur stone yang
diperlukan.
Tindakan finishing adalah mengubah plat akrilik kasar menjadi halus dan siap
untuk dipulas. Pada tindakan finishing, tidak hanya menghaluskan permukaan yang kasar
tetapi juga membentuk outline plat sesuai desain yang diinginkan. Finishing akan lebih
memerlukan waktu dan menghasilkan debu akrilik lebih banyak apabila plat akrilik
terlalu tebal atau meluber ke daerah di luar outline. Tindakan polishing hanya
menghaluskan kembali permukaan yang sudah melalui tahap finishing dan
mengkilapkannya. Tindakan pemulasan tidak banyak mengikis plat sebagaimana
tindakan finishing. Dengan demikian debu akrilik yang dihasilkan akan lebih sedikit dari
saat finishing.
Tujuan dari proses finishing dan polishing adalah agar basis gigi tiruan resin akrilik
nyaman apabila dipasangkan di dalam mulut pasien, dan tidak melukai jaringan didalam
ronga mulut pasien. Pembuatan resin akrilik pada skillab kali ini sudah cukup benar
karena resin akrilik mulai dimasukkan pada kuvet saat adonan dough stage, dan direbus
selama 30 menit dari mulai air sudah mendidih, sehingga mendapatkan resin akrilik yang
tidak porus dan tetap berserat merah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Resin akrilik merupakan bahan yang paling sering digunakan dalam pembuatan
gigi tiruan. Resin akrilik tersedia dalam bentuk bubuk dan larutan. Komponen utama
dari bubuk resin akrilik adalah Polymethylmethacrylate sedangkan komponen utama
dari larutan resin akrilik adalah methacrylate (MMA). Akrilik resin di klasifikasikan
menjadi 5 tipe yaitu Heat-processing polymers, autopolymerised polymers,
thermoplastic blank or powder, light activated materials, dan microwave-cured
material. Namun tipe yang sering digunakan adalah tipe heat processing polymer atau
heat cured dan Autopolymerised polymers atau self cured.
Berdasarkan skill lab yang saya lakukan pada kali ini menggunakan heat cured.
Dapat disimpulkan bahwa ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi
porositas. Salah satunya disebabkan oleh overheating atau bisa disebabkan oleh tekanan
selama proses pembuatan dan terkena udara. Porositas ini dapat mempengaruhi
stabilitas warna dari resin akrilik.

6.1 Saran
Laporan skill lab ini tidak terlepas dari kekurangan, untuk itu diharapkan pada
pembaca berupa saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan laporan skill
lab ini. Semoga laporan skill lab ini bermanfaat bagi kita semua, serta dapat dijadikan
sebagai referensi untuk pembuatan literatur selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice. K.J. 2003, Phillips’ Science on Dental Materials., 11th ed. Saunders,
Elsevier Science. St Loius
Craig, R.G., Powers, J.M., dan Sakaguchi, R.L., 2006. Resin Compounds Restorative
Materials, in Craig’s Restorative Dental Material. Edisi 12. Mosby, St. Louis
Gunadi, H.A., Margo, A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F. Setiabudi, I., 1995, Buku
Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid I, h. 12, 215-6, Hipokrates,
Jakarta
McCabe, J. F. and Walls, A. W. . (2014) Bahan Kedokteran Gigi. 9th edn. Jakarta:
EGC.
Nuryanti, N. and Sunarintyas, T. (2001) ‘Korelasi Antara Berbagai Proses Kuring
Akrilik Terhadap porositas dengan Perlekatan Candida albicans’, III (6).
Serra G, de Morais LS, Elias CN. Surface morphology changes of acrylic resins
during finishing and polishing phases. Dental Press J Orthod 2013; 18(6): 26-
30.

Anda mungkin juga menyukai