Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Abrasif


Menurut Philips R.W, abrasi dalam makna denotasinya adalah pemakaian
dari satu permukaan yang berulang-ulang oleh karena gesekan.
2.1.1 Jenis jenis Bahan Abrasif
A. Menurut Sumbernya
1. Abrasif Alamiah
a. Batu Arkansas; adalah batu endapan silika yang berwarna abu-abu muda
dan semi translusen yang ditambang di Arkansas. Mengandung quarzt
mikrokristal dan mempunyai corak yang keras, padat, serta seragam.
Potongan kecil pada mineral ini dicekatkan pada sebatang logam dan di
truing ke berbagai bentuk untuk mengasah email gigi dan logam campur.
b. Kapur; adalah abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat.
Digunakan sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi,
lembaran emas, amalgam, dan bahan plastis.
c. Korundum; adalah mineral dari oksida aluminium yang biasanya
berwarna putih dan sifatnya lebih rendah dari pada oksida alfaaluminium. Korundum digunakan terutama untuk mengasah logam
campur dan tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan bermacam
bentuk. Paling umum digunakan dalam instrumen yang disebut white
stone.
d. Intan; adalah mineral tidak berwarna / transparan yang terdiri atas
karbon. Senyawa ini paling keras dan dapat juga disebut superabrasi
karena kemampuannya untuk mengasah substansi apapun. Abrasif intan
dipasok dalam berbagai bentuk, termasuk instrumen abrasif bonding
yang berputar, ampelas abrasif yang mempunyai backing logam lentur,

dan pasta poles intan. Digunakan pada bahan keramik dan resin
komposit.
e. Amril; berupa korundum yang berwarna hitam keabuan yang dibuat
dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya dalam bentuk
disk abrasive dan tersedia dalam berbagai ukuran kekasaran. Dapat
digunakan untuk memoles logam campuran atau bahan plastis.
f. Akik; adalah silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan
mangan. Abrasif akik yang digunakan dalam kedokteran gigi biasanya
berwarna merah gelap. Akik memiliki sifat yang sangat keras dan sangat
efektif. Akik tersedia dalam betuk disk dan pipa panjang. Digunakan
untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
g. Pumis; adalah bahan silika berwarna abu-abu muda, digunakan terutama
dalam bentuk pasir tetapi juga dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua
bentuk tersebut digunakan pada bahan plastik. Tepung pumis adalah
derivat batu vulkanik yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk
memoles email gigi, lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik.
h. Quartz; bentuk mineral yang sangat banyak dan tersebar luas, tidak
berwarna atau transparan, serta yang paling sering digunakan yang sangat
keras. Digunakan terutama untuk merapikan logam campur dan untuk
mengasah email gigi.
i. Pasir; adalah campuran partikel kecil yang terutama terdiri atas silika.
Partikel ini berwarna-warni membuat abrasif pasir mempunyai tampilan
yang khas. Partikel pasir mempunyai bentuk bulat atau angular.
Diaplikasikan dengan tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanam
dari logam campur pengecoran. Juga dapat diaplikasikan pada disk kertas
untuk mengasah logam campur dan bahan plastik.
j. Tripoli; adalah endapan batu silika yang ringan dan rapuh serta berwarna
abu-abu, pink, putih, merah atau kuning. Jenis yang berwarna abu-abu
dan merah yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi. Batu ini
digiling menjadi partikel yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat

lunak menjadi batang senyawa pemoles. Digunakan untuk memoles


beberapa logam campur dan beberapa bahan plastik.
k. Zirkonium Silikat; adalah mineral berwarna putih kekuningan. Bahan ini
digiling menjadi partikel dengan berbagai ukuran dan digunakan untuk
melapisi disk abrasif serta ampelas. Sering digunakan sebagai komponen
pasta profilaksis gigi.
l. Cuttle; merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat dari bagian dalam
rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia. Tersedia sebagai abrasif
lapisan dan digunakan untuk prosedur abrasi yang halus seperti memoles
tepi logam dan restorasi amalgam gigi.
m. Kieselguhr; merupakan abrasif yang sangat halus. Digunakan sebagai
bahan pengisi pada beberapa bahan gigi seperti bahan cetak hirokoloid
(Anusavice, 2003)
2. Abrasif Buatan Pabrik atau Abrasif Sintetik
a) Silikon Karbid, adalah abrasif yang sangat keras dan rapuh. Memiliki
warna hijau atau hitam-biru yang sifat fisiknya setara dalam bentuk
disk dan instrument bonding vitreous serta karet. Silikon karbid
menghasilkan efisiensi pemotongan yang sangat tinggi untuk berbagai
bahan, termasuk logam campur, keramik dan bahan plastik.
b) Oksida Aluminium, berupa bubuk berwarna putih seperti white stone
yang digunakan untuk merapikan email gigi, logam campur, maupun
bahan keramik. Abrasif oksida aluminium ada juga yang berwarna
pink dan merah delima dibuat dengan menambahkan kronium pada
bahan asli. Variasi ini dipasarkan dalam bentuk bonding vitreous
sebagai batu tidak berkontaminasi untuk preparasi logam campur
logam keramik sebelum menerima porselen.
c) Abrasif Intan Sintetik, dibuat lima kali lebih besar dari tingkat abrasif
intan alami. Abrasif intan digunakan terutama untuk struktur gigi,
bahan keramik, dan bahan resin komposit.

d) Rouge, oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna
merah dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan
berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk
memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.
e) Oksida Timah, adalah abrasif yang sangat halus digunakan secara luas
sebagai bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam mulut.
Bahan ini dicampur dengan air, alkohol, atau gliserin untuk
membentuk pasta abrasif ringan (Anusavice, 2003)
B. Berdasarkan kegunaan dari bahan abrasif
a. Bahan abrasif finishing
Merupakan bahan abrasif yang umumnya keras, kasar yang digunakan
pada permulaan untuk suatu kontur/bentuk dari sebuah restorasi atau
preparasi gigi dan unutk membuang segala komponen permukaan yang
tidak teratur.
Contoh : sand/pasir, carbides, zirkonium silikat, emery.
b. Bahan abrasif polishing
Mempunyai ukuran partikel yang lebih halus dan bahan abrasif yang
digunakan umumnya kurang kekerasannya daripada bahan abrasif yang
digunakan untuk finishing. Bahan abrasif polishing imi digunakan untuk
permukaan yang lebih halus yang telah diasah terlebih dahulu oleh bahan
abrasi finishing.
Contoh : emery, aluminium oksid, garnet, pumice, cuttle, rouge, kalsit.
c. Bahan abrasif cleansing
Merupakan bahan yang halus dengan partikel yang berukuran kecil,dan
diharapkan mampu menghilangkan deposit-deposit halus yang melekat di
enamel atau pada suatu bahan restorasi.
Contoh : kieselguhr, kaolin.

C. Berdasarkan jenis dan komposisi yang dinilai menurut kekerasan dan


ukuran dari partikel bahan abrasif.
a. Bahan abrasif keras
Diamond
Carbides : boron, tungsten, silikon (carborundum).
Oxide : silikon (silika, sand/pasir, quartz/kuarsa), aluminium
(alumina), aluminium/besi (emery-alami; aluminium akside yang
tidak murni, yang dikenal dengan corundum).
b. Bahan abrasif sedang
Silikat : magnesium/aluminium (gamet); pumice; tripoli
Zircates : zirconium silikat
Kieselguhr : diatomaceus silika; juga digunakan sebagai filler pada
impression materials.

2.1.2 Manfaat Bahan Abrasif


Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk
mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi, antara lain: kesehatan mulut,
fungsi, dan estetika.
Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan
kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri
patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi
kekasaran permukaan restorasi. Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah
dijaga kebersihannya dengan tindakan pembersihan preventif yang biasa
dilakukan sehari-hari karena benang gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan
masuk yang lebih baik ke semua permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa
bahan gigi tertentu, aktivitas karat dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika
seluruh restorasi dipoles dengan baik.

Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik
karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan
embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi
yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun
antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang
mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan
yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat
menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi.
Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani permukaan
restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada permukaan yang sulit
dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin diinginkan demi alasan di
atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik kurang baik karena tidak cocok
dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di daerah yang mudah kelihatan
seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas. Meskipun demikian,
permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi dan mudah dibersihkan.
Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa
mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut (Anusavice, 2003).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Abrasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi proses abrasif dalam
kedokteran gigi, antara lain:
a. Kekerasan partikel abrasif
Bahan abrasif seharusnya lebih keras dari permukaan untuk bisa
mengabrasi.
b. Bentuk partikel bahan abrasif
Partikel yang mempunyai tepi tajam akan lebih efisien daripada partikel
yang bersudut tumpul, namun cenderung mengasilkan goresan yang lebih
dalam daripada yang tumpul.
c. Besar partikel bahan abrasif

Partikel abrasif yang lebih besar akan mengabrasif permukaan lebih cepat
daripada partikel yang lebih kecil.
d. Sifat-sifat mekanis bahan abrasif
Bila bahan abrasif pecah, hendaknya dihasilkan tepi baru yang tajam. Jadi
kerapuhan suatu bahan abrasif dapat merupakan suatu keuntungan.
e. Kecepatan gerak menggosok
Gerakan partikel abrasif yang perlahan menghasilkan goresan yang lebih
dalam.
f. Tekanan yang diberikan sewaktu menggosok
Lebih banyak tekanan yang diberikan maka goresan akan semakin dalam.
Tekanan yang terlalu besar dapat membuat partikel abrasif pecah dan
meningkatkan panas yang tImbul karena gesekan.
g. Sifat sifat bahan yang akan digosok
Bahan yang rapuh dapat digosok dengan cepat, sedangkan bahan yang lunak
dan kenyal (misal, emas murni) akan mengalir dan bukannya terasah oleh
bahan abrasif.

2.1.4 Proses Abrasif


Proses abrasif dapat dibedakan menjadi:
1) Proses abrasif pada gigi tiruan
Aksi pada bahan abrasi pada dasarnya merupakan aksi pengasahan.
Pada aksi pengasahan struktur gigi dapat dilakukan dengan sebuah
instrumen tangan atau dengan sejumlah instrumen berputar, sebuah bur
gigi dalam sebuah handpiece.
Sumbu bilah bor berkontak dengan gigi menekan permukaan dan
memotong beberapa struktur gigi. Selanjutnya bilah melakukan hal yang
sama pada bagian gigi berikutnya. Jika bilah tajam, permukaan bahan
dibuang dengan lebih mudah dan efisien, tetapi tetap dilakukan dengan
hati-hati karena jika tidak akan dapat terjadi penetrasi yang dalam dan
besar. Pola dari pembuangan gigi berhubungan erat dalam penyusunan
bilah bur dengan gigi yang telah dipotong.

Beberapa hal yang di harapkan dari aksi pemotongan:


1. Jumlah faktor yang mempengaruhi tingkat pemotongan
Misalnya: kecepatan perjalanan bur menyilang permukaan gigi,
kecepatan rotasi bur, dan besarnya jumlah pemotongan.
2. Besarnya tekanan yang diberikan oleh bur pada gigi, seperti yang
dilakukan oleh operator, akan menjadi dasar pada besarnya
pembuangan struktur gigi.

3. Desain dari bur atau bilah


Pada saat dental bur menjadi tumpul maka sudut ketajaman akan
membualat sehingga akan lama memotong secara efisien.
Dalam menggosok logam, struktur kristal dari permukaan dapat
menjadi rusak. Butiran-butiran yang tidak diharapkan dan tekanan yang
kuat dapat terjadi, dan abrasi yang berlebihan seperti ini tidak diinginkan.
Namun tekanan yang terlalu kuat kadang juga diharapkan karena dapat
menyebabkan kekerasan superfisial dari permukaan bertambah dan
beberapa pecahan atau fraktur kristal dan partikel kemungkinan juga
masih tertinggal. Partikel yang kecil dan banyak tersebut disingkirkan
dengan sabun dan air. Tindakan pembersihan yang demikian itu selalu
dilakukan sebelum pemolesan. Pada gigi tiruan resin, abrasi yang terlalu
keras dapat menimbulkan stres.

2) Proses abrasi pada gigi asli


Proses abrasi di sini dipengaruhi oleh penambahan fisik dan
mekanis dari bahan yang mengabrasi. Penambahan seperti kekerasan,
kekuatan, kelenturan dan penghantaran panas adalah penting. Panas yang
dihasilkan dari karena abrasi sebagian besar dapat mengurangi tekanan,
tetapi bila terlalu panas dapat mengurangi proses penekanan sehingga
menyebabkan pelengkungan atau pembengkokan, dan akhirnya terjadi
pemuaian resin karena itu kadang-kadang dibutuhkan pendinginan,
misal:

1. Pada pengasahan jaringan gigi dengan kecepatan tinggi, dibutuhkan


semprotan air.
2. Dalam pengasahan bahan polimer harus dicegah timbulnya panas
yang berlebih, karena dapat menyebabkan lepasnya stres dan
terjadi perubahan bentuk.
Selama dilakukannya prosedur abrasi, kemungkinan terjadi lukaluka pada mukosa mulut akibat kekerasan mekanik dimana ada
pemutusan kontinuitas membran mukosa.
Dalam polishing, finishing, dan cleaning menggunakan bahan
abrasif. Permukaan yang tidak teratur akan dibuang dengan bahan abrasif
yang lebih kasar dan selanjutnya menggunakan bahan abrasif yang
semakin halus menyesuaikan dengan keteraturan permukaan yang
diabrasi.

2.1.5 Teknik Finishing dan Polishing


Teknik finishing dan polishing merupakan suatu teknik untuk membuang
bahan yang berlebih dan menghaluskan permukaan yang kasar. Bahan-bahan
yang digunakan untuk finishing adalah terutama bahan abrasif.
Proses penyelesaian biasanya membuang bahan-bahan seperti:
1. Noda permukaan dan ketidak seempurnaan
2. Pembentukan ke bentuk ideal
3. Permukaan paling luar dari restorasi dibentuk sesuai yang diinginkan.
Proses penyelesaian (finishing) mengubah bahan dari bentuk kasar ke
bentuk yang lebih rapi, hasil penyelesaian dapat berarti diperolehnya permukaan
akhir atau diaplikasikannya permukaan tersebut pada bahan.
Prosedur finishing yang tepat antara lain:
1. Tekstur permukaan yang halus yang akan memantulkan cahaya dengan
cara yang sama pada enamel gigi yang berdekatan
2. Kontur atau bentuk suatu restorasi secara psikologi cocok untuk
menyangga jaringan

3. Hubungan oklusal yang memperkecil penggunaan stress dalam semua


fungsi pergerakan mandibula
4. Ketepatan batas adaptasi dan resin pada batas cavosurface
5. Bentuk umum yang serasi dengan bentuk gigi sehingga meningkatkan
estetis
Alat dan bahan yang biasa digunbakan dalam proses finishing :
1. Straight dan contra (hand piece)
2. Material mata bur
3. Logam
4. Stainless steel
5. Karbid wolfram
6. Almunium oksida
7. Intan
8. stone
Prosedur

pemolesan

(polishing)

bertujuan

untuk

menghasilkan

permukaan partikel yang paling halus dan bekerja pada region permukaan yang
sangat tipis diantaranya sepertiabrasif karet, ampelas, dan partikel halus.
Prosedur polishing (penghalusan) yang tepat adalah:
1. Alat-alat polis harus di bersihkan dari semua partikel abrasif yang lebih
besar
2. Bahan yang digunakan merupakan tingkatan yang paling halus dan juga
sangat efektif dari pumice
Alat dan bahan yang biasa digunakan adalah:
1. Disk carborundum
2. Brush
3. Stone
4. Rubber cup (Naibaho, 2004)

2.2 Pasta Gigi


Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semiaqueous yang digunakan
bersama-sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh
permukaan gigi. Pasta gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi
untuk mengurangi pembentukan plak, memperkuat gigi terhadap karies,
membersihkan dan memoles permukaan gigi, menghilangkan atau mengurangi
bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta memelihara kesehatan
gingiva. Di Indonesia pasta gigi sering juga disebut odol, yaitu salah satu merk
pasta gigi. Walaupun merk ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak lagi dijual di
Indonesia, nama odol telah menjadi nama generik (Syamsuni, 2006).
Odol pertama kali diproduksi di Jerman oleh Dresden Chemical Laboratory
Lingner, yang sekarang dikenal sebagai Lingner Werke AG. Pada tahun 1892
sebagai cairan pencuci mulut/ mouthwash odol, mouthwash pada tahun 1900-an
adalah merk ternama dan yang paling luas penggunaanya di hampir seluruh
daratan Eropa (Syamsuni, 2006).
Karl August Lingner adalah orang yang menciptakan mouthwash dan dia
adalah orang yang giat mengkampanyekan hidup higienis. Dia juga dikenal
sebagai orang pertama yang mengadakan International Hygiene Exhibition pada
tahun 1911. Dia mendirikan museum The German Hygiene (Syamsuni, 2006).

2.2.1 Fungsi Pasta Gigi


1. Fungsi Kosmetik
Menyingkirkan materi alba, plak, sisa makanan dan pewarnaan
pada permukaan gigi serta untuk penyegaran pernafasan (Syamsuni,
2006).
2. Fungsi Terapeutik
Dengan pemakaian obat-oabatan dalam pasta gigi hasil nya terlihat
dalam pengurangan plak, kalkulus, karies dan penyakit gingiva. Adapun
pasta gigi terapeutik dibagi dalam dua kelompok yaitu pasta gigi
terapeutik yang tidak mengandung fluor seperti pasta gigi yang

mengandung klorofil, antibiotik ammonium dan enzim inhibitor dan


pasta gigi therapeutik yang mengandung fluor untuk mencegah terjadinya
karies gigi seperti :
a. Sodiun fluoride 0,22%
b. Stannous fluoride 0,4%
c. Monofloro phospatase 0,76% (Syamsuni, 2006).

2.2.2 Sifat-sifat Pasta Gigi


1. Ketika digunakan untuk sikat gigi, dapat menghilangkan partikel-partikel
asing, substansi makanan, plak dan membersihkan gigi.
2. Haruslah tidak bersifat toksik, memiliki rasa yang menyenangkan dan
meninggalkan mulut dalam keadaan segar setelah penggunaannya
(Wasitaatmadja, 1997).

2.2.3 Komposisi Pasta Gigi


Sebuah pasta gigi pada umumnya tersusun atas :
1. Agen Polishing (penggosok).
Merupakan salah satu bahan terpenting pasta gigi yang berfungsi
untuk menghilangkan partikel makanan yang menempel pada gigi dan juga
membantu menghilangkan diskolorisasi pada gigi. Pada umumnya, hampir
separuh dari total berat pasta gigi adalah agen ini. Agen yang sering
digunakan adalah : kapur presipitasi, trikalsium fosfat, alumunium fosfat,
magnesium trisilikat (Syamsuni, 2006).

2. Agen Moistener (pelembab)


Biasanya ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk menghindarkan
terjadinya pengeringan dan pengerasan pasta. Yang sering digunakan
adalah : gliserin, sorbitol, propilen glikol (Syamsuni, 2006).

3. Agen deterjen dan foaming (pembuat busa)


Berfungsi untuk membantu aksi agen polishing dengan membasahi
gigi dan partikel makanan yang tertinggal di gigi juga berfungsi untuk
mengemulsikan mukus (lendir). Jumlah deterjen yang digunakan bervariasi
antara 1.5 5 % dari total berat pasta gigi. Bahan deterjen yang paling
sering digunakan adalah : sodium lauril sulfat dan magnesium lauril sulfat.
Berfungsi untuk membantu aksi agen dengan membasahi gigi dan partikel
makanan yang tertinggal di gigi juga berfungsi untuk mengemulsikan
lemak. Jumlah deterjen yang digunakan bervariasi antara 1.5 5 % dari
total berat pasta gigi. Bahan deterjen yang paling sering digunakan adalah :
sodium lauril sulfat dan magnesium lauril sulfat (Syamsuni, 2006).

4. Agen Pengikat
Agen ini sangat esensial untuk mencegah terjadinya pemisahan bahan
pasta. Yang lazim digunakan adalah:
- Pati (Starch)
- Gum tragacanth.
- Sodium alginat (Manucol SA).
- Modified Irish Moss (Sangat bagus dan menjadikan pasta sangat stabil).
- Sintetik seperti : Propilen glukol (Syamsuni, 2006).

5. Pemanis
Untuk memberikan rasa manis pada pasta. Yang sering digunakan
adalah sakarin dengan konsentrasi antara 0.1 1.3 %. Gula juga dapat
digunakan namun sayangnya cenderung mengkristal (Syamsuni, 2006).
6. Flavour (Pemberi rasa)
Untuk memberikan aroma atau rasa pada pasta dan menghindarkan
terjadinya rasa eneg atau mual. Selain itu juga untuk menambah kesegaran
pasta. Yang sering digunakan adalah minyak peppermint (Syamsuni, 2006).

7. Pengawet
Bahan pengawet haruslah bersifat non toksik dan berfungsi untuk
menjaga struktur fisik, kimiawi dan biologi pasta. Misalnya adalah sodium
benzoat atau sodium hidroxibenzoat (Syamsuni, 2006).

8. Bahan abrasif
Komponen bahan abrasif pada pasta dan pasta gigi berbentuk gel
adalah 50-75% lebih rendah dari bubuk. Oleh karena itu, bubuk lebih
jarang digunakan dan digunakan dengan lebih hati-hati oleh pasien
(khususnya bila sementum dan dentin terbuka) untuk menghindari
terabrasinya dentin dan sensitivitas pulpa.
Definisi Abrasif
Kalsium karbonat dibasik kalsium fosfat dihidrat alumina hidrat
silika hidrat natrium bikarbonat campuran dari dua bahan abrasi
tersebut.
Daya Abrasi
Pembersih gigi yang ideal memberikan kemungkinan terbesar
dalam membersihkan permukaan gigi dengan tingkat abrasi yang
serendah mungkin. Pembersih gigi tidak perlu terlalu abrasif untuk
dapat membersihkan gigi secara efektif. Ini merupakan sesuatu yang
menguntungkan karena sementum dan dentin pada permukaan akar
yang terbuka terabrasi dengan kecepatan 35 dan 25 kali dibanding
email. Uji laboratorium standar sudah dikembangkan untuk mengukur
kemampuan pembersihan dan daya abrasi dari pembersih gigi. Hanya
uji daya abrasi yang akan dibicarakan dalam bagian ini. Akhir-akhir
ini, cara

yang lebih disukai untuk mengevaluasi daya abrasi

pembersih gigi adalah menggunakan potongan dentin yang sudah


diradiasi dan di sikat selama beberapa menit dengan bahan pembersih
yang diuji dan bahan pembersih acuan.
Fungsi Bahan abrasif

Menghilangkan plak / noda warna, memoles permukaan gigi


(Syamsuni, 2006).

9. Baking soda
Baking soda atau natrium bikarbonat adalah kristal putih halus yang
tidak berbau, bersifat abrasif dan alkalis. Penggunaan baking soda pada
pasta gigi karena mampu menyerap bau, dan juga mempunyai sifat
antibakteri dengan cara membentuk air dan oksigen yang dapat melepaskan
perlekatan bakteri plak. baking soda dalam pasta gigi akan terhidrolisa
menghasilkan basa yang dapat menetralisir asam dalam mulut (Syamsuni,
2006).
10. Fluor
Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan pasta gigi berfungsi
memberikan efek deterjen sebagai satu dari tiga bahan utamanya di
samping bahan abrasi sebagai pembersih mekanik permukaan gigi dan
pemberi rasa segar pada mulut (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Penambahan fluor pada pasta gigi dapat memperkuat enamel dengan
cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri untuk
memproduksi asam. Jenis fluor yang terdapat dalam pasta gigi adalah
stannous fluoride, Sodium fluoride dan sodium monofluorofosfat. Stannous
fluoride atau tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam
pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium
fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahannya dapat
membuat stein abu-abu pada gigi. Sodium fluoride atau NaF merupakan
fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta gigi, tapi tidak dapat
digunakan bersamaan dengan bahan abrasif (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
a. Manfaat flour
Pra Erupsi
1. Selama pembentukan gigi, fluor melindungi enamel dari
pengurangan sejumlah matriks yang dibentuk

2. Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal yang


lebih resisten terhadap asam
3. Pemberian yang optimal, kristal lebih besar, kandungan
karbonat lebih rendah kelarutan terhadap asam berkurang
4. Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang menyebabkan
akumulasi makanan dan plak (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Setelah Erupsi

Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam

Fluoroapatit lebih padat dan membentuk kristal sedang


daerah permukaan yang bereaksi dengan asam lebih sedikit

Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal


(lapisan pelindung karena sedikit larut dalam asam)

Fluor menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.


Kristal apatit dg karbonat rendah lebih stabil dan kurang
larut dibanding karbonat tinggi

Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan


terhadap enzim yang terlibat dalam pembentukan asam serta
pengangkutan

dan

penyimpanan

glukosa

dalam

streptokokus oral dan juga membatasi penyediaan bahan


cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesa polisakarida
(Herdiyati dan Sasmita, 2010).

b. Macam-macam flour
Penambahan fluor pada pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat
bakteri untuk memproduksi asam. Adapun macam- macam fluor
yang terdapat dalam pasta gigi adalah sebagai berikut:
Stannous fluor
Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan
dalam pasta gigi yang digunakan secara bersamaan dengan
bahan abrasif (kalsium fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial

namun kelemahanya dapat membuat stein abu-abu pada gigi


(Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Sodium fluoride
NaF merupakan fluor yang paling sering ditambahkan
dalam pasta gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan
bahan abrasif (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Sodium monofluorofosfat (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
c. Penggunaan Fluor secara Topikal
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari
karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri
plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan
hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil
dan

lebih

tahan

terhadap

pelarutan

asam.

Reaksi

kimia:

Ca10(PO4)6(OH)2+F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel


yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi (Herdiyati dan
Sasmita, 2010).
Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit
dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi
yang telah kehilangan mineral tersebut. Demineralisasi adalah proses
pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun
oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan
pH plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang
menghasilkan asam (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah
dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan
asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan
peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi
dari proses karies (Herdiyati dan Sasmita, 2010).

Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi,


dilakukan dengan beberapa cara:
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah
pengolesan langsung fluor pada enamel. Setelah gigi dioleskan
fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama 1 jam
tidak boleh makan, minum atau berkumur.
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor.
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor (Herdiyati
dan Sasmita, 2010).

d. Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan Fluor


A. Indikasi
1. Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies
sedang sampai tinggi
2. Gigi dengan permukaan akar yang terbuka
3. Gigi yang sensitif
4. Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk
membersihkan gigi (contoh:Down syndrome)
5. Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik
B. Kontraindikasi
1. Pasien anak dengan resiko karies rendah
2. Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor
3. Ada kavitas besar yang terbuka (Herdiyati dan Sasmita,
2010).

e. Efek Samping Penggunaan Fluor


Kadar penggunaan fluor memiliki ambang batas yang bisa
membahayakan dari efek paparan bila digunakan berlebihan dan
tidak sesuai anjuran. Fluor dalam kadar berlebihan berakibat
sebaliknya dan harus diawasi terutama pemberian terhadap anak-

anak yang cenderung menelan odol pada waktu menyikat gigi karena
rasa segar yang didapat apalagi bila ditambah perasa tertentu.
Keadaan terhambatnya penyerapan kalsium sebagai salah satu
manifestasi efek sampingnya juga dikenal dengan istilah fluorosis
yang bisa berakibat lanjut pada penurunan IQ, gangguan sistem saraf
dan kekebalan tubuh serta kerapuhan tulang dan terhambatnya
pertumbuhan. Padahal semakin besar kandungan fluor dalam pasta
gigi anak, maka makin besar pula risiko kesehatan yang akan
dideritanya kelak. kelebihan fluoride pada anak dapat dilihat dari
tanda-tanda fisik anak banyak mengeluarkan ludah, indera perasa
jadi tumpul, badan gemetar, pernapasan berat dan anak jadi cepat
lelah (Herdiyati dan Sasmita, 2010).
11. Bahan Desensitasi
Bahan desensitasi yang digunakan dalam pasta gigi adalah sebagai berikut :
Potassium nitrat dapat memblok transmisi nyeri di antar sel-sel
syaraf.
Stronsium chloride dapat memblok tubulus dentin (Herdiyati dan
Sasmita, 2010).

Anda mungkin juga menyukai