dengan proses casting. Misalnya untuk pembuatan inlay crown and bridge atau
gigi tiruan rangka logam, dll.
b. Tujuannya adalah untuk mengganti bahan restorasi atau rehabilitasi yang tidak
mungkin dilakukan dengan bahan selain logam dan untuk mendapatkan kekuatan
/ daya tahan yang lebih besar dan bahan yang lain. Misalnya acrylic resin atau
amalgam.
Tahap III,
investing
adalah
d. Mendapatkan bentuk anatomi yang baik sesuai dengan bentuk restorasi gigi atau
rehabilitasi gigi.
Wax pattern berguna untuk membentuk ruang cetak (mould space) di dalam
bahan invesmen setelah malam dan pola malam (di dalam invesn) dihilangkan (wax
elimination).
Cara pembuatan pola malam ada 3 cara :
1. Cara langsung (direct).
Cara langsung ini dibuat seluruhnya di dalam mulut pasien, sehingga tidak
memerlukan die.
2. Cara tidak langsung.
Cara tidak langsung ini pola malam dibuat seluruhnya pada die, sehingga
pembuatannya diluar mulut pasien.
Semua substansi ini merupakan bahan alamiah asli dan derivat dan mineral
atau tumbuhan tertentu. Malam parafin umumnya merupakan substansi utama,
biasanya konsentrasinya antara 40 % sampal 60 %. Gum damar atau resin damar
adalah resin alamiah derivat varitas pohon cemara. Ia dibutuhkan malam paralin
untuk mempertahankan kehalusan dinding ruang cetak (mould space) dan untuk
mengembalikan resistensi yang Iebih besar terhadap kerapuhan dan penggumpalan.
Malam karnauba bentuknya seperti serbuk yang halus dan veritas pohon palm
tropis. Mala mini cukuo kuat dan mempunyai titik cair relatif tinggi.
Syarat-syarat casting wax untuk pola malam
Menurut American Dental Association Specincation (ADAS) No. 4 (cit.Peyton and
Craig, 1971) menyatakan bahwa casting wax atau inlay casting wax yang digunakan
untuk pola malam harus mempunya syarat - syarat sebagai berikut :
a. warnanya berbeda dengan warna jaringan disekitar gigi.
b. pada waktu dilunakan harus bersifat kohesit.
c. tidak mudah patah atau rapuh pada waktu dipotong atau diukir untukmembentuk
anatomi gigi sesual.
d. pada waktu dibakar atau dipanasi pada suhu tertentu harus habis tak tersisa
atau menguap semuanya tanpa meninggalkan bekas sedikitpun.
2. SPRUING
Spruing adalah cara pembuatan sprue pin
a. Kegunaan sprue pin untuk :
1) Pembentukan Sprue di dalam invesmen.
2) Pegangan pola malam pada waktu investing.
Kerugiannya:
1. Sukar dilepaskan dan pola malam sesudah investing dan dibiarkan tidak diambil
pada waktu wax elimination.
2. bahan plastik / resin apabila dipanasi akan memuat lebih besar, sehingga akan
merusak dinding invesmennya.
3. Suhu cair plastik Iebih besar daripada malam, sehingga pada waktu wax
elimination malam pola sudah mencair dan menguap, tetapi plastik / resin belum cair
atau menguap, akibatnya ada sisa plastik di dalam sprue dan ini akan menyumbat
aliran logam cair.
c. Diameter sprue pin
Diameter sprue pin tidak ada ketentuan yang pasti, tergantung dan; pertama,
besarnya pola malam yang dibuat dan yang kedua, jenis casting machine yang
digunakan untuk casting. Sebagai standar diameter sprue pin sebagai berikut :
a. untuk inlai yang kecil 1,3 mm
b. untuk inlai yang besar I ,b mm
c. untuk mahkota penuh 1,6 mm
d. untuk inlai yang paling besar 2,6 mm
Menurut Skinner (1960) dan Peyton and Craig Menurut Skinner (1960) dan Feyton
and Craig. (1971) menyatakan bahwa diameter sprue pin, menurut Brown adalah
gauge no. 10 atau 0,259 cm, sedangkan menurut Sharpe adalah gauge no. 16 atau
0,129 cm.
(crucible). Pada sprue pin tidak harus ditambah / dibuat reservoir modul. Untuk sprue
pin yang diameternya besar tidak perlu ditambah reservoir modul, tetapi sprue pin
yang diameternya kecil perlu ditambah reservoir modul. Ukuran panjang sprue pin
juga tidak ada ketentuan yang pasti, karena tergantung dan besar kecilnya dan
bentuknya pola malam.
3. INVESTTNG
Investing adalah cara untuk menanam pola malam dalam bahan invesmen
Yang perlu diperhatikan pada investing :
a. Letak pola malam di dalam casting ring.
Pola malam letaknya harus ditengah tengah agar jarak antar pola malam dan
dinding dinding casting ring sama.
b. Jarak pola malam dan dasar casting ring terletak antara (6 - 8 mm)Perbandingan
antara air dan puder (w/p ratio) harus tepat. W/p ratio suatu bahan invesmen
tergantung dan petunjuk pabrik yang memproduksinya sebagai contoh invesmen
merek Duroterm w/p ratio-nya adalah 10 : 29, dan invesmen merek Durotreem wf p
ratio-nya adalah 1 : 3.
4. PRE HEATING, WAX ELIMINATION DAN HEATING
Di Fakultas Kedokteran Gigi pada semester - 4 hanya menggunakan invesmen jenis
gypsum bonded invesmen materials. Sebelum wax elimination, dilakukandahulu
preheating pada temperatur kamar sampai 150 C dalam waktu 15 menit di dalamalat
pemanas yang disebut furnace, yang dapat distel mengenam temperatur dan
waktunya. Pre heating dilakukan dengan tujuan agar adonan invesmen betul-betul
kering. Masih di dalam
dari 150 C
dinaikkan sampai 350 C dengan perlahan lahann dalam waktu 30 menit. Pada
temperature 350 C diperkirakan seluruh malam yang ada di dalam adonan invesmen
sudah hilang tak bersisa. Setelah wax elimination yang menghasilkan mould space di
dalam invesmen, kemudian dilakukan heating yaitu temperatur dinaikkan dan 350
C sampai 700 C dalam waktu 30 menit. Heating ini bertujuan agar terjadi baik
pemuaian invesmen maupun pemuaian mould space dapat maksimal. Pemanasan
hanya sampai 700 C, karena stabilitas bahan invesmen jenis gypsum bonded
invesmen materials diperkirakan dalam keadaan stabil. Selanjutnya pada temperatur
700 C C didiamkan selama 30 menit, kemudian casting ring diambil dari casting
machine.
5. MELTING DAN CASTING
Setelah didiamkan selama 30 menit pada 700 C dengan cepat dipindah ke alat
casting macnine dan selanjutnya dilakukan melting.
udara.
Bekerjanya
alat
ini
prinsipnya sama dengan bekerjanya alat casting vertikal (vertical centri fugal casting
machine) hanya bedanya vertical casting machine menggunakan gaya sentri tugal,
tetapi air pressure casting machine menggunakan tenaga / tekanan udara. Pada
melting (pelelehan) terhadap logam yang akan dicor, dilakukan dengan alat
penyemprot api yang disebut blow pipe atau blow torch.
b. Macam macam blow torch
Berdasarkan bahan pembakarnya blow torch ada 4 macam yaitu :
1) Blow torch dengan menggunakan bahan pembakar bensin dan tenaga
angin.
2) Blow torch dengan gas elpiji
3) Blow torcfl dengan gas elpiji dan O2
machine dan didiamkan sampai dingin sekali dengan sendirinya. Selanjutnya hasil
cor cliambil dengan merusakkan invesmennya.
Hasil casting yang terjadi ada 2 bentuk :
1. Bentuknya bersih seperti warna logam sebelum dicor. Hal ini terjadi apabila
logam yang dicor non precius, artinya logam tersebut tidak mengandung logam mulia
sebagai dasar dan logam campur / aloy. Pada bentuk ini tidak perlu dilakukan
pickling. Bentuknya berubah menjadi warna hitam dan tidak sama dengan warna
sebelum dicor. Hal ini terjadi apabila logam campur / aloy yang dicor mengandung
bahan dasar logam mulia, misalnya emas atau perak. Keadaan ini terjadi karena
adanya peristiwa oksidasi pada permukaan
logam
Oleh
finishing maka bentuk bangunan, misalnya yang berbentuk inlay, full crown atau
bridge work, menjadi baik tetapi masih kasar. Kemudian dilakukan polishing.
2) Pengertian polishing
Polishing
adalah
dilakukan finishing, menjadi rata, halus dan mengkilap, sehingga bentuk bangunan
tersebut menjadi amat bagus dan indah.Dan inilah merupakan syarat utama
di
bidang kedokteran gigi bahwa polishing selalu dilakukan pada alat-alat yang dipasang
dalam mulut pasien.
8. KEGAGALAN KEGAGALAN PADA PROSES CASTING
1. Macam macam kegagalan dan penyebabnya
a. Distrsion (distorsi atau pengoletan)
Distorsi ini dapat terjadi pada waktu pembuatan pola malam atau pada waktu
pengambilan hasil casting dan dalam invesmen.Menurut Phillips, (1982), penyebab
terjadinya distorsi adalah sebagai berikut :
1) terjadinya perubahan temperatur yang besar.
2) manipulasi bahan tidak benar.
3) teknik pembuatan malam tidak benar.
Penyebab
ini
terjadinya distorsi pada hasil cor, karena pengambilan hasil casting dan dalam
invesmen. Misalnya masih dalam keadaan panas Iangsung diambil, sehingga pada
waktu logam dingin akan mengkerut dan pengkerutan ini tidak ada yang menahan,
akibatnya terjadi distorsi.
b. Surface roughness (permukaan kasar)
1) Air bubbler gelembung - gelembung udara).
Hal ini
gelembung udara yang terperangkap di dalam adonan invesmen dan menempel pada
permukaan pola malam. Pada waktu casting, maka bekas-bekas gelembung udara ini
akan diisi oleh lelehan logam.
2) Too rapid heating (pemasanan yang terlalu cepat)
3) W / p ratio (perbandingan antara air dan bahan invesmen) W / p ratio ini adalah
sangat penting. Apabila w/p ratio tidak tepat misalnya terlalu kecil atau terlalu besar
dapat menimbulkan permukaan kasar dan flash casting.
4) Prolonged healing (pemanasan yang terlalu lama)
5) Casting pressure (tekanan pada waktu casting yang kurang benar)
6) Composition of the invesment (komposisi bahan invesmen)
Misalnya bahan invesmen yang sudah lama atau sudah kadaluwarsa, sehingga terjadi
kerusakan dan salah satu komponen bahan invesmennya.
7) Foreign body (benda-benda asing) Adanya benda- benda asing yang masuk ke
dalam mould space, misalnya pasir atau debu, dapat menimbulkan surface roughness
pada permukaan hasil casting.
c. Porosity (poros)Penyebab porositas pada hasil casting, karena adanya pengaruh
dari faktor faktor teknis. Ada 3 macam porositas, yaitu :
1) Localized shrinkage porosity
Porositas ini akibat adanya pengerutan setempat / lokal.
2) Sub surface porosity
Porositas yang terjadi pada permukaan dalam dari hasil casting.
3) Micro-porosity. Penyebabnya antara lain :
Dengan teori substitusionil, maka atom tersebut baik dalam keadaan cair
maupun dalam keadaan padat dapat larut dalam semua perbandingan dan akan larut
membentuk solid solution. Dalam Kedokteran Gigi yang penting adalah alloy emas
dengan logam Ag, Cu dan sering dengan tambahan salah satu atau lebih dari logam
Pt, Pd, Ni, Ir, Zn yang disesuaikan dengan keperluan tertentu.
Klasifikasi Gold Alloy
Ada beberapa jenis logam campur untuk dipergunakan di kedokteran gigi yang
sekarang ini tersedia dipasaran dunia. Sebagian logam campur ini dirancang untuk
keperluan mahkota logam penuh, jembatan, onlay dan inlay.
Menurut American Dental Association (ADA) Specification No. 5 logam emas
diklasifikasikan berdasarkan kekuatan dan kandungan emasnya ke dalam 4 tipe,
yaitu:
Tipe I (Lunak)
Dental casting logam emas tipe I ini merupakan logam campur emas dengan 79-92.5
% emas. Komposisi dari logam ini terbatas dari emas, perak, tembaga, dan seng
ditambah platinum. Titik cair logam emas tipe I ini relatif tinggi berkisar 940 0C
(12250 F). Logam emas tipe I memiliki kekerasan antara 40-75 Brinell Hard Number
(BHN). Logam ini pada umumnya sedikit sedikit ductil, menunjukan proportional
limit yang rendah, dengan nilai elongasi yang berkisar 25% 30%. Yield strength dari
logam emas ini berkisar antara 100-110 Mpa, yang menunjukan bahwa aloi tipe ini
dapat langsung dibentuk dengan tekanan dari instrument kedokteran gigi.
Tipe II (Sedang)
Dental casting logam tipe II merupakan logam campur emas dengan kandungan emas
75-78% emas. Pada aloi ini mempunyai komposisi tembaga lebih banyak dari tipe I
dengan titik cair yang berkisar antara 9000 C (16500F). Logam emas tipe II memiliki
kekerasan berkisar antara 90 -140 BHN. Logam ini memiliki nilai elongasi hampir
sama
dengan alloy tipe I, yang menunjukan bahwa logam ini mempunyai ductility yang
cukup baik. Logam emas ini mempunyai yield strength yang lebih tinggi dari logam
emas tipe I. Kemampuan dari aloi tipe II ini untuk dibentuk dan dimanipulasikan
langsung dengan instrument kedokteran gigi tidak semudah tipe I.
Tipe III (Keras)
Dental casting logam emas tipe III merupakan logam campur emas dengan
kandungan 62-78% emas. Komposisi dari logam emas ini memiliki persentasi yang
tinggi dari elemen pengeras seperti platinum dan palladium, karena logam ini
memerlukan kekuatan yang besar. Logam emas tipe III ini lebih keras dari kedua tipe
di atas, sehingga dapat menggantikan penggunaan logam emas tipe I dan tipe II.
Logam emas tipe III memiliki kekerasan 90-140 BHN. Logam emas ini memiliki titik
lebur sama dengan tipe II yaitu berkisar antara 900 0C (16500F). Dengan proportional
limit sebesar 290 Mpa.
Tipe IV
Dental casting logam emas tipe IV ini merupakan logam campur emas dengan
kandungan 60 -71.5%. emas. Komposisi dari tipe IV ini mengandung jumlah logam
murni sedikit sekali. Logam campur emas ini mempunyai sifat yang sangat keras
sekali dengan kekerasan diatas 130 BHN. Titik cair dari tipe IV ini dibawah dari tipe
tipe lainnya 8700 C (16500F).
Porositas Gold Alloy
Dalam prakteknya tidak mungkin untuk menahan terjadinya porosity tetapi
dapat dikurangi dengan beberapa prosedure (cara). Porosity mengurangi kekurangan
dan kekerasan hasil casting tersebut. Bila terdapat pada permukaan, porosity tersebut
merupakan tempat melekatnya foot debris (sisa makanan) dan tarnishing agent.
Apabila meluas dari permukaan restorasi kedinding gigi yang merupakan suatu celah
akan menyebabkan terjadinya karies sekunder. Hal ini dapat terjadi oleh karena
hambatan logam yang mencair sepenuhnya sewaktu solidification (pengerasan).
Contoh: apabila saluran (canal) tertutup sebelum mold terisi penuh, akan terjadi
porositi dengan porositi yang khas berbentuk irregular.
Tipe II dari porositi disebabkan oleh karena masuknya gas. Copper, silver, Pt dan Pd
dapat menyerap oksigen selama mereka mencair. Setelah mengeras gas-gas ini akan
menyebabkan porositi dengan bentuk spherical (bulat). Juga udara dapat tertahan
dalam metal yang mencair tersebut sewaktu mereka ditekan ke dalam mold dan
porositi dengan tipe yang sama terjadi.
Sedangkan stainless steel berdasarkan sifat dan konsentrasi chromiumnya dibagi atas
Pada Austenitic stainless steel dikenal bentuk 18 8 stainless steel dengan komposisi
18% chromium, 8% nikel dan 0.15% karbon. Tipe inilah yang paling banyak
digunakan di Kedokteran Gigi, karena sangat resisten terhadap tarnish dan korosi.
Disamping itu berdasarkan komposisinya, AISI (American Iron & Steel Institute)
membagi pula stainless steel atas Austenititc, martensitic, ferrisitic dan non standard
stainless steel yang dibedakan atas beberapa seri, yaitu antara seri 201-446.
Sedangkan non standard adalah tipe stainless steel yang tidak diberi seri tetapi juga
banyak digunakan.
Sifat Steel dan Stainless Steel
Steel tidak begitu resisten terhadap korosi tetapi dengan penambahan chromium,
resistensi terhadap korosi dapat meningkat. Steel mempunyai kekerasan 400-700
BHN. Faktor yang mempengaruhi kekerasan dari steel adalah:
Kadar karbon
Sifat mekanis dari steel dapat berubah oleh heat treatment yaitu annealing, hardening
dan tempering. Stainless steel yang banyak digunakan di Kedokteran Gigi adalah 188 stainless steel. Sifat mekanis dari stainless steel ini :
Hardness
100-200 BHN
Mod. Elasticity
200 GN/m2
Tensile strength
1700 MN/m2
Yield strength
1500 MN/m2
Ductility
5%
18-8 stainless steel merupakan tipe stainless steel yang paling resisten terhadap
korosi, ini merupakan efek passivity dari chromium yang membentuk suatu oxyda
layer (oxide film) yang sangat tipis dan transparan tetapi kuat dan kedap air. Lapisan
ini bisa terbentuk Cr2O3 atau FeCr2O3 yang mencegah terjadinya tarnish dan korosi.
Faktor yang mempengaruhi resisten terhadap korosi yaitu :
Sifat Fisis
Alloy-alloy ini mempunyai density yang lebih kecil daripada dental gold alloy.
Juga bahan ini lebih ringan. Cobalt Chrom Alloy lebih keras daripada gold alloy,
kekerasan alloy ini yang lebih besar daripada enamel gigi sering enyebabkan abrasi
pada struktur gigi. Modulus of Elasticity daripada alloy ini lebih besar daripada gold
alloy. Oleh karena itu pesawat dapat dibuat tipis sehingga lebih ringan. Pada
umumnya persentase pemanjangan daripada lloy ini sebanding dengan tipe IV gold
alloy.
DAFTAR PUSTAKA
1. Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003:
27-39
2. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar
Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1 st ed, Medan. USU Press,
2011: 223-38
3.