Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOMATERIAL 2

PROSES CASTING

Fasilitator:

drg. Fransiska Nuning K, Sp.Pros

Disusun oleh:

Kelompok 2

Kelas E

Regina Putri W. (201911131) Rinjani Novia A. (201911136)

Rellyenti Veronica I. (201911132) Risdamaya Dahliani (201911137)

Resqa Salsanila J. (201911133) RM Harya N.A.B. (201911138)

Reyna Rubbyanti W. (201911134) Rocky Jordy Hasan (201911139)

Rifa Adelia K. (201911135) Talita Prastisya (201911140)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

OKTOBER 2020
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam cipataan-Nya.

Penulis merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah


Biomaterial 2 yang berjudul “Proses Casting”. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki hasil dari makalah dilain waktu.

Jakarta, 4 Oktober 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4

1.3 Tujuan.................................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pembuatan Mahkota Malam....................................................................................6

2.2 Proses Facing Labial Mahkota Malam...............................................................................7

2.3 Pemasangan Sprue dan Crucible Former............................................................................8

2.4 Proses Investing Mahkota Malam....................................................................................10

2.5 Proses Burnout Casting Ring............................................................................................12

2.6 Proses Casting Logam......................................................................................................13

BAB III KESIMPULAN......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Casting merupakan suatu teknik yang sering dilakukan di kedokteran gigi
dalam pembuatan tumpatan gigi, mahkota gigi tiruan, jembatan (bridge),
rangka gigi tiruan dan lain-lain dengan bahan logam. Proses casting ini
menggunakan metode yang disebut lost wax process. Pada prinsipnya pola
malam dan bentuk restorasi atau rehabilitasi gigi ditanam dalam adonan bahan
invesmen gigi (dental invesment) yang ada di dalam casting ring. Kemudian
pola malam ini dihilangkan dengan jalan dipanaskan pada suhu tertentu,
sampai pola malam hilang sama sekali, sehingga meninggalkan ruang cetak
(mouldspace) di dalam adonan invesmen. Selanjutnya logam dilelehkan atau
dicarikan dengan pemanasan dan lelehan logam tersebut dituangkan kedalam
ruang cetak dengan tekanan sentri tugal atau tekanan udara, sehingga ruang
cetak tersebut terisi oleh lelehan dengan bentuk sesuai dengan pola malamnya.
Tujuan casting adalah untuk mengganti bahan restorasi atau rehabilitasi yang
tidak mungkin dilakukan dengan bahan selain logam dan untuk mendapatkan
kekuatan/daya tahan yang lebih besar dan bahan yang lain, contohnya resin
akrilik atau amalgam.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana proses pembuatan mahkota malam?
2. Bagaimana proses facing labial mahkota malam?
3. Bagaimana pemasangan spure dan crucible former?
4. Bagaimana proses investing mahkota malam?
5. Bagaimana proses burn out casting ring?
6. Bagaimana proses casting logam?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses pembuatan mahkota malam.
2. Mengetahui proses facing labial mahkota malam.

5
3. Mengatahui pemasangan spure dan crucible former.
4. Untuk mengetahui proses investing mahkota malam .
5. Mengetahui bagaimana proses burn out casting ring dam proses casting
logam.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PROSES PEMBUATAN MAHKOTA MALAM
Pola malam adalah suatu model dari restorasi yang dibuat dari malam
(wax) yang kemudian direproduksi menjadi logam atau akrilik. Pembuatan
mahkota malam membutuhkan keterampilan, seni dan ilmu kedokteran gigi.
Seni diperlukan agar terbentuk struktur gigi yang hilang dengan estetik yang
baik. Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan persyaratan agar berfungsi
seperti struktur gigi asli. Membuat bentuk restorasi pada pola malam
membutuhkan sumber panas dan beberapa instrumen sederhana. Terdapat tiga
teknik pembuatan pola malam, yaitu1,2:
1. Teknik Langsung (Direct Technique)
Pada teknik ini pola malam langsung dibuat pada gigi yang dipreparasi
sampai selesai untuk kemudian ditanam. Oleh karena pembuatan pola lilin
dilakukan di mulut (langsung pada gigi), maka dalam teknik ini diperlukan
die. Cara ini dapat digunakan untuk membuat inlay.
2. Teknik Tidak Langsung (Indirect Technique)
Pada teknik ini pola malam dibentuk di luar mulut (pada model kerja atau
die).
3. Teknik Kombinasi
Sesuai dengan namanya, pola mala mini dibentuk pada die atau model
kerja dan kemudian dicoba kembali kedalam mulut untuk disempurnakan.
Wax yang digunakan dalam pola malam baik dengan teknik langsung
ataupun teknik tidak langsung, harus dikontrol secara presisi agar restorasi
dengan hasil yang baik bisa dilakukan. Metode yang melibatkan produksi
model kerja diikuti dengan peletakan dari pola malam dikenal sebagai teknik
tidak langsung (indirect). Beberapa restorasi gigi, seperti inlays, dapat
diproduksi dengan pola malam langsung (direct) teknik di mana pola malam
dapat beradaptasi dan dibentuk di rongga mulut yang sudah disiapkan.
Beberapa contoh wax yang digunakan dalam kedokteran gigi dengan
persyaratan properti yang kurang ketat, yaitu carding wax, boxing-in-wax dan
sticky wax.1,2

7
Persyaratan utama malam digunakan untuk pembuatan pola malam baik
secara langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect), yaitu3:
1. Pola malam harus memiliki ukuran yang sesuai dengan bentuk dan kontur
alat yang akan dibangun.
2. Tidak ada perubahan dimensi setelah terbentuk pola malam.
3. Pembakaran atau pemanasan setelah pembentukan cetakan pengecoran,
harus tanpa meninggalkan residu.
Kemampuan untuk merekam (mempertahankan) bentuk pola malam,
tergantung aliran bahan pada suhu cetakan, dimana berada tepat di atas suhu
mulut untuk teknik lansung dan tepat di atas suhu kamar untuk teknnik tidak
langsung. Akurasi dan dimensi stabilitas tergantung pada perubahan dimensi
yang mana terjadi selama pemadatan dan pendinginan malam. Distorsi dapat
terjadi jika terdapat tekanan termal. Tahap-tahap persiapan pola malam,
sebagai berikut1,2:
1. Model die dioles bahan pemisah, setelah lilin mengeras dapat dilepaskan
dari model kerja. Permukaan dalamnya harus sesuai dengan permukaan
preparasi.
2. Inlay wax dicairkan dalam alat pencair, kemudian celupkan master die
yang telah dioles lubrikan.
3. Pola malam yang sudah keras dikeluarkan dari die.

2.2 PROSES FACING LABIAL MAHKOTA MALAM


Facing adalah cangkang atau lapisan dari porselen atau komposit yang
memiliki warna seperti gigi. Facing bisa gagal disebabkan patah, retensi tidak
memadai, titik kontak pertemuan logam-porselen persimpangan logam,
maloklusi, microleakage, deep bite, kesalahan dalam penyikatan dan flossing,
perubahan warna akibat penyerapan cairan mulut dan penyerapan bahan
pewarna makanan buatan. Jika sebuah facing resin terlepas karena retensi
kurang, maka harus dibuatkan pengganti resin. Jika facing porselen fraktur
atau rusak, maka seringkali diperlukan pengganti resin. Untuk menambah
retensi maka di daerah yang fraktur dibuat kekasaran atau undercut secara
mekanis pada kerangka logam, kemudian aplikasikan silane coupling agent

8
untuk menambah perlekatan. Jika maloklusi menjadi penyebab hilangnya
facing, maka harus dibuat perubahan pada bentuk oklusal. Facing yang retak
dan veneer yang hilang tidak selalu dianjurkan untuk melepas gigi tiruan.
Namun demikian, jika situasi tersebut berulang, maka membuat gigi tiruan
cekat yang baru adalah satu satunya pemecahan masalah. Bentuk permukaan
labial, khususnya lokasi sudut garis mesiolabial dan distolabial, menentukan
penampilan gigi anterior. Jika permukaan labial terlalu bulat, kontrol plak
akan sulit dilakukan dan terdapat kemungkinan ada gigi yang miring ke
lingual, disebabkan oleh tekanan yang diberikan oleh bibir atas. Ketika gigi
anterior individu di-wax, bentuk embrasure dari gigi yang berdekatan
sebaiknya dicermati karena dapat mempermudah proses facing.1,6

Gambar 1. Contoh kerusakan facing akrilik6

2.3 PEMASANGAN SPRUE DAN CRUCIBLE FORMER


Bagian sprue dan base sprue dan ruang cetakan sebenarnya dibentuk oleh
bahan investing. Pola yang ditanam dipanaskan dan ketika meleleh akan
mengalir keluar dari cetakan. Tujuan dari sprue atau sprue pin adalah untuk
menyediakan saluran di mana paduan cair dapat mencapai cetakan dalam
cincin yang diinvestasikan setelah malam dihilangkan. Pada restorasi besar
atau protesa, seperti kerangka gigi tiruan sebagian yang dapat dilepas dan
protesa gigi cekat, pembentuk sprue terbuat dari malam. 1,4
Pola dapat terkikis baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
direct spruing, sprue membuat ‘jembatan’ langsung antara area pola dan area
dasar sprue atau crucible former. Sedangkan dengan indirect, konektor atau
batang reservoir diposisikan antara pola dan crucible former. Merupakan hal
yang umum, dimana menggunakan bahan indirect untuk beberapa unit tunggal

9
dan gigi tiruan sebagian cekat, meskipun beberapa unit tunggal dapat
dirapikan dengan beberapa pembentuk sprue langsung.4

Gambar 24
(A) Sprue yang terlepas menunjukkan porositas yang parah pada titik
perlekatan karena turbulensi yang disebabkan oleh sudut sprue yang tidak
tepat. (B) hasil casting dengan sprue membentuk sudut sekitar 45° ke dinding
proksimal.

Diameter dan panjang pada spure sangat bergantung pada jenis dan ukuran
pola, jenis casting mesin yang akan digunakan dan di dalam botol atau ring
(pada casting ring yang akan dibuat). Pembentuk sprue harus ditempelkan
pada pola malam dengan pola pada cetakan pertama. Gerakan apa pun yang
dapat merusak pola malam harus dihindari selama pelepasan. Posisi untuk
pemasangan ikatan pada sprue seringkali merupakan masalah preferensi
individu, berdasarkan bentuk atau bentuk pola malam. Beberapa praktisi lebih
suka penempatan di permukaan oklusal, sedangkan yang lain memilih
dibagian seperti dinding proksimal atau tepat di bawah puncak nonfungsional
untuk meminimalkan area kontak. Area ideal untuk sprue adalah titik yang
paling besar dalam pola untuk menghindari distorsi area tipis dari lilin selama
pemasangan pada pola. Pemasangan sprue pada pola malam hendaknya pada
daerah yang tebal dan jauh dari pinggiran pola malam. Posisi sprue pada pola

10
malam bisa menjadi panjang, tergantung pada panjang cincin tuang. Jika sprue
terlalu pendek, pola malam mungkin akan jauh dari ujung casting ring
sehingga gas tidak dapat dilepaskan secara langsung (untuk memungkinkan
molten alloy atau tilt pola yang sama ini diratakan pada sudut 45° ke area
proksimal). Penempatan sprue pin pada pola malam dengan posisi tegak lurus
dapat dilakukan apabila daerah yang ditempati memiliki ketebalan yang
cukup. Sedangkan penempatan sprue pin pada pola malam dengan posisi
miring, dilakukn apabila daerah yang ditempati sprue pin tidak memiliki
ketebalan yang cukup (tipis).4

2.4 PROSES INVESTING MAHKOTA MALAM


Investing adalah proses casting untuk memasukkan logam cair ke dalam
tempat kosong cetakan. Cetakan dibuat dengan menginvestasikan pola
malam. Pola malam ini dikelilingi dan tertanam dalam mould material. Saat
malam dihilangkan, terbentuklah ruang cetakan dengan pola malam sebagai
ukuran dan bentuk yang tepat dari cetakan yang dihasilkan. Sprue adalah
tabung plastik atau logam yang akan membentuk bukaan (atau ingate) untuk
cetakan. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 A.1

Gambar 3.1
(A) Pola malam dengan sprue terpasang (B) Pola malam yang menempel pada
base sprue dan casting. Perhatikan reproduksi bentuk dan ukuran (C) Pola lilin
dan cincin pengecoran dengan kertas liner (D) Pola malam yang telah
dirapikan dan ditanam di dalam casting ring yang sudah terpisah (E)

11
Penampang melintang melalui casting ring setelah burnout dan pengecoran
selesai (F) Menyelesaikan casting pada die.

Menggunakan sprue yang digunakan untuk penyangga, pola malam


dipasang ke base sprue, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 B. Casting
ring, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 C, ditempatkan di atas pola lilin
yang telah dirapikan dan kemudian diisi dengan bahan cetakan (investasi).
Sebuah cincin pengecoran digunakan untuk membentuk bagian luar cetakan,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 D. Base sprue dan sprue dihilangkan,
dan ruang cetakan sebenarnya dibentuk oleh bahan investasi. Pola yang
ditanam dipanaskan dan wax akan meleleh dan mengalir keluar dari cetakan.
Saat suhu naik, sisa wax akan ikut terbakar. Prosedur pemanasan ini disebut
"wax burnout". Hasil burnout dalam ruang cetakan ditunjukkan pada Gambar
2 E.1
Pola malam harus dibersihkan dari kotoran dan minyak. Pembersih pola
malam dapat menggunakan deterjen sintetis encer. Cairan yang berlebihan
dapat dibuang dan pola dibiarkan mengering saat investing sedang disiapkan.
Lapisan tipis pembersih yang tertinggal pada pola mengurangi tegangan
permukaan malam dan memungkinkan “pembasahan” investing yang lebih
baik untuk memastikan cakupan yang lengkap dari bagian pola yang sulit.
Sementara pembersih pola malam mengering dengan udara, jumlah air yang
sesuai (investing gipsum) atau cairan khusus silika koloid (investing fosfat)
disalurkan. Cairan ditambahkan ke mangkuk pencampur kering yang bersih,
dan bubuk ditambahkan secara bertahap ke dalam cairan, dengan berhati-hati
untuk meminimalkan jebakan udara. Pencampuran dilakukan dengan lembut
sampai semua bubuk telah basah. Jika tidak, bubuk yang tidak tercampur
dapat terdorong keluar dari mangkuk. Pencampuran dapat secara manual
(menggunakan tangan) atau dapat pula secara mekanis di bawah vakum.

12
2.5 PROSES BURN OUT CASTING RING

Gambar 4. Proses burnout (google.com)


Burnout adalah proses memanaskan investmen mold untuk mengilangkan
lilin atau pola malam. Suhu yang sudah terkontrol di dalam oven dapat
digunakan untuk membakar/burnout pada pola malam yang diberikan pada
casting ring. Suhu burnout yang tepat akan menghasilkan pemuaian cetakan
yang tepat dan pengecoran yang sesuai. Cincin pengecoran ditempatkan di
dalam oven dan cetakan dipanaskan sampai suhu 500 sampai 600 ° C (900-
1.100 ° F). Malam meleleh dan menguap, meninggalkan tempat cetakan yang
bersih. Casting yang tersisa di dalam oven dibiarkan, agar mencapai suhu yang
diinginkan selama kurang lebih 30 menit hingga 1 jam untuk “meredam
panas” pada ring. Panas yang meredam ring dilakukan agar seluruh pola
malam telah terbakar dan cetakan telah mencapai suhu yang diinginkan.1,4
Penggunaan teknik lost wax pada logam, terjadi pembentukan investment
mold disekitar pola malam. Setelah mold yang mengandung pola malam telah
terbentuk, wax harus dihilangkan/dibersihkan dari mold. Proses eliminasi
sprue pola malam biasanya dilakukan dengan cara memanaskan mold agar
meleleh dan terkena pola malam. Jika pla malam meninggalkan bekas sisa

13
(residu) atau membentuk lapisan kedap pada dinding mold, cast metal inlay
bisa terpengaruh. Idealnya, ketika lilin meleleh dan diuapkan pada suhu
500°C, seharusnya tidak meninggalkan residu padat yang jumlahnya lebih dari
0,10% dari berat asli spesimen.4

2.6 PROSES CASTING PADA LOGAM


Casting adalah proses pembuatan benda dari bahan logam atau
alloy (logam campuran) dengan cara mencairkan logam tersebut kemudian
menuangkannya atau mensentrifugasikannya ke dalam ruangan (mould
chamber) yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam hal ini logam
dicairkan dengan cara pemanasan (peleburan) dan dengan tekanan, logam
cair tersebut didorong masuk ke dalam mould chamber. Maka,
terbentuklah benda dari logam yang berbentuk sama dan sebangun
dengan model malam sebelumnya (Harty dan Ogston, 1995). Pembuatan
restorasi gigi seperti inlay, mahkota penuh, jembatan gigi tiruan dan kerangka
gigi tiruan logam dari berbagai logam panduan kedokteran gigi dengan cara
casting biasanya menggunakan lebih banyak logam paduan daripada yang
dibutuhkan untuk mengisi rongga yang ada. Beberapa jenis peralatan
digunakan untuk membuat dental casting (seperti yang terlihat pada gambar
4). Proses casting melibatkan peleburan paduan casting dan kemudian
memasukannya ke dalam ruang cetakan. Teknik yang digunakan untuk
melebur paduan tergantung pada suhu leleh paduan. Paduan dari casting alloy
untuk semua mahkota logam mudah dilebur dengan menggunakan udara
terkompresi dan gas alam. Paduan tersebut meleleh disaat diatas keramik
tahan api, yang disebut crucible, yang merupakan bagian dari mesin casting.
Paduan dengan suhu leleh yang lebih tinggi membutuhkan oksigen atau gas
asetilen. Metode lain untuk melelehkan paduan pengecoran termasuk
pemanasan resistansi listrik (seperti pada pemanggang roti) dan peleburan
induksi.1,5

14
Gambar 51
Peralatan yang digunakan untuk membuat dental casting (A) Torch (B)
Crucible (C) Mesin casting dengan crucible di tempatnya (D) Oven burnout
dengan casting ring di dalamnya.

Mesin casting yang paling umum digunakan untuk masukkan paduan alloy
ke dalam cetakan disebut mesin casting sentrifugal. Alat ini dengan cepat
memutar cetakan, wadah, dan paduan cair dalam lingkaran. Casting terjadi
ketika pemintalan dimulai. Sementara crucible, paduan alloy, dan cetakan
mould dipercepat, kelembaman logam alloy menyebabkan paduan tetap pada
tempatnya. Paduan tersebut mengalir keluar dari crucible ke dalam cetakan
pemintalan. Logam alloy mengalir ke dalam ring yang sebelumnya ditempati
oleh sprue. Paduan alloy mengalir ke tempat sprue dan masuk ke dalam
cetakan, dan mengisi ruang yang sebelumnya ditempati oleh pola malam. Saat
logam mendingin, ia memadat, dan pengecoran selesai. Mesin pada casting
yang paling umum, memiliki pegas melingkar yang dilipat. Energi yang
disimpan di pegas digunakan untuk memutar (mempercepat) lengan putar
mesin pengecoran dengan cepat. Cetakan dipercepat menjadi logam cair saat
pegas terlepas. Lengan yang berputar terdiri dari dua bagian yang
dihubungkan oleh titik poros. Poros lengan menjaganya pada sudut yang tepat
untuk memungkinkan paduan cair mengalir ke dalam cetakan. Jenis mesin
pengecoran lainnya menggunakan ruang hampa atau tekanan udara untuk

15
memaksa logam cair masuk ke dalam cetakan. Crucible dan casting ring tidak
bergerak, hanya logam cair yang bergerak.1

16
BAB III
KESIMPULAN

Kegunaan dan tujuan casting dibidang kedokteran gigi adalah untuk


pembuatan resforasi, rehabilitasi atau rekonstruksi pada gigi dengan bahan logam
yangdilakkan dengan proses casting. Misalnya untuk pembuatan inlay, crown dan
bridge atau gigi tiruan rangka logam. Tujuannya adalah untuk mengganti bahan
restorasi atau rehabilitasi yang tidak mungkin dilakukan dengan bahan selain
logam dan untuk mendapatkan kekuatan/daya tahan yang lebih besar dan bahan
yang lain (contohnya resin akrilik atau amalgam amalgam). Ada tiga teknik yang
digunakan dalam pembuatan pola malam, yaitu direct, indirect dan kombinasi.
Sprue adalah tabung plastik atau logam yang akan membentuk bukaan (atau
ingate) untuk cetakan. Tujuan dari sprue atau sprue pin adalah untuk menyediakan
saluran di mana paduan cair dapat mencapai cetakan dalam cincin yang
diinvestasikan setelah malam dihilangkan. Pada restorasi besar atau protesa,
seperti kerangka gigi tiruan sebagian yang dapat dilepas dan protesa gigi cekat,
pembentuk sprue terbuat dari malam.
Investing adalah proses casting untuk memasukkan logam cair ke dalam
tempat kosong cetakan. Cetakan dibuat dengan menginvestasikan pola malam.
Pola malam ini dikelilingi dan tertanam dalam mould material. Saat malam
dihilangkan, terbentuklah ruang cetakan dengan pola malam sebagai ukuran dan
bentuk yang tepat dari cetakan yang dihasilkan.
Burnout adalah proses memanaskan investmen mold untuk mengilangkan lilin
atau pola malam. Suhu yang sudah terkontrol di dalam oven dapat digunakan
untuk membakar/burnout pada pola malam yang diberikan pada casting ring.
Suhu burnout yang tepat akan menghasilkan pemuaian cetakan yang tepat dan
pengecoran yang sesuai.
Casting adalah proses pembuatan benda dari bahan logam atau
alloy (logam campuran) dengan cara mencairkan logam tersebut kemudian
menuangkannya atau mensentrifugasikannya ke dalam ruangan (mould chamber)
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam hal ini logam dicairkan dengan cara
pemanasan (peleburan) dan dengan tekanan, logam cair tersebut didorong

17
masuk ke dalam mould chamber. Maka, terbentuklah benda dari logam yang
berbentuk sama dan sebangun dengan model malam sebelumnya (Harty dan
Ogston, 1995).

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Gladwin M dan Bagby M. Clinical Aspect of Dental Materials: Theory,


Practice and Cases. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins. 2013: 29-
79.
2. Roemoso FG. Perbandingan Kontraksi Dua Macam Bahan Pola Pasak
Berdasarkan Waktu Penyimpanan. 1999. JKGUI. Vol 6 (3): 7.
3. McCabe JF dan Walls AWG. Applied Dental Material. 9th ed.UK: Blackwell
Publishing. 2008:40-50.
4. Anusavice KJ. Philip’s Science of Dental Materials.12th.Amerika Serikat:
Elsevier. 2013: 194, 197, 213-240.
5. Febrida R dan Herda E. Efek Pengecoran Ulang Terhadap Sifat Mekanis
Beberapa Logam Paduan Kedokteran Gigi. 2006. JKGI. Vol 18 (1): 34.
6. Susaniawaty Y dan Utama MD. Kegagalan Estetik pada Gigi Tiruan Cekat.
2015. Makassar Dent J. Vol 4 (6): 195-196.

19

Anda mungkin juga menyukai