LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II
NAMA:
A B
Gambar 2.1 Bahan praktikum. A. Bubuk dan cairan semen seng fosfat. B. Vaselin
2.2 Alat:
a. Glass lab (kaca tebal)
b. Kaca tipis
c. Spatula semen
d. Stopwatch
e. Cetakan sampel
f. Celluloid strip
g. Kuas kecil
h. Gunting/cutter
i. Timbangan digital
j. Jarum gillmore
1
A B C
D E F
Gambar 2.2 Alat praktikum. A. Glass lab. B. Kaca tipis (bawah) dan cetakan sampel (atas). C.
Spatula semen. D. Celluloid strip. E. Timbangan digital. F. Jarum gillmore
2
d. Adonan semen seng fosfat dikumpulkan jadi satu . Spatula semen dimiringkan
dengan sudut 45̊ terhadap glass lab. Adonan semen seng fosfat diambil dan ditarik
ke atas, maka adonan semen tersebut merupakan konsistensi untuk luting
(penyemenan)
A B C
Gambar 2.3.1 Semen seng fosfat sebagai luting. A. Bubuk semen seng fosfat diambil sebanyak 1
sendok takar. B. Cairan semen seng fosfat dipegang secara vertikal terbalik untuk diteteskan tanpa
penekanan. C. Bubuk dan cairan semen seng fosfat diaduk hingga homogen
3
yang sama. Uji setting time dilakukan hingga semen seng fosfat setting ditandai
dengan tidak ada bekas tekanan dari jarum gillmore.
e. Pengukuran nilai setting time dimulai pada awal pencampuan bubuk dan cairan
semen seng fosfat hingga semen setting.
A B C
Gambar 2.3.3 Uji setting time semen seng fosfat. A. Adonan semen seng fosfat yang sudah homogen
dimasukkan ke dalam cetakan. B. permukaan adonan ditutup celluloid strip dan ditekan. C. Jarum
gillmore ditekankan pada adonan
3. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Setting Time Semen Seng Fosfat sebagai Luting
Data ke- Bubuk Cairan Waktu Setting
1 0,35 gram 0,21 gram 18 menit
2 0,36 gram 0,19 gram 11 menit
3 0,59 gram 0,20 gram 10 menit 25 detik
Rata-rata 0,43 gram 0,2 gram 39 menit 42 detik
4. TINJAUAN PUSTAKA
Seng fosfat adalah bahan semen tertua sehingga mempunyai catatan
terpanjang. Semen ini menjadi tolok ukur bagi sistem-sistem yang lebih baru.
Seng fosfat terdiri atas bubuk dan cairan di dua botol yang terpisah (Anusavice,
Shen, Rawls 2013)
4
Komposisi
Komposisi pada bubuk mengandung lebih dari 75% semen oksida dan lebih dari 13%
magnesium oksida. Cairan semen seng fosfat terdiri dari larutan asam fosfat(38%
hingga 59%), air (30% hingga 55%), alumunium fosfat (2% hingga 3%) dan di
beberapa kasus juga terdapat seng fosfat(10%). Ukuran partikel dapat mempengaruhi
kecepatan pengerasan. Umumnya, semakin kecil ukuran partikelnya maka semakin
cepat semen mengeras (Anusavice, Shen, Rawls 2013).
Reaksi
Ketika bubuk dicampur dengan cairan, asam fosfat berkontak dengan permukaan
partikel dan melarutkan zinc oxide sehingga ion-ion seng dilepas ke dalam cairan dan
bereaksi dengan alumunium fosfat. Alumunium yang sudah membentuk ikatan
dengan asam fosfat bereaksi dengan seng dan membentuk gel zinc
aluminophosphate yang ada pada sisa partikel zinc oxide yang tidak terlarut. Jadi
semen yang mengeras merupakan sebuah struktur inti yang terdiri atas partikel
oksida seng yang tidak bereaksi, dibungkus dengan matriks padat yang tidak
terbentuk dari seng aluminofosfat. (Anusavice, Shen, Rawls 2012, p. 316).
Hanya lapisan permukaan dari partikel zinc oxide yang bereaksi, hal tersebut
meninggalkan inti yang terikat bersama oleh matriks fosfat. Reaksi terjadi dengan
cepat dan eksotermik meskipun tingkatannya dipengaruhi oleh adanya buffer dalam
asam dan proses deaktivasi dari bubuk zinc oxide yang melibatkan panas (McCabe
2008, hal. 273).
Manipulasi
Pada manipulasi semen seng fosfat rasio bubuk dan cairan tergantung pada
aplikasinya. Penggunaan untuk basis membutuhkan konsistensi putty like dengan rasio
bubuk dan cairan yang digunakan adalah 3,5 : 1. Sedangkan untuk luting ditambahkan
cairan. Rasio bubuk dan cairan yang lebih rendah bermanfaat untuk mendapatkan sifat
flow yang lebih baik sehingga terjadi seating yang benar (McCabe 2008, p. 273)
Setting time
5
Setting time semen seng fosfat berbeda-beda bergantung pada proses
pembuatan di pabrik. Ada cara untuk memperpanjang setting time sehingga working
time bertambah dan manipulasi dapat dilakukan dengan sempurna.
1. Penurunan rasio bubuk dan cairan dapat memperpanjang working time dan setting
time (Anusavice,Shen,Rawls. 2013, p. 317).
2. Jumlah bubuk. Semen dicampurkan dengan memasukkan dan mengaduk bubuk
sedikit demi sedikit ke dalam cairan. Memaasukkan dengan cara bertahap ini dapat
mengurangi keasaman cairan dan memperlambat laju reaksi. Sementara itu, panas
yang dihasilkan dari reaksi akan hilang selama proses pengadukan. Namun, jika pada
awal mula pencampuran bubuk langsung dicampurkan dengan jumlah yang banyak,
maka panas yang dihasilkan tidak dapat mencegah percepatan reaksi. Sehingga dapat
terjadi peningkatan working time dan setting time (Anusavice, Shen, Ralws 2013, p.
317)
3. Waktu pengadukan. Waktu pengadukan yang lama akan membuat matriks seng
oksida menjadi lebih mudah hancur sehingga waktu yang lama dibutuhkan untuk
menyusun kembali matriks tersebut. Working time dan setting time menjadi lebih
lama. (Anusavice, Shen, Ralws 2013, p. 317)
4. Temperatur glass lab. Temperatur glass lab yang dingin dapat mempercepat reaksi
kimia pada bubuk dan cairan. Penggunaan glass lab yang dingin ini dapat
memperpanjang working time, sehingga setting time menjadi lebih lama pula.
(Anusavice, Shen, Ralws 2013, p. 317)
5. PEMBAHASAN
Semen seng fosfat terdiri dari bubuk putih yang dicampurkan dengan cairan. Bubuk
semen ini paling banyak mengandung zinc oksida dengan 10% magnesium oksida, dan
cairannya merupakan asam phosporic encer dengan konsentrasi 45-64% ( Van Nort
2002, p. 260)
Magnesium oksida yang terdapat didalam bubuk semen seng fosfat membantu
mempertahankan warna putih dari semen. Keuntungan lainnya adalah membuat proses
pulverisation zinc oksida menjadi lebih mudah, dan juga meningkatkan compressive
strength dari semen. Oksida lain seperti sillika dan aluminium ditambahkan dengan
jumlah yang lebih kecil sekitar 5% untuk meningkatkan sifat mekanik dari material, dan
memberikan berbagai tingkat warna. Terkadang ada juga beberapa pabrik yang
memberikan flouride yangmemiliki berbagai keuntungan (Van Nort 2002, p. 260).
6
Reaksi setting dari pencampuran bubuk dan cairan menghasilkan bentukan yang
relatif tidak larut seperti (Mc Cabe 2008, 273).
3ZnO + 2H3PO4 + H2O Zn3(PO4)2 . 4H2O
Hanya lapisan permukaan dari partikel seng oksida yang bereaksi, meninggalkan
ikatan bersama inti yang tidak terkonsumsi oleh matriks fosfat (Mc Cabe 2008, 273).
Permukaan dari bubuk alkalin larut bersama cairan asam yang menghasilkan reaksi
eksotermis. Semen ini bersifat porus. Setting time dari semen seng fosfat dipengaruhi
oleh waktu dan suhu. Mendinginkan glass lab akan memperpanjang waktu kerja (Powers
2008, 148).
Dalam literatur lain (Anusavice 2013, p. 316) menyebutkan bahwa partikel zinc oxide
yang tersisa atau tidak larut dalam asam fosfat bereaksi dengan aluminium fosfat
sehingga membentuk gel seng aluminofosfat. Semen yang telah setting mengandung
partikel zinc oxide yang tidak bereaksi terbungkus di dalam matriks seng aluminofosfat.
Faktor-faktor yang mempengeruhi working time dan setting time antara lain:
1. Perbandingan bubuk dan cairan
Perbandingan bubuk dan cairan yang tinggi mempercepat penggabungan
bubuk dan cairan (Powers 2008, 148). Hal ini menyebabkan cepat terbentuknya
matriks fosfat sehingga mempercepat setting time (Mc Cabe 2008, 273).
2. Penggunaan spatula semen dan glass lab yang bersuhu dingin
Suhu pencampuran yang lebih dingin akan memperlambat reaksi kimia antara
bubuk dan cairan, sehingga menunda pembentukan matriks. Namun, suhu glass slab
harus di atas titik embun; jika tidak, air mengembun, melarutkan cairan, dan
mengurangi kuat tekan dan kuat tarik semen seng fosfat. Penggunaan slab dingin
untuk pencampuran adalah metode yang paling layak untuk memperpanjang waktu
kerja semen seng fosfat.
3. Ukuran partikel bubuk
Semakin kecil ukuran partikel bubuk semen, semakin cepat setting timenya
karena memiliki luas permukaan yang lebih besar (Mc Cabe 2008, 274).
4. Buffering agents pada cairan
Penambahan buffering agents dapat menghambat kerja asam fosfat yang
terdapat dalam cairan semen seng fosfat, sehingga setting time menjadi lebih lama
(Mc Cabe 2008, 275).
5. Adanya kelembaban
7
Kelembaban juga berpengaruh pada setting time, semakin lembab, semakin
tinggi kadar airnya, sehingga semakin lama pula setting time (Mc Cabe 2008, 275).
Reaksi eksotermik yang timbul setelah bubuk dan cairan semen seng fosfat dicampur
memberikan kerugian berupa working time yang singkat. Untuk mengatasi kerugian
tersebut, dapat disiasati dengan cara sebagai berikut (Annusavice 2013, 317) :
Pertama, W/P rasio dapat dikurangi untuk menghasilkan campuran yang lebih tipis.
Namun, perubahan ini akan menghasilkan pH awal semen yang lebih rendah dan itu akan
mempengaruhi sifat mekanis semen (Gambar 5.1).
Gambar 5.1 Efek W/P rasio terhadap kekuatan dua jenis semen
Kedua, porsi bubuk yang lebih kecil harus dicampur untuk beberapa kenaikan
pertama. Jumlah bubuk yang larut dalam cairan pada awal pencampuran dapat
mengurangi keasaman cairan dan memperlambat laju reaksi untuk pencampuran
selanjutnya. Sementara itu, panas yang dihasilkan dari reaksi akan hilang secara cukup
selama spatulasi. Jika sebagian besar bubuk digunakan pada awalnya, jumlah panas yang
dihasilkan tidak dapat dihilangkan dengan cukup cepat sehingga tidak dapat
mencegahnya mempercepat reaksi.
8
Ketiga, operator dapat memperpanjang spatulasi penambahan bubuk terakhir.
Spatulasi secara efektif menghancurkan matriks yang terbentuk, yang berarti bahwa
diperlukan waktu ekstra untuk membangun kembali sebagian besar matriks. Namun, ini
bukan metode yang disukai untuk memperpanjang waktu kerja.
Keempat, suhu pencampuran yang lebih dingin akan memperlambat reaksi kimia
antara bubuk dan cairan, sehingga menunda pembentukan matriks. Namun, suhu glass
slab harus di atas titik embun; jika tidak, air mengembun, melarutkan cairan, dan
mengurangi kuat tekan dan kuat tarik semen seng fosfat. Penggunaan slab dingin untuk
pencampuran adalah metode yang paling layak untuk memperpanjang waktu kerja semen
seng fosfat, dan ini harus diterapkan setiap kali beberapa unit prostesis yang
membutuhkan semen.
Pada manipulasi semen seng fosfat rasio bubuk dan cairan tergantung pada
aplikasinya. Jika digunakan untuk basis membutuhkan konsistensi putty like dengan
rasio bubuk dan cairan yang digunakan adalah 3,5:1. Sedangkan untuk lutting
ditambahkan cairan. Rasio bubuk dan cairan yang lebih rendah bermanfaat untuk
mendapatkan sifat flow yang lebih baik sehingga terjadi seating yang benar. (McCabe
2008, p. 273).
Pada manipulasi semen seng fosfat sebagai luting, didapatkan setting time selama 18
menit dengan bubuk 0,35 gram dan cairan 0,21 gram pada percobaan pertama, 11 menit
dengan bubuk 0,36 gram dan cairan 0,19 gram pada percobaan kedua, dan 10 menit 25
detik dengan bubuk 0,59 gram dan cairan 0,20 gram. Konsistensi yang dihasilkan cukup
encer. Sedangkan pada manipulasi semen seng fosfat sebagai basis didapatkan setting
time selama 9 menit 40 detik dengan bubuk 0,38 gram dan cairan 0,14 gram pada
percobaan pertama. Konsistensi yang dihasilkan cukup padat.
Setting time yang didapatkan pada percobaan yang telah dilakukan sangat
menunjukkan bahwa setting time semen seng fosfat sebagai luting lebih lama dari pada
sebagai basis. Perbedaan setting time ini disebabkan karena terdapat perbedaan pada
rasio bubuk dan cairan yang digunakan. Rasio bubuk dan cairan yang digunakan pada
manipulasi semen seng fosfat sebagai luting lebih kecil dari pada sebagai basis. Atau
dalam arti jumlah cairan yang digunakan pada manipulasi sebagai luting lebih banyak
dari pada basis. Pada manipulasi seng fosfat sebagai luting diperlukan hasil campuran
yang tipis, sehingga diperlukan rasio bubuk dan cairan yang lebih kecil untuk
menghasilkan konsistensi yang lebih encer. Rasio bubuk dan cairan yang lebih kecil
dapat memperpanjang setting dan working time. (Anusavice 2013, p. 317)
9
6. KESIMPULAN
Pada percobaan memanipulasi material Zinc Phospate Cement untuk lutting memiliki
konsistensi yang lebih encer dibandingkan dengan Zinc phosphate Cement untuk base.
Material Zinc Phospate Cement yang digunakan untuk lutting memiliki setting time yang
lebih panjang dibandingkan Zinc Phospate Cement sebagai base.
5. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K. J., Shen, C., dan Rawls, H. R. 2013. Phillips' Science of Dental Materials.
12th ed. Florida: Elsevier.
McCabe, J.F. dan Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Material, 9th Ed. Oxford:
Blackwell Publishing Ltd.
10
11
12
13
14
15
16
17
18